WORLD

.

Disclaimer:

Naruto [Masashi Kishimoto]

High School DxD [Ichiei Ishibumi]

Singeki no Kyojin [Hajime Isayama]

Dan semua sumber anime yang bersangkutan Bukan milik kyo.

Yang terpenting saya tak mengambil keuntungan apapun dari sumber anime atau character yang saya pinjam untuk fiction yang saya publish.

Rate : M

Pair: Naruto x..

Genre : Action, Adventure, Fantasy.

Warning!: Imajinasi liar!, Ooc, AU, Typo, Isekai, Etc, Don't like don't read!.

Summary: Dunia dengan makhluk selain manusia. Makhluk mitologi dan raksasa menjadi teror yang nyata. Manusia dengan kekuatan supernatural dari dua ras yang dapat mempertahankan kelangsungan hidup mereka dari ancaman kehancuran sang 'malapetaka dunia'. sementara itu, Naruto, seorang pemuda yang masuk academi karena tujuannya. Harus dipandang sebelah mata karena keterbatasannya.


.

Chapter 20: Namigakure Last Part: Purpose in front of the eye.

.

Opening Song:

CLOSER by Inoue Joe.

.

.

.

.

Trank!

Trank!

Suara dentingan logam beradu di atas jembatan yang hampir jadi. Membuat seorang pria tua berkacamata menatap cemas dari tepian jembatan ke arah dua orang pria berbeda penampilan dengan pedang mereka masing-masing.

Kedua orang itu tampak seimbang dengan pria berambut hitam spike dengan lilitan kain putih menutupi mulut dan hidungnya membawa pedang besar ditangan kanannya.

Pria lain berpakaian tertutup berhodie yang menjadi lawannya bergerak agresive dengan dua pedang panjang di tangannya yang berbeda warna. Dari gerakannya yang cepat sedikit membuat pria bertubuh kekar yang menjadi lawannya memicing tajam dengan seringai dibalik masker lilitan kainnya.

Seperti menikmati pertarungan yang pertama kali dirasakannya setelah sekian lama dirinya hidup menjadi pembunuh bayaran yang hanya memenggal kepala targetnya tanpa perlawanan yang serius.

Gejolak darah dan emosi dalam tubuhnya seakan mendidih karena kemampuan berpedang ganda dari pria berhodie lawannya ini. tanpa menghiraukan sepasang gadis yang bertarung sengit di ujung jembatan lainnya.

Pria tua bernama Tazuna itu beralih menatap ke kirinya jauh. Permukaan jembatan yang penuh dengan jarum dan pedang es disana. Permukaannya pun beberapa ada yang membeku dengan es.

Pandangannya kembali pada dua orang pria yang ada di depan kanannya agak jauh yang sedang bertarung. Menatap focus pada pria bernama Kira yang menjadi harapannya saat ini.

.

"Hah.. bocah, katakan siapa yang mengajarimu tehnik berpedang ganda seperti itu. aku ingin mengenal gurumu itu yang telah membuatmu menjadi lawanku yang membuatku mendidih seperti ini."

Zabuza berkata dengan pedangnya yang tertancap di hadapannya di permukaan jembatan dengan tubuh sedikit merendah menatap Kira.

Begitupun Kira yang menjaga jarak beberapa meter dari Zabuza dengan kedua long sword miliknya di genggam dan tertancap di permukaan jembatan di depan tubuhnya. Posisinya sama dengan Zabuza namun yang membedakan Kira mencengkram dua gagang pedangnya.

"Kau ingin tau? aku tak berguru pada siapapun. Aku mempelajari tehnik ini sendiri.. yah, mungkin terdapat orang yang sedikit memberikan tehnik dasar padaku. Tapi yang perlu kau ketahui sesungguhnya bukanlah itu.." ucap Kira yang menjeda kalimatnya dan menegakkan tubuhnya.

Sring! Sring!

"Hentikan perbuatanmu sekarang atau kau akan menyesal telah menyandang gelar iblis di neraka nanti karena dosamu itu." lanjut Kira yang menarik kedua pedangnya dan mengarahkan pedang hitam ditangan kanannya pada Zabuza.

"Hahaha.. bocah sepertimu hanya bisa menggertak dan tak tau apapun tentang dunia ini. kau masih harus banyak belajar.. jika kepalamu masih terletak di tempatnya setelah ini."

Kira memicing tajam melihat Zabuza yang berkata seraya membentuk Hand Seal secara lambat di depannya itu.

'Jutsu apa yang akan di gunakannya kali ini?' batin Kira serius.

(Kirigakure no Jutsu)

Wuss!

Dengan berhentinya rapalan Hand Seal Zabuza, kabut tebal tiba-tiba menutupi area pertarungan Kira dan Zabuza. Membuat Kira kembali memasang kuda-kuda bertarungnya dengan mengeratkan pegangannya pada gagang kedua pedang berbeda warnanya itu.

'Kabut? Kenapa tiba-tiba muncul kabut tebal seperti ini? atau jangan-jangan..'

"Kau pasti berpikir tentang kabut ini, kan bocah? Ini adalah tehnik Shinobi dari Negara asalku.."

Kira yang membatin seperti terbaca dengan mudah oleh sebuah suara dari Zabuza yang tak terlihat karena kabut ini. seakan wujud Zabuza tersamarkan oleh kehadiran kabut hasil dari Jutsunya yang membuat Kira harus ekstra keras merasakan kehadiran pria dengan pedang besar itu karena minimnya penglihatan dalam kabut ini.

Syutt! Syutt! Sring!

Jleb! Jleb! Crass!

Kira dikejutkan dengan datangnya dua Kunai dari dua arah yang berbeda. Hingga reflek dia menghindar dengan susah payah karena minimnya pandangan. Membuat kedua Kunai itu berhasil di hindarinya, namun ketika dalam keadaan menghindar itu dirinya merasakan rasa sakit di punggungnya karena sebuah tebasan pedang.

'Kuso.. sangat sulit bertarung seperti ini. dia ahli dalam membunuh dalam senyap.. keahlian para Shinobi.' Batin Kira.

Trank! Trank! Trank! Trank! Trank!

Dengan segenap kemampuannya, Kira menangkis setiap ayunan pedang yang datang dari segala arah tanpa terlihat dalang dibalik penyerangannya itu. mengandalkan killer instingnya untuk bergerak serta mendengarkan setiap ayunan pedang besar milik musuhnya ini.

.

.

.

.

Sementara itu disisi lain jembatan, seorang gadis berambut hitam panjang memegang sebuah pedang Katana berwarna biru di gagangnya dan perak di bagian bilahnya. Menangkis hujaman jarum seukuran Kunai dari sosok bertopeng putih bergaris merah yang menjadi lawannya saat ini.

Trank!

Srakk! Srakk!

Keduanya saling beradu senjata mereka masing-masing dan saling mendorong hingga membuat jarak diantara mereka yang sama-sama terseret kebelakang. Keduanya saling memandang dengan deru nafas yang memburu.

"Siapa kau? Hah.. hah.."

Miyuki berusaha mengatur nafasnya seraya tetap bersiaga dengan kuda-kudanya menatap sosok bertopeng yang berdiri tegak didepannya saat ini.

"Ku kira kau sudah tau siapa aku.."

'Orang ini berbahaya.. dari tadi dia hanya menggunakan senbon untuk melawanku. Dia masih menyimpan kemampuannya yang sebenarnya.' Batin Miyuki yang mendengar jawaban dari sosok bertopeng didepannya.

"Ku kira sudah cukup bermain-mainnya gadis kecil. Kita akhiri ini sekarang juga dan aku bisa segera membunuh kakek tua itu." ucap sosok bertopeng itu serius.

"Aku setuju dengan ucapanmu itu. tapi aku punya pertanyaan untukmu sebelum kita akhiri ini.." Miyuki menjeda kalimatnya dan memposisikan dirinya berdiri tegak menatap sosok didepannya.

Sementara sosok bertopeng dengan rambut hitam panjangnya itu hanya diam seakan menjadi isyarat untuk Miyuki melanjutkan ucapannya.

"Dari suaramu yang ku dengar, kau adalah seorang gadis sama sepertiku.. tapi bukan itu yang ingin ku tanyakan padamu, melainkan alasanmu membantu iblis itu sampai saat ini. hanya demi membunuh orang yang tak bersalah, kau rela mengorbankan nyawamu untuk membantu Zabuza.." tanya Miyuki yang menatap serius sosok bertopeng didepannya.

Hanya diam. Hingga beberapa detik sosok bertopeng yang terdengar dari suaranya adalah seorang gadis itu membuka kecil bibir merah mudanya yang bersiap mengeluarkan intonasi dari dalam kerongkongannya.

"Kau bertanya padaku kenapa aku membantu membunuh untuk seorang pembunuh seperti Zabuza-sama? Jika ku jelaskan pun kau tak akan mengerti.." jawab gadis bertopeng itu datar.

"Bagaimana aku bisa mengerti jika kau tak menjawab.." Miyuki hanya bisa menggerutu memandang gadis bertopeng itu dengan ekspresi kesal.

"Dari penampilanmu, kau sepertinya gadis yang cukup mendapatkan kebahagiaan sejak kau kecil. Dan yang pasti, kau mendapatkan kasih sayang yang cukup dari orang di sekitarmu, bukan?"

Gadis bertopeng itu tak menghiraukan gerutuan Miyuki. namun menelusuri penampilan Miyuki yang anggun dengan rambutnya yang lurus tersisir rapi walaupun dirinya sejak tadi bertarung. Dari gesture tubuh Miyuki yang sedikit menegang pun menjadi jawaban yang cukup untuk gadis bertopeng itu tau jika apa yang di utarakannya adalah benar.

"Apa maksudmu? Aku-"

"Kau sampai saat ini mendapatkan kepercayaan dan kasih sayang dari orang di sekitarmu. Tanpa kau tau apa yang dirasakan orang seperti kami.."

Ucapan Miyuki dipotong begitu saja oleh gadis bertopeng itu yang berkata datar namun menusuk pada Miyuki yang membolakan matanya saat ini dengan mengeratkan kepalan tangannya.

"Orang sepertimu yang mendapatkan perhatian positif dari orang di sekitarmu hanya bisa melihat kami dari satu sisi. Dan mungkin ini akan menjawab pertanyaanmu, bahwa hanya setitik cahaya saja akan ku jaga dengan segenap jiwaku. Walaupun iblis yang menuntunku ke neraka sekalipun." Lanjut gadis bertopeng itu.

Miyuki yang mendengar lanjutan dari gadis bertopeng itu menundukan wajahnya hingga bayangan menutupi ekspresinya saat ini.

Mendengar ucapan sepihak dari lawannya ini, Miyuki merasa jika apa yang dikatakan lawannya itu tak sepenuhnya salah. Namun, gadis bertopeng itu tak tau apapun tentangnya. Yang tau tentangnya hanya dia, dan.. kakaknya.

"Aku mengerti apa yang kau katakan. Maksutmu aku hanya seorang gadis manja yang dipenuhi kebahagiaan tanpa rasa sakit seperti yang kau maksut?" gumam Miyuki dingin seakan tak terima dengan apa yang dikatakan gadis bertopeng dihadapannya.

"Tidak. Aku yakin jika kau sampai menjalankan Quest seperti ini, kau pasti pernah mengalami rasa sakit sama sepertiku –"

"Aku tau maksutmu! Aku tak mengerti apa yang kau alami sampai menjadi seorang pembunuh seperti laki-laki itu.. hanya saja kita punya pilihan! Aku juga pernah merasakan apa yang kau rasakan. Tapi –"

"Cukup!"

Miyuki yang awalnya memotong perkataan gadis bertopeng itu balik dipotong begitu saja dengan ekspresi keduanya mengeras. Saling menatap dengan kebencian mereka masing-masing.

"Kau tau gadis kecil? Aku teringat perkataan seorang padaku kemarin.. namun aku saat ini tak punya pilihan lain. Aku tak bisa membuat dia membenciku karena jalanku yang nantinya berbeda darinya. Dia segalanya bagiku.. apapun yang dia lakukan, aku akan tetap mendukungnya."

Gumam gadis bertopeng itu datar. Namun berbalik dengan ekspresi dibalik topengnya yang penuh kekosongan. Membuat Miyuki semakin mengeraskan ekspresinya tak terima dengan apa yang dikatakan lawan bicaranya itu.

"Aku tau apa yang kau rasakan.. berhentilah. Cobalah untuk menyadarkan rekanmu itu jika kau tak bisa mengubah prinsipmu ini. mengertilah, apa yang rekanmu dan kau lakukan ini akan berdampak buruk untuk kalian. Termasuk kalian harus rela kehilangan nyawa kalian. Karena kalian akan diburu juga pada akhirnya." Miyuki masih mencoba membuka pola pikir lawan bicaranya saat ini.

Apa yang dikatakan Miyuki bukan tanpa alasan. Dirinya sendiri pernah menjadi sasaran untuk para pelaku yang entah apa tujuan mereka beberapa hari lalu diperjalanan. Termasuk kisah kelam keluarganya yang dibantai.

"Aku tak butuh belas kasihmu. Andai orang 'itu' juga ada disini, aku yakin dia pasti juga akan berbicara sama denganmu. Tapi.. jalan kita semua memiliki jalan masing-masing.."

Gadis bertopeng itu menjeda kalimatnya seraya melirik ke samping kanannya jauh terdapat kabut menutupi area pertarungan Zabuza dan pria berpedang ganda. lalu kembali menatap Miyuki datar.

"Rekanmu sudah akan berakhir ditangan Zabuza-sama.. maka aku juga akan mengakhiri ini sekarang juga."

Lanjut gadis bertopeng itu yang kemudian memasukkan senbonnya di wadah yang berada di paha kanannya. Seraya membuat sebuah Hand Seal lambat yang seakan tak menghiraukan Miyuki yang menatap ke arah kabut tempat Kira bertarung dengan iris sedikit membola.

'Kira-san.. aku tak bisa membantunya. Sementara gadis bertopeng ini masih menjadi masalah untukku..' batin Miyuki waspada dengan kembali membentuk kuda-kuda dengan pedang di depan tubuhnya.

(Makyo Hyosho)

Sring! Sring! Sring! Sring! Sring!

Miyuki menatap serius sebuah cermin yang muncul di sampingnya agak jauh. Kemudian bertambah menjadi 2, 3, 5, 10 dan seterusnya hingga menutupi area tempatnya dan gadis bertopeng itu. hingga membentuk sebuah kubah dari cermin yang berjumlah sekitar 30 cermin yang membentuk setengah lingkaran mengurung dirinya dan sosok bertopeng itu.

"Cermin es?.." gumam Miyuki waspada menatap cermin es yang mengurung area pertarungannya saat ini.

Pandangan Miyuki teralih menatap gadis bertopeng di depannya beberapa meter yang berjalan mundur perlahan kebelakang mendekati cermin tepat dibelakang gadis bertopeng itu.

Syung!

Miyuki membolakan matanya ketika melihat gadis itu masuk kedalam cermin es tersebut. karena dengan mudahnya seperti masuk kedalam air. Namun cermin itu datar dan padat dengan aura dingin yang terbuat dari es.

'Kemampuan para Shinobi memang bukan main.. apapun media yang ada, mereka mampu menggunakannya secara maksimal sesuka hati mereka.' batin Miyuki yang sedikit terpaku dengan kemampuan yang dimiliki lawannya yang merupakan seorang Shinobi itu.

"Saatnya kita mulai gadis kecil.."

Ucap gadis bertopeng dalam cermin itu yang menyiapkan 4 senbon di tangan kanan dan kirinya bersiap melemparnya. Membuat Miyuki menyiapkan Katana miliknya didepan tubuhnya seakan bersiap menangkis.

Syutt! Syutt! Syutt! Syutt! Syutt!

Trank! Trank! Trank! Trank! Trank!

Dengan cepat, gadis bertopeng dalam cermin itu melemparkan semua jarum yang ada di kedua tangannya ke arah Miyuki. dengan reflek yang bagus pula, Miyuki menangkis setiap jarum yang berusaha menembus tubuhnya itu.

Syutt! Syutt! Syutt! Syutt! Syutt!

Trank! Trank! Trank! Trank! Trank!

Miyuki memicingkan matanya ketika menatap jarum yang keluar dari cermin tempat gadis bertopeng itu berada semakin banyak dilemparkan padanya. Tapi Miyuki juga masih tetap kukuh mengayunkan Katana'nya menangkis jarum itu.

.

.

.

.

_((sAs]]_

.

.

.

.

Yakuza Place.

.

Disebuah tempat yang terkesan mewah dengan interior yang unik. Rumah mewah nan megah yang berada di dalam dinding pelindung disekitarnya, terdapat seorang pria bertubuh pendek berkacamata hitam bulat yang berdiri didepan 100 orang laki-laki yang berpakaian serba hitam namun juga terkesan acakan.

Berbagai senjata tajam dibawa oleh 100 orang itu yang berbaris tepat di depan pria cebol berkacamata. Dengan berbagai ekspresi di tampilkan oleh wajah-wajah seram dari para pria berpakaian serba hitam itu.

"Kalian tau, kan aku tak suka menunggu hanya demi tugas yang seharusnya mudah dikerjakan. Ini saatnya aku turun tangan sendiri untuk menunjukkan siapa penguasa yang sebenarnya." Ucap pria berkacamata hitam bulat itu yang menyeringai menjijikkan menatap anak buahnya.

"YAA‼"

Teriakan semangat menggema dari 100 orang bawahannya yang seakan ikut senang dan ingin berpesata malam ini.

"Kita brangkat!"

Usai pria cebol itu memberikan intruksi, semua orang yang ada di dalam bangunan itu berjalan keluar dan menyiapkan kapal mereka yang ada di hulu sungai didekat benteng mereka. menuju tepat pulau desa Namigakure.

.

.

.

.

_((sAs]]_

.

.

.

.

Unknown Place.

.

Disebuah tempat gelap didalam bangunan yang ada di bawah tanah. sesosok manusia tampak berdiri di balik bayang seraya bersidekap menatap sosok lain yang ada di hadapannya yang wujudnya juga tak terlihat karena berada dibalik bayang.

Lantai kayu sebagai pijakan mereka berdua berdecit ketika sosok bermata hijau sedikit berjalan menjauh menuju ke arah pintu keluar dari ruangan itu. mendapat perhatian dari sosok lain beriris biru yang memicing tajam menatap punggung rekannya.

"Kau mau kemana, un?"

Tanya sosok yang memicing tajam itu. hingga menghentikan langkah rekannya yang telah berada diambang pintu keluar.

"Bukankah kau sudah tau tujuan kita disini.. kenapa kau masih bodoh bertanya seperti itu." ujar sosok beriris hijau dikegelapan itu datar dengan suara berat.

"APA KAU BILANG HAH?! Maksutku mungkin kau akan ke kamar mandi atau hal lainnya! jika kau mau brangkat sekarang ya bilang!" sosok beriris biru berbicara dengan nada kesal disertai tangannya yang terkepal erat.

"Diamlah! Atau ku satukan mulutmu agar kau tak bisa bicara lagi.."

"KAU YANG AKAN KU LEDAKKAN, UN!"

Kedua orang misterius itu saling berdebat tak jelas. Membuat pria beriris hijau itu langsung melenggang pergi meninggalkan rekannya yang mendecih tak suka. Dan mmengekor begitu saja mengikuti pria beriris hijau dengan area mata yang biasanya berwarna putih, memiliki warna merah.

Keduanya pergi tanpa sepatah kata pun meninggalkan ruangan yang terkesan gelap dengan interior minim yang terbuat dari kayu.

.

.

.

.

_((sAs]]_

.

.

.

.

Crass! Crass!

'Ugh! Sudah cukup.. aku tak bisa terus bertahan seperti ini.'

Suara tebasan yang mengenai kulit dari pria berhodie yang membawa dua pedang panjang di tangannya itu membatin. Seraya menahan perih pada punggung dan lengan kirinya yang terkena tebasan dari Zabuza yang tak terlihat dibalik kabut hasil Jutsunya.

"Apa kau sudah menyerah bocah?. Kau hanya bertahan sejak tadi tanpa bisa mengenaiku se inci pun.." ujar Zabuza yang tak terlihat dimana posisinya saat ini.

Sementara Kira mengabaikan itu dan memejamkan matanya dengan memposisikan kuda-kudanya. Kedua pedang yang dia pegang di posisikan horizontal sejajar atas bawah dengan ujung lancipnya mengarah ke samping kirinya.

"Heh.. belum ya.. akan ku akhiri ini sekarang juga bocah!"

Seiring dengan berakhirnya suara menggema dari Zabuza, Kira memfokuskan pendengarannya pada daerah di sekitarnya. mengabaikan penglihatannya dan membuat indra pendengarannya lebih sensitive untuk saat ini.

Wuss! Wuss! Wuss!

Suara-suara lesatan seseorang dibalik kabut terdengar.

'Kanan.. kiri.. depan.. BELAKANG!..' batin Kira yang tetap diam diposisinya.

"MATI KAU BOCAH!"

Sring! Sring!

[Eine Technique: Whirl Cut]

TRANK! Crass! Crass! Crass!

Tanpa diduga Zabuza, tebasan pedang besarnya di patahkan begitu saja tepat dititik buta Kira. Tepat di punggung pria berhodie itu. tebasan berputar Kira menciptakan sayatan pedang yang melindunginya 360 derajat dan menciptakan sayatan pada tubuh Zabuza yang terpental kembali kebelakang.

"A-apa?! dia berhasil mengatasi titik butanya dengan kecepatan serangannya yang menyeluruh seperti itu?! bertahan sekaligus menyerang.. ugh!" gumam lirih Zabuza denga mata membola.

Dimana saat ini posisinya melayang kebelakang seperti gerakan slow motion yang membolakan matanya menatap Kira yang masih berputar semakin lambat. Dan tepat berhenti menghadap Zabuza dengan posisi kuda-kuda merendah yang kedua pedangnya menyilang tepat didepan tubuhnya.

"Masih belum!.."

Sring! sring! Krank!

Jrass! Jrass!

Dengan keadaan yang masih terpaku, Zabuza kembali di kejutkan dengan Kira yang kembali melesat ke arahnya yang masih melayang kebelakang itu seraya mengayunkan ke dua pedangnya pada Zabuza. Namun dengan reflek seorang pembunuh bayaran selama bertahun-tahun, Zabuza menangkisnya dengan melakukan serangan pula dengan ayunan pedang besar miliknya.

Hingga beberapa detik. Keduanya saling berdiri membelakangi dengan posisi yang berbeda. Dimana Kira yang merendahkan tubuhnya dengan kedua pedangnya berada disamping tubuhnya. Sementara Zabuza berdiri dengan dengan kuda-kuda depan dengan pedangnya. mengarah tepat di depan tubuhnya vertical Yang dipegang dengan kedua tangannya.

Tes! Tes!

Darah mengalir dari tubuh Kira tepat di dadanya vertical. Kedua pedang berbeda warna miliknya bergetar akibat genggaman tangan sang empunya yang gemetar. Ekspresi tak terlihat dari Kira yang tertutup bayangan hodienya.

Brukk!

Dengan gerakan lamban, tubuh tegap Kira ambruk kedepan dengan pedangnya yang juga terlepas dari genggamannya.

Hingga sepersekian detik setelah Kira yang ambruk. Zabuza yang sejak tadi membolakan matanya itu mulai gemetar pada kedua kakinya. Rasa perih pada anggota tubuhnya yang sejak tadi dia tahan mulai terasa semakin sakit hingga mati rasa pada bagian tangannya.

Trank! Trank!

'A-apa?! aku.. aku..' batin Zabuza syok.

Dimana saat ini, pedang besar miliknya terjatuh bersamaan dengan potongan separuh pedangnya. begitupun sang empu yang menggenggamnya ikut terjatuh tepat bagian lengan kirinya.

Hingga kini, Zabuza menatap kosong ke depan disertai tubuh yang terhuyung kedepan dan berusaha ia seimbangkan dengan kedua kakinya. Mengabaikan satu lengan kanannya yang tersisa namun juga terdapat luka tebasan disana. Hingga dia tak bisa banyak menggerakkan tangannya.

Hingga sepersekian detik, Zabuza berdiri tegap mengabaikan semua lukanya dan mendongak menatap ke atas langit yang mulai gelap tertutup awan hitam disana.

"Ugh.. hah.. hah.."

Zabuza dapat mendengar deru nafas Kira yang ada di belakangnya beberapa meter. Dimana Kira saat ini kembali bangkit dan mengambil kembali kedua pedangnya. menatap datar punggung Zabuza yang tak bergeming.

"Waktunya mengakhiri ini iblis.."

Ucap Kira yang berjalan terhuyung kedepan ke arah Zabuza yang berjarak beberapa meter. Mengabaikan Zabuza yang menggerakkan tangan kanannya perlahan yang gemetar penuh darah itu untuk menarik kain perban yang menutup mulut hingga hidungnya.

Tatapan datar dengan keseluruhan wajahnya yang terlihat tanpa kain perban penutupnya, menundukkan wajahnya hingga ekspresinya kembali tak terlihat.

"Chough!.. hah.. jika kau bisa mengalahkanku, sebaiknya kau mengakhiri mereka bocah." Ucap Zabuza datar disertai muntahan darah dari mulutnya yang membelakangi Kira.

Seperti sebuah sinyal yang langsung menggetarkan antena di kepala Kira, pria itu terhenti seketika dengan tatapan datar dibalik hodienya.

Mengabaikan Kira yang mulai berjalan cepat, dan kemudian mulai berlari dengan pedangnya yang mulai terhunus ke depan bersiap untuk menusuk punggung Zabuza.

"Haa!.."

.

.

.

.

_((sAs]]_

.

.

.

.

"Haa!.."

Syutt! Syutt!

Trank! Trank!

Sekitar 5 buah anak panah meluncur dari belakang Kira tepat dari ujung jembatan yang sudah hampir jadi itu. namun dengan segenap tenaganya, Kira berhasil menangkisnya dengan kedua pedangnya. membuat semua anak panah itu terpental ke segala arah dan ada pula yang terbelah menjadi dua bagian.

"Heh.. satu lagi kecoak pengganggu. Bersiaplah untuk mati kalian.."

Sebuah suara menggema dari ujung jembatan itu. membuat Kira yang sebelumnya menunduk dengan deru nafas yang memburu menatap sumber suara. Hingga irisnya memicing tajam menatap sekitar 100 orang berada di belakang pria cebol berkacamata hitam yang membawa crossbow di masing-masing tangan mereka.

"Hah.. hah.. muncul juga kalian.."

Ujar Kira yang mulai menegapkan tubuhnya yang merendah itu. seraya menyiapkan pedangnya di samping tubuhnya bersiap melakukan tebasan.

"Heh.. sekarang kau berpihak pada iblis itu? maka kau akan mati bersama iblis tak berguna itu bocah.. SERANG!"

"HAAA‼"

Syutt! Syutt! Syutt! Syutt! Syutt! Syutt!

Wuss! Wuss! Wuss! Wuss! Wuss! Wuss!

Kira membolakan matanya ketika melihat ratusan anak panah melesat ke arahnya dari lontaran busur otomatis yang mampu menembakan lima buah anak panah sekaligus dalam sekali tembak. Hingga tampak seperti sebuah hujan anak panah yang menuju Kira dan Zabuza.

"Tak kan semudah itu kalian mengalahkanku dengan tusuk gigi semacam itu!.." teriak Kira.

[Zwei Technique: one hundred wind slice]

Sring! Sring! Sring! Sring! Sring!

Menguatkan kuda-kudanya, Kira melakukan tebasan ke segala arah selebar 180 derajat ke arah para Yakuza itu. lebih tepatnya ratusan anak panah yang menuju ke arahnya dan Zabuza. Hingga seperti sebuah gerakan tak kasat mata, Kira menebas ke dua pedangnya hingga hanya tampak hitam dan putih yang membelah udara kecil.

Trank! Trank! Trank! Trank! Trank! Trank!

Crass! Crass! Crass! Crass! jleb! Jleb! Jleb! Jleb!

Dengan gerakan yang gila seperti itu, Kira berhasil menangkis beberapa anak panah dan tak jarang yang terpotong dan menancap di sekitar tempatnya berpijak. Namun, dengan keadaannya yang sudah mulai letih dan luka yang dialaminya, tak sedikit anak panah yang berhasil menggores tubuhnya yang luput dari tebasan pedangnya.

Syutt! Syutt! Syutt! Syutt!

Crass! Crass! jleb! Jleb! Jleb!

Hingga hujan anak panah itu telah usai, Nampak Kira yang berdiri merendah dengan kedua tangan yang menyamping menggenggam kedua pedang berbeda warna miliknya itu.

"Hah.. hah.. choug!.."

Suara Kira yang nafasnya mulai tak beraturan terdengar. Hingga batuk darah terdengar oleh seorang iblis yang posisinya tepat berada di belakangnya beberapa meter.

"Hai bocah.. sudah cukup.. jika aku boleh tau, mengapa kau melindungiku sampai seperti itu?.."

Apapun yang dikatakan Zabuza dengan ekspresi datarnya saat ini yang menatap tepat punggung pria yang tampak buruk didepannya, bukanlah sebuah kalimat yang terlontar tanpa alasan. Melainkan karena kondisi pria berhodie tepat didepannya itu sangat buruk saat ini.

Dimana di tubuh Kira saat ini, dipenuhi goresan bekas anak panah yang mengalir darah dari luka itu. ditambah di bagian kaki, tangan punggungnya terdapat beberapa anak panah yang jika di total berjumlah 10 menancap ditubuhnya.

Bahkan Zabuza yang tepat berada di belakang Kira pun, tak terkena sedikit saja goresan dari anak panah para Yakuza yang baru tiba itu.

"Hah.. tak ada. Aku bisa saja meninggalkanmu dengan keadaanmu yang seperti itu.. tapi.. aku masih memiliki tugas untuk bertanya padamu alasan kau masih menjadi pembunuh bayaran sampai saat ini. hah.. padahal, jika kau mau.. kau bisa meninggalkan itu dan membunuh mereka dengan mudah, bukan?.." Ucap Kira dengan nafas yang tersengal.

Ucapan Kira membuat Zabuza sedikit tersenyum kecut dengan kondisinya yang tak kalah buruk dari Kira. Menundukkan wajahnya, dan kembali mendongak menatap ratusan anak buah Gato yang menyeringai dibelakang Gato.

Namun tidak dengan Gato. Ekspresi pria cebol itu mengeras ketika tau jika Kira berhasil selamat dan menyelamatkan Zabuza dari kematian.

Perasaan pemimpin Yakuza itu mulai tak enak.

"Hoi, bocah.. jika kau ingin tau, pinjamkan aku Tantou'mu itu.. maka kau akan mendapat jawabanya setelah ini selesai.."

Kira yang mendengar ucapan Zabuza sedikit bingung dengan ekspresinya yang menunduk bertumpu pada kedua pedangnya itu. namun hanya sejenak, insting bertarungnya berkata lain. Menuntun pria misterius itu untuk mengambil tantou'nya yang tepat di punggungnya vertical setelah sebelumnya melepaskan satu pedangnya yang tertancap di permukaan jembatan itu.

"Jika itu yang kau mau.."

Ucapan Kira yang masih membelakangi Zabuza itu berhenti seketika dengan melempar kebelakang Tantou miliknya ke arah Zabuza.

Swuss! Swuss!

Bagaikan sebuah gerakan slow motion, ketika Tantou itu melambung ke arah Zabuza. Berputar perlahan secara vertical menuju sang iblis yang tak terlihat ekspresinya karena bayangan rambutnya.

Grauk! Wuss!

Tap! Tap! Tap! Tap! Tap!

Kira dibuat terkejut dibalik hodie dan kerah tingginya yang sedikit terkena noda darah. Melihat Zabuza yang berlari kencang menggigit Tantou miliknya horizontal di gagangnya dengan bilah tajamnya di sisi kanan mulutnya.

Berlari mengabaikan tubuhnya yang terluka dengan satu tangan yang tersisa dan tak berfungsi dengan baik itu. menyongsong para pasukan Gato yang juga tak kalah membolakan mata mereka melihat Zabuza yang tak kenal takut berlari sendiri ke arah mereka dengan tatapan kosong tanpa ragu sedikitpun.

"A-apa!.. kalian cepat habisi kecoak itu!.."

Gato berteriak ketakutan dengan tubuh gemetar dan berlari kebelakang para pasukannya untuk berlindung.

Hanya dengan sekali perintah, para pasukan anak buah Gato yang juga sedikit takut itu berlari menyongsong Zabuza dengan senjata tajam yang tersisa ditangan mereka. berharap jumlah mereka mampu memenangkan pertarungan berat sebelah itu.

"HAAA‼.."

.

.

.

.

_((sAs]]_

.

.

.

.

"Hahh.. hah.. tehnik para Shinobi memang menarik dan tak bisa di anggap remeh. Tapi.. bukan hanya dirimu yang mampu menciptakan pengurung es seperti ini.."

Ucap seorang gadis cantik nan anggun berambut hitam lurus dengan poni rata di atas alisnya. Berdiri dengan bertumpu pada Yukianesa miliknya dengan tubuh yang tertancap beberapa senbon.

Sudah beberapa menit sejak terkurung di dalam cermin es gadis bertopeng yang menjadi lawannya saat ini, dan berhasil mengimbangi setiap serangan dari gadis bertopeng itu. walaupun masih terdapat beberapa goresan di tubuhnya hasil serangan lawannya itu.

"Kau memang gadis yang kuat. Kau adalah Sorcerer pertama yang berhasil selamat dari kurungan cermin es ku sampai saat ini." balas gadis bertopeng itu yang terlihat di setiap permukaan cermin es yang mengurung Miyuki.

Sementara Miyuki yang mendengar ucapan lawannya saat ini tersenyum kecil seraya menatap Yukianesa miliknya. Kembali berdiri tegap dengan menyiapkan kuda-kuda miliknya. Membuat lawannya yang menatapnya saat ini memicing menatap Miyuki.

"Aku adalah yang pertama, bukan? Maka.. aku akan menjadi yang pertama menghancurkan cermin es mu ini.."

Wuss!

Ujar Miyuki yang saat ini tampak focus pada Mana dalam tubuhnya yang dialirkan pada Yukianesa miliknya. Hingga tampak uap dingin menguar dari bilah tajam Yukianesa dengan aura putih menguar dari sekitar tubuhnya.

"Tak kan kubiarkan gadis kecil!.."

Syutt! Syutt! Syutt! Syutt! Syutt! Syutt! Syutt! Syutt!

Tak mau memberi kendur pada Miyuki yang masih memfokuskan Mana'nya, gadis bertopeng yang seluruh bayangannya terdapat di seluruh cermin mengelilingi Miyuki langsung melempar senbon ke arah Miyuki yang menjadi pusatnya.

Seperti sebuah hujan peluru senbon yang menuju ke arah Miyuki. namun gadis cantik itu masih tetap tenang memejamkan matanya dengan aura Mana menguar dari tubuhnya.

"Bekukan semua yang menghalangi.. Yukianesa!" gumam Miyuki lirih menjeda kalimatnya disertai irisnya yang terbuka anggun.

[Arctic Blade]!

Wuss! Wuss! Wuss! Wuss! Wuss! Wuss! Wuss!

Jlarr! Jlarr! Jlarr! Jlarr! Jlarr! Jlarr! Jlarr! Jlarr!

Seperti sebuah tanaman yang muncul secara tiba-tiba dari permukaan beton jembatan yang menjadi pijakan Miyuki. muncul ratusan es runcing yang membentuk seperti pedang melingkari Miyuki dan menyebar ke segala arah 360 derajat yang menyebar semakin tinggi.

Trank! Trank! Trank! Trank! Trank! Trank! Trank! Trank!

Pyarr! Pyarr! Pyarr! Pyarr! Pyarr! Pyarr! Pyarr!

Seluruh pedang es raksasa yang muncul di sekitar Miyuki menyebar bagaikan ombak yang langsung menangkis semua senbon dan memecahkan semua cermin yang mengurung Miyuki.

Hingga beberapa detik kemudian, uap dingin mengepul di sekitar area pertarungan kedua pengguna elemen es tersebut. menutupi tempat tersebut sampai tak terlihat apa yang ada di balik kepulan asap dingin itu.

Hingga beberapa menit kemudian, uap dingin menghilang perlahan dan menampakan apa yang ada di dalamnya.

Hingga kini terlihatlah sesosok gadis bersurai hitam panjam yang terduduk bersimpuh sembari mengenggam pedang bergagang biru miliknya yang ujung lancipnya tertancap dipermukaan jembatan tersebut sebagai tumpuan.

"Hah.. hah.."

Nafas Miyuki mulai memburu. Seraya sang gadis cantik itu mulai memandang ke sekelilingnya berusaha mencari keberadaan sang lawan saat ini.

Dimana di pandangannya yang sedikit sayu itu, tempatnya bertarung saat ini penuh dengan pecahan es dan puluhan es yang membentuk seperti gelombang riak air di sekitarnya, dengan Miyuki sebagai pusatnya saat ini.

'dimana dia-..'

Swussss!

Miyuki yang insingnya menjerit seketika menghentikan pandangannya ke arah tepat di depannya. Dimana sekarang muncul seorang bertopeng diadapannya saat ini dengan butiran-butiran es yang menyatu dari udara kosong disekitarnya secara perlahan.

'A-apa?.. tidak mungkin..' batin Miyuki dengan sedikit mata membola sayu menatap lawannya.

Tap!

Sementara lawan Miyuki saat ini tampak menatap jauh kedepan. tepat dibelakang Miyuki setelah berdiri dengan kedua kakinya dengan tegak.

'Zabuza..'

.

.

.

.

_((sAs]]_

.

.

.

.

Crass! Crass! Crass!

Suara tebasan antara Tantou dengan daging terdengar nyaring di atas jembatan yang hampir jadi itu. sementara sang pelaku Nampak berdiri dengan sisa tenaganya agak membungkuk. Ekspresinya tak terlihat karena tertutup bayangan surai hitamnya.

"A-APA!.. KA-KAU IBLIS!" Teriak Gatou yang berada beberapa meter di depan Zabuza dengan tubuh gemetar dan senjata tajam di genggamannya yang mulai mengendur.

Tap! Tap! Tap!

Bagaikan alunan music kematian setiap langkah yang diambil Zabuza. Gatou semakin berjalan mundur perlahan mengikuti langkah Zabuza yang mendekatinya seperti mayat hidup.

"A-ampun.. Zabuza. Ja-jangan bu-nuh aku. ap-apapun kemauanmu, ak-akan ku berikan!" ucap Gatou dengan terpatah-patah karena rasa takutnya dengan tubuh gemetar.

Sring!

Zabuza yang tak menghiraukan Gatou, mendongak menatap pria kerdil itu dengan mata tajam menggelap. Dsertai bayangan poninya itu, menatap bak iblis yang siap membunuh sasarannya saat ini.

Trank!

"A-ampun.."

Gumam Gatou, seraya senjata tajam di genggamannya yang terjatuh karena genggamannya yang mengendur karena ketakutan. Pandangannya pun mulai kesana kemari mencari jalan keluar karena dia sudah berada diujung jembatan.

"Percuma kau memohon ampun pada iblis, cebol.." Balas Zabuza dingin tanpa merubah ekspresinya.

Tap! Wuss!

Duag!

Baru saja Zabuza menyelesaikan kalimatnya dan satu langkah akan melakukan serangan pada Gatou, dia tersentak ketika sebuah tendangan keras mengenainya tepat di kepalanya.

Wuss! Brakk! Brakk!

'Ugh!..' Batin Zabuza seraya mencoba bangkit dengan tubuh yang sebelumnya melayang berputar kebelakang beberapa meter akibat tendangan keras itu.

"Si-siapa kau?!.. bantu aku, bunuh dia! Apapun akan ku berikan untukmu asal kau mau menuruti kemauanku!"

Gatou berteriak keras seperti orang kesetanan ketika melihat sosok berjubah hitam tepat berdiri didepannya saat ini membelakangi dirinya.

Namun sosok yang dimaksut cebol itu hanya diam tak bergeming dari posisinya. Menoleh saja tidak pada si cebol itu. ekspresinya tertutup bayangan hodienya.

Zabuza memicing tajam menatap sosol yang baru datang itu. dengan tantou dimulutnya yang sudah terlepas, tergeletak di dekatnya berdiri.

'Dia..'

Secara bersamaan Zabuza dan Kira yang lumayan jauh dari Zabuza membatin dengan iris memicing tajam.

Hingga beberapa detik berlalu. Tak ada pergerakan sedikitpun dari Zabuza maupun pria yang baru datang itu.

"Gatou.. dimana letak harta itu berada?"

Hingga sebuah suara baritone terdengar di tempat itu. suara berat dari sosok yang tepat berdiri di depan Gatou saat ini.

"I-itu, berada di tempatku.. beberapa ratus meter di sekitaran hulu sungai. Skarang, bunuh-.."

Jleb!

Gatou dan yang berada disana tersentak kaget ketika sosok pria itu malah menusuk gatou tepat di jantungnya dengan benda aneh seperti rambut hitam yang muncul dari tangannya yang di arahkan ke samping dan rambut-rambut itu seperti pedang yang menusuk sasarannya.

Semua orang disana menatap tajam sosok itu.

"Kira.. biar aku yang urus dia." Ujar Zabuza datar menatap sosok aneh itu.

"Tap-"

"Ini adalah mengapa aku bilang kau bodoh Kira.. biarkan aku menebus dosa-dosaku." Ucap Zabuza memotong ucapan Kira.

Deg!

Seketika Kira tersentak dengan ucapan serius Zabuza. Matanya menatap punggung pria yang sudah skarat namun mencoba melawan itu.

"Aku paham maksutmu skarang Zabuza. Heh.. ternyata aku tak sebodoh yang kau kira, bukan?"

Ujar Kira yang sedikit memecah suasana tegang antara dirinya dan pria berjulukan iblis dari kiri itu. membuat Zabuza melirik dengan senyum simpul diwajah skaratnya.

"Kalian banyak bicara juga rupanya.."

Swuss! Wuss!

Ujar sosok berjubah itu yang kemudian melemparkan jasat Gatou ke arah Zabuza dengan benang-benang hitam di tangannya.

Srett! Wuss!

Dengan insting yang sudah terasah puluhan tahun, Zabuza menghindari mayat itu dan melesat dengan segenap sisa tenaganya untuk menghampiri sosok lawannya, seraya mengambil Tantou yang tergeletak di sekitarnya itu dengan kakinya dan menggigitnya kembali.

"Jangan sebut aku iblis dari kiri jika aku tak bisa membunuhmu detik ini juga.. Akatsuki!"

.

.

.

.

.

Swuss!

Jleb! Jleb!

Hanya butuh waktu beberapa detik. Bola mata dari setiap orang yang bertarung di jembatan yang hampir jadi itu menjadi membola seketika.

Ketika sebuah serangan dari Zabuza dengan mudah patahkan dengan rambut-rambut hitam keras yang tiba-tiba muncul dari permukaan jembatan tepat di hadapannya. Dan tepat menusuk perut dari si iblis itu.

Namun yang membuat Kira tersentak adalah, sosok yang ikut tertusuk tepat di hadapan Zabuza. Mereka berdua sama-sama tertusuk tepat di perut mereka.

Jangankan Kira, Zabuza pun juga ikut membolakan matanya ketika melihat siapa yang berada tepat di hadapannya saat ini. yang ikut terkena serangan dari rambut yang seperti tombak tajam namun lentur itu.

"A-apa?!.. ke-napa?" gumam lirih Zabuza pada sosok dihadapannya ini. dengan iris tak percaya, dirinya menatap tepat pada iris hitam sosok itu.

Sosok itu tersenyum dengan wajah cantiknya.

"Hahaha.. guru dan murid. Sungguh drama yang drama yang mengharukan ya, un."

Dalam suasana tegang itu, sebuah suara menggetarkan gendang telinga setiap orang yang ada di jembatan tersebut. tepat dilangit beberapa meter di belakang sosok yang dipanggil Akatsuki tadi, berdiri sosok yang sama dengan jubah yang sama. Namun dia berdiri di atas sebuah naga putih yang sepertinya terbuat dari tanah liat.

Sang pelaku dengan serangan rambutnya hanya diam dengan wajah datar. Tak lupa rambut-rambut menjalar dari balik jubah dibelakang tubuhnya ke bawah menembus permukaan jembatan hingga sampai di tempat Zabuza.

Sementara Kira yang masih tertegun bagaimana mungkin seorang wanita yang tadinya menjadi lawan dari Miyuki, melesat cepat melewati dirinya dan berusaha melindungi rekannya. Iris tajamnya menatap dua orang berjubah hitam dengan awan merah itu secara bergantian.

Tap! Tap! Tap!

Selang beberapa detik, sosok Miyuki dengan seorang kakek tua yang tak lain adalah Tazuna berlari kearah Kira dari belakang pria misterius itu. dan berhenti tepat di samping Kira.

"Kira-san, siapa mereka?.." tanya Miyuki.

"Mereka berdua, adalah kelompok dari organisasi criminal yang sebelumnya pernah digunakan oleh ke lima Negara besar untuk melakukan menjalankan Quest yang bisa dibilang berat dan sangat rahasia.." ucap Kira masih dengan keadaan yang sama.

Kedua orang disampingnya menyimak.

"Namun seiring berjalannya waktu, organisasi itu berubah menjadi criminal akibat hal yang tak diketahui sampai sekarang. Mereka tak menerima Quest lagi, namun langsung membunuh siapapun yang memiliki harta berharga, lalu mengambilnya.." ujar Kira melanjutkan.

"Akatsuki.." Kira menghentikan penjelasannya.

Miyuki hanya menatap sosok dengan serangan rambut aneh yang jauh didepannya dengan serius. Seakan dirinya teringat dengan sesuatu.

"Za-buza-sa-ma.. choug!.. ma-af aku tak bisa menjadi pedangmu ya-yang bi-bisa kau andalkan lagi.. chough!" ucap gadis yang tertusuk bersama Zabuza yang saling berhadapan saat ini.

"H-haku.." balas Zabuza yang juga menahan rasa sakit diseluruh tubuhnya.

Keduanya saling menatap dengan pandangan yang sudah sangat sulit diartikan. Antara menahan rasa sakit dan perasaan mereka masing-masing. Masih berdiri dengan bertumpu pada rambut yang mengeras menembus tubuh mereka saat ini.

"Agg!.. kau terlalu lama Kakuzu! Cepat bunuh dan kita pergi dari sini. Biar ku bawa jasat mereka.. kau jangan memperlambat pekerjaanku, un!" teriak sosok yang berdiri di atas sebuah naga itu yang tampak kesal.

"Diam kau Deidara. Belum saatnya kita pergi dari sini.." balas sosok yang bernama Kakuzu seraya menyeringai dibalik masker hitam yang digunakannya saat ini.

"Apa maksutmu, un?!" perempatan muncul di kening sosok yang bernama Deidara.

Selalu saja rekannya itu membuat dia kesal. Suka sekali bermain-main disaat dia sedang malas dan ingin segera menyelesaikan tugasnya. Tapi dia yakin, pasti ada sesuatu yang menarik sampai membuatnya seperti ini.

Crrkk!

"ARRG!/AGGH!.."

Kakuzu membuat rambut-rambut keras itu semakin melebar. Seakan memperlebar area luka tusukan yang telah ia lakukan. Membuat Zabuza dan Haku semakin merasakan rasa sakit yang lebih dari sebelumnya.

Wuss!

Tiba-tiba semua menjadi hening. Kira dan yang lainnya terdiam memasang kuda-kuda ketika perasaan aneh muncul di insting bertarung mereka.

Kakuzu semakin memperlebar seringainya dibalik maskernya.

Berbeda dengan Miyuki. gadis cantik itu merasakan detak jantungnya yang berdebar tak seperti ia bertarung biasanya. Perasaan aneh yang muncul.

'Ada apa ini?..' batin Miyuki seraya menatap sekitar seakan mencari sesuatu.

Itu pun dirasakan oleh Kira. Iris tajamnya bergerilya menatap sekeliling dengan angin berhembus tenang disekitar pertarungan mereka.

'Ini!..'

Wuss!

Crass!

Jleb! Blarr!

.

.

.

.

_((sAs]]_

.

.

.

.

"Hah.. dia terlalu berlebihan.."

Seorang gadis cantik berambut merah tampak duduk di sebuah pohon yang lumayan tinggi di pinggiran sungai. Menatap dari kejauhan ke arah jembatan yang hampir jadi itu. atau lebih tepatnya ke arah kepulan asap yang tiba-tiba muncul di permukaan jembatan tempat pertarungan yang semakin memanas karena kedatangan dua orang baru tersebut.

Tap! Tap! Tap!

"Kenapa kau begitu yakin dengan orang itu? dia tak memiliki Mana atau Chakra didalam tubuhnya."

Seorang pria berjalan dan berhenti di bawah pohon tempat gadis cantik itu singgah. Tampak pria tersebut memiliki rambut biru mencuat keatas dengan pakaian seperti kimono berwarna biru tertutup jubah hitam. Dengan mata kanannya yang tertutup, menatap tepat sosok dibalik kepulan debu di jembatan tersebut.

"Bukankah kau sudah tau sifatku Ao?.. lagipula kau juga sudah melihatnya saat awal pertemuanku dengannya, bukan?." Balas gadis cantik itu santai. Namun serius disaat bersamaan.

"Hm.. yah, aku juga ingin melihat kemampuannya. Apapun alasanmu memilih dia, kau sama saja memasrahkan hidupmu padanya.. kau tau itu, kan?.." pria bernama Ao itu melirik gadis yang berada di atas dahan pohon itu.

"Fu~fu~.. mari kita bertaruh Ao?.." gadis cantik itu tertawa kecil dengan yakinnya.

"Heh.. aku tak yakin jika aq yang akan menang.." balas Ao dengan sedikit menyeringai pasrah.

.

.

.

.

_((sAs]]_

.

.

.

.

Kepulan debu dan asap masih menyelimuti jembatan yang hampir jadi itu. hingga beberapa detik kemudian, sosok manusia tampak di balik kepulan itu.

Wuss! Tap!

Kakuzu yang sebelumnya menghindar dengan melompat tinggi kebelakang, mendarat tepat di atas naga tanah liat yang ditumpangi Deidara. Menatap kepulan debu dibawah mereka.

"Hei, Kakuzu.. apa dia yang kau tunggu, un?" tanya Deidara.

"Hm.."

"Hah.. bocah itu lagi, un.."

"Hm.."

Tuich!

Perempatan muncul di dahi Deidara ketika mendengar mode uchiha muncul. Dia sangat tak suka dengan yang namanya uchiha.

"Bicaralah yang jelas Kakuzu! Ku ledakkan mulutmu jika kau bicara seperti si muka tembok itu, un!" Deidara kesal dengan menunjuk-nunjuk wajah Kakuzu yang berada di sampingnya gaje.

Namun lawan bicaranya hanya diam menatap tempat yang sama. Mengabaikan Deidara yang berceloteh.

.

.

"Siapa itu, Kira-san?" tanya Tazuna bingung.

Karena memang notabennya dirinya bukanlah seorang petarung. Hanya seorang tukang bangunan yang menjabat kepala desa di tempatnya ini.

"Dia.."

Kira yang ditanya hanya bergumam tak jelas yang membuat Tazuna semakin bingung dan kembali menatap sosok dibalik kepulan debu tersebut.

Kira yang sejak tadi memasang kuda-kuda tempurnya sedikit mengendur dengan iris sedikit membola.

Berbeda dengan Miyuki. gadis cantik itu memandang sosok dibalik kepulan itu dengan tubuh sedikit gemetar. Detak jantungnya berdetak semakin kencang melihat apa yang ada di depannya.

'Perasaan ini..' batin Miyuki.

.

.

Srett! Tap! Tap!

Dibalik kepulan debu itu, sosok tersebut membopong seorang pria dan mendekap seorang gadis. dan membawa keduanya keluar dari kepulan asap itu ke pinggiran jembatan.

Hingga ketika sosok itu keluar, terlihatlah seorang pria dengan rambut pirang yang bergerak liar terkena hembusan angin. Pakaian seperti jubah hitam berkerah tinggi hingga hidungnya.

Pakaian dengan satu lengan kiri pendek dengan lilitan perban di tangan kirinya. Berbeda dengan lengan kanannya yang panjang.

Semua mata tertuju pada sosok pria pirang tersebut.

Pria itu meletakkan pria yang di bopongnya telentang. Sementara sang gadis masih ia dekap dengan posisi dirinya yang sedikit berjongkok.

Iris blue shappire'nya menatap sang pria yang tubuhnya tak utuh karena satu lengan telah tiada. sang pria yang tak lain adalah Zabuza yang sudah tak menghembuskan nafasnya lagi.

Puk!

Hingga irisnya teralihkan menatap seorang gadis cantik dipelukannya yang tangannya menyentuh pipi pria pirang itu dengan lemah. Hingga tangan kanan pria pirang itu ikut menggenggam tangan sang gadis dipipinya.

"N-naru-to.." gumam Haku dengan sisa tenaganya. Irisnya terbuka sedikit seraya menahan rasa sakit. Memandang iris biru seorang pria yang telah datang membantunya.

"Haku.. cukup. Kau tak perlu berjalan lebih jauh lagi.. aku sudah tau masalahmu." Ucap sosok pirang itu yang tak lain adalah Naruto dengan lirih. Seakan berbisik pada sang gadis.

Sang gadis tersenyum dengan darah mengalir dari sela-sela bibirnya. Mengangguk lemah menatap iris biru sang pria.

Genggaman tangan Naruto semakin erat dirasakan Haku. Dapat dilihat dengan irisnya yang sudah mulai meredup, wajah seorang pria yang baru ditemuinya beberapa hari lalu. wajah datar namun juga menjengkelkan.

Suatu prasaan aneh muncul di hatinya. Dia tak menyangka, seorang yang baru dikenalnya datang pada saat seperti ini. senang, sedih, kecewa dia rasakan saat ini. apapun yang dia rasakan, apapun yang telah terjadi, apapun itu. haku merasa bersyukur telah bertemu dengan pria ini sebelumnya.

Memang benar apapun yang dikatakan pria ini, jadilah dirimu sndiri. Berjalan dijalan yang telah kau pilih. Dan berhenti saat kau lelah.

Haku pun bersyukur karena dapat mengikuti Zabuza sampai saat terakhitnya. Haku sadar, jika malaikat penolongnya itu telah sadar. Dan dirinya yang merupakan pedang bagi sang Master, mampu bersama sang Master sampai akhir hayatnya.

Tak perlu terus berbohong dengan perasaannya sendiri. Tak perlu lagi memasang wajah palsunya. Tak perlu lagi membunuh. Setidaknya, berharap Kami-sama mengampuni dosanya dan sang Master.

Untuk terakhir kalinya, Haku merasa berguna Dan dianggap oleh orang selain Zabuza.

Masa kelamnya seakan berubah ketika mereka berdua ada di hidupnya. Walaupun masa-masa itu tak bisa dilupakan, namun untuk terakhir kalinya dia merasa bahagia.

"Na-ruto.. Te-rimaka-sih, Aku ba-hagia bi-sa be-bertemu d-enganmu.. te-rimakasih, Naru-toh.."

Perkataan terakhir Haku yang seperti berbisik sangat pelan itu didengar jelas oleh Naruto yang ekspresinya tak terlihat oleh bayangan poninya. Bahkan diakhir kalimat gadis itu, telapak tangan yang menyentuh pipi kanan Naruto terjatuh dengan kelopak mata haku yang tertutup perlahan disertai air mata yang menetes perlahan melewati pipi mulus sang gadis.

Jatuh bagaikan slow motion ke bawah. Dan hancur mengurai membentur permukaan jembatan.

Haku tersenyum.

Angin yang tadinya berhembus, kini tak ada. Semua seakan berhenti disaat yang bersamaan.

Suasana menjadi sunyi, dengan Naruto yang hanya diam dalam posisinya.

Tak ada pergerakan.

.

.

Kira, Miyuki dan Tazuna melihat semua itu. sosok yang baru saja tiba dan menyelamatkan kedua pembunuh bayaran tersebut hanya diam memeluk sang gadis yang telah tiada.

Ketiga orang berbeda gender itu diam menyaksikan.

Namun untuk Miyuki, dia bukan melihat Haku. Melainkan sang kakak yang bahkan tak melihatnya sama sekali.

Perasaan gadis cantik itu, pun itut campur aduk antara senang dan sedih. Dia senang karena dapat bertemu sang kakak lagi, namun juga sedih karena seakan sang kakak tak menganggap dirinya ada di dekatnya.

'Naru-nii..' Batin Miyuki yang irisnya mulai berkaca-kaca melihat sang kakak.

.

.

Naruto dengan perlahan meletakkan tubuh tak berdaya Haku disamping Zabuza. Hingga pria pirang itu berdiri dengan kepala yang masih menunduk sedari tadi. hingga tak terlihat ekspresi wajahnya sama sekali.

Berdiri membelakangi Akatsuki yang masih melayang di udara melihat ke arah dirinya.

Tangan kanannya yang memegang Tantou semakin mengeras hingga bergetar. Kebiasaan dirinya dalam memegang senjata terbalik dimana bilah tajamnya berada dibawah ia gunakan saat ini.

Sring!

Deg!

Hingga ketika Naruto mengangkat sedikit kepalanya seraya menoleh ke samping kanannya dimana anggota Akatsuki itu berada, tampak cahaya biru yang menyala dari mata kiri sang pria pirang. Hingga membuat setiap orang yang ada di sana merasakan hal yang aneh.

"Deidara.. bersiaplah.." ujar Kakuzu menatap tajam Naruto dibawah sana.

Wuss!

Sring! Sring! Sring!

Setelah mengakhiri kalimatnya, Kakuzu melompat dari naga itu dengan melemparkan tiga buah surikan dari kantung ninja di pahanya ke arah pria berambut pirang tersebut.

Srett! Srett! Srett!

Jleb! Jleb! Trank!

Hanya menggerakkan tubuhnya untuk menghindar, dan menangkis suriken terakhir dengan Saber yang ia ambil dari belakang punggungnya, dan mengarahkan tepat di depan wajahnya sebagai perisai.

"Kau lihat kemana bocah.."

Swuss! Wuss!

Brakk!

Baru saja beberapa detik Naruto menahan lemparan suriken itu, sebuah suara membuat insting bertarungnya menjerit. Benar saja, ketika tepat dari atasnya helaian rambut hitam yang keras dan runcing meluncur cepat berusaha menghancurkan dirinya. dan jembatan itu menjadi korban.

Wuss! Tap! Tap! Tap!

Dalam keadaan melayang dan turun tertarik grafitasi, dirinya memicing tajam menatap sosok yang keluar dari kepulan debu dibawahnya dan berlari menaiki rambut miliknya yang tersambung dengan tangan kanannya.

Serangannya gagal.

Wuss! srett!

Bagaikan slow motion, Naruto yang memegang Saber terbalik di tangan kirinya, ia arahkan ayunan vertikal dari atas ke bawah kearah kepala Kakuzu yang sedikit terkejut dengan kecepatan Naruto. hingga tersisisa beberapa centi dari wajah Kakuzu yang irisnya menatap tepat bilah tajam Saber yang terlilit kain putih itu.

Trank!

Wuss! Byurr!

Hingga dengan kerasnya, Kakuzu terlempar meluncur mencium permukaan air dengan keras.

Wuss! Wuss!

"Kau hebat juga bocah.. tapi lawanmu bukan hanya dia.."

Diwaktu yang sama, Suara kembali terdengar di telinga Naruto yang masih melayang diudara. Dua buah burung kecil berwarna putih terbang ke arahnya.

KATSU!

Blarr! Blarr!

Benar saja, dua burung itu seketika meledak saat beberapa centi dari tubuh Naruto ketika Deidara mengucapkan tehniknya.

Wuss!

Tap!

'Apa!?..'

Semua orang terutama Deidara terkejut ketika melihat Naruto bahkan baik-baik saja dan mendarat dipermukaan jembatan itu dengan santai. Serangannya seakan percuma.

"A-apa yang terjadi?! Serangannya mengenai pria itu telak. Tapi, kenapa tak berpengaruh?.." Tazuna tampak syok menatap Naruto.

"Dia bukan orang sembarangan, Tazuna-san.. lihatlah."

Ucap Kira seraya memberi intruksi pada pria tua itu. begitupun Miyuki yang mendengarkan ucapan Kira, sedikit kagum dan cemas pada sang kakak.

"Belum selesai, un!"

Wuss! Wuss! Wuss! Wuss! Wuss!

Beberapa detik Naruto mendarat dan berdiri membelakangi Deidara, teriakan itu kembali muncul dengan puluhan burung yang sama menuju ke arahnya.

"KATSU!.."

BLARRRRR!

"NARU-NII!.."

.

.

Hingga beberapa detik berlalu, api yang berkobar di tempat Naruto semakin mengecil dan terus mengecil. Hingga asap hitam yang mengepul juga semakin menghilang hingga Nampak sosok yang berada di dalam kepulan asap itu.

Semua pasang mata di jembata itu semakin terkejut ketika menatap sosok didalam kepulan itu yang tampak merendah menggenggam pedang besar.

"Kalian, harus mati ditanganku.. AKATSUKI!"

Blarrr!

Wuss!

Diakhir ucapan sosok dibalik kepulan asap itu, sebuah gelombang kejut muncul dari Naruto. hingga sebuah aura merah menari-nari di sekitar pria pirang itu. mata kirinya yang berwarna biru pekat dengan iris vertical putih terlihat bersinar disana.

Rambutnya terangkat seperti kobaran api disana. Iris dingin nan menusuk tampak diwajah sang pria pirang itu.

Semua orang yang ada disana dengan jelas mampu melihat sosok yang berbeda dari Naruto. apalagi tak terasa sedikitpun Mana atau Chakra dalam tubuh sang pria pirang.

'Kekuatannya meningkat secepat itu?.. bagaiamana bisa? Apa itu tehnik yang pernah dia gunakan waktu itu?.. tapi sepertinya bukan.' Batin Deidara mengidentifikasi lawannya.

.

"I-ni kah kekuatan Naru-nii selama ini?" gumam Miyuki kagum pada sang kakak.

"Tidak.. aku yakin dia masih menyimpan kekuatannya yang sesungguhnya." Sahut Kira yang menatap Naruto. membuat kedua orang di sampingnya bingung dengan ucapannya.

Namun kembali penglihatan mereka melihat sosok Naruto disana dengan serius.

.

Bruss! Wuss!

Sring! Brakk! Brak! Brakk! Brakk!

Tak menunggu sang pria pirang bernafas lega, helaian rambut seperti tombak lentur muncul dari dalam air dan dengan cepat keudara dan menghujani tempat Naruto berada. namun dengan mudah Naruto berlari menghindari serangan beruntun itu dengan kecepatannya yang bertambah.

Tap! Tap! Tap!

Wuss!

GOARR!

Ketika Naruto melesat, tiba-tiba muncul sosok aneh bertubuh besar berwarna hitam dengan topeng putih bergaris merah tepat di depannya beberapa meter yang melompat dari dalam air.

Zuorr!

Dengan intensitas tinggi, sosok itu menyemburkan api besar dari dalam mulut topeng itu tepat ke arah Naruto yang tak menghindar sedikitpun.

"Enyahlah kau.."

Tap! Tap! Sring!

Wuss!

Tanpa menghiraukan bola api besar itu, Naruto memegang gagang Saber dengan kedua tangannya seraya melakukan gerakan menghunus kedepan dengan cepat. lalu melompat keatas ketika api itu telah ditembus begitu saja dengan mudah.

Sring! Crass!

Dengan kecepatannya, Naruto bermanufer diudara dan membelah sosok itu degan mudah tepat ditubuhnya hingga terbelah menjadi dua. Dan berhenti tepat di belakang makhluk itu.

"Aku belum selesai bocah.." ujar seorang pria dengan jubah awan merah yang tepat diatas Naruto.

Wuss! Wuss! Grrb!

Tepat saat itu juga, sebuah suara berat diiringi dengan puluhan helai rambut keras muncul dari kedua tangan Kakuzu dan meilit tubuh Naruto hingga menutupi seluruh tubuh pria pirang itu.

Tap!

"Jangan sok kau Kakuzu! Lihatlah seni ledakanku, un!" teriak Deidara setelah Kakuzu berhasil mengambil

Jarak lumayan jauh dari sang target.

(C1)

Wuss! Wuss! Wuss!

Dengan tehniknya, Deidara melemparkan puluhan laba-laba putih seukuran kepalan tangan manusia ke arah Naruto yang terkurung. Hingga seluruh laba-laba itu jatuh dan menempel.

DUAR! DUARR! DUARRR!

Ledakan demi ledakan terjadi akibat laba-laba yang dilemparkan Deidara. Hingga ledakan itu berhakhir dengan api yang lumayan besar di tempat Naruto.

Semua pasang mata disana menyaksikan tak ada pergerakan sama sekali.

Wuss!

Api itu menghilang dengan cepat. menyisakan kepulan asap dan sosok berdiri tegak memegang pedang besar yang bilahnya tertancap di permukaan jembatan tersebut.

"Ternyata kau masih hidup bocah.." ujar Kakuzu yang memicing tajam menatap Naruto yang berada dalam kepulan asap tersebut.

"Akan ku ledakkan kau lagi bocah!.."

Boff! Boff! Boff! Wuss! Wuss! Wuss!

Tak mau tinggal diam karena serangannya gagal, Deidara mengeluarkan kembali c1 dengan burung-burung yang berjumlah puluhan itu dan dia lemparkan. Yang otomatis terbang ke arah Naruto yang masih memejamkan matanya.

Grrrr!

Zuorrr!

Kakuzu tak mau tinggal diam. Dirinya menunggangi sang monster miliknya itu dan menyemburkan bola api yang lebih besar dari sebelumnya dari belakang pria pirang itu.

Hingga dua buah serangan bersamaan mengarah tepat pada Naruto yang masih tertutup asap hitam dari arah yang berlawanan.

Sring!

"Kalian menjengkelkan.." bagaikan slow motion, Naruto membuka kedua matanya dan sinar biru terlihat dibalik kepulan asap itu dari mata kiri pria pirang itu. dengan dingin Naruto berkata.

[Ittou Shura]

Duarr‼

Sring! BLARR! BLARR! BLARR!

Setengah dari jembatan yang sudah hampir jadi itu hancur tekena ledakan beruntun dari kedua anggota Akatsuki itu. ditambah sosok Naruto yang tak bergeming dari tempatnya dan memunculkan hal yang tak terduga.

"Mati kau bocah, hahaha!" ucap Deidara.

Sementara Kakuzu memicing tajam melihat jembatan yang hancur itu dari air, karena sebelumnya dirinya telah menghindari ledakan tersebut dan mendarat diatas air.

Wuss!

Semua mata terkejut ketika melihat apa yang terjadi pada kepulan asap dan debu yang menyelimuti reruntuhan jembatan tersebut.

Terlihatlah sosok Naruto yang berdiri diatas air dengan aura merah menguar dari seluruh tubuhnya yang lebih besar dari sebelumnya. Sebuah garis abstrak terlihat di leher belakangnya menjalar hingga separuh pipi kirinya. Dan berhenti tepat di mata kirinya.

"Sekarang giliranku.." ucap Naruto dingin.

Sring! Blarr!

Naruto menghilang dari tempatnya berdiri meninggalkan ombak akibat dirinya.

Sring!

"A-apa?!.."

Kakuzu membolakan matanya ketika Naruto dengan jubahnya yang berkibar itu telah berada di belakangnya bersiap mengayunkan Saber ditangan kirinya.

Sring!

Zrass! Duag!

Dengan keras ayunan pedang itu kembali membelah tubuh monster Kakuzu menjadi dua dan melakukan tendangan berputar dengan keras ke arah Kakuzu.

Wuss! Tap! Tap!

Bruak!

Detik itu juga, Naruto kembali muncul dibelakang Kakuzu yang masih terlempar itu dan menggunakan Saber untuk melakukan serangan upper. Hingga mengenai tubuh Kakuzu dan kembali dengan keras tubuh itu melesat ke udara ke arah Deidara yang masih setia diatas naganya.

'A-apa?!.. dia menghajar si tua itu!' batin Deidara yang masih syok dengan kecepatan dan kekuatan Naruto yang meningkat dua kali lipat dari sebelumnya.

"Hei pirang! Kau lihat kemana?!.."

Sebuah suara muncul di saat yang sama. Dan terlihatlah Naruto yang membuat kuda-kuda dengan Saber siap di ayunkan. Wajah dingin pria itu tak pernah hilang disaat pria itu bertarung.

Saber tampak bercahaya putih kemerahan yang semakin terang.

[Halfmoon Slash]

SRING! SWUZZ!

Dengan sekali ayunan horizontal dari kiri ke kanan 180 derajat, hingga muncul sebuah gelombang merah yang membentuk separuh bulan yang lebarnya sekitar 500 meter. Meluncur cepat ke arah Kakuzu yang masih melayang detik itu juga. Serta Deidara yang berada tak jauh, yang membolakan matanya menyaksikan serangan Naruto terbang kelangit itu.

Zrasss‼ Wuss!

"ARRRG!"

Hingga dengan mudah Kakuzu terbelah menjadi dua bagian dengan Deidara yang berhasil menghindar dengan Naganya walaupun susah payah dia bermanufer secara mendadak.

Blarr! Sring!

Masih dalam waktu yang sama, Deidara dikejutkan lagi dengan Naruto yang menghilang dari tempatnya menyisakan gelombang riak air yang lumayan ditempatnya berpijak sebelumnya.

"Kau melihat kemana, pirang?.."

Bagaikan slow motion, iris Deidara yang sebelumnya melihat kebawah dengan keadaan naganya yang belum seimbang dia melihat Naruto telah berada di belakangnya bersiap mengayunkan Tantou ditangan kanan pria itu.

Wuss! Crass!

'Argg! Bocah ini..' batin Deidara yang sudah melompat untuk menghindar, namun masih terkena tebasan di tangan kirinya hingga terpisah dari tubuhnya.

Boff!

Tap! Wuss!

"Makan itu bocah!" dengan cepat ternyata Deidara telah menyiapkan sebuah tanah liat berbentuk burung ditangan kanannya. Ia lemparkan dan berubah menjadi burung untuk ia tumpangi setelah ia tadi memilih melompat dari naga tanah liat miliknya.

Bomm‼

Naga milik Deidara itu seketika meledak ketika sang tuannya berpindah tempat dan terbang menjauh ke tempat lebih tinggi agar tak bisa terjangkau dan terkena ledakan naga miliknya.

Wuss! Tap!

Namun dengan mudah Naruto telah menghindar dari sang naga, dan dengan cepat mendarat di sisa jembatan itu. menatap datar Deidara yang juga menatap datar dirinya, walau dengan satu tangan yang masih tersisa.

'Bocah macam apa dia itu, un?.. dengan mudah menghindar dari ledakanku. Dia mampu berdiri diatas permukaan air. Sedangkan dirinya tak memiliki Chakra dan bukan seorang Sorcerer dengan Mana. Kemampuannya untuk meningkatkan kekuatan fisiknya luar biasa..' batin Deidara masih mengamati Naruto.

'Dia juga berhasil mengenai tangan kiriku hanya dengan sekali serangan. Jika hanya ayunan senjata sekecil itu dengan serangan biasa tak akan mungkin tanganku terpisah seperti ini.. pasti kemampuannya itu yang menambah kecepatan serangannya hingga sampai seperti ini.' lanjut Deidara.

Dalam mode yang masih sama, Naruto menatap Deidara yang terlihat menyeringai walau sudah berhasil ia sudutkan.

"Heh.. hoi Kakuzu!. Sudah cukup bermain-mainnya.. kita masih ada tugas setelah ini. cepatlah, un!" teriak Deidara.

"Aku sudah selesai Deidara.. kau bawa ini!"

Ujar Kakuzu yang tiba-tiba menaiki sebuah monster hitam yang sebelumnya sudah dua kali dibunuh Naruto. namun monster ini memiliki sayap dipunggungnya untuk terbang. Tak lupa dua buah mayat ia bopong di kedua tangannya dan dilemparkan kepada Deidara. Yang ditangkap oleh ekor burungnya yang seperti sebuah telapak tangan yang menutup.

'Sial. Dia berhasil membawa mereka berdua.. dan kenapa tubuhnya masih utuh? Hanya pakaiannya saja yang rusak.' Batin Naruto yang mengamati gerak-gerik lawannya yang ternyata masih hidup setelah terkena serangannya.

"Hmm.. kau memang bukan pemuda sembarangan. Kau akan menjadi koleksi yang menarik nantinya." Ujar Kakuzu datar.

Zing!

Sebuah lubang hisap muncul tepat diantara kedua orang Akatsuki itu dan menghisap mereka berdua yang melayang diudara secara bersamaan dengan perlahan.

"Tunggu pembalasanku bocah!" ucap Deidara sebelum benar-benar menghilang dari tempat itu.

Hingga kini. Suasana ditempat itu menjadi sunyi. Hanya hembusan angin dan suara gemericik air yang terdengar.

Tempat itu sudah separuh hancur akibat pertarungan yang terjadi.

Naruto yang sudah menghilangkan modenya, berdiri menatap tempat kepergian kedua orang lawannya tadi. dengan wajah datarnya, seakan semua tak ada yang terjadi.

Naruto menundukkan wajahnya hingga beberapa saat hingga bayangan poninya menutupi ekspresi wajahnya.

Hingga ketika wajahnya sedikit terangkat dan memandang ke depan. Didalam bayangan kedua matanya itu, sebuah cahaya dimata biru dimata kirinya yang beriris vertical putih terlihat setelah kelopak mata kirinya terbuka.

Seringai terlihat di wajahnya yang separuh gelap karena bayangan itu.

.

.

.

.

'Semua sudah ada di depan mata..'

.

'Akan ku habisi kalian.. Akatsuki..'

.

.

.

.

.

.

.

To be continued…

.

Ending:

Meteor by T.M. Revolution.

.


A/N: Assalamualaikum. Maaf untuk keterlambatannya yang sangat offer ini. saya sebagai manusia biasa yang tak lekang oleh wakt- eh kesibukan dunia nyata.

Apalagi 1th pendidikan. Jadi baru bisa pegang ni lepi-chan. Dan mungkin akan up lagi lama. Gak tau juga sampai kapan.

Jadi saya mohon maaf untuk yang sebesar-besarnya atas kekecewaan kalian. Dan saya mohon maaf tak bisa memberikan yang terbaik untuk kalian karena dimasa cuti saya yang sudah habis ini.

Saya harap kalian memaafkan saya.

Untuk akun fb saya, saya tak tau bagaimana itu bisa hilang. Terblokir atau apa saya tak tau. jadi untuk melihat isi fict saya agak susah dan harus buat akun baru.

Mm, mungkin jika ada yang mau berbincang dengan saya silahkan pm saya atau berikan komentar kalian di kolom review. trimakasih untuk kalian para readers-san.

mungkin jika ingin lebih lanjut, kirim no Wa no apalah terserah kalian. mari kita berteman wkwk.

Dan terakhir jangan lupa Fav and Follownya kawan. Serta jika ada pertanyaan dan komentar silahkan coret-coret di kolom Review yang tersedia. Karena kyo sangat butuh saran dari kalian jika ada yang salah dalam penulisan dan lainnya kawan.

Tapi ingat, sampaikanlah dengan sopan, maka saya dengan senang hati menerima kritikan anda. Tapi jika tidak, so, maaf sekali. Anda tau sendiri nanti.

Karena HINAAN dan KRITIKAN itu dua hal yang berbeda. Anda pasti tau sendiri perbedaannya kawan.

Cerminkanlah diri anda dengan apa yang anda katakan. Bertanggung jawablah dengan segala yang anda katakan.

.

See you next time!

Kyoigneel out!