CRUSH! (Hana series)
AkaKuro School! AU
Kyuudo club! Akashi x Garden club! Kuroko
Warn: OC, OOC, yaoi, typos, etc.
Disclaimer: Fujimaki Tadatoshi
.
Crush 1: Bed of Cosmos
.
Cosmos above, cosmos below.
A place to love, a place to grow.
.
Langkah Seijuurou terhenti. Satu pemandangan tak lazim telah behasil mencuri perhatiannya dari langit Jumat sore di atas kepala. Pekik anggota klub baseball yang masih berlatih di lapangan utama, terdengar samar sebagai latar belakang. Tak berkedip, retina mata Seijuurou langsung saja fokus memindai objek spektakuler yang mendadak mampir tanpa diminta. Sudah hampir dua tahun ia bersekolah di sini, dan baru sekarang Seijuurou mendapati lahan dekat parkir sepeda—yang dibatasi petak-petak semen sebagai pagar rendah—terlihat lebih indah dari biasa.
Ketahuan sekali kalau ia jarang memberi atensi pada keadaan sekolah, di samping kegiatan akademis dan ekstrakulikuler-nya. Ia tidak pernah tahu kalau sekolah mereka ternyata dapat memberikan suguhan langka semacam ini.
Kaki-kakinya otomatis bergerak cepat menuju lautan bunga dengan gradasi rona penyejuk mata. Putih, merah muda, dan fuschia. Mereka tertata apik, memberi nilai estetika pada area kosong yang biasanya tampak suram tanpa warna.
Tidak. Ia tidak sedang teringat pada taman milik mendiang ibunya yang terdapat di bagian belakang rumah mereka dulu. Taman bunga berukuran mungil, namun selalu menuai pujian ketika orang lain melihatnya. Tapi kini tidak ada lagi yang tersisa. Tempat itu telah lama terbengkalai, hanya menyisakan semak perdu hijau terpangkas rapi—sepeninggal Shiori, lima tahun silam.
Seakan terhipnotis, tanpa sadar ia berjongkok di depan salah satu petak bunga. Area parkir begitu lengang—hanya tersisa dua sepeda, mereka sepertinya belum diambil karena pemiliknya masih memiliki kegiatan di sekolah.
Perlahan, tangan Seijuurou terjulur. Ujung jemari merasakan lembut lembar demi lembar mahkota bunga sewarna gulali yang basah oleh titik-titik air bak embun pagi. Dan hati Seijuurou langsung lumer, menghangat di bawah siraman memori tentang satu hari di musim semi bersama ibunya dan Shirayuki.
Ah, apa mungkin Seijuurou mendadak sentimental, karena ini hampir mendekati hari peringatan kematian Shiori? Entahlah. Tapi Seijuurou merasa deja-vu sewaktu mendapati lagi pemandangan familiar seperti ini.
Sedang asyik meluapkan afeksi pada sekuntum bunga berwarna fuschia, suara seseorang tiba-tiba terdengar begitu dekat di telinga.
"Maaf, senpai... tapi tolong, jangan petik mereka!"
Suara itu berujar penuh peringatan untuk menginterupsi apapun kegiatan yang tengah Seijuurou lakukan di sana.
"Huh?"
Seijuurou nyaris terlonjak—tidak, tidak sampai menjerit, ia hanya sedikit terkejut oleh kemunculan tiba-tiba seorang pemuda di tempat ini. Bukankah tadi sama sekali tidak ada manusia lain di sini kecuali dirinya?
Kenapa tiba-tiba saja dia sudah berdiri di hadapan Seijuurou? Kapan dia datang?
Seijuurou memperhatikan pemuda itu masih dari posisi berjongkok di depan satu petak bunga. Seragam mereka sama, berarti dia adalah siswa Teikou juga. Dan tadi Seijuurou dipanggil dengan sebutan 'senpai', apa ini berarti dia adalah adik kelasnya?
Ia tidak mengenal siswa laki-laki di hadapan. Tidak ada adik kelas berambut biru muda dalam klub memanah pimpinan Seijuurou. Tidak pernah juga mereka berpapasan saat berada di lingkungan sekolah. Ah, mungkin saja mereka pernah bertemu, namun Seijuurou tidak sampai mengingatnya... Bukan bermaksud untuk menjadi senior yang buruk, namun wajar saja jika ia tidak hapal satu persatu wajah adik kelasnya.
Sebuah watering can abu-abu dalam pegangan dua tangan, cukup menjadi indikasi bagi Seijuurou kalau pemuda itu tengah melakukan aktivitas yang berhubungan dengan urusan berkebun. Mungkinkah dia tengah menyirami bunga-bunga ini?
Pipi tembamnya tersapu rona merah muda segar. Sepasang mata bulat memasang tatap pantang mundur dari balik lensa kacamata sebagai penghalang. Untuk sesaat, Seijuurou seperti melihat kilat terkejut melintas dalam pandangan, namun keburu hilang berganti oleh tatap datar tanpa sedikitpun minat tersirat.
Warna biru cemerlang tersebut mengingatkan Seijuurou akan langit luas kala musim panas. Di mana ia betah berbaring pada hamparan rumput penuh rumpun-rumpun dandelion mekar, seraya menatap lama ke atas bagai idiot terhipnotis. Berandai-andai dapat menyelami langit layaknya lautan, dan menyentuh awan-awan berbentuk lucu dengan tangan sendiri.
Really, what a beautiful sight...
Seijuurou memutuskan untuk bangkit, dan memberi senyum ramah sebagai isyarat kalau ia tidak punya niat untuk merusak petak-petak bunga tersebut. "Kau yang melakukan ini? Menanam mereka?" Tidak dapat dibendung lagi, pertanyaan penuh rasa ingin tahu akhirnya terucap dengan lantang ke udara.
Kening itu berkerut, seakan tidak menyangka jika ia bakal mendapat pertanyaan—yang tidak biasa ia terima—sebagai ganti dari sebuah permohonan sederhana miliknya. Apa si kakak kelas tidak mengerti maksud kalimat tadi? Apa dia tidak bisa menikmati keindahan bunga-bunga ini tanpa memetik atau mengganggu mereka? Apa permintaannya terlalu sulit untuk dicerna?
"Ya. Saya yang menanam mereka."
Pegangan tangan pada tubuh watering can semakin mengerat. Wajah itu jelas-jelas menunjukkan kalau ia tidak ingin mendapat pertanyaan lagi dari Seijuurou.
"Cantik." Ia kembali menatap ke arah lautan bunga. "Mereka sangat indah."
"Mereka baru mekar pagi tadi," kalimat barusan meluncur secepat kilat sebagai peringatan lain. "... jadi tolong, jangan petik mereka."
Alis Seijuurou naik sebelah, tawa ringan mau tak mau keluar juga dari mulutnya. "Tidak, hei, tenanglah, aku tidak akan melakukan hal semacam itu..." ia berkata seolah tengah menenangkan anak kecil yang kini sibuk merajuk.
Bibir si pemuda kemudian mengerucut lucu. "Kalau begitu, terimakasih atas pengertianmu, senpai. Saya permisi." Dia lekas berbalik. Kaki-kaki gempalnya setengah berlari menapaki paving block tempat parkir sepeda dengan langkah berdebam.
Mulut Seijuurou hampir terbuka untuk melarang kepergian sosok pemuda yang baru dikenalnya itu, namun dia sudah keburu menjauh dari jarak pandang.
"Padahal aku masih ingin bertanya tentang beberapa hal, tapi sudahlah..." bahu terangkat ringan, Seijuurou ikut berlalu dari lokasi pertemuan pertama mereka.
Entah bagaimana, peristiwa tadi membuat sesuatu dalam diri Seijuurou tergelitik. Katakanlah sekali lagi kalau ini adalah masa-masa melankolis jelang peringatan kepergian sang ibu. Pertemuan mereka seakan membuka kembali satu pintu memori yang telah lama ia kunci.
Seijuurou jadi bernostalgia, dan hal tersebut malah membuatnya bahagia.
Yaah, mungkin saja akan ada kali kedua. Kalau mereka bertemu lagi, Seijuurou akan mencegahnya pergi tanpa mengucapkan sampai jumpa.
Ia sendiri bahkan tidak sadar, saat sudut-sudut bibirnya mulai membentuk seulas senyuman tulus penuh makna.
.
.
A/N: Hai, hai! Apakah ini masih Akakuro week? Fic saya kali ini berlatar sekolah dengan alur ringan, di mana untuk judul setiap part bakalan—semoga nggak lupa—pakai nama bunga. *fingers crossed* Kepingin buat cerita tentang Tetsuya yang jadi anggota klub berkebun, dan dia di sini saya gambarkan agak gemuk. Mungkinkah suatu saat nanti Tetsuya akan bermetamorfosis menjadi secantik kupu-kupu?! Tunggu kelanjutannya... Hehehe... Oya, saya dengerin lagu Love You More punya Generations selama ngetik fic ini.
Ps: Untuk mc saya yang lain sepertinya akan hiatus dulu sementara *bersimpuh mohon maaf*
Terima kasih en ciao!
