The King of Dragon Slayer

(Fanfiction) = Igneel bicara

{Fanfiction} = Etherious bicara

.

.

Balasan Review :

Lactobacillus: Makasih bruh, btw maaf ya masih ngerjain fic event sama fic yang lain. abis ini aku lanjut kerjain.

Guest : Masih kok, maaf ya telat. makasih ya

Meistersinger : Uww makasih bgt ya reviewnya. author langsung bersemangat ngerjain fic lagi.

Guest(Chap 17): Ini udah up kok, maaf ya kemarin-kemarin ngga kebalas. makasih reviewnya

Renobatsu72(Chap 17) : Iya ini udah lanjut kok, makasih reviewnya.

Ren Azure Lucifer D Kanedy(Chap 16) : aduh saking lamanya gak buka fanfic ya. sekarang udah up lagi kok makasih ya reviewnya.

Dragneelstrom2000(Chap 16) : siyapp ini udah lanjut, makasih ya.

Guest 1 (Chap 16) : Makasih ya, ini udah up kok.

Guest 2 (Chap 16) : ini mau masuk arc turnamen, bentar lagi.

penikmat bokep: aduh namanya bruh. siyapp, iki wis update terus kowe ratau review maneh ngunu. suwun yo/makasih ya.

.

.

Chapter sebelumnya :

"Apa kau benar-benar ingin membantuku?"

"Tentu saja Natsu," jawabnya tanpa keraguan.

"Ini akan menjadi jalan yang berat dan penuh rasa sakit."

"Tidak mengapa, asalkan aku bisa bersamamu dan membantumu."

"Dasar! Kau memang keras kepala sejak dulu."

"Dan kau lebih keras kepala ketimbang aku." Mereka berdua tertawa lepas setelah itu, seakan semua beban mereka sudah terangkat.

"Kalau begitu aku akan melatihmu Luce, akan ku buat dirimu sekuat mungkin. Tapi jangan pernah mengeluh terhadap latihanku ini, bagaimana Sayang? Apa kau menerimanya?"

"Tentu saja, aku mulai bersemangat." Mulai hari itu hingga batas maksimal latihan bertahan hidup, Lucy dan Natsu terus mengasah dan melatih kemampuan mereka untuk menghadapi monster yang luar biasa kuat di masa yang akan datang.

.

.

Happy Reading...

Chapter 20 : Lawan Terakhir dan Sebuah Kebenaran

Second Origin memiliki lima tahapan pengendalian, tahapan itu dimulai dari Second Origin First Stage hingga dengan Full Phase. Tiap menggunakan satu stage akan membuat penggunanya memiliki peningkatan sihir sebanyak 25%, seterusnya seperti itu hingga peningkatan sihirnya menjadi 100% atau bisa disebut dengan Fourth Stage.

Sedangkan Full Phase sendiri adalah suatu kondisi dimana penyihir bisa menggunakan Second Origin mereka sesuka hati tanpa dibatasi dengan Stage dan mereka juga bisa mengendalikan ethernano yang berada di sekitar mereka.

"Huh tidak kusangka dua bocah ini mampu menggunakan Second Origin hingga ke Third Stage," gumam pria berperawakan besar yang sedang menghindari serangan dua insan berbeda gender itu.

"Taurus ciptakan tornado!" Taurus, roh bintang berbentuk seperti sapi itu segera mengayunkan kapaknya. Terciptalah angin puyuh besar yang siap menerjang apapun disekitarnya.

Gildarts yang berada di jangkauan angin puyuh itu, mau tak mau harus menggunakan sihir crushnya. "Crush!" tornado yang besar itu seketika lenyap menjadi bongkahan-bongkahan kecil. Namun tanpa Gildarts sadari, sebenarnya ada sesuatu dibalik tornado itu.

Karyu no Koen!

Gildarts yang masih siaga dari serangan Lucy tadi segera menggunakan sihir crush kembali demi menghilangkan serangan Natsu. "Crush!" lagi-lagi serangan mereka berdua dipatahkan dengan mudah, tapi kali ini Natsu tak mudah menyerah.

"Tch, sudah kuduga." Gildarts melompat mundur, menjaga jarak dan bersiap menggunakan sihirnya lagi. Natsu yang paham akan mekanisme sihir Gildarts segera mengikis jarak mereka, dengan sekali hentakan Natsu sudah berada di hadapan Gildarts.

"Oh-ho kau mau adu fisik Natsu? Majulah!" Gildarts bersiap menghadapi serangan yang akan dilancarkan oleh pemuda pinkish itu.

Natsu menendang Gildarts dengan kaki kanannya, namun masih bisa ditahan menggunakan tangan kanannya. "Sepertinya kau memang bertambah kuat, tapi itu masih belum cukup untuk mengalahkanku!" Gildarts menghempaskan kaki Natsu dengan mudah, membuatnya hingga terlempar cukup jauh.

Lucy melihat celah disitu, ia pun menyuruh Taurus dan Loki menyerang pak tua itu. Kapak besar diayunkan, tapi dengan mudah kapak itu dihentikan. Bahkan kapak itu sekarang diremas hingga hancur lebur. "Sial!" gumam Taurus yang kemudian mendapatkan uppercut di dagunya.

"Apa-apaan orang itu!? dia mengalahkan Taurus dengan sekali pukul padahal aku sudah menggunakan Third Stage." Tiba-tiba saja sebuah telepati masuk ke pikirannya.

"Hime aku akan menggunakan mode Eclipse, jadi saat ada celah gunakan Sagitarius untuk menyerang." Lucy pun menuruti rencana Loki.

"Mode Eclipse!" Loki pun berubah wujud, terlihat lebih sangar dengan aura bak seekor raja singa. Gildarts menyeringai tipis melihat perubahan Loki, sepertinya ia mulai tertantang melawan dark mode dari seorang roh bintang.

Ia pun melesat ke arah Loki yang masih diam di tempat, "Crush!" serangan Gildarts ia hindari dengan mudah. "Hoho, sepertinya memang bukan sekadar bualan kalau kekuatan roh bintang dark mode dikatakan mampu mengatasi salah satu dari sepuluh penyihir suci." Loki menatapnya tak suka.

"Sadari tempatmu pak tua!" nadanya begitu sombong sudah seperti seorang raja yang arogan. Tetapi auranya memang mengatakan hal tersebut. Kedua mahkluk beda eksistensi itu saling menatap, menunggu salah satu membuat gerakan. Namun sayangnya itu tak berlangsung lama, dikarenakan ada pengganggu.

"Gildartssss!" Natsu melesat ke arah Gildarts dengan sebilah katana andalannya. Gildarts pun berbalik ke sumber teriakan itu.

"Huuhh, sudah kubilang 'kan kalau menyerang dari belakang tidak perlu teriak segala. Kau ini!" Pak tua itu menatapnya bosan. Ia mengarahkan tangannya ke depan tubuhnya, sudah bersiap untuk mengantisipasi serangan Natsu.

"Aaahhhh!" benar saja, sebuah serangan tebasan berbentuk bulan sabit dilayangkan ke arahnya. Hasilnya sudah pasti kalau serangan itu bakalan menjadi bongkahan kubus kecil, namun Natsu tak pernah membuat serangan yang sia-sia. "Loki sekarang!"

Secret Technique : Shikkoku Bakuenjin!

"Kau pikir aku akan diam saja melihat serangan itu!" Gildarts berlari menuju Loki, mencoba melenyapkan sihir itu seperti yang sudah ia lakukan sebelum-sebelumnya. Namun sayangnya, Natsu menghadang jalannya. Tak berpikiran untuk berhenti, Gildarts menerjang Natsu yang sudah mengambil kuda-kuda menyerang. Natsu mengayunkan lurus pedangnya ke arah Gildarts.

Serangan Natsu kembali ditahan, pedang itu pun hancur akibat sihir Gildarts. Tapi itu sudah sesuai dengan rencananya, kali ini serangan mereka pasti telak mengenai Gildarts. Natsu menyingkir di detik-detik terakhir sebelum serangan itu menyapu habis apa yang ada di depannya. Alhasil pak tua itu terkena telak serangan Loki.

Kepulan asap membumbung tinggi akibat ledakan tadi. Gua tempat mereka bertarung hingga bergetar, tapi itu tidak akan runtuh karena dinding-dinding gua itu memiliki batu-batu yang sangat kuat.

"Huftt…huftt.. A..pa kita berha..sil?" Tanya Lucy yang napasnya mulai terasa berat akibat memberi sihir ke Loki dan memanggil beberapa roh bintang dalam satu waktu. Natsu yang mengetahui keadaan Lucy buru-buru berlari mendekatinya. Kemudian menahan tubuh bagian belakangnya.

"Sepertinya kau sudah mencapai batasmu, Lucee." Dengan perlahan Natsu menurunkan Lucy untuk duduk. "Hufft.. maa..aafkan a..aku Natsu, sepertinya ak-." Sepertinya rencana Loki gagal dikarenakan Sang Tuan hampir kehabisin ethernano di dalam dirinya.

"Sudahlah tidak apa-apa, lebih baik kau beristirahat. Tutup semua gerbang rohmu Luce..," Natsu berusaha menenangkan gadisnya itu, Lucy memejamkan matanya. Mencoba mengatur ritme napasnya agar kembali normal.

"Apa kau tau? Membuka tahap Third Stage dalam waktu yang cukup lama ditambah dengan memasok sihir untuk roh bintang mode Eclipse itu sudah sangat luar bisa. Kau benar-benar bertambah kuat sekarang, Luce," puji Natsu dengan membelai lembut rambut pirang itu. Napas Lucy mulai terdengar normal dan sebuah senyuman kecil nampak di wajahnya.

"Ahh terima kasih ini semua berkatmu," balasnya sembari memegang tangan lelaki yang saat ini terhenti dari aktivitas membelai rambut Sang Gadis.

"Hime, aku akan kembali sekarang," kata Loki berjalan ke arah pemilik kunci bintang Leo itu.

"Yah Loki, terima kasih atas kerja kerasmu."

"Natsu, pak tua itu akan segera muncul jadi bersiaplah!" katanya sebelum menghilang kembali ke alam roh. "Tidak perlu kau ingatkan aku sudah merasakannya."

Tak beberapa lama perkataan Loki terbukti, Gildarts berjalan keluar dari sebuah lubang besar akibat serangan Loki tadi. Pakaiannya compang-camping dan tubuhnya mengalami beberapa luka.

"Tidak kusangka serangan itu memiliki daya hancur yang begitu besar, roh bintang Mode Eclipse memang memiliki level sendiri," gumam orang itu yang makin dekat dengan Natsu.

"Penyihir biasa pasti akan terkapar apabila terkena serangan itu, tidak. Mungkin dia akan mati, tapi lihatlah dirimu yang masih sehat walafiat dengan luka kecil seperti seorang bocah yang jatuh dari tangga," kata Natsu yang masih memegangi punggung Lucy.

"Hei ayolah aku bukan penyihir biasa kau tahu itu 'kan? Dan dirimu juga seperti itu 'kan Ouji-Sama?"

"Tak perlu kau ingatkan juga aku sudah tahu itu," katanya sambil berdiri.

"Kau tetaplah disini, akan kubuat pak tua itu mengakui kita," lanjutnya dengan mengacak-acak rambut Lucy. Gadis itu tersenyum tipis akibat ulah Natsu. Lelaki yang sudah mengambil hatinya itu masih saja bersikap perhatian tanpa mengerti waktu, namun malah hal itu yang membuat Lucy harus rela jatuh hati berkali-kali.

"Mouu jangan suka mengacak-acak rambutku Natsu."

"Biar saja, lagipula kau juga suka 'kan?"

"Na!?" Wajah Lucy dibuat memerah setelah mendengar ucapan Natsu, karena itu memang benar. Yaa perdebatan mereka akhirnya dimulai juga tanpa juga mengenal tempat dan waktu. Apa-apaan kono Bakaple.

"Bisa-bisanya dua orang itu melakukan pertengkaran kekasih di tengah pertempuran seperti ini, tidak habis pikir aku." Gildarts hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar.

"Sudahlah diam saja kau!" Ah perdebatan ini masih saja berlangsung, padahal Natsu sudah berada di depan orang yang mampu menghentikan Metsuryuu mahou dengan satu tangan.

"Kau juga diamlah Natsu! Lebih baik kau fokus dengan lawanmu itu!"

"Ya aku tau itu!" entah bagaimana mereka bisa tersenyum setelah perdebatan yang agak mengerikan itu.

"Apa sudah selesai Ouji-kun?"

"Yah sudah selesai. Ngomong-ngomong Gildarts, bagaimana kalau kita agak menjauh dari sekitar sini?"

"Hoho apa kau mengkhawatirkan kekasihmu Natsu?"

"Ya sedikit."

"Huh? Kalian serius berpacaran?" Gildarts kaget mendengar hal itu, padahal ia hanya bertanya asal.

"Tentu saja, aku kira kau sudah tahu karna bilang begitu. Sudahlah, kita bahas itu lain kali saja. Bagaimana menurutmu tawaranku?"

"Boleh saja, kalau kau bisa memaksaku." Gildarts menyeringai setelah mengucapkan itu. Menantang Sang Pangeran Alvarez yang dulunya tak bisa memindahkan dirinya dari tempat pijakannya seinci pun.

"Sudah kuduga ini akan terjadi," kata Natsu malas. Namun detik berikutnya matanya berkilat, reflek Gildarts meloncat kebelakang.

"Are kau sudah berpindah? Tidak kusangka semudah ini sekarang." Natsu mulai mengejek guru sekaligus rekan latih tandingnya itu. Gildarts terkejut menyadari dirinya yang sudah melompat ke belakang tanpa ia sadari. Sepertinya tubuh dan instingnya merespon duluan daripada pikirannya.

'Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku reflek melompat mundur , aku harus memastikan hal ini.' Gildarts mulai mengamati Natsu, tak lupa ia juga tingkatkan sihirnya. Terlihat Natsu di penglihatan merapalkan beberapa kalimat, entah apa itu. Namun ia hanya mendengar satu kalimat yang terakhir dan kalimat yang terakhir itu cukup berbahaya baginya, bahkan bagi semua orang.

"….Fourth Stage! Activate!" belum sempat Gildarts menggunakan Second Origin-nya, Natsu sudah berada di hadapannya dengan mencengkram kepala pak tua itu. membawanya ke langit-langit gua, lalu menghempaskannya jatuh ke tempat penuh dengan batuan tajam.

"Crush!" untung saja Gildarts menghancurkan batuan itu sebelum ia mendarat di atasnya. "Apa-apaan kekuatannya itu!?" Gildarts benar-benar dibuat shock dengan tenaga yang dimiliki bocah itu.

Lagi, bocah itu kembali mencoba menyerang Gildarts. Ia dapat merasakan hawa dan aura yang dibawanya. "Second Origin : Second Stage! Activate!" ia segera mengaktifkan Second Origin-nya demi mengetahui kekuatan apa yang Natsu pakai.

SLINGGG!

SRAASSSHHH!

Telapak tangan kanan Gildarts berdarah akibat tebasan yang Natsu berikan. "Sial! Padahal aku sudah menggunakan second stage masih saja belum mampu mengimbanginya. Kalau begini akan kugunakan tahap yang sama dengannya!"

Second Origin : Fourth Stage! Activate!

Tubuh Gildarts dipenuhi dengan sihir yang meluap-luap. Datang lagi, kali ini ia benar-benar merasakan dari mana arah serangan itu. 'Samping kiri ya?' Gildarts langsung membungkus tangan kirinya dengan sihirnya.

SLINGGG!

BLASTT!

DOOOM!

"Oh-ho tidak kusangka kau sudah melihatku dengan begitu jelas," ucap Natsu yang masih menekan katananya ke arah Gildarts. Pak tua itu kaget dengan perubahan fisik Natsu.

"Ada apa dengan tubuhmu itu?"

"Maksudmu tanduk kecil, kedua lengan yang mulai bercakar, dan salah satu bola mata yang berbeda ini?" tubuh Natsu mengalami perubahan di bagian kepala, lengan dan matanya. Kepalanya memiliki dua buah tanduk runcing kecil, lengannya yang menghitam agak kemerahan dengan cakar kecil di ujung jarinya, sedangkan salah satu bola matanya berubah layaknya bola mata iblis.

"Apa kau masih Natsu?" tanya Gildarts khawatir bila orang yang dihadapannya ini bukan Natsu melainkan tubuh Natsu yang diambil alih oleh iblis Etherious.

"Tentu saja aku masih Natsu Dragneel, perubahan tubuhku ini akibat aku menggunakan sihir Etherious sebanyak 50%. Kau adalah orang yang harus dihadapi dengan sungguh-sungguh, kau tau 'kan tadi aku sudah menggunakan third stage namun kau masih santai dan bahkan tak menggunakan Second Origin."

"Meski begitu tidak perlu sampai sejauh ini!" terlihat raut wajahnya menampakkan kekhawatiran saat mengucapkan hal itu.

"Aku perlu melakukan sejauh ini untuk bisa menggunakan sihir Etherious dengan 100%, Dia bukanlah lawan yang dapat dikalahkan dengan mudah tanpa sihir iblis dan naga yang kumiliki di dalam tubuhku! Jadi aku harus secepat mungkin menguasai ini," kata Natsu dengan setengah berteriak. Gildarts bisa merasakan emosi yang disampaikan dari kata-kata bocah itu.

"Ya kau benar, makhluk itu mustahil dikalahkan oleh manusia biasa." Tatapan Gildarts meredup, pandangannya beralih ke arah lain. Ia teringat kejadian dimana ia bertemu dengan Bencana itu.

Bencana, ya atau lebih tepatnya sebuah eksistensi hidup yang sangat berbahaya, eksistensi itulah yang mengambil lengan kanan dan kaki kirinya, membuatnya sekarat. Bukan karena merasa terancam oleh keberadaan Gildarts melainkan karena melihat mainan yang dapat menghilangkan rasa bosannya.

Ia benar-benar berada di antara alam dunia dan alam orang mati waktu itu, kesadarannya sudah hampir menghilang. Beruntung ada gerombolan orang yang lewat lalu menyelamatkannya waktu itu, salah satu gerombolan itu adalah remaja yang saat ini tengah mengadu pedang dengan tangannya yang berlapis sihir.

"Maka dari itu lawanlah aku dengan kekuatan penuhmu Gildarts!" teriak Natsu dengan menekan pedangnya yang membuat Gildarts mundur kebelakang akibat tenaganya. Bukannya terlihat tertekan malah sebaliknya, ia tersenyum senang.

"Jika itu maumu, akan kugunakan seluruh kemampuanku. Jangan sampai kau mati Ouji-Sama!" mereka berdua lantas menggunakan seluruh kemampuan yang ada. Ledakan sihir terjadi dimana-mana.

XXX

"Ittai yo Lucee..,"

"Salahkan dirimu sendiri yang terluka seperti ini." Saat ini Lucy tengah mengobati Natsu yang terluka akibat pertarungannya dengan Gildarts. Ah pertarungan tadi sungguh sengit, Natsu bahkan harus menggunakan Mode Raienryuu ditambah dengan kekuatan Etherious 65% demi mengimbangi Gildarts yang menggunakan Second Origin Full Phase.

Meskipun Natsu berhasil mengimbangi Gildarts bahkan unggul terhadap pak tua itu, namun ia tetap saja kalah. Perbedaan pengalaman dan stamina begitu jelas di antara mereka. Natsu sepertinya harus mulai lebih banyak bertarung ke depannya.

"Ne Natsu apa kau tidak apa-apa berubah seperti tadi? Makhluk itu tidak akan mengambil kesadaranmu 'kan?" tanya Lucy disela-sela ia mengoleskan salep di punggung Natsu, suaranya sedikit bergetar sebab ada rasa khawatir bila Natsu akan diambil alih oleh eksistensi yang saat ini mendiami alam bawah sadarnya.

Natsu tahu arah pembicaraan ini, Lucy ingin dirinya tak selalu menggunakan kekuatan itu. Natsu memutar tubuhnya, berbalik menghadap Lucy yang sedari tadi membelakangi kekasihnya itu agar memudahkannya mengobati. "Ah Natsu, aku belum selesai mengobatimu." Lucy tidak tahu kalau Natsu akan beputar ke arahnya.

"Heii.." ujarnya lembut dengan menangkup pipi putih gadisnya itu, membuat Sang Gadis sedikit bersemu merah di pipinya.

"Tenang saja Lucee, aku akan baik-baik saja. Lagipula aku tidak akan diambil alih oleh iblis itu, aku sudah mengalahkannya. Jadi kau tenang saja ya." Natsu mencoba menenangkannya dengan kata-katanya, tak lupa ia juga mengusap lembut pipi itu dengan jari-jemarinya.

Lucy lega mendengar itu, namun tetap saja rasa khawatir masih ada di relung hatinya. "Huum, aku percaya padamu Natsu. Sa berbaliklah sekarang."

"Hwwee, baru saja aku menatap wajah cantik gadisku. Sekarang harus berbalik lagi," rengek Natsu seperti anak kecil. "Di-diamlah dan segera berbalik!" Ah Natsu suka saat gadis itu menyembunyikan rasa malunya, dia terlihat manis. Bahkan pipi gadis itu sampai memerah akibat perkataannya. "Hai' hai'."

"Se-sebentar lagi juga kau akan melihatnya. Sekarang tinggal membalut lukamu dengan perban."

"Hah? Melihat apa maksudmu?" Ugh kenapa dengan anak ini, katanya tadi ingin melihat wajahku. Sekarang malah tidak paham maksudku, apa dia sengaja menggodaku?

"Bet-betsunii!"

"Dasar tidak mau jujur, iya aku mengerti Luce. Aku akan memandanginya sampai puas nanti."

Blushh

"A-a-apa maksud u-ucapanmu itu?"

"Tidak ada, hanya saja menyenangkan saat melihatmu seperti sekarang ini." Ugh, benarkan? Dia memang sengaja menggodaku, awas saja kau!

Saat ini mereka berada di hutan ditemani api unggun yang berkobar mengikuti arah angin. Setelah kekalahannya terhadap Gildarts, Natsu dan Lucy dinyatakan lulus olehnya. Entah kenapa padahal mereka kalah tak seperti melawan Mirajane dan Laxus.

Menghadapi Dragonslayer petir dan sosok iblis Mirajane, Natsu beserta Lucy sanggup bahkan membuat dua orang itu babak belur dan mengakui kekalahan mereka. Tapi berbeda ketika melawan Gildarts, Natsu hampir mengerahkan segala kemampuan terbaiknya demi menggores tubuh pak tua itu.

Alhasil dipertarungan Natsu dan Gildarts serta Lucy yang hanya membantu memberikan sihir Enhancement pada Natsuberhasil membuat Gildarts pulang babak belur dengan kaki terseok-seok. Keadaan Gildarts tak jauh berbeda dengan Natsu, mereka berdua memang penyihir dilevel yang berbeda.

Esok hari merupakan hari terakhir pelatihan bertahan hidup di hutan dan akan dilanjutkan dengan pelatihan pengalamang. Tidak terasa waktu tiga minggu yang Natsu dan Lucy lewati bersama akan segera berakhir. Memikirkan hal itu raut wajah Lucy menjadi sendu. Bukan karena ia akan berpisah dengan Natsu, melainkan ia pasti akan merindukan masa-masa ini.

Tak ingin menyia-nyiakan malam terakhirnya bersama Natsu, ia harus memanfaatkan malam ini sebaik mungkin. Tentu saja dilakukan dengan batas wajar, ia pun mengambil perban yang berada di tas Natsu, lalu melilitkannya ke punggung lebar itu.

Ia harus melilitkan perban itu melewati dada Natsu, ketika ia melilitkan perban melewati dada Natsu seakan dirinya sedang memeluk pria berumur belasan tahun itu dari belakang. Pipinya bersemu merah ketika memikirkan hal itu. Sayangnya tak hanya Lucy, Natsu pun berpikiran demikian.

Ketika tali perban sudah habis bukannya menjauh dari Natsu, Lucy malah memeluk Natsu dari belakang. Membenamkan kepalanya ke punggung lebar Natsu.

Natsu tersentak tatkala Lucy memeluk dirinya dari belakang, dapat ia rasakan jantung gadisnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Darah pemuda itupun berdesir merasakan tangan Lucy mengusap lembut dadanya, seakan mencurahkan segala kehangatan di dalam dirinya.

Natsu balas menggenggam tangan mungil milik Heartfilia itu, mengusapnya pelan dengan ibu jarinya. Lalu membawanya mendekat ke bibirnya, mencium lembut punggung tangan Sang Gadis.

Wajah Sang Gadis begitu merona ketika Natsu mencium tangannya, darahnya berdesir tak menyangka kalau Natsu akan melakukan tindakan seperti itu. Natsu melepaskan tautannya, lalu meletakkan tangan Lucy kembali di dadanya sambil berbicara, "Luce jika jantungmu berdetak secepat itu, kau bisa mati loh."

"Na!? jan-jantungmu juga berdetak tak normal Na-Natsuu. Ba-bahkan lebih cepat dari orang normal," sanggahnya tak mau dirinya dipermalukan seorang diri. Gadis itu menunduk malu.

Natsu pun memutar dirinya berbalik menghadap Lucy dengan kedua tangan gadis pirang itu masih setia melingkar di tubuh Sang Pemuda. Menatap atensi secoklat caramel itu dengan intens. "Kau begitu manis Luce hingga aku tidak bisa menahan diriku sendiri." Natsu kembali menangkup pipi seputih porselin itu.

Natsu mulai mengikis jarak antara keduanya, membuat Lucy merasakan hembusan napas dari pria di depannya itu. Lucy langsung memejamkan matanya saat hembusan napasnya kekasihnya kian mendekat. Dapat ia rasakan hembusan itu memburu namun hangat ketika menerpa setiap sudut wajahnya.

Kedua bibir mereka bertemu, berciuman lembut demi saling mencurahkan rasa yang tak bisa diungkap oleh kata. Awalnya hanya ciuman biasa namun, ketika Natsu melepas ciumannya. "Natsuuu…" panggil Sang Kekasih dengan nada lirih dan wajah yang begitu merona. Hingga membuat Natsu tak kuasa menahan dirinya sendiri setelah melihat itu, tangannya bergerak melingkar ke punggung Lucy.

Ia segera mencium gadisnya, membuat Lucy kembali merasakan nikmatnya sentuhan nan hangat di bibirnya. Ciuman Natsu di bibirnya begitu lembut, namun berlanjut berupa lumatan dan hisapan yang saling menuntut satu sama lain.

Membuat Lucy begitu terbuai hingga desahan yang cukup erotis lolos dari mulutnya. "Enggh.. Natsuummh.. ahh.." Natsu semakin kehilangan kontrol atas dirinya sendiri, ia tarik tengkuk putih Lucy. Membuat ciuman mereka semakin dalam.

Aktivitas sepasang kekasih itu terhenti ketika paru-paru mereka menuntut pasokan oksigen untuk mengisi tubuhnya. Natsu melepaskan tautannya sedikit menjauh memberi ruang bagi udara untuk masuk ke dalam tubuh mereka.

Tangan kedua insan itu masih tetap melingkar satu sama lain, tak ingin melepaskan walaupun napas mereka masih memburu karena terlalu lama berciuman. "Bisa-bisa aku menjadi gila Luce, bila selalu bersamamu seperti ini." Napas mereka masih terengah.

"Dirimu sudah menjadi candu bagiku," lanjutnya seraya menggesekkan hidung mancungnya ke hidung mungil Lucy. Hati gadis bermarga Heartfilia itu menghangat mendengar perkataan Natsu, membuatnya tak kuasa menahan senyum yang begitu merekah.

"Gilalah Natsu, karena aku sudah gila kepadamu sejak kau masuk ke hidup lagi." Lucy menghentikan aktivitas menggesek hidung mereka. Menarik wajah pemuda itu untuk bertemu dengan manik secoklat caramelnya.

Jantung Natsu berpacu lebih cepat, membuatnya sadar bahwa ia sangat mencintai gadis di hadapannya kini. "Ya tentu saja Lucee." Sekali lagi malam mereka ditutup dengan ungkapan perasaan.

XXX

"Selamat bagi kalian yang sudah bertahan hidup di hutan ini selama 3 minggu. Kita akan melanjutkan ke pelatihan yang kedua, yaitu latih tanding. Kita akan melakukan ini selama 2 minggu kedepan, kalian boleh melakukan latih tanding ini berpasangan ataupun sendiri. Kita akan melakukannya sore hari ini." Makarov menyampaikannya sangat lantang. Membuat siapa saja yang masih mengantuk akan terlonjak akibat kerasnya suara kakek tua itu.

Setelah pemberitahuan itu, semua orang langsung bubar pergi menuju tenda yang sudah ada sejak kedatangan mereka pertama kali. "Ah akhirnya bisa tidur di kasur yang hangat dan empuk."

"Lagi-lagi dirimu seperti orang lanjut usia Natsu," kata Lucy menanggapi perilaku Natsu yang mirip sekali dengan orang berusia lanjut.

"Biar saja lagipula ini sudah menjadi kebiasaanku," balasnya dengan nada seperti anak kecil. Lucy hanya tertawa melihat tingkah pola Natsu yang semakin hari semakin manja dan terbuka pada dirinya.

Tentu saja kebersamaan mereka membuat teman-temannya iri. "Sejak kapan mereka jadi lebih dekat?"

"Mungkin ada kejadian yang membuat mereka semakin dekat saat ujian pertama kemarin Lis," ucap Elfman menanggapi adiknya.

"Ah aku tau kenapa mereka bisa sedekat itu fufu." Kali ini Strauss bersaudara berkumpul dalam satu tempat.

"Mira-nee beritahu aku."

"Tidak boleh," balas Mirajane ke Lisanna dengan sepasang jari yang membentuk huruf 'X' di depan mulutnya. Lisanna hanya mengembungkan pipinya, pertanda kesal mendengar jawaban kakaknya.

"Cikuso Kouhai-kun, bagaimana bisa ia kian dekat dengan Lucy?"

"Sudahlah jangan iri begitu, giliran kita pas tiba," ujarnya menenangkan temannya yang iri melihat kedekatan kouhai dan senpai itu. Sementara itu orang yang sedang dibicarakan masih saja berdebat tanpa memperdulikan sekitarnya. Perdebatan mereka sebenarnya tak berbobot dan tak ada maksud itu saling menjatuhkan.

Hanya saja mereka tak mau saling mengalah, "Sudah kubilang 'kan Luce, kita akan menantang Gildarts kembali. Kita perlu belajar dari orang yang sudah berpengalaman seperti dia."

"Tapi Natsu, Gildarts itu terlalu berbahaya. Kita cari saja yang seimbang untuk kita diawal waktu ini. Lalu ketika diakhir pelatihan nanti, ayo kita tantang mereka yang jauh lebih kuat." Lucy menatap lurus ke onyx hitam legam itu. Natsu tersenyum menampakkan sederatan gigi putihnya, begitu juga dengan Lucy.

Tumben sekali perdebatan mereka berakhir tanpa menggunakan nada tinggi ataupun teriakan yang mengejek satu sama lain. "Hei Natsu!" panggilan itu menghentikan langkah kaki Natsu dan Lucy yang sedari tadi terus berdebat sambil berjalan. Itu aneh bukan?

Mereka berbalik kebelakang mencari siapa yang memanggilnya. "Tumben sekali dirimu memanggilku dengan nama depan, Senpai."

"Terserah aku memanggilmu apa flame-head." Perempatan imajiner sekarang muncul di dahi Natsu.

"Kau bilang apa huh!?" tak terima dengan ejekan itu, Natsu melangkahkan kakinya dengan derap langkah yang berat menuju arah Gray.

"Apa kau sekarang sudah tuli Natsu!?" saat ini Natsu sudah berhadapan langsung dengan Senpainya, mungkin hanya berjarak satu lengan darinya.

"Gray tak perlu kau provokasi dia, kita kesini hanya meminta penjelasanmu. Natsu." Gadis berambut merah padam akhirnya angkat bicara.

"Tak kusangka kau juga memanggil seseorang yang baru saja kau kenal dengan nama depan Erza-Senpai." Kali ini Natsu berhadapan dengan keduanya secara langsung, dari kejauhan Lucy hanya menyaksikan tanpa suara. Dapat ia rasakan ada konflik diantara mereka bertiga, ia harus kesana untuk membantu mereka menyelesaikannya. Lagipula ketiga orang itu adalah sahabat Lucy sedari Menengah Pertama.

"Tentu saja tidak, karena aku sudah mengenalmu sejak lama makanya aku memanggilmu dengan nama depan."

"Huh?" Natsu semakin bingung dibuatnya. Lucy yang mendengar perkataan Erza mempercepat langkahnya.

"Apa maksudmu Erza?" tanya Lucy yang baru saja sampai di tempat mereka.

"Beruntung kau langsung kesini Lucy, aku tidak perlu repot-repot memanggilmu." Natsu dan Lucy benar-benar bingung dengan ucapan lawan bicara mereka. Apa sebenarnya yang mereka maksud?

"Kau tau 'kan siapa sebenarnya jati diri Natsu Dragneel yang saat ini ada di sampingmu?"

DEG

Pertanyaan Erza begitu menohok bagi Natsu dan Lucy, jantung mereka yang tadinya normal sekarang berdetak lebih cepat. Seakan ketahuan bolos oleh guru dari jam pelajarannya. Mereka harus mengelak dari pertanyaan gadis scarlet itu, lagipula dia juga tidak punya itu. Pikir mereka berdua.

Sayangnya pikiran mereka salah, Lucy mencoba mengecoh Erza. "A-apa mak-maksudmu Erza?" Lucy terbata karena memang tak pandai berbohong dalam hal seperti ini. Mereka berdua-Erza dan Gray-masih menatap sepasang kekasih itu dengan pandangan tajam yang penuh tuntut akan suatu penjelasan.

"Jangan berbohong Lucy.."

"Sebenarnya kami sudah tau siapa Natsu sebenarnya."

To Be Continued…