Ordinale Scale : Wish You Where Here

Rate : T

Genre : Drama, Angst, Adventure, Sci-fi

Warning : Typo, OOC, Latar tempat yang kurang jelas, Alur yang acak-acakan, Feel yang kurang dapet dan yang pasti Bikin mata perih...

.

.

.

.

.

Chapter 1 : Kesempatan Kedua

Ordinale scale, setitik perasaan yang teramat kelam dalam hati ku justru menjadi sebuah dorongan yang kuat akan rasa ingin tahu seperti apa dunia yang tersembunyi dibalik Augma yang tengah ku pegang ini. Aku mengamati dengan seksama pada desain dan juga detail yang tak begitu spesial ini, dan sekelebat perasaanku mulai bermunculan dibalik pejaman mataku yang perlahan merefleksikan bayangan seseorang yang telah tertikam oleh tajamnya dosa yang terlahir dari perasaan cinta yang semu dan hampa akan kebodohan diriku sendiri.

Naruto...

Ia dan beberapa player lainnya yang tak beruntung menjadi saksi hidup sekaligus mati yang takkan sempat berteriak untuk bersaksi akan kekejaman dari sisi gelap di dunia virtual SAO ini. Sungguh... mengingat kembali memori kelam akan hal yang telah mengerak dalam otaku ini membuat diriku di rundung rasa sedih. Sebab, pernyataan jujur dari hati Naruto sampaikan saat itu justru Aku sepelekan dengan mudahnya dan hal itulah yang menjadi awal mula mimpi buruk itu terjadi secara nyata.

Benih cinta yang tertanam dari hati yang subur membuatnya tumbuh lebih cepat di bandingkan pada hati yang tandus akan sebuah perasaan rumit yang Aku alami...

Kirito-kun...

Laki-laki yang memberikan segala perasaan tenang pada hatiku ini membuatku jatuh cinta saat itu juga... Jujur saja, Aku merasakan perasaan yang teramat dalam bila berada di dekatanya meskipun maut hampir menariku jauh meninggalkanya.

Perasaan cintaku pada Kirito-kun bukan tanpa alasan, di tengah kekacauan KOB dan disertai player pejuang yang mulai berguguran membuat perasaan takut akan kematian semakin erat menyelimuti hatiku. dan pada fase tersebut, laki-laki tampan itu datang dan memeluku... Membisikan sebuah janji dan pernyataan mutlak yang membuatku menitikan air mata bahagia sekaligus haru, di tengah gelapnya dunia virtual yang kupandang ini... Tuhan nengirimkan sesosok Mailikat bersayap terang untuk melindungiku... Dan hal itulah yang membuatku benar-benar mempercayakan hatiku kepadanya.

.

"Asuna? Kamu Asuna kan? Akhirnya Aku bisa menemukanmu-ttebayo!"

Wajah bergores kumis kucing dengan senyum manis itu dan di sertai kata reflek yang terucap dari setiap akhir perkataan-nya itu membuatku begitu cepat mengenali siapa sosok laki-laki di hadapanku ini.

Aku dan Naruto pertama kali bertemu di Aincrad pada saat Aku dan Kirito-kun berencana untuk berkunjung ke sebuah danau terindah di Aincrad sekaligus berpiknik bersama.

Pada saat itu sebuah teriakan kesal memaksa kedua mataku beralih ke sumber suara cempreng itu berasal dan atensiku mendapati seorang laki-laki pirang yang tengah serius berlatih Ah! Bukan! Ia tengah bertarung nenghadapi lima orang player perampok yang mencoba menyerang-nya.

Melihat kondisi yang sedikit tak menguntungkan dimana Aku mendapati Healt point dari laki-laki pirang itu telah terkikis kurang dari limah puluh persen, dan hal itu membuatku berinisiatif untuk bergerak maju dan membantunya. namun, bahuku tertahan oleh kirito-kun yang mengatakan untuk tunggu dan perhatikan.

Tapi untuk mengantisi-spasi hal yang buruk tentunya Aku telah mengambil saber andalanku dari balik kolom item, begitu pula dengan laki-laki berambut hitam di sampingku ini.

Namun genggaman erat pada senjata yang Aku siapkan justru mengendur, saat mendapati sebuah pertarungan yang teramat luar biasa terjadi di hadapan ku, pergerakan cepat layaknya bintang yang melesat di luar angkasa menjadi penutup pertarungan lima melawan satu.

Dan saat laki-laki pemenang tersebut menyarungkan kembali pedang katana milikanya sesuatu tak terduka mengejutkan ku.

Dua buah senjata berbentuk bintang dengan sudut tajam berputar dan melesat cepat ke arah kami berdua yang membuatku secara reflek menangkis mengunakan pedangku.

"Siapa kalian!? Apa jangan-jangan kalian salah satu dari mereka?!"

Pedang katana yang sebelumnya ia sarungkan kembali di hunuskan ke arah lawan yang lebih tepatnya kearah kami berdua, dengan perlahan kami muncul dari balik persembunyian dimana sebagai tempat bersaksi akan pertarungan yang baru saja usai.

"Tenang! Kami tidak akan mengganggumu dan Kami bukan bagian dari mereka!"

Aku menancapkan pedang ke tanah yang ku pijak dan berteriak menjelaskan, dan saat pandangan kami berdua bertemu... Kami berdua sama-sama terkejut mendapati orang yang tak asing dapat berjumpa di tempat yang tentu saja bagai labirin ini.

"Asuna? Kamu Asuna kan? Akhirnya Aku bisa menemukanmu-ttebayo!"

"N-naruto...?"

"Aku datang untuk menyelamatkan mu...! Hahaha...!"

Perasaan senang tentunya muncul dengan deras membasuh hatiku yang mendapati orang yang kau kenal bisa hadir dan akan berdiri bersama-sama untuk berjuang.

Kedua kakiku berlari pelan membawaku kearahnya dan memeluknya bahagia.

Di awali dengan pertemuan yang sedikit menegangkan namun dengan segera di akhiri dengan kebahagiaan yang bercampur rindu, karena walau bagaimanapun Naruto merupakan seseorang yang telah mengukirkan namanya dalam hatiku dan menjadi salah satu sumber warna kebahagiaan di hidupku.

.

Aku membuka kedua kelopak mataku dan mengalihkan perhatian pada sebuah bingkai foto yang terletak pada meja yang telah di tempati beberapa monitor komputer gaming miliku. Dalam foto itu... Aku dan Naruto tengah membolos sekolah dan pergi ke sebuah wahana permainan di pusat kota.

Naruto sebelum hati-nya menggelap ia merupakan orang yang baik, walaupun sedikit bebal namun sifatnya yang sangat menyukai hal-hal yang menyenangkan membuat ku dapat merasakan apa yang namanya kebebasan tanpa belenggu orangtuaku.

Namun, perjumpaan ku dengan dirinya harus terhenti oleh dinding raksasa yang terbangun kokoh saat ayah ku mendapati sebuah alpha dari laporan guru kepercayaan-nya dan membuat ku diberi larangan keras untuk keluar rumah bahkan pergi ke sekolah pun merupakan hal yang haram bagi ku saat ini.

Aku hanya dapat berjumpa dengan Naruto berbatas minitor melalui berbagai Game online yang di mana Aku dapat kembali merasakan kebebasan sekaligus bahagia saat kami dapat berjumpa dan mulai bermain bersama.

Namun rasa bahagia yang menyelimuti diriku perlahan mulai hilang dengan munculnya rasa bosan sekaligus stress yang membuat ku menangis sedih meratapi kehidupan ku yang bagaikan boneka hiasan dalam lemari kaca.

Bermain game memang menghibur hatiku namun tidak dengan fisik ku yang sangat merindukan sentuhan udara bebas dunia ini... Sentuhan dimana Aku dapat merasakan kealamian dingin dan hangatnya benda apapun yang kusentuh di luar rumah.

Dan SAO satu-satunya yang dapat memberikan hal itu saat ini. Dan saat Neaver Gear yang kudapatkan itu terpasang pada kepala ku... Aku mulai pergi ketempat yang sangat Aku inginkan, meninggalkan dunia nyata yang bagaikan sangkar burung dengan belenggu ke naifan yang mengekang ku dan juga meninggalkan Bintang yang selalu menunggu Matahari... Maafkan aku Naruto...

Dan di dunia virtual inilah yang membuat ku belajar segala hal akan perasaan bahagia akan keindahan dunia virtual yang sama indahnya dengan dunia nyata yang bahkan ini lebih indah dan berwarna.

Namun sayang... Keindahan Aincrad harus ternodai dengan busuknya dosa dari para manusia yang telah di butakan oleh kegelisahan yang berlebihan demi bertahan hidup dengan cara yang sangat kotor. Dan ketika game ini berubah menjadi game kematian, hatiku mulai merasa takut... Mengharapakan seseorang datang dan menuntunku... Naruto... Aku menjadi teringat akan dirinya, apa Dia mencariku? Yang tak memberitahukan jika Aku hidup dan terjebak di Aincrad? Ini memang salahku yang menghilang secara tiba-tiba dan meninggalkan Naruto yang setiap sore menunggu di depan jendela kamarku berharap mengetahui kabarku untuk hari ini dan hari-hari sebelumnya.

.

Dan kehidupan ku di dunia virtual ini berubah saat dimana seseorang yang seharusnya berdiri bersama denganku selalu itu menghilang tanpa jejak.

Sang Bintang menghilang dari kemegahan malam dikala cahaya sang Mentari mencari keberadaan dirinya dimana...

Naruto... Aku masih mengingat-nya saat dimana ia mengutarakan perasaan hatinya pada ku, yang membuat ku menyimpulkan dengan cepat jika hal itulah yang menjadi penyebabnya.

Kepergian-nya baru ku sadari saat waktu yang berputar selama seminggu diriku tak mendapati keberadaan dirinya, kebahagiaan diriku dan Kirito-kun membuatku buta akan hal sekitar menyangkut orang lain, dan kehadiran Yui sebagai kebahagiaan yang baru semakin membuatku benar-benar tidak memperdulikan hal lainnya.

Kepergian Naruto membuatku benar-benar kembali merasa kehilangan salah satu penyangga hatiku, di setiap party yang Aku ikuti terasa sangatlah berbeda ini seperti salah satu kakimu terpincang-pincang dan membuat mu terasa sedikit sulit untuk menyelesaikan satu Quest saja.

langit malam tampak begitu hampa tanpa kehadiran kilauan-nya...

Dan saat itu lah untuk pertama kalinya Naruto membuatku menitikan air mata kesedihan, di setiap tetesan air mata ku terkandung doa berharap Aku dapat dengan segera berjumpa kembali dengannya... Aku tidak tahu apakah ia masih hidup? Apakah ia baik-baik saja? Dan segala macam pertanyaan kekhawatiran semakin membuatku merasa takut.

.

"Tenanglah... Masih ada Aku disini untuk melindungimu."

Dan kehangatan itu muncul kembali menyelimuti hatiku, rasa tenang yang Kirito-kun pancarkan itu menjadi satu-satunya ukiran sudut mata kunci penenang bagi hatiku walau hanya sesaat.

Dihampir penghujung penyelesaian perjuangan kami di SAO seorang kriminal baru muncul dengan nama Kitsune... Motif kejahatannya cukup umum seperti player merah lainnya namun yang menjadi alasan yang mencolok pada dirinya ialah sebuah fakta jika dirinya telah mampu membantai 3 pimpinan guild teratas, dan hal itulah yang menjadi sumber masalah baru di Aincrad dan secara perlahan menjadi sebuah ancaman baru bagi kami.

Beberapa Player yang memang ahli dalam memata-matai menjadi sebuah satu-satunya informasi dimana Kitsune telah meninggalkan jejak kotornya. Dan pada saat yang tepat... Aku dan para anggota terpilih termasuk Kirito-kun dapat menemukan dirinya, wajah yang tertutup tudung dari jubah hitam yang berkibar searah tiupan udara membuatnya begitu misterius dan berbahaya sehingga membuat diriku langsung menarik senjata dan ku hunuskan tepat kearahnya.

"Kitsune...! Atas nama persatuan Guild Knight Of Blood Aku memperintahkan Dirimu untuk berhenti melakukan kejahatan terhadap player lain!"

Dia nampak tak bergeming atas peringatan kerasku, dari balik tudung gelap itu ia nampak solah menatap tepat kearahku dan hal itu cukup mengganggu sedikit konsentrasiku.

Aku kembali mencoba untuk memberi perintah kepadanya namun seperti sebelumnya, ia tetap tak bergeming memberikan respon perkataanku.

Kulihat Kirito-kun mulai melangkahkan kaki-nya kedepan membelakangiku. Ia juga mengatakan hal yang sama dengan keras kepadanya namun keheningan menjadi sebuah jawaban mutlak yang kami dapat.

.

Dan pada saat laki-laki di depanku ini melesat menyerang akhirnya pertarungan kami pun terjadi... Apa yang di sampaikan Mata-mata Kami bukan bualan semata, Player merah yang kami hadapi ini memiliki skill yang sangat luar biasa cepat dan kuat. Itu adalah hal yang menjadi sebab rencana untuk membekuk dirinya begitu sulit untuk kami lakukan.

Ini sudah kesekian kalinya Aku mendapat momentum untuk beradu pedang denganya namun segala hal yang terbaik yang Aku miliki tak satu-pun melukainya secara sempurna, justru kecepatan yang di milikinya itu berhasil membuatku berbalik terdesak dan jatuh.

Selalu seperti itu...

Di penghujung akhir pertarungan kami yang melelahkan ini, akhirnya Aku dan Kirito-kun berhasil mengalahkanya dengan kerjasama, hasil kesempurnaan dari latihan bersama itu akhirnya menjadi penutup atas rasa lelah dan sakit fisik ini untuk menghentikan seorang Kitsune.

Namun...

Rasa sakit ini justru bertambah berkali-kali lipat lebih menyayat tajam jiwa dan raga-ku, bukan karna luka yang telah ku dapatkan ini... Bukan...

Hal yang sangat mengejutkan dan tak terduka menjadi alasan kenapa rasa sakit ini bertambah...

Udara bertiup menyibak tudung gelap yang menyembunyikan wajah familiar yang begitu sangat ku kenali... Dan di saat itulah Aku merasa begitu kosong

Apa yang tak Aku inginkan justru terjadi secara nyata...

"T-tidak... Ini tidak mungkin..."

Naruto... Sosok laki-laki yang selama ini ku khawatirkan telah meringis kesakitan karena ulahku yang telah menikam tubuhnya secara dalam... Naruto... Aku sangat tak menyangka jika di balik nama Kitsune itu di perankan oleh dirinya dan hal itulah yang membuatku terkejut luar biasa hingga kedua mataku tak mampu membendung air mata yang terjun secara mendadak dengan bebasnya... seakan-akan hatiku berteriak disaat itu juga...

Kenyataan pahit yang sangat menyakitkan menusuk secara dalam hatiku menciptakan sebuah luka yang secara tepat merusak sebuah ukiran namanya menggantikan-nya dengan luka menganga dengan lubang yang dalam.

Dengan perlahan kami berusaha mencabut pedang kami dari tubuhnya, Ia terjatuh berlut yang kemudian akan roboh dan tergeletak tepat di atas tanah yang kupijak...

Ku tancapkan pedangku di atas tanah dan dengan segera Aku menahan tubuh Naruto yang sudah tak berdaya itu...

Kupeluk tubuhnya yang mulai memecah menjadi butiran kristal yang tajam. Tangisan doa'ku memang terwujud dengan pertemuan ini namun tidak dengan cara seperti ini...

"Maafkan Aku Asuna..."

Senyuman lemah Naruto menjadi penutup perpisahan yang sangat tak ingin Aku relakan. Ia juga mengucapkan beberapa kata perpisahan dan penyesalan dari bibirnya... Wajah dengan senyuman itu dengan perlahan mulai menghilang dalam rengkuhan ku, kristal cahaya yang berterbangan di sekitar ku terus kugapai...

Terus...

Terus...

Dan terus...

Namun...

Apa yang ku genggam hanyalah kehampaan...

Namun Aku menggeleng dengan keras mencoba untuk tak menyerah akan sebuah harapan sekecil apapun itu dan terus memohon kepada Kami-sama atas apa yang terjadi saat ini hanya lah sebuah mimpi buruk yang tidak akan pernah terjadi dalam kenyataan hidupku...

Dan saat Aku terbangun nanti... Aku akan menjalani hidup ini seperti biasa... Tanpa ada kesedihan...

Ya...

Tanpa ada kesedihan...

Kembali ku coba untuk menggapai serpihan cahaya yang tak Aku inginkan untuk menghilang itu.

Lagi...

Lagi...

Dan lagi...

Namun tetap saja seperti itu...

Hingga sebuah pelukan hangat menghentikan ku untuk terus berharap akan sebuah hal yang tak mungkin ku dapat.

Kirito-kun memelukku tanpa berkata apapun seolah ia tahu apa yang Aku rasakan saat ini... Dan tangisku benar-benar pecah dalam pelukannya yang semakin erat.

.

Ku rasakan kehangatan yang menjalar di kedua pipiku ini dan setelah ku usap Aku baru menyadari jika kedua mataku menangis. Waktu memang telah dua tahun berjalan akan tetapi tragedi kelam itu masih tetap ada dalam pikiran ku, dan bahkan lubang dalam hatiku masih menganga dan terasa semakin menyayat lebar jika Aku teringat akan hal itu...

Kembali ku pandangi bingkai foto yang sama itu... Sebuah harapan yang besar untuk mencari keberadaan dimana Naruto berada meskipun segala kemustahilan yang akan menjadi pengganjal langkahku namun yang pasti aku tak akan menyerah.

.

Ku langkahkan kedua kakiku keluar dari rumahku, ku hirup aroma udara di sore hari ini guna meringankan sedikit rasa sedih di hati dan berjalan dengan perlahan menuju gerbang yang dimana kehadiran ku telah di tunggu sang Pangeran berkuda besi lengkap dengan senyuman-nya dan tentunya sebuah janji yang menjadi alasan kami bertemu.

"Apa kau menangis lagi?"

Sulit bagiku untuk memberikan sebuah jawaban palsu untuknya, dan hanya anggukkan lemah yang menjadi sebuah jawaban mutlak dari pertanyaan yang telah ratusan kali ku dengar.

Ratusan? Ya... Sudah ratusan kali aku menangis dan itu semua karena dirimu...

Naruto...

Aku mencoba untuk tersenyum seakan aku tak apa-apa dan seperti biasa... Kirito-kun memberikan pelukanya untuk mencoba menyerap semua emosiku untuk hari ini.

"Apa sudah baikan?"

Aku mengangguk di balik hangat tubuh nya, ia mengendurkan pelukannya dan menatapku.

"Jangan menyerah untuk mencoba menemukanya... Aku dan yang lainnya akan terus membantumu"

Ya... Itu benar... Semenjak SAO berhasil kami selesaikan, selang beberapa bulan muncul sebuah Game yang berlatar belakang hampir sama dengan Swort art online, yaitu ALO sebuah singkatan dari ALfhiem Online yang membuat harapanku tentang Naruto mulai terwujud, karna berapa kali kemunculan Ghost Player korban dari SAO mulai sering terjadi pada Game VR tersebut, dan hal itulah yang menjadi alasan mutlak bagiku untuk mencarinya.

Namun hingga sekarang perjuanganku belum membuahkan hasil dan keyakinanku secara perlahan mulai menghilang yang kembali membuatku jatuh dan menangis.

Akan tetapi... Ordinale scale sepertinya mulai memberikan petunjuk yang sebenarnya kepadaku dengan kemunculan Monster yang tentunya tak asing bagiku, Penguasa Samurai Kagachi... Bos Aincrad lantai 10 yang telah Aku kalahkan beberapa hari yang lalu menjadi kejutan pertama sekaligus tanda tanya bagiku.

Jika memang ini kesempatan ke dua dari Kami-sama untukku, dengan jalan ini Aku akan sepenuh hati mencoba untuk membawamu kembali untuk berdiri di sampingku lagi... Dan juga membantu mu menghapus segala dosa yang telah mengotori hatimu dengan lembaran hidup yang lebih berwarna... Bersama...

.

.

.

.

.

Bersambung...

.

.

.

.

Halo teman-teman? Maafkan Hamba yang sudah bertahun-tahun menghilang entah kemana dan silahkan lempar benda apapun di sebelah kanan kalian...

Oke. Sebagai pemanasan... Fic ini saya buat untuk beberapa Viewers yang berharap ada kelanjutan dan keajaiban di Fic Other side of love... Dan Tara...! Jadilah Fic Gaje ini.

Saya nggak terlalu mengikuti serial Anime SAO jadi Mohon maaf jika ada kesalahan nama tempat dan segala macam tentang anime itu...

Ada kesulitan bagi saya buat belajar lagi membuat Feel yang sedih, tapi sebuah lagu dari Band bernama Red dengan Judul Pieces menjadi pendorong bagi saya untuk mencoba berbagai improvisasi... Lagu ini sangat Recommended sekali untuk kalian yang sedang galau atau sebagai-nya...

Tolong RnR ya... Saya minta masukan dari kalian semuanya!

Ok sekian... Sampai ketemu di Chapter selanjutnya...! ^^