Disclaimer: Haikyuu sepenuhnya adalah milik Haruichi Furudate. Adapun saya tidak ada mengambil sedikitpun keuntungan materiil dari peminjaman karakternya. Marilah dukung Haruichi sensei dengan—seminimalnya—membeli komik Haikyuu yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia jika sudah tersedia di toko buku di kotamu.
A/N: Kumpulan drabble BokuAka.
.
.
"Anggota kelas satu kali ini lumayan juga."
Bokuto menatap anggota baru mereka yang berlatih di bagian lain gym SMA Fukurodani. Matanya terpaku pada permainan seorang junior berambut hitam yang mengambil posisi setter. Operan orang itu tajam dan tepat sasaran. Berada di titik terbaik spiker.
"Nah—" Bokuto memanggil Sarukui yang berlari mengejar bola, "—setter—siapa namanya?"
"Hah?" Sarukui berdiri tegak setelah mendapatkan apa yang dikejarnya tadi. Diikutinya tatapan emas Bokuto pada dua tim kelas satu yang sedang berlatih tanding, "Akaashi. Aku lupa nama belakangnya."
Bokuto menoleh pada pasangan setter-nya selama ini dan katanya dengan gamblang, "Aku ingin main dengan Akaashi untuk latih tanding melawan Nekoma besok."
"Hah?" Setter kelas dua yang selama ini sudah meladeni ace baru Fukurodani sejak kelas satu itu mendelik sebal, "Apa katamu? Kau mau berganti pasangan?"
"Yah—" Bokuto menanggapi sambil lalu. Ditepuk-tepuknya bolanya, "—kau terlalu sering miss sejak kelas tiga lulus. Kau tahu—hmm—" Bokuto memejamkan matanya keras-keras, dagunya dipeganginya, dan ia mencari-cari kata-kata yang pas meskipun akhirnya menyerah, "—kau hanya menghalangi kemampuan terbaikku. Aku tak bisa bermain maksimal jika operanmu buruk."
Bola yang dipegangi setter kelas dua itu dilemparkannya ke tubuh Bokuto dengan kesal. Orang itu melotot tajam pada sang ace. Teriaknya, "Baik. Aku juga bosan menanggapimu terus. Kau dan sifat bocahmu itu. Aku sudah berusaha setengah mati selama ini untuk meladenimu dan aku sudah lelah." Kemudian dia menoleh pada anak-anak kelas satu yang berhenti bermain karena perseteruan kecil mereka. "Oi, Akaashi Keiji. Mulai sekarang kau bermain dengan orang bodoh ini!"
"Eh?"
"Aku bukan bocah, sialan!"
Protes Bokuto tak dipedulikan sang setter yang berjalan cepat menuju pelatihnya, mengujarkan sesuatu sebelum keluar. Anggota senior kelas tiga hanya mengulum senyum mereka. Salah seorang di antaranya menepuk pundak si rambut perak, "Dia benar-benar meluapkannya kali ini. Yah, dia memang selama ini kesulitan mengejarmu, Bokuto. Dia bukannya tidak berkembang. Kau saja yang terlalu cepat berevolusi."
"Heh?" Mata emas itu menatap mata Kaptennya dengan heran, "Maksudmu apa, Senpai?"
"Percuma. Percuma." Komi tertawa pelan. Libero kelas dua itu mengelap wajahnya, "Senpai, Bokuto tidak akan mengerti kata-katamu."
"Komiyan—sialan kau."
-disambung chapter berikutnya
