Immortal

Disclaimer : Masashi Kishimoto dan Ichie Ishibumi.

Presented by : FI - Ethelope

Rating : M [For Scane Blood and Leguage]

Genre : School Life Magic, Action, Modern Life, Alternatif Universe, Fantasy and Etc.

Warning : Typo... Mainstream... Oc... Ooc... EYD... Gaje... MultiCharaAnime... Bahasa sangat Kacau... And Etc

.

.

.

Summary : Nidaime Rikudou Sannin, Ninja penuh kejutan, segelintir julukan dari anak manusia pemilik marga Uzumaki dan Namikaze itu. Dengan kemampuan regenerasi Naruto terlalu membebani tubuhnya, dia harus rela bahwa dia hidup sebagai orang memiliki umur panjang atau secara harfiahnya adalah Immortal.

.

.

.

Opening Themes Song : Luck Life by Symbol

.

.

.

Chapter 12 : Arc 2 part 2

Shion, ia menatap tak percaya dengan sesuatu yang ada di depannya ini. Wajahnya sudah menghijau tidak membuat Naruto merasa iba dengan keadaan mereka saat ini, pemuda itu bahkan dengan santai memakan apapun yang dia temui selama perjalanan.

"A-Aku tidak mau makan ini!" Shion membuang muka kesal, kedua tangannya ia lipat di bawah dada. "Oh ya sudah. Aku tidak mau mendengar ocehan laparmu setelah ini, anak manja." Naruto memutar matanya bosan.

Siang sudah tergantikan oleh malam penuh akan kegelapan Magicial Forest itu, bahaya dari Magicial Beast liar dan hewan hewan beracun menjadi teror sempurna bagi bangsawan semanja Shion, belum lagi Hunter yang menjadi tujuan mereka saat ini. Tak ada cahaya selain mengandalkan api unggun yang Naruto ciptakan dari aliran perubahan Cakra Katon sebagai mana ini adalah kekuatan nya.

Shion menggertakan giginya sekuat tenaga menahan isakan tangis yang bisa keluar kapanpun, pipinya memerah dan mata yang biasanya memancarkan kesombongan kepada siapapun di bawahnya berkaca kaca namun di hiraukan oleh Shinobi kekal yang satu ini. Ia masih sibuk memakan makanannya.

"A-Aku tidak kuat hiks aku mau pulang." Tentu saja begitu, Naruto menghela nafas kasar. Hal ini, kenapa Naruto keberatan untuk satu tim dengan anak anak berlatang belakang luar biasa namun bermental tipis, Shion salah satu dari type orang yang di benci oleh sang Dewa Shinobi. Meskipun jujur dia sedikit kesal, ia tidak dapat melakukan sesuatu yang menambah tangisan merepotkan dari Shion.

Ia memasukan lagi makanannya tanpa beban apapun, "kau bisa kembali ke tempat itu namun dengan resiko Kematian lebih tinggi untuk mengambil seluruh keperluanmu baik stock makanan ataupun kebutuhan pribadi yang kau punya." Naruto pikir, Shion bukanlah bangsawan bodoh dengan menuruti ucapan nya barusan. Bangsawan itu pasti mengerti dengan kondisi mereka sekarang, teror dari Hunter belum memiliki cukup bukti apapun menjadi hal paling berbahaya untuk saat ini.

"Ba-Bagaimana aku memakannya jika belum pasti ini bisa di makan. Kau tahu bagaimana hidupku kan? mana mungkin aku bisa senasib sial seperti sekarang!" nada yang di gunakan Shion menggambarkan betapa frustasinya dia, ia membayangkan tidur tenang di kasur empuknya, memakan apapun yang dia mau tanpa memiliki masalah dengan keuangan, atau bahkan menyuruh bawahannya melakukan apapun seperti yang ia perintahkan, bukan seperti sekarang.

Hal ini wajar untuk seorang pemula, Naruto tidak menyalahkan Shion mengingat apa yang sudah terjadi di luar dugaan. Keperluan mereka tertinggal di tempat Shion kalah dalam pertarungan 3 vs 1. Sedangkan Naruto yang tidak membawa apapun menjadi harapan palsu bagi Shion.

Mereka tidak makan sejak siang tadi, sepanjang perjalanan tak ada satu pun sungai untuk memancing dan mendapatkan santapan untuk sementara, tak ada air dan tidak ada makanan yang bisa di konsumsi dengan layak, kecuali Ular berukuran besar yang sekarang ini telah mati di bakar mengeluarkan bau harum khas daging bakar namun justru membuat Shion mual.

Banyak dari jenis hewan bisa di konsumsi namun hal itu berbeda jika hewan layak makan merupakan bagian dari spesies Magicial Beast, yang memiliki Mana liar dan tentu tak akan pernah cocok dengan Mana milik Manusia. Mungkin bagi Naruto tidak masalah, namun bagaimana dengan Shion? walau hanya satu gigitan kecil, setiap urat dan daging Magicial Beast terdiri dari serat serat tipis Mana liar mereka, jika Shion memakannya, dalam kurun waktu 3 sampai 5 menit terjadi bentrok dua kekuatan yang saling menolak satu dengan lainya, kemudian berakibat paling fatal hilangnya kesadaran Shion oleh Mana liar dari Magicial Beast itu sendiri.

Jujur, Naruto pun tidak peduli dengan nasib gadis ini, ia bahkan berniat meninggalkan Shion saat battle singkat berakhir kekalahan bagi tuan putri Senju, namun kembali lagi dengan nasib anggota Klub yang di dirikan oleh Reinhard, tentu jika Shion pulang hanya tinggal nama, ada kemungkinan hal buruk benar benar menjadi nyata merupakan harga yang mereka bayar dari Bangsawan Senju, mengetahui putri mereka tewas dalam pengawasan.

"Sebaiknya kau memakan apa yang ada, Kau akan feeder di pertarungan berikutnya."

"Jangan bercanda! kau pikir aku siapa, sialan!"

"Tutup mulutmu, jalang!" Ucapan dingin yang keluar dari mulut Naruto cukup untuk membungkam Shion. Gadis itu menggigil pelan merasakan hawa dingin dari ujung tulang ekor yang berlahan merangkak naik ke punggung membawa hawa tidak mengenakan, ia bergidik ngeri melihat kilatan tajam dari remang remang cahaya seakan tatapan itu bisa menguliti Shion kapanpun. Tak pernah, ia merasa setakut ini dengan orang lain, ia seperti melihat sesuatu yang mengerikan berdiri kokoh bagaikan bayangan di belakang Naruto.

"A-Apa katamu? rakyat jelata sejenis dirimu mana mengerti tentang kesehatan! kau hanya manusia rakus, binatang, bahkan tak bisa membedakan mana yang baik untuk dirimu sendiri!"

"Akhir akhir ini kau terlalu banyak bicara ya, anak manja. Bangsawan atau apapun itu tidak akan pernah bisa menolong mu dari apapun yang berbahaya saat ini, kau ingin tahu bagaimana aku melakukan sesuatu kepada mu?" Shion kembali mengigil ketakutan setengah mati bagaimana Naruto mengangkat sebilah long knife sejajar dengan mata bulat dari sang bangsawan Senju tersebut, hanya terpaut oleh jarak beberapa cm untuk memberikan kecacatan untuk penglihatan Shion.

Ia menelan bulat bulat air liur nya sendiri, dalam satu kali tebasan melintang dari sisi atas memaksa Shion untuk menutup mata ngeri berharap apa yang terjadi selanjutnya tidak terlalu sakit. Namun bukan sakit yang dia rasakan, tapi bau menyengat namun enak secara bersamaan memancing rasa penasaran Shion untuk segara membuka mata.

"I-Ini?"

"Empedu ular. Bagian paling aman untuk di konsumsi, memang tak terlalu banyak, tapi protein yang ada di sini cukup untuk membuktikan jika ini aman." Satu satunya cara untuk membungkam mulut mengerikan Shion adalah dengan memaksa nya untuk menelan apa yang ada meskipun sedikit tipu muslihat, ia sudah terlalu lelah hari ini, ia ingin tidur lalu melanjutkan perjalanan besok pagi, meski harus berhadapan dengan Hunter pun ia tidak akan pernah peduli.

"Aku tidak percaya padamu, kau membenciku. Ada kemungkinan kau ingin membunuh ku disini kan? Meski dengan cara yang seperti ini?"

"Kau hanya terlalu mengandalkan gelar bangsawan di belakang namamu! jika pun aku ingin, membunuhmu merupakan perkara dengan hasil yang pasti. Cepat makan!. Sesuatu yang... " Ia menghentikan perkataannya membuat Shion setengah bingung dan kesal.

Naruto menghela nafas pelan. Ia tak pernah menyangka apapun akan secepat ini. Ia mengabaikan umpatan Shion sebelumnya kemudian membuang muka kesamping. "Tidak, lupakan apa yang sudah ku katakan. Sebaiknya kau tidur, aku akan berjaga malam ini." Ia bangkit dari duduknya kemudian mulai berjalan menjauh menghiraukan tatapan bingung Shion. Ia menyentuh permukaan tanah lalu kemudian sensor yang mengandalkan getaran dari langkah kaki dalam satu lingkup kawasan aktif, ini lebih menghemat Cakra meskipun Cakra di tubuhnya sangat tidak terbatas, selain itu, dengan tidak mengeluarkan Cakra, musuh tak akan bisa melacaknya.

"Apa yang kau lakukan?"

"..."

Tak ada jawaban dari Naruto bukan hal pertama yang Shion rasakan, ia bahkan mulai terbiasa di hiraukan begitu saja, ia memilih mencari posisi senyaman mungkin di atas puluhan daun yang tertata rapi sebagai pengganti kasur. Ia mengeratkan pakaian kebesaran milik Naruto yang ia pinjam ketika merasakan udara semakin malam semakin buruk untuk kesehatan Shion.

"Benci aku mengatakan nya, tapi terima kasih. Aku mengandalkan mu malam ini, Arashi-san."

Lagi lagi yang Shion dapatkan hanya hening tanpa suara balasan, ia mulai lelah, sudah cukup dengan kejadian buruk pada hari ini. Ia memunggungi Naruto masih menyentuh lembut permukaan tanah dengan mata yang masih terpejam, menguap lebar, ia menggosokan beberapa kali matanya kemudian jatuh dengan kesadaran tertelan oleh dengkuran halus menandakan gadis itu sudah tertidur tanpa harus mengoceh sana sini.

Naruto menatap punggung Shion, ia tidak menyangka akan mendengar ucapan tanpa beban seperti itu dari seorang yang menurut Naruto arogan dan selalu menggunakan nama keluarga dalam hal apapun. Naruto memejamkan matanya, mulai dari kepribadian, cara ia berbicara, bahkan setiap perilaku menyebalkan dari Shion benar benar mirip dengan Shion di masanya. Ini pasti hanya kebetulan, ya hanya kebetulan. Tidak mungkin bukan, dua manusia terlahir berbeda zaman, berbeda latar belakang mewarisi setiap hal leluhur mereka?

Takdir ini membuatnya ingin sekali menendang bokong siapapun yang sudah menciptakan kehidupan seperti sekarang. Ia tidak menyalahkan takdir, ia hanya merasa tidak adil jika hanya Naruto yang mengalami kehidupan tanpa makna seperti ini. Sudah selesai hidup normal meskipun berumur bagaikan parasit, ia kembali menjalani peristiwa bernama Rinkernasi secara masal pada manusia yang hidup ribuan tahun dalam hitungan mundur di mulai dari detik ini, dan lebih buruknya lagi, mereka adalah orang orang yang berpengaruh besar dengan kelangsungan hidup anak naif penuh ambisi menjadi pemimpin desa, meskipun fakta mengatakan anak itu tidak berbakat menjadi pemimpin satu kekuasan kecil dan memaksanya untuk melakukan hal yang lebih besar, lebih mengerikan atas bayaran kekuatan yang dimilikinya sekarang.

Damn it. Sudah berapa kali Naruto menyaksikan secara langsung beberapa peristiwa besar yang mengguncang kehidupan di dunia, dari mulai Great War, Festival Naga, bahkan munculnya Ootsutsuki Kaguya kedua dalam aspek yang berbeda. Itu beberapa hal yang di sebutkan dari beberapa peristiwa membuatnya repot.

Dengan lembut, Naruto menyelimuti tubuh mungil sang gadis Senju menggunakan blazer sekolahnya. Ia sendiri bukan type manusia membiarkan seorang gadis kesusahan, meskipun beberapa gadis adalah pengecualian.

"Apa yang kau lakukan di sini, gadis nakal." Mendesis pelan, Naruto kemudian menghela nafas pasrah dengan datangnya aura sangat ia kenali. Mungkin jika ia boleh menebak, gadis itu pasti merasakan aura Naruto saat ini walaupun Naruto sudah menyembunyikan sampai titik terendah. Yah, dengan kekuatan segila itu, Naruto tak perlu terkejut lagi.

.

.

.

Immortal Arc 2

.

.

.

"I-Ini?" Erza Scarlet menutup mulutnya terkejut, berbeda dari Erza. Reinhard menyibakkan pedangnya hingga darah ungu yang menempel di bagian bilah hilang sepenuhnya. Ia menatap datar ke depan, tiga orang menggunakan sebuah topeng polos menggunakan jubah menghilang bagaikan ilusi, setelah tanpa ragu Reinhard menggunakan keahliannya untuk menyelamatkan mereka dari misi ini.

"Sudah di mulai kah? Aku tidak menyangka akan secepat ini." Erza menatap nalar Reinhard mendengar ucapan ambigu dari Taicho Club ia masuki satu tahun yang lalu. "Aku butuh penjelasan untuk ini, Reinhard. Bagaimana kau dan Tsunade-sensei menyembunyikan hal berbahaya dari kami yang tak tahu apapun."

Reinhard menghela nafas panjang. Jika sudah sejauh ini, tak ada yang bisa di hindari lagi, "Pemimpin misi selain aku dari Kyoto bahkan lebih tau Detailnya, Erza. Aku akan menjelaskan secara singkatnya saja..." Reinhard memberikan jeda sebentar.

"Kau tau kan bagaimana keluarga ku saat ini? Bukan karena hal ekonomi atau semacam nya, tapi lebih mengarah kepada garis keturunan, dengan keadaan misi seperti ini, tak ada yang lebih cocok selain aku dari Tokyo Academy bahkan untuk pemegang 10 kursi terkuat tak ada satupun, Erza."

Gadis itu mengangguk, ia paham dengan keluarga Van Astrea. Menyatukan seni berpedang dengan sihir memang bukan hal baru, tapi keluarga Van Astrea berbeda. Jika Bael mempunyai Power of Destruction, maka keluarga Van Astrea mempunyai kemampuan menghadapi roh, siluman atau bahkan makhluk tidak bisa di serang menggunakan kekuatan biasa dengan cara menyegel mereka. Sebab itulah, bahaya menyangkut hal hal supranatural maka Jepang memiliki Van Astrea di antara beberapa keluarga untuk bergerak sebagai ujung tombak, sama seperti pasukan Exorcist di Vatikan sana.

"Aku sudah curiga ada yang tidak biasa dengan misi ini, Reinhard. Yang kita hadapi bukan Manusia kau tahu bukan? Ini bukan Hunter, teori operasi Hunter yang di bicarakan kemarin hanya alibi kalian menutupi semua ini."

"Maka dari itulah mereka membutuhkanku. Aku sedikit mengerti kenapa Tsunade-sensei membiarkan ku menyelesaikan misi ini kepada seluruh anggota Club, Erza. Ini bukan Siluman biasa, kita bisa membunuh mereka bahkan dengan kekuatan signature kita sendiri tanpa memerlukan kekuatan khusus."

Reinhard tau akan hal itu, ia memang tidak mendengar langsung dari Tsunade, tapi Hyuga-san meminta ia berbicara empat mata untuk masalah misi sekarang. Siapa yang menyangka teori itu hanya alibi untuk tidak membuat rekan mereka panik, Siluman berwujud bagaikan manusia mati. Ini seperti Unded, baru kali ini Reinhard berhadapan dengan Siluman namun memiliki wujud Manusia normal pada umumnya, mereka bergerak dalam kelompok lumayan besar, biasa nya Siluman yang ia kenal memiliki wujud monster berbagai variasi bentuk dengan kekuatan yang berbeda pula. Untuk membunuh mereka, di butuhkan kekuatan seperti yang di miliki oleh Exorcist atau Amyoji.

"Bagaimana dengan teman teman kita yang lain? Mereka hanya berpikir musuh kita adalah Hunter, Reinhard. Tanpa persiapan apapun, mereka benar benar berdiri di zona berbahaya."

"Aku tidak mungkin mengorbankan teman temanku hanya untuk kelangsungan misi. Aku sudah memberikan sebuah barang cukup berguna sebagai senjata, ini cukup setidaknya membiarkan mereka untuk kabur sementara waktu."

Erza kembali mengingat hal hal yang di bicarakan kemarin. Ia tidak ingat barang apa yang di berikan oleh Reinhard kecuali, "Hanya kembang api sebagai alarm, kau pasti bercanda kan? kita berjalan dengan rute berbeda, kita tidak mungkin bisa langsung ke tempat mereka tepat waktu." Erza memprotes. Jarak satu rute dengan rute lain adalah 3 km, dengan jarak seperti itu. Meskipun mereka berlari dengan kecepatan penuh, pasti membutuhkan waktu setidaknya 15 menit karena, Teleportasi tidak bisa di gunakan di luar kordinat.

"Tidak, kau salah jika yang ku gunakan adalah kembang api biasa."

"Apa maksudmu?"

"Iblis, Siluman atau bahkan Roh jahat masih masuk dalam kategori makhluk Supranatural, bahkan untuk bangsa Vampir salah satunya. Untuk melawan mereka, dengan kekuatan signature kita, tidak akan berpengaruh besar terhadap apapun, jelas begitu, kita membutuhkan kekuatan yang selama ini umum di gunakan untuk membasmi makhluk Supranatural."

Erza menyipitkan matanya, namun itu tidak berlangsung lama setelah mendapati bahwa fakta jika masing masing kelompok membawa sebuah benda menambah persentasi kesuksesan misi. "Holy Light Item dalam bentuk petasan, dari mana kau mendapatnya?"

Holy Light Item, sebuah sarana modern pengusiran makhluk makhluk Supranatural berkemampuan mengerikan bagi makhluk Supranatural. Bagi ras Iblis, cahaya suci seperti di atas tidak berpengaruh dengan kulit mereka, di butuhkan senjata senjata suci dalam tingkat yang berbeda untuk membunuh ras iblis, sedangkan cahaya suci hanya tingkat terendah untuk pengusiran Siluman seperti pada misi ini. Entah bagaimana cara nya, Kyoto berhasil menciptakan sebuah inovasi baru dalam penggunaan cahaya suci yang biasanya ada pada hari hari tertentu saja.

"Lalu kenapa kita tidak menggunakannya tadi?"

"Ada dua alasan, yang pertama. Kita bisa membereskan nya tanpa harus menggunakan item ini, dan kedua. Sebisa mungkin kita menghindari penggunaan perbekalan mengingat Zona selanjutnya kita bertemu masih cukup jauh."

"Begitu... "

Mereka berjalan santai begitu saja. Pedang yang di gunakan oleh Reinhard menghilang begitupula dengan pedang milik Erza. Perjalanan ini bisa di bilang cukup jauh, Reinhard sendiri masih bertanya tanya kenapa harus memisahkan seluruh anggota misi jika berjalan secara berkelompok lebih aman.

Ide ini adalah ide yang di cetuskan oleh Hyuga Neji di saat mereka berdua diskusi yang mana, Reinhard perwakilan Tokyo Academy memiliki hak untuk menyampaikan pendapatnya.

Mereka sudah berjalan selama 17 jam sejak pagi tadi. Seharusnya besok adalah hari di mana mereka sampai di perbatasan Zona kuning dan Zona hijau muda, beristirahat untuk memulihkan tubuh memang perlu di lakukan mengingat besok mereka memasuki kawasan berbahaya untuk saat ini.

"Kita lanjutkan istirahat kita, Erza. Ada kemungkinan setelah kita memasuki Zona kuning, pegerakan siluman sialan ini semakin brutal. Maaf membangunkan mu tadi."

"Tak apa, ayo tidur." Keduanya menyusup ke masing masing sleeping bag mereka untuk segera tidur. Namun beberapa detik selanjutnya, tubuh Erza menegang sempurna, sorot mata nya menggambarkan rasa shock yang begitu terasa, bahkan ia sampai lupa bernafas untuk beberapa saat hingga terbangun mengejutkan Reinhard di sampingnya.

"M-Mustahil, Liontinku!"

.

.

.

"Bukankah ini berlebihan?" Seperti biasa, dengan suara dingin, Sasuke bersuara memecah keheningan malam ini. Seperti rekan rekan lainya, kedua dari siswa Kyoto Academy itu jelas memilih untuk membangun sebuah tenda sementara waktu untuk beristirahat. Mereka tau berjalan di malam hari sangat merugikan, waktu satu Minggu dalam misi tidak terlalu singkat, jadi mereka lebih memilih untuk tidak terburu buru meskipun jika batas waktu yang di berikan oleh Tokyo Academy habis, dan memaksa ia harus menyusun ulang Strategi.

Neji menjawab, "tidak. Ini pilihan yang tepat. Kita tidak bisa membiarkan misi hancur begitu saja oleh ulah orang orang bodoh Tokyo itu."

"Dengan merahasiakan ini dari kita semua? korban jiwa pasti selalu ada kan, Hyuga?"

"Kau jelas salah kaprah menilai rencana ku, Uchiha! kau mengatakan itu seolah olah kau tidak mempercayai kekuatan Tim mu sendiri!"

"Huh?!..."

"Namikaze Menma, Namikaze Naruko, dua murid unggulan Kyoto Academy tak perlu di pertanyaan kemampuan mereka bukan? mereka itu setara dengan mu, tak ada yang perlu di khawatirkan."

"Ku harap kau tidak melupakan partner kita kali ini, Hyuga."

Sasuke bermonolog. Ia tahu kekuatan dari dua murid seangkatan dengan dirinya itu, dalam hal mengadu sihir. Mereka memiliki skill tidak jauh berbeda dengan ia yang notabennya adalah Jenius dari Uchiha, namun pengecualian untuk bertarung tanpa sihir ia sedikit lebih unggul.

Namun, ia tidak menyangkal ia sedikit tertarik dengan satu angkatan dengan nya di Tokyo Academy. Menurut kabar, mereka memiliki banyak sekali murid berbakat bahkan organisasi dari 10 pemegang kursi terkuat masih di rahasiakan oleh public, tak ada yang tau wajah mereka kecuali murid Tokyo Academy mengingat kegiatan mereka di rahasiakan.

Mendengar Neji meremehkan kemampuan dari Partner mereka kali ini entah kenapa membuatnya sedikit tidak suka, ia bangsawan tipe memandang musuh sama. Memang, untuk tahun ajaran kedua, Neji termasuk salah satu yang terkuat, tapi bukan berarti itu cukup untuk mengatakan hal demikian.

"Tentu saja tidak. Aku lebih mempercayai tim ku sendiri dari pada orang luar. Rencana memisahkan kita menjadi tim dengan beranggotakan dua kelompok bukan karena aku menggunakan mereka sebagai umpan, tapi lebih mengarah ke tradisi lama sekolah sekolah di Jepang, kau tahu kan?"

"Di saat seperti ini?"

"Tentu, kenapa tidak. Pada dasar nya kepopuleran sekolah merupakan salah satu syarat utama menjadi sekolah favorit untuk saat ini. Perang dingin antara satu sekolah dengan sekolah lain bisa di lakukan pada situasi apapun, termasuk dalam kerja sama misi."

"Kau bermaksud adu kekuatan dengan cara yang lebih halus? mungkin aku sedikit mengerti tujuanmu, tapi kita tak tahu sekuat apa murid pilihan Tokyo Academy ini."

Setahu Sasuke, Tokyo Academy tidak pernah memberikan sebuah misi berbahaya kepada murid berkemampuan rata rata, demi kesuksesan dan mencari kepopuleran untuk sekolah mereka, Tokyo selalu menyelesaikan setiap misi dengan rapi, tentu saja nilai plus di mata public dan membawa Tokyo Academy menjadi jauh lebih baik.

Ini Quest Rank A dengan kurun misi paling cepat 2 minggu. Sasuke pikir, keenam utusan Tokyo bukan murid sembarangan setelah mendapat kepercayaan dari kepala sekolah sendiri.

"Mereka tidak terlalu terkenal bukan? mungkin satu satunya di antara mereka, hanya keturunan Van Astrea wujud monster sesungguhnya di antara kita."

Biasanya, murid dengan skill cukup baik memiliki tingkat kepopuleran tinggi bahkan hingga terkenal sampai ke telinga sekolah lain. Seperti The Ten Strongers Generation of Miracle saat ini, terdengar berlebihan memang, tapi orang orang tau, murid duduk di peringkat sepuluh setara dengan 10 murid berkapasitas rata rata. Ini menjadi bagian penting agar sekolah lain tidak meremehkan mereka.

Sasuke menaikan sebelah alisnya. Jika ketua mereka sudah berbicara seperti ini, pasti murid bernama Reinhard itu menjadi masalah serius di Turnamen antara sekolah nanti, "sekuat apa dia?"

"Cukup kuat untuk seorang bangsawan. Jika kau bertanya sekuat apa dia, kau bisa membayangkan melawan dirimu sendiri, Uchiha."

"Kau tahu banyak ya, apa artinya kau pernah melawan atau setidaknya melihat orang itu bertarung?" Neji menghela nafas, ia mengedarkan pandangannya keatas, "Ini hanya cerita kelam ku di masa lalu, cukup jengkel memang jika mengingatnya. Dulu, beberapa bulan setelah menerima murid baru di angkatanku, Tokyo dan Kyoto mengadakan uji coba tanding, aku salah satu dari 10 murid terpilih."

"Biar ku tebak. Pasti Van Astrea itu pilihan Tokyo Academy dalam uji coba tanding?"

"Kau benar. Di antara sepuluh murid Tokyo yang terpilih tak satupun dari mereka menjadi lawan sulit untuk kami pengecualian dengan Reinhard!"

"Apa yang terjadi selanjutnya?"

Neji menghela nafas lagi, "4 dari sisa siswa Kyoto Academy terbantai tanpa ampun, Tokyo Academy hanya tersisa Reinhard namun itu lebih dari cukup untuk mengalahkan empat murid kami, aku salah satunya, aku tidak tahu dia sudah mengeluarkan seluruh kemampuannya atau bahkan masih bermain main sampai sekarang menjadi misteri di kepalaku, tapi hal itu berbeda denganku yang sekarang, aku sudah berkembang cukup pesat, mungkin ini juga berlaku untuk Reinhard!"

"Aku ingin melawan nya. Aku bukan maniac gila seperti Menma, tapi hanya ingin membuktikan ucapanmu barusan."

Neji melirik ke arah Sasuke tanpa tatapan yang berarti. "Kesuksesan misi ini adalah taruhan kita. Keresahan warga terhadap para Hunter akan membawa kita menjadi pahlawan di era sekarang, kau tahu bukan? aku ingin, kitalah yang berperan besar terhadap misi ini."

"Siluman abnormal lebih tepatnya... " Kemudian Sasuke melanjutkan, "jika kau mau, kita bisa mengulur waktu hingga mereka di pulangkan secara paksa. Itupun jika kau mau mengambil jalan lebih berbahaya."

Hanya 4 orang, itupun mereka belum tahu sebanyak apa siluman siluman yang berkeliaran, "aku tak mau mengambil resiko. Meskipun harus berbagi, setidaknya kitalah yang tertulis banyak dalam buku laporan." Keputusan Neji patut di apresiasi oleh Sasuke. Uchiha itu akan mengira Neji lebih memilih egonya di banding mengambil jarak aman, memang kesuksesan misi penting, namun lebih penting nyawa teman temannya saat ini.

"Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang? jujur di luar kepemimpinan ku, aku tak mau memutar otak sedangkan ada yang pantas."

"Kita semua hanyalah umpan hidup. Mereka akan mulai agresif di zona berikutnya. Sebagai umpan, tentu saja kita harus bersikap apa adanya hingga mereka terpancing untuk keluar."

Rencana Neji sebenarnya cukup simple. Ia juga sudah membicarakan ini kepada Reinhard dan remaja itu menyetujui nya langsung. Ada yang janggal dengan siluman ini, memang Neji belum pernah bertemu langsung, tapi menurut penelitian di sekolahnya dan beberapa laporan, bahwa mereka bersikap layaknya siluman berakal. Biasanya siluman hanya makhluk tanpa otak yang menyerang semau mereka, itupun tidak di tempat seperti ini, itu absurd, tak pernah ada sejarahnya siluman memilih tempat tinggal di hutan penuh akan Magicial Beast berbagai Rank.

Memancing mereka ke dalam satu lingkup ruangan dan Reinhard akan menyelesaikan urusannya. Ini lah kenapa mereka bergerak di kelima rute yang masing masing berjarak 5 sampai 7 km untuk menjaga jarak antara siluman satu dan siluman lainya. Namun rencana ini hanya berguna jika dugaan Kyoto Academy meleset. Jika mereka benar, maka ini sia sia, Neji cuman berharap semoga tebakan dari badan penelitian Kyoto Academy salah.

"Tokyo benar benar memikirkan semuanya. Mereka bahkan dengan berani mengirim aset mereka yang berharga."

Berharga yang di maksud oleh Sasuke adalah dengan membiarkan Reinhard pergi tanpa persiapan apapun, ya rencana dan perbekalan tidak termasuk persiapan. "Hanya Tokyo yang mempunyai salah satu keturunan keluarga bidang menyegel terbaik. Mungkin kita ada Uzumaki, tapi itu hanya setengah, bahkan tak bisa menggunakan sihir penyegelan selayaknya Uzumaki. Jadi pilihan kita satu satunya cuman Reinhard."

"Apa menghindari pertarungan perlu di lakukan? hanya kita bertiga tahu seluruh rencanamu, tanpa kordinator apapun, aku yakin ini tidak akan berjalan dengan mudah, kau tahu bagaimana kepribadian Menma? atau bahkan seluruh murid Tokyo Academy, kita tidak tau sama sekali."

"Entah kenapa, rumor mengatakan kau irit bicara benar benar salah ya, Uchiha?" Sasuke tak menjawab, ia menunggu Neji melanjutkan ucapannya, "siluman ini kuat, aku jamin itu. Aku membagi satu kelompok berisikan 2 orang bertujuan untuk membatasi kekuatan mereka, untuk Reinhard mungkin pengecualian, orang itu pasti mengerti." Mungkin jika Neji tahu perbuatan Reinhard dengan menghabisi tiga siluman, kerja sama ini akan goyah oleh kurangnya kepercayaan kedua belah pihak. Ada apa dengan Neji dan Reinhard?

"Jika kau bisa menghabisinya, mengapa kau harus kabur seperti banci?"

"Kita harus mengubur ego masing masing, Uchiha. Kyoto membutuhkan mereka untuk penelitian, dan satu satunya cara aman untuk menangkap siluman ini adalah dengan cara penyegelan."

"Ya terserahlah. Aku mau tidur, bangun kan setelah jam pergantian berjaga selesai."

"Baiklah, aku mengerti." Hyuga muda itu mengangguk, kemudian mulai meninggalkan tendanya untuk berjaga jika terjadi sesuatu. Memang ini masih zona aman, tapi bukan berarti Magicial Beast liar yang beraktivitas di malam hari tidak menggangu mereka. Sesekali Neji memainkan ponselnya untuk menghilangkan kantuk dalam berjaga namun matanya tak sekalipun menunjukan kelengahan pada pandangan di sekitarnya.

.

.

.

Sementara itu, jauh di dalam Magicial Forest, sebuah ruangan berbahan dasar energi transparan membentuk sebuah kubah tipis berwarna ungu, seseorang yang terlihat mencurigakan tersenyum maniac dengan sebuah papan transparan berpola seluruh area Magicial Forest, dan satu set bidak catur berdiri teratur mengintari satu bidak raja berbeda warna seolah olah ini hampir skak mat untuk sang bidak raja musuh. Orang aneh, bermain catur tanpa lawan bukankah itu membosankan?

"Ugyagya datanglah Hime, akan ku sambut kedatanganmu dengan kencing babi berkualitas terbaik." Sedangkan di satu antara beberapa proyektor, menampilkan pemandangan menggugah mata laki laki dengan nafsu bejat menjijikan. Seorang perempuan tanpa adanya rasa takut berjalan di dalam gelapnya malam Magicial Forest, wajah cantik mustahil di miliki oleh manusia manapun bersembunyi dari balik hodie dengan ekspresi sulit untuk di artikan.

Bidak kembali di gerakan, orang itu menyeruput cairan bening memabukkan menambah kegilaanya, "Kau sudah membutku mati penasaran, Hime. Bagaimana kau bisa setelah pertemuan kita 30 tahun yang masih memiliki wujud itu, kau membuatku bergairah Hime, sial ayam ku bangun dan itu salahmu!" Bukan hanya gila, kakek itu bahkan lebih menjijikan dari para Ojii-san hidung belang yang selalu bermain main di bar hingga pagi.

Beberapa detik kemudian, ia menghentikan tawa dari suara serak nya, kakek itu kembali menatap Proyektor dengan tatapan lebih tenang. "Aku tidak mengerti, sungguh ini membingungkan, aku kira tidak ada keabadian di dunia ini, namun kau menentang segalanya, Hime. Seharusnya kekuatan itu miliku."

"Sebentar lagi, kau akan menjadi miliku, Hime. Kita akan bersenang senang dari sore hingga malam, aku akan bermain dengan tubuhmu, aku akan membedah mu dan meneliti bagaimana keanehan ini ada padamu, aku sang penyelamat bukan? aku menyelamatkan mu dari kutukan itu, Hime, seharusnya kau berterima kasih untuk semua kebaikanku Hahaha." Lagi lagi ia tertawa bagaikan kakek psycho gila yang kerab menjadi villain utama dalam sebuah cerita. Perubahan ekspresi setiap ia menatap perempuan itu, frustasi, gila, bahkan ia dengan bangga mengklaim bahwa dirinya penyelamat. Kakek itu tak lebih dari orang tua dengan Kelainan jiwa stadium akhir.

Kemudian ekspresinya kembali berubah dingin, "Sebelum itu, aku harus membereskan tikus tanah tidak tau diri ingin melawan pasukan seluruh bahan eksperimen ku dalam menggunakan Forbidden Magic, dasar bocah tengik menyebalkan." Ia mencubit dagunya berpikir sebelum memukul sebelah tangannya sendiri, tak lupa juga senyuman psycho memuakan selalu muncul begitu saja, proyektor menampilkan remaja laki laki sedang tidur berdiri pecah ketika suara seraknya menggema,

"Ku bunuh saja dia ugyagya! Persetanan dengan kekuatannya, mari bermain bersama papa, boy!" Bersama dengan bidak di gerakan, mana jahat berkobar membakar keaslian hutan kemudian menciptakan puluhan makhluk berbentuk manusia, menggunakan topeng putih dan jubah putih yang bergerak acak ke seluruh penjuru hutan.

"Dan Namikaze, Hyuga maupun Uchiha, mereka hanya lalat kecil penggangu rencana yang tak mempengaruhi apapun, kubunuh saja mereka hahaha!"

Dia lah dalang utama dari munculnya siluman siluman abnormal yang menjadi teror akhir akhir ini, mereka tidak berakal, namun melihat siapa yang mengendalikan mereka, semua bisa berpikir bahwa spekulasi buruk itu merupakan kebenaran.

.

.

.

Sementara di sisi lain Zona. Erza beserta Reinhard berusaha mencari sesuatu di sepanjang perjalanan kembali ke arah perkemahan setelah waktu istirahat mereka berhenti ketika dengan kenekatan tinggi, Erza memilih pergi untuk mencari liontin nya yang hilang. Sembari mencari, Reinhard tak berhenti berusaha menenangkan Erza hampir menangis dengan menunduk sembari mencari sesuatu di bawah.

"Sudahlah Erza. Kita bisa mencarinya ketika pulang nanti."

"T-Tapi. Jika aku tidak menemukannya, bagaimana aku bisa menunjukan mukaku."

"Jika dia memang seseorang yang kau anggap berharga. Seharusnya dia menerimamu apa adanya."

"Berisik. Kau tidak tahu apapun mengenai Liongtin ku, Reinhard. Jika kau tidak mau mencarinya, biarkan aku saja. Kau pergi sana!"

Dengan kasar Erza menyingkirkan tangan Reinhard dari pundaknya. Reinhard menghela nafas pelan. Erza benar benar menjadi gadis terlalu kekanak-kanakan jika menyangkut mengenai Senseinya yang Reinhard sendiri tidak pernah melihatnya langsung.

"Ayolah, kita akan benar benar terlambat jika kembali lagi ke perkemahan. Di sisi lain aku juga tidak mau meninggalkanmu sendiri di sini." Mungkin butuh setidaknya 7 jam bagi mereka berdua kembali ke perkemahan hanya untuk mencari sebuah liontin, dengan kurun waktu sejauh itu dan kondisi hutan penuh dengan kegelapan total, jelas ini sangat membuang buang waktu, di misi kali ini, Reinhard adalah kunci utama, jika ia terlambat, ada kemungkinan terburuk jika rekan rekannya terjebak oleh rencana sendiri.

Selain itu, Reinhard juga tidak mungkin meninggalkan Erza sendiri. Erza mungkin saja kuat, namun ia tetap lah seorang gadis yang memiliki batas energinya sendiri, bahaya yang menimpa Erza selama perjalanan tidak main main, apalagi dengan kondisi mereka yang kurang fit akibat kurang nya tidur menambah daftar buruk jika di hadapkan dengan musuh berkekuatan menengah ke atas.

"Kalau tidak mau ya berarti tidak mau. Kau pergi saja sana. Aku akan menyusul setelah ini!"

Tegas. Jika sudah begini Reinhard tidak tahu lagi bagaimana menenangkan Erza yang sudah keras kepala. Erza masih menunduk mencoba mencari liontin nya yang hilang entah kemana. Padahal seingat Erza sendiri liontin yang memiliki harga fantastis itu jarang sekali di copot oleh Erza. Jika memang terjatuh, berarti Erza hanya perlu mengikuti jalur di mana dia lewati.

"Jadi sekarang. Kau lebih memilih benda privasi milikmu atau Quest ini. Jujur, aku merasa kecewa dengan perilaku mu yang terlalu kekanak-kanakan ini."

"Tentu saja Liontin ku. Kau tidak tahu apapun mengenai ku diam saja, Reinhard."

Erza menatap Reinhard tajam tidak peduli siapa sebenarnya Reinhard, bangsawan? salah satu Generasi Keajaiban? bahkan ketua dari Club nya. Erza sama sekali tidak memikirkan itu. Saat ini, hanya Liontin berbahan dasar berlian hijau tosca menjadi tujuannya. Apalagi Erza sudah berjanji untuk menjaga liontin apapun yang terjadi.

Reinhard mengangkat tangan pasrah. "Ya sudahlah." Namun tanpa di sadari keduanya, siap atau tidak siap, mereka benar benar akan mendapatkan sebuah kejutan besar dan fakta mengenai Quest kali ini.

.

.

.

Langit remang remang berwarna biru muncul dengan memulai hari baru, cerita baru dan menandakan semakin tua bumi biru ini, meskipun suasana masih terlihat sangat gelap. Naruto, pemuda itu menatap Shion malas, ia menggunakan kakinya untuk menendang bagian kaki Shion supaya segera bangun. Siapa yang menyangka, Shion akan tidur bagaikan mayat mati, padahal ia pikir gadis itu akan merengek pulang yang jelas membuatnya pusing.

"Bangun bocah. Kita harus berangkat sekarang!" Tak ada respon menandakan gadis itu akan bangun, justru lebih parah lagi, Shion mengeratkan blazer Naruto dan meringkuk ke lawan arah seolah olah ia menolak untuk membuka mata.

"Sebentar Okaa-sama—Zzz."

"Oy buka matamu bedebah! Lihatlah sekelilingmu, kau benar benar menyusahkan sekali."

"Aduuhh—Apa yang kau lakukan dengan kepalaku, bodoh? bisakah kau membangunkan ku dengan cara yang lebih manusiawi?"

"Kau tak akan membuka mata jika tidak ku kasari! sekarang bangun dan rapikan penampilan mu, kita berangkat pagi ini." Shion mengumpat pelan, bagaimana laki laki menurutnya tidak berguna itu pergi begitu saja setelah mendorong kepalanya menggunakan kaki, sadar jika penampilan nya saat ini kacau, ia merapihkan rambut, bekas air liur dengan sederhana yang terpenting rapi.

Namun sebelum perempuan itu bagun, ia merasakan sesuatu yang mengganjal hatinya, "Kau pasti tidak serius kan? Kita berangkat di saat seluruh umat manusia masih nyaman di ranjang mereka? kau benar benar menyebalkan rakyat jelata!" Bisa di bilang pagi, ini agak sedikit kurang tepat. Lihatlah, seluruh hutan masih gelap gulita, suara dari hewan malam masih terdengar jelas, yang menandakan ini masih belum pagi. Shion melirik jam nya, "Pukul 2 pagi? Oh sang Kami, dosa apa yang aku lakukan dengan memasangkan ku bersama pria idiot sepertinya."

"Ku harap kau mengaca setelah ini, Senju." Naruto hanya melirik dari atas bahunya, "Kau yang mengaca sana bangsat! tidak bisakah untuk satu jam membiarkanku tenang? apa semua golongan bawah selalu serendah ini?" Dengan menggertakan giginya karena kesal, ia menunjuk Naruto malah justru tidak di pedulikan menambah kekesalannya.

"Jangan komentar! Rapikan pakaianmu, kita akan mencari sungai terdekat untuk membersihkan diri. Dan sebaiknya jangan menjauh dari jangkauanku." Menghela nafas pelan, sekuat kuatnya Naruto, ia juga membutuhkan waktu istirahat untuk memulai hari besok, apalagi ia hanya tertidur setengah jam di hitung sejak dirinya menetralisir seluruh kawasan ini untuk jaga jaga, namun siapa yang menyangka, Naruto justru mendapatkan hal hal tidak terduga seperti ini.

Mendengar ocehan membosankan dari Shion sangat menganggu pikirannya, bagaimana gadis ini membentaknya dengan rendah seakan akan posisi mereka saat ini bagus. Naruto mengumpat dalam hati, dua gadis yang sama dalam satu tubuh yang sama juga, berdebat dengan gadis seperti Shion hanya membuang buang energi tidak berguna, yang bisa Naruto lakukan hanya mengulangi kejadian 10 ribu tahun di hitung mundur dari sekarang.

"Aku lapar!" Cukup dengan lirikan dari atas pundaknya, Naruto kembali melanjutkan perjalanan menghiraukan tatapan sebal dari partnernya kali ini. Meskipun langit masih gelap dengan sedikit cahaya tertutup oleh rindangnya hutan, Naruto benar-benar konsisten dengan pendirian untuk segera keluar dari hutan ini, menuju Zona berikutnya tidak terlalu banyak pohon pohon rindang yang memudahkannya untuk bergerak lebih leluasa.

"Aku lapar bodoh!"

"Tsk, cari makan sendiri sana. Kau lapar atau tidak sama sekali bukan masalahku, kau menolak makan semalam, jadi nikmati saja kesengsaraan mu." Naruto sedikit menjauhkan telinganya, teriakan melengking gadis itu bahkan hampir membuatnya berdengung meski sedikit.

Shion bersedekap dada, sedangkan tatapannya ter-arah ke sudut sebaliknya, "Aku mau istirahat! Tanpa sarapan, aku tidak bisa berjalan lebih jauh lagi." Naruto yakin, Shion mati matian menekan rasa malunya untuk meminta istirahat sebentar, terbukti dengan rona merah tipis remang remang di bawah cahaya bulan yang masuk dari sela sela pepohonan rindang.

"Tahan lah sebentar, beberapa kilometer ke depan, adalah perbatasan Zona, kau bisa beristirahat di sana."

"Beberapa katamu? kau pasti ingin membunuhku berlahan, ngaku!"

"Sudah beberapa kali ku katakan, jika aku memiliki niat untuk membunuhmu, kau sudah mati sejak awal memasuki hutan. Lagipula, aku tidak bisa membiarkan kelompok Reinhard menerima masalah hanya karena membuatmu lecet sedikit saja." Naruto menjawab tanpa mengalihkan pandangannya. Ia tahu tanggung jawab keselamatan Shion merupakan salah satu misi Reinhard dan yang lainya, sangat di sayangkan, Narutolah harus menghadapi masalah ini, padahal ia berharap bisa pergi sendiri.

Mungkin agak sedikit aneh di mata Naruto, karena biasanya dia akan menyahut kesal, namun sekarang seakan tidak terpengaruh dengan apapun, "Kau sangat dekat sekali dengan kelompok Reinhard-kun ya?"

"Kenapa tiba tiba sekali?" Balas Naruto, menaikan sebelah alisnya. Jelas ia sedikit bingung dengan kepribadian Shion jauh lebih diam dari pada yang seharusnya, sedikit berisik memang, tapi lebih baik dengan sikap arogan entah kemana perginya.

"Pasti teman teman mu sangat berharga bukan? sampai laki laki ber-ego selangit sepertimu tidak ingin mengecewakan mereka?"

"Yang ber-ego tinggi itu kau, Dan jangan menatap ku dengan tatapan menyeramkan itu, aku hanya mengatakan sesuai fakta mengenai mu." Naruto memutar matanya bosan, lagipula pembicaraan ini sedikit membingungkan baginya, terus jika Shion sudah tau kenapa harus tanya?

"Bisakah kau sedikit saja mengalah? aku bangsawan, tentu saja harus memiliki harga diri tinggi, mungkin kau tidak tau mengingat di mana kastamu." Lagi lagi membicarakan hal hal yang membosankan, mengenai bangsawan. "Itulah kenapa aku tidak pernah melihat mu dekat dengan murid lain, bawahanmu bukan bagian dari ini."

Naruto melanjutkan, "Dan bukan, kelompok Reinhard sama sekali bukan temanku, pengecualian untuk beberapa orang." Erza jelas bukan kategori teman bagi Naruto. Gadis itu adalah putri nya, darah dagingnya sendiri, terdengar kejam tapi bodo amat bagi Naruto, jika laki laki itu di cap sebagai ayah yang buruk sepanjang masa.

"Kalian dekat, fakta apa lagi yang kau dusta kan?"

"Terlihat dekat dengan orang lain tak selalu berakhir pertemanan, kau tahu. Sebagai contoh, sekarang aku tanya, apa kau menganggap bawahanmu sebagai teman?" Pengalaman dalam hidup yang panjang hingga membentuk kata kata demikian.

Pada akhirnya Shion hanya terdiam, ia tidak bisa menangkap fakta jika ucapan Naruto benar apa adanya. "Ku rasa kau benar." Shion mengangguk paham, sekali lagi punggung kokoh Naruto menjadi satu satunya objek kedua mata putih itu.

"Terus, kau anggap mereka apa?"

"Mereka yang kau sebut kelompok berisikan siswa siswi tertindas oleh kelakukan mu? katakanlah, mereka kenalanku yang secara kebetulan bertemu."

Meskipun sedikit tertohok oleh ucapan sinis pemuda itu, Shion tidak bisa mengubah fakta jika semua memang salahnya, meskipun harga diri sebagai seorang bangsawan menolak untuk di salahkan.

"Apa menurutmu, aku sangat menyebalkan?"

Entah kenapa, Shion benar benar merasa memiliki sebuah ikatan dengan laki laki itu, bahkan tanpa sedikitpun keraguan, ia membuka dirinya meskipun di awal pertemuan tidak terlalu baik. Sial, ada apa dengan dirinya, Shion tidak mengerti, namun jauh di bawah sana menyuruh Shion untuk percaya, hati dan pikirannya memberontak pada dua pilihan, antara membuka atau kembali ke dirinya sendiri.

"Kenapa kau bertanya padaku?"

"Mungkin karena kau bisa di percayai!"

Keduanya berhenti bergerak yang justru membuat Shion bingung. Apa ada yang salah dengan pernyataan itu? Lagipula apa salahnya, untuk pertama kali Shion menuruti kata hatinya sendiri? Tidak dengan Kaguya, Shion tidak pernah bersikap seperti ini bahkan di depan orang tuanya sendiri.

"Begitukah?..." Naruto memotong ucapannya, "Dengar nona, aku bukanlah orang baik seperti apa yang ada di dalam pikiranmu. Kau tidak bisa percaya begitu saja kepada orang bahkan baru saja kau kenali."

Mungkin jika Shion mengenal dirinya 10 ribu tahun yang lalu, Naruto masih menganggap biasa. Tapi ia berbeda, manusia yang sama namun memiliki karakter tidak mungkin bisa di samakan lagi, ia bukan orang baik baik, seseorang sudah melihat kegelapan dunia dan melewatinya tanpa halangan tidak pantas di sebut Manusia, lantas makhluk apakah Naruto? Jikapun Shion tahu mengenai dirinya, dapat di pastikan gadis itu akan berpikir, Manusia mana yang mau berbagi dengan Monster?

Shion menengguk ludahnya sendiri, "Maafkan aku."

Terkadang di balik tingkah laku manusia, tersembunyi niat tidak bisa di tebak begitu saja, Naruto melihat itu dalam pancaran mata Shion, "Baiklah, untuk kali ini saja, kau bisa menceritakan semuanya padaku." Naruto menghela nafas mengabaikan tatapan kaget dari lawan bicaranya.

"Eh ku pikir kau membenciku, kau tahukan kau aku—"

"Aku tidak memiliki alasan khusus untuk membenci mu, Nona, selain karena sikap kurang ajar mu itu. Tenang saja, aku tahu tau perbedaan buku dengan isinya." Bagi Naruto, Shion hanya gadis polos yang tidak tau apapun tentang kejamnya dunia. Dari balik hangatnya ketiak Senju, Shion mungkin berpikir jika Dunia sebagus seperti yang ada di dalam buku sejarah, padahal banyak sekali kejadian yang di sembunyikan dalam sejarah peradaban manusia.

"Ketidaksukaan orang lain pada dirimu memiliki alasan mendasar, kau belajar banyak dari pengalaman kemarin bukan? sebuah awal yang bagus untuk berubah, ku rasa."

"Aku hanya merasa, aku harus kembali ke diriku yang dulu, aku tidak memiliki alasan apapun selain itu."

"Yang dulu?"

Naruto mengerutkan alisnya. "Mungkin kau hanya berpikir, menjadi seorang bangsawan itu mengenakan, mungkin saja dalam hal duniawi memang begitu, namun kau tidak bisa menebak jika di balik kenikmatan itu ada pengorbanan." Bohong jika Naruto tidak tahu. Dia memiliki Hyuuga Hinata sebagai mana buruknya keluarga kelas atas, dan Neji adalah bukti jika menjadi bangsawan memerlukan keteguhan hati pada diri mereka.

"Aku bisa membuatmu lepas dari ikatan bangsawan, tentu saja dengan bayaran yang setara."

"!"

"Just Kidding, girl. Wajahmu terlalu tegang, kau tidak seperti Shion yang di kenal oleh seluruh Tokyo Academy, justru membuatku merinding." Sebagai pembohong yang hebat, memerlukan satu atau dua kebenaran untuk menciptakan kebohongan yang sempurna. Sejujurnya, ia hanya perlu mendengarkan, perjalanan panjang ini akan terasa agak sedikit membosankan tanpa obrolan apapun.

"Membuat lelucon sedangkan wajahmu terlihat datar, kau itu manusia bukan?" Tanya Shion, dengan wajah yang penuh keraguan, "Kita sampai mana tadi? Ah mengenai bangsawan bukan? dan tolong hentikan wajah ragu mu itu, aku manusia, 100% terlahir dari seorang manusia normal."

Mereka kembali melanjutkan perjalanan, Naruto memberikan kode untuk mendekat, "Berjalanlah di sampingku, aku tidak suka seorang gadis berjalan di belakang ku seperti budak." Naruto hanya melirik sekilas Shion.

Shion mengangguk. Tubuhnya sedikit bergetar merasakan dingin yang menyebar ke seluruh tubuh namun di abaikan oleh Naruto. Wajar untuk gadis yang hanya mengenakan pakaian dalam dan kaos kebesaran namun cukup menutupi bagian private, blazer Naruto di ikat pada bagian pinggul sehingga mengurangi hawa dingin pada kakinya.

"Kau boleh melanjutkan jika mau, aku tidak akan memaksa kehendak orang lain, apalagi jika bukan urusanku." Kata Naruto, kali ini suasana benar benar jauh berbeda. Tidak ada Shion yang Hyperaktif aktif, hanya ada Shion penurut seperti gadis normal pada umumnya.

"Terlahir sebagai seorang bangsawan kelas atas, apalagi untuk sekelas Senju, ada yang harus di korbankan, tentu saja bukan sesuatu yang murah."

"Biar aku tebak." Shion menatap Naruto singkat, kemudian mengalihkan pandangannya kembali, "Kau boleh menebaknya jika kau bisa."

"Perasaan mu. Kau mengindahkan perasaan mu sebagai seorang bangsawan, aku tidak tahu apa yang kau alami dan tidak bisa memberikan nasehat apapun, tapi kurasa, kau bisa mengatasinya dengan caramu sendiri?"

Shion mengedipkan matanya berkali kali, senyum kecil muncul di wajahnya, "Sugoi~ kau bersikap selayaknya bangsawan, sedangkan statusmu belum jelas. Katakan padaku, Arashi-san, apa kau pernah atau setidaknya melihat pengorbanan itu secara langsung?"

Ia mengangkat bahunya secara bersamaan, "Mungkin lebih dari itu." Narutopun melanjutkan ucapannya, "Ngomong ngomong, apa hal inilah yang mendasari setiap kepribadianmu?"

Naruto hanya menebak, karena Shion yang Naruto kenal juga melakukan tindakan tidak jauh berbeda jika tebakannya benar. Bersikap arogan, bahkan tidak memperdulikan nyawa yang melindunginya, benar benar mirip, Naruto tidak yakin ini kebetulan, meski Naruto berpikir, persetanan dengan ini semua.

"Dari pada di bilang mendasari, aku lebih suka mengatakan 'terpaksa' melakukannya."

"Terpaksa jenis bagaimana maksudmu?"

"Sebagai seorang bangsawan, tahta dan perilaku harus di jaga baik, etika pertemanan memiliki aturan sangat tidak manusiawi, kau tahu. Bangsawan hanya berteman dengan bangsawan lain, mungkin beberapa keluarga memiliki perbedaan, namun keluarga Senju tetap dengan aturan mereka." Hembusan nafas dingin mengeluarkan uap dari mulutnya, dengan menggosokan pelan kedua tangan, gadis itu telah kembali mendapatkan kehangatannya.

Naruto tidak berkomentar apapun, ia hanya mendengarkan hingga Shion berhenti menjelaskan, "Mungkin ini terdengar jahat, aku tidak bisa memiliki teman di luar kontrol hatiku sendiri. Hanya Kaguya lah satu satunya yang dapat ku percayai sebagai temanku, gadis itu dapat ku percayai mengingat nasib kami tidak terlalu berbeda. Seluruh murid sekolah berpendapat kami arogan, suka seenak nya sendiri, tidak manusiawi, manja dan lain sebagainya, aku tidak mempermasalahkan karena memang faktanya begitu."

"Tidak hanya teman. Cinta dan pasangan hidup kami, para pemegang hair Clan selanjutnya tidak memiliki hak apapun untuk memilih, semua telah di atur bahkan di saat kami masih di kandungan, kau pikir ini enak tanpa harus mencari pasangan? tentu saja kau bisa memikirkan setelah ini." Pada akhirnya semua karena pengaruh Ekonomi. Manusia di lahirkan dengan keberuntungan mereka masing masing, jangan pernah berpikir hanya karena di lahirkan kurang beruntung (dalam hal materi) Tuhan sangat tidak adil, nyatanya di luar sana banyak sekali Manusia terlahir tidak sempurna (fisik) yang membuat nya berpikir, bagaimana rasanya hidup normal? terbebas dari kelainan bahkan hingga mengorbankan sebagian harta mereka meskipun sia sia.

Begitupula dengan Shion, di balik kemegahan hidupnya, ada hal lain yang perlu di korbankan, dan itu pertukaran sebanding dengan apa yang sudah ia dapatkan selama ini.

"Aku turut bersuka cita dengan nasibmu, nona."

"Ok ini mulai menyebalkan, kemari, akan ku potong lidahmu bedebah!" Naruto mempercepat langkah nya, di belakang, Shion dengan tatapan kesal mencoba menyusul Naruto meskipun ada senyum dari balik itu semua. Shion, selama beberapa tahun tidak pernah merasakan hatinya menghangat seperti ini, kesal karena di permainkan sama sekali tidak pernah di rasakan, karena semua menganggap Shion tinggi dan canggung di setiap waktu.

Lengkungan kecil tercipta begitu saja di bibir keturunan sang Kirroi Senkou, mungkin ini cukup menghibur, melihat senyuman tulus gadis Senju yang tidak pernah di tunjukan kepada siapapun, kembali mengingatkan Naruto dengan sang penjaga kuil, yang seenak jidat meminta Naruto untuk membantunya membuat penerus sebagai Miko desa iblis, ya meskipun Naruto yang polos menyetujui tanpa berpikir panjang.

Shion menurunkan senyuman lebarnya melihat Naruto berhenti melangkah, ia menatap wajah Naruto, tidak ada perubahan ekspresi yang bisa Shion baca. Mata remaja itu mengarah kepadanya, "Selain Element Magic type Api, kau memiliki sihir apa lagi, nona?"

Shion menautkan alis, "Element Magic, Tanah, Human Strength, sedikit keahlian tangan kosong, dan penyembuhan B Rank, beberapa ku rahasiakan untuk kepentingan pribadi." Naruto mengangguk, ia mengerti, Shion cukup pandai membaca situasi di mana tidak mengatakan seluruh yang ia miliki. Mungkin Shion khawatir jika Naruto mengikuti Turnamen dan menjadi lawannya, yah Naruto tidak mempermasalahkan nya jika ia bisa dengan mudah memenangkan Turnamen untuk dirinya sendiri.

"Tak apa, itu cukup. Sekarang, tolong tutup mulut dan hidungmu, hirup nafas sedalam mungkin dan tahan setidaknya untuk 20 detik ke depan, kau mengerti?"

"Tapi untuk ap—?"

"Sekarang!"

Vuusssss!

"Tutup mulut dan hidungmu!" Secara reflek, Shion yang mendengar Naruto berucap cukup tinggi, langsung menuruti permintaan pria itu tanpa banyak berkomentar apapun. Suara gas bocor membawa Shion dalam keterkejutan, entah dari mana datangnya, gas berwarna ungu gelap muncul begitu saja dan jika mengingat ucapan Hyuuga Neji, seharusnya mereka menghindar atau di ledakan dari dalam.

Namun itu tidak terjadi. Shion menatap Naruto yang berdiri tanpa terpengaruh apapun, sedangkan asap semakin menebal hingga kegelapan total memisahkan pandangan Shion dan Naruto meskipun posisi mereka hanya berjarak satu meter saja.

"Teori konyol Hyuga Neji mengenai bubuk Mesiu jelas tidak mendasar. Aku heran, bagaimana mungkin kau percaya begitu saja, nona? Apa kau sama sekali tidak lulus SD?" Shion hanya diam meskipun keinginan untuk membalas komentar pedas itu masih ada, dengan kondisi seperti ini, Shion hanya bisa menurut untuk keselamatannya.

"Sederhananya, bubuk Mesiu adalah bahan pendorong untuk senjata api dan kembang api yang memanfaatkan pergerakan gas untuk menghasilkan gelombang subsonik, untuk membuat tekanan yang cukup untuk menembakan peluru, namun tidak menghancurkan Larasnya. Meskipun menggunakan bom asap tercampur oleh bubuk Mesiu, setidaknya membutuhkan perantara panas untuk mengaktifkan ledakan, cahaya matahari tidak cukup untuk itu, jadi kecil kemungkinan mereka menggunakan bubuk Mesiu, Hyuga Neji memberikan teori palsu untuk mengecoh kita, apa tujuannya, jelas kita tidak tau."

Boft!

Satu buah kunai Hiraishin ia genggam, sedangkan tangan kirinya merangkai Handseal cukup cepat. "Maaf membuatmu menunggu lama dengan menahan nafas, akan ku bereskan gas sialan dengan kadar racun tinggi ini, Futon : Daittopa."

Bwossh!

Angin kencang berputar hebat membawa seluruh gas beracun terbang mengudara tanpa sedikitpun yang tersisa. Dan pemandangan selanjutnya sungguh mengejutkan bagi Shion, bahkan ia lupa untuk bernafas setelah menahan oksigen di mulutnya hingga setengah menit.

"5 tidak 10, 12, 17 makhluk asing, kita tidak bisa kabur begitu saja. Tapi bukankah ini terlalu berlebihan untuk seorang Hunter?" Yah tujuan Hunter menurut Naruto masih menjadi misteri. Jika para Hunter bergerak dengan cara berkelompok, bukankan sebaiknya mereka jangan berpisah? Namun apapun itu, Naruto benar benar tidak peduli.

"Kita bagi tugas setelah ini, Shion. Boleh aku memanggilmu begitu?" Shion mengerjapkan matanya lucu, "T-Tentu saja boleh." Tidak ada salahnya bagi Shion mengakrabkan diri dengan seseorang sudah mempermalukan bawahan nya itu.

"Aku akan menyerang, tugas mu adalah melindungiku dari belakang." Shion mengangguk nurut, "Aku akan melindungimu secara bersamaan."

"T-Tapi—?"

Belom sempat Shion melanjutkan ucapannya, Naruto terlebih dahulu menghilang kemudian kembali ke tempat semula yang justru membuat Shion shock untuk pertama kalinya, "B-Bagaimana bisa?" Tentu saja begitu mengejutkan. Cipratan darah memenuhi hampir separuh seragamnya, wajah tenang pemuda itu terlihat lebih menyeramkan dengan noda darah akibat hilangnya satu kepada di antara 17 musuh mereka, kunai cabang tiga yang sebelumnya di tangan kanan Naruto, sudah hilang entah Shion sendiri tidak tau kemana.

"Tak apa, muntahkan saja, kau hanya belum terbiasa." Shion menggelengkan kepalanya, namun wajah gadis itu sudah menghijau, Shion menolak untuk muntah mengingat makanan di sini sangat lah jarang.

Tubuh yang terjatuh dari dahan pohon tanpa kepala menjadi hal paling mengerikan untuk pertama kalinya bagi Shion. Naruto mendecih pelan, ia paham, mental gadis itu lemah, mungkin jika Naruto bisa menebak, ini pertama kalinya Shion menyaksikan pembunuhan secara langsung, apalagi cukup sadis.

"T-Tidak apa apa, aku akan ikut bertarung." Meskipun ada yang di aduk aduk di dalam sana, dengan susah payah Shion berusaha bangun namun wajahnya lebih pucat. "Kita bergerak, kau boleh mempercayakan keselamatan mu padaku."

Entah kenapa, Naruto sendiri heran, tak ada suara apapun yang terdengar dari para Hunter, bahkan setelah teman mereka mati, semua hanya berdiri memutari mereka berdua di dahan dahan pohon, mereka bertarung menggunakan tangan kosong, cukup berani, meskipun kesempatan mereka menang sudah 0%.

Baru saja Naruto memasang kuda kuda, seluruh musuh terbang begitu saja dengan satu tujuan, yaitu tempat Naruto dan Shion berdiri. Shinobi kekal itu melirik ke arah Shion, "Gunakan salah satu sihir api terkuatmu, Shion. Arahkan kemana saja, lalu tembakan."

"A-Akan ku usahakan." Dengan jarak yang semakin menipis, mana terpompa hebat ke seluruh tubuh Shion, Naruto bisa merasakan jika mana itu terkontrol begitu sempurna, selain bisa memulai sihir dengan mantra, cukup menggunakan kontrol mana sempurna, tanpa berucap pun bisa untuk menyerang. Jarak semakin menipis hingga terpaut 1 meter saja, bersama dengan itu, lingkaran magic muncul di belakang Shion, 5 lingkaran magic khas dari Element Magic type api kemudian menyala jingga memberikan cahaya pada pagi itu. Naruto menyentuh pundak Shion

Flash!

"!"

Tidak ada yang bisa menyangka jika dalam kurun waktu tidak banyak seperti tadi, kedua remaja tersebut lenyap dalam kilatan berwarna kuning, kemudian muncul tepat di mana Naruto memulai aksi pertamanya.

[Fire Ball 5X]

DUAARRRR! DUARRRR!

Benar benar kerja sama tanpa harus diskusi. Bahkan Shion tidak menyangka jika seluruh serangan yang ia arahkan secara random bisa mengenai seluruh musuh mereka. Satu detik Shion bersiap menembakan sihirnya, satu detik kemudian mereka berpindah tempat yang mana, ini adalah posisi terbaik untuk sihir area dengan keakuratan 100%.

Shion yakin, meskipun tidak mematikan, namun dengan damage sebesar itu sudah cukup untuk membuat ke 16 Hunter menerima luka bakar cukup untuk membuat mereka tumbang. Terlihat dengan jelas, kunai Hiraishin penuh akan darah tertancap di dahan pohon tempat korban pertama Naruto muncul.

Naruto menyuruh Shion menggunakan sihirnya secara random untuk serangan masal dan tidak memakan waktu untuk menyelesaikan pertarungan ini. Kebetulan Naruto sudah menancapkan tanda di tempat yang cocok, bersama dengan itu, sihir Shion aktif dan menghantam 'Hunter' bodoh mencoba menyerangnya. Naruto pun tidak menyangka, ia pikir tidak semua Hunter menyerang secara bersama, padahal target Naruto paling banyak 3 Hunter sekaligus.

Baru saja Shion ingin memberondong Naruto dengan pertanyaan, lagi lagi hal konyol terjadi yang membuat Naruto mengerutkan alisnya, namun tidak untuk Shion, gadis itu justru terdiam dengan pandangan tidak percaya.

"Oy Ibumu membohongiku untuk kedua kalinya, Shion. Bukankah ini keterlaluan? sedangkan kau ikut dalam misi ini? ibu mu membahayakan putrinya sendiri barusan."

"Aku—?"

"Apa nya yang Hunter, apanya yang Rank A, kebohongan ini benar benar membuatku cukup muak dengan ibumu." Shion tidak menjawab, justru ia malah membenarkan ucapan sinis Naruto. Pemuda itu menghela nafas pasrah, "Cukup sampai di sini... "

Nada dingin itu jauh lebih mengerikan dari bentakan Naruto beberapa jam yang lalu. Jika Shion dalam posisi menjadi musuh, ia lebih memilih melarikan diri setelah membangunkan sesosok monster yang tidak seharusnya di usik. Entah tanpa sadar atau tidak, Shion mulai menggumankan sebuah janji yang tidak akan pernah ia langgar walau di paksa sekalipun, ia tidak akan membuat Naruto Arashi merasa kesal untuk kedua kalinya.

"Kau di balik insiden ini, anak nakal. Kelompok gila kekuatan, bahkan hingga mempelajari Forbidden Magic seperti ini, tidak ada yang bisa senekat dirimu, Rezevim Livan Lucifer, seharusnya aku membunuh mu saja waktu itu." Bergumam lirih, ia tidak pernah berpikir untuk membiarkan Shion mengetahui rahasia yang tidak seharusnya di ketahui umum.

Naruto menatap datar ke depan, sosok sudah Naruto penggal begitu saja beregenerasi dan membentuk kepala baru seakan tidak pernah terjadi apa apa. Hal ini berlaku kepada luka bakar seluruh Hunter, tidak Naruto tidak akan menyebut mereka itu lagi. Siluman hasil pengerian sebuah Forbidden Magic tingkat tinggi, memerlukan tumbal untuk membuat sebuah pasukan yang loyal, tidak memiliki perasaan, mereka hanya bergerak sesuatu perintah pemilik sihir.

"Aku tidak suka nyawa dan tubuh manusia menjadi boneka oleh mu, Rezevim. Setelah mengincar-'nya' dulu, kau berniat memulai nya lagi. Benar benar babi yang merepotkan."

Nama sihir itu adalah, [ Cursed Release : Noh Mask of Flesh ]. Dengan menciptakan sihir hitam kemudian mengambil alih tubuh manusia, tidak lama berselang, sihir itu mengambil alih seluruh kontrol tubuh hingga membentuk tubuh baru yang abadi membiarkan tubuh asli manusia mati begitu saja. Dengan mengamputasi, Naruto pikir, Rezevim berniat mencari alibi bagus yang membawa kepolisian kepada Hunter sebagai sasaran, padahal semua tidak ada hubungannya dengan Hunter. Licik seperti biasa, baru satu minggu Naruto ber-urusan dengan bawahan Rezevim, sekarang Naruto harus ber-hadapan pemimpin mereka langsung. Sungguh sangat kebetulan.

"Kau duduk lah di sini, Shion. Mulai detik ini, aku yang akan mengambil alih seluruhnya." Baru saja Shion ingin memprotes, ia harus kembali menelan argumen nya melihat tatapan dingin menusuk dari Naruto seolah olah memerintah Shion untuk tidak ikut campur. Gadis itu mengangguk pasrah, entah kenapa, atmosfer sekitar benar benar sangat berat dan diam menunggu menjadi tindakan yang tepat.

"Jangan mati. aku akan kerepotan membawa mayat mu."

Naruto mendengkus kasar, "Lihat dan pelajarilah Shion, kita hidup di dunia yang jahat. Dunia ini memegang prinsip bunuh atau di bunuh, aku akan mengajarimu, bagaimana kekuatan seorang Manusia seharusnya."

Pemuda itu menatap lurus seluruh siluman Noh yang mulai berdiri setelah beregenerasi penuh, seringai sadis sangat jarang di perlihatkan memberikan peringatan untuk tidak mengusik monster sedang tertidur di kawasannya. "Mari kita lihat, sejauh apa pengaruh sihirmu di sini, anak nakal."

Percikan petir yang awalnya sedikit, berlahan membentuk bola petir, lalu tak lama kemudian kembali bertransformasi menjadi pedang petir padat namun memiliki hawa intimindasi luar biasa.

"Selamat makan!"

And Done..

Untuk Rezevim, saya terinspirasi dari Anime Inuyasha mengenai Noh Mask. Belum ada penjelasan lebih lanjut mengenainya, saya akan mengungkap Rezevim di last Chapter Arc dan siapa perempuan yang Rezevim incar.

Sedikit adegan NaruShion dengan membuka aib Shion. Cukup terdengar biasa memang, tapi untuk beberapa alasan, saya tidak akan melibatkan Naruto sebagai tokoh penting ke dalam konflik Reinhard dan Shion di arc Turnamen depan, Naruto akan terlibat, tapi tidak sebagai penengah, justru sebaliknya setelah sedikit mengerti tentang Shion.

Saya tidak memiliki banyak hal yang bisa saya katakan, untuk Fanfic lain, akan ku usahakan tapi enggak janji ya. Sampai jumpa di Chapter selanjutnya.

FI - Ethelope (Sebelumnya A Viscount) Out