Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi

Your Consequence © e

OC milik saya, tapi kalau OC-nya readers juga boleh asal tahan mah:")

Saya tidak menarik keuntungan material apapun dalam pembuatan fic ini, selain fangirling tentunya hohoho

Genre: Drama, Suspense

Rate: T, dan kayaknya bakalan jadi M kelak

Pair: Mayuzumi Chihiro x OC, Kuroko Tetsuya x Momoi Satsuki, etc.

Warning: AU, AR, OOC (sepertinya), typo(s), tidak menaati EYD, cerita murah, pasaran, istilah-istilah berat, penuh dosa macam Las Vegas/?, dapat mengakibatkan trauma/?, dan sebagainya yang akan dirasakan sendiri ketika membaca.

Silakan tekan tombol back jika malas melanjutkan

.

.

.

.

Oke, selamat membaca^^

Chihiro mengembuskan asap rokoknya dengan tenang, kemudian membuang puntung rokoknya ke asbak. Ia menyandarkan tubuhnya di jok, terlalu lelah menunggu setelah menghabiskan belasan jam di pesawat ditambah satu setengah jam untuk mengemudikan mobil ini dari Kansai International Airport menuju tempat ini, Gunung Ikoma. Sebelum matanya terpejam sendiri saking lelahnya, sudut matanya sempat menangkap petunjuk waktu satu-satunya di dashboard—ia tidak memakai arloji—Chrysler ME Four-Twelve keluaran tahun 2004 miliknya. Pukul 19.57, tiga menit lebih cepat dari waktu yang ia tentukan. Ini berarti ia sudah menunggu 23 menit lamanya.

Rasanya baru saja Chihiro memejamkan matanya ketika telinganya menangkap deru mesin Harley. Seketika kesadarannya kembali meski ia masih menerjap-nerjapkan matanya kaget. Melihat pengendaranya memarkirkan motor tersebut di depan Chrysler-nya sudah cukup membuatnya yakin bahwa orang inilah yang ditunggunya sedari tadi. Ia merapatkan mantelnya, lalu membuka pintu mobilnya dan keluar.

Chihiro melihat pengendara motor tersebut membuka helm, kemudian membuka bagasi dan mengambil sebuah peti. Lalu, pengendara tersebut mendekati Chihiro yang berdiri menatapnya intens.

"Pesananmu, Tuan. FN Five-Seven dengan peluru kaliber 5.7 dua pak, semuanya sudah kuperiksa." Orang itu menyerahkan peti yang dibawanya pada Chihiro.

Chihiro mengambilnya, kemudian memasukkannya ke dalam jok penumpang. Lalu, ia merogoh saku dalam mantelnya dan mengeluarkan sebuah amplop. "180000 Yen, kau bisa menghitung isinya sekarang juga." Ujar Chihiro datar sambil menyerahkan amplop tersebut.

Orang itu membuka amplop yang tidak tersegel tersebut, kemudian menghitung uang yang ada di dalamnya. "Pas." Gumamnya kemudian. "Ada lagi yang bisa kubantu?"

Chihiro menelan ludah, ia ragu menanyakannya. "Euh," Ia membuka mulut. "Kudengar kurir yang mengantar pesananku seharusnya perempuan, eh?"

Orang itu tersenyum masam. "Tidak sopan. Memangnya kenapa kalau aku tidak terlihat seperti perempuan?" tanyanya dengan suara yang sedikit dilembutkan.

Oke, Chihiro percaya. "Tidak, hanya bertanya." Gumam Chihiro. Kemudian ia pun melancarkan kalimat yang sudah disiapkannya sejak awal. "Wanna go out?"

Tuk! Tahu-tahu moncong USP 45 sudah mengecup kening Chihiro tanpa permisi. "Wah, wah, wah. Berani juga. Kau sedang mencari informasi dariku, hm?" tanya perempuan itu dengan nada meremehkan.

"Tidak, hanya mengatakan yang ingin kukatakan." Jawab Chihiro datar.

"Kau tidak akan menjerumuskanku dalam bahaya, kan? Atau mengadukanku pada atasanku?" perempuan itu memastikan.

"Tidak, tentu tidak. Justru aku khawatir kaulah yang akan membahayakan eksistensiku. Kau tidak ingin repot-repot membersihkan darahku di jalanan ini, kan?" Chihiro berkata dengan nada takut. Tentu saja pura-pura, karena ia ahli voice acting biarpun ekspresi wajahnya tidak pernah jauh-jauh dari datar.

"Baiklah, aku percaya. Ternyata kau memang hati-hati seperti yang dikatakan atasanku." Perempuan itu memasukkan kembali senjata tersebut ke dalam sakunya. "Tenang saja, aku tidak mengisi pelurunya."

"Aku tahu," ungkap Mayuzumi datar.

Perempuan itu tersenyum masam lagi. "Terlepas dari urusan bisnis, aku jadi penasaran siapa dirimu sebenarnya. Kau bisa menjawabnya?" tanyanya.

"Hanya teknisi biasa yang butuh sedikit pertahanan. Asai Kenichi." Jawab Mayuzumi, tanpa berniat sedikitpun mengubah ekspresi datarnya. "Giliranmu memperkenalkan diri!"

"Fujimine Asuka." Perempuan itu tersenyum. "Kutunggu di Arc En Ciel Cafe besok jam 8 malam, oke?"

.

Chihiro bergegas melewati beberapa meja yang berisi orang-orang mabuk hingga akhirnya tiba di counter bar ini. Ia memilih duduk di antara pemuda bersurai kuning dan pemuda berponi belah tengah. Keduanya mengenakan kacamata hitam.

"Yo, sup man?" Si Kuning di sebelah kiri menyapa Chihiro.

Chihiro mendengus, lalu mengabaikannya.

Si poni belah tertawa. "Kacang mahal, Kise."

"Hidoi-ssu, Mayuzumicchi! Aku kan hanya menanyakan kabar." Ryota, si rambut kuning mengeluarkan jurus rajukan air mata buayanya.

"Mayuzumi-senpai memiliki hak bicaranya kapanpun, Kise." Kazunari, si poni belah, bantu menjawab.

"Ah, Takaocchi, kurasa Senpai kemari hanya ingin bertemu Momocchi bukannya kita-ssu!" Ryota mengutarakan pemikirannya yang 'cerdas'.

"Eh, sungguh?" Takao mendadak terlihat bodoh. "Bukannya Momoi-san sudah punya Kuroko?"

Chihiro menggeram. Anak ini ..., di saat-saat begini malah tertular bodohnya Kise!

"Nah, itu dia! Mereka terlibat cinta segitiga-ssu!"

Seandainya Chihiro tidak terlampau lelah, pasti Ryota sedang diseretnya untuk dibuang di laut sekarang.

"Ki-chan jangan sok tahu!" Bartender berambut pink yang sedari tadi menjadi bahan omongan datang dan mengelak.

"Ah, halo Satsuki." Chihiro menyapa bartender tersebut dengan canggung.

"Chikkun! Kau akhirnya datang juga." Satsuki menyambut ceria. "Apa kabar, Chikkun? Kau pasti lelah, kan?"

Chihiro semakin canggung. "Euh, baik. Sebaik hubunganmu dengan Tetsuya." Jawabnya setengah bercanda, namun intonasi serta mimik wajahnya sama sekali tidak mendukung guyonannya tersebut.

Satsuki tertawa seolah malu. "Chikkun bisa aja," ungkapnya.

"Tuh, lihat Takaocchi! Mayuzumicchi cemburu!" Ryota berseru heboh.

Satsuki memelototinya. "Sst! Kau tidak mau, kan, keberadaanmu diketahui orang-orang?" bisik Satsuki.

"Ahahah~" Ryota terkekeh garing. "Maaf~ aku tidak sabar ingin minum-ssu!"

"Satsuki, kau ingat pesananku tadi di telepon?" tanya Chihiro.

"Tentu saja!" jawab Satsuki tanpa ragu. "Stock Sweet Vermouth Rosso, Hendricks, Grey Goose, dan secangkir teh pahit panas untuk penutupnya. Benar?"

"Waaah! Mayuzumicchi pasti ingin membuat Martini lagi-ssu!" seru Ryota kegirangan.

"Bawakan!" perintah Chihiro. Kemudian ia menengok ke kiri dan kanannya. "Pesanlah semau kalian! Aku akan membayar semuanya."

Kazunari hanya mengangguk sungkan, berbeda dengan rekannya. "Momocchi! Put the rocks on my side, please!" Ryota berseru memesan.

"Berisik, Kise-kun!" Satsuki memeletkan lidah sambil berlalu.

Chihiro mengeluarkan tiga gelas martini dan sebuah tongkat pengaduk dengan tatapan kosong. Ia sama sekali tidak menghiraukan kehebohan Ryota ataupun menghentikan tawa Kazunari yang semakin tidak jelas. Pikirannya nyaris kosong, ia mengantuk. Tidak, ia tidak boleh mengantuk. Sebagian dari tugasnya harus diselesaikan malam ini juga.

Brak! Chihiro sedikit terlonjak. Ah, ternyata Satsuki menggebrak di depannya menggunakan botol air mineral.

"Minum dulu, Chikkun!" perintah Satsuki.

Chihiro menatap Satsuki datar. "Siapa kau berani memerintahku?" tanya Chihiro datar.

"Kalau kau tidak minum, aku tidak akan membawakan pesananmu!" ancam Satsuki pura-pura galak.

"Baiklah, baiklah." Chihiro buru-buru membuka botol tersebut dan meminum separuh dari isinya. Kemudian ia menutup kembali botolnya dan menaruhnya. "Sudah. Bawakan sekarang!" perintah Chihiro.

"Segera, Chikkun~" Satsuki mengedipkan sebelah mata, kemudian berlalu. Chihiro mendengus, kemudian memainkan tongkat pengaduknya.

Ryota menyikut Chihiro. "Mayuzumicchi masih ada affair sama Momocchi, kan? Sudahlah, Senpai, jangan disembunyikan. Tidak baik-ssu." Godanya.

Untunglah Chihiro cukup sabar menampung kekesalannya malam ini. Ah, bukan. Sekali lagi, ia lelah dan malas meladeni gurauan seperti ini.

"Daripada mengurusi itu, bagaimana kalau kita duduk santai menunggu pesanan?" tawar Chihiro malas.

"Ah, ayolah Senpai! Aku perlu sedikit berkelakar untuk melupakan insiden kemarin." Bujuk Kise.

Chihiro mengerutkan kening, namun kemudian ia memasang wajah paham. "Kalau kau ingin bergurau, kita bisa sambil minum-minum setelah ini." Tukas Chihiro, kemudian ia menatap Kazunari galak. Kazunari menyeringai lebar, kemudian memberi isyarat maaf.

"Chikkun~" Tuk! Satsuki menaruh tiga buah botol di hadapan Chihiro. "Maaf lama. Aku harus membongkar beberapa peti untuk mendapatkan Stock Sweet terakhir." Jelasnya.

"Tak apa. Omong-omong, bagaimana koasmu?" tanya Chihiro, masih saja canggung.

Satsuki menyeringai lebar. "Jangan katakan itu keras-keras, Chikkun bodoh!" bisik Satsuki sambil tersenyum lebar.

"Oh." Chihiro menggumam. Ia lalu menuangkan Hendricks dan Stock Sweet Vermouth ke dalam masing-masing dari tiga gelas martini di hadapannya dengan perbandingan lima banding satu. Kemudian, ia mengaduk isi gelas-gelas tersebut bergantian, dan memasukkan irisan lemon yang dibawakan Satsuki bersama dengan tiga botol barusan.

"Yeee! Dry martini Mayuzumicchi! Kampaaai!" seru Ryota heboh sambil mengangkat salah satu gelas yang bisa dipastikan akan segera ia habiskan isinya.

Chihiro melotot, namun ia kemudian menggulirkan matanya sambil berdecak kesal. Ia pun mengangkat gelasnya, diikuti Kazunari.

"Tos dulu gelasnyaa-ssu! Kampaai!" Ryota kembali berseru heboh. Chihiro pun membiarkan gelasnya 'disentuh' gelas Ryota, begitu pula Kazunari serta Chihiro dan Kazunari. Kemudian, mereka pun meminum martininya masing-masing.

"Aah~ benar-benar selebrasi-ssu!" ungkap Ryota.

"Ngomong-ngomong, Senpai. Tumben sekali kau membuat martini selain untuk merayakan sesuatu." Ungkap Kazunari.

Chihiro menaruh gelasnya. "Aku hanya ingin merayakan kebodohan seseorang ...," Chihiro melirik Ryota yang sibuk menggoda Satsuki. "Yang bahkan tidak peka terhadap kebodohannya." Lanjutnya jengkel.

Kazunari tertawa terbahak-bahak. "Jadi maksudnya aku juga? Maaf, Senpai. Itu benar-benar diluar nalar. Aku bisa menjelaskan semuanya."

"Tidak perlu. Aku akan membuatnya menjelaskan semuanya." Chihiro menuangkan Hendricks, kemudian sedikit Stock Sweet Vermouth di gelas Ryota. "Kise, minumlah!" perintahnya pada Ryota.

Ryota bersiul-siul riang sambil menuangkan es ke gelasnya.. "Mayuzumicchi mengerti sekali keadaanku-ssu!" ungkapnya yang kemudian langsung menenggak habis dry martininya.

"Tentu saja. Tugasku jauh lebih berat daripada salah memakai paspor." Ungkap Chihiro datar.

Ryota menoleh pada Chihiro. "Wah, Senpai sudah seperti cenayang-ssu!" serunya.

Chihiro kembali menuangkan Hendricks ke gelas Ryota tanpa menambah sedikitpun vermouth. "Kau berhutang penjelasan padaku, Kise." Gumam Chihiro.

Ryota menuangkan es ke gelasnya, lalu kembali menenggak habis minumannya. Sesaat kemudian, ia jelas terlihat mabuk dan akan mengacau. "Ah, Senpai ini kepo sangaaat-ssu! Tapi karena Mayuzumicchi ini hebat, aku akan menjelaskannya."

"Takao cepat rekam!" perintah Chihiro. Kazunari sigap dengan ponselnya dan mulai merekam suara.

Chihiro menuangkan vermouth ke dalam gelasnya, kemudian meminumnya hingga habis. "Jadi bagaimana kronologinya, Kise?"

Ryota dengan wajah merona serta pandangan yang tidak fokus menjawabnya. "Aku ke Amerika memakai paspor Amerika, lalu kembali ke Jepang memakai paspor Amerika dan meninggalkan paspor Jepang-ku di apartemen-ssu." Jelasnya.

"Memangnya kau ke Jepang untuk keperluan apa?" tanya Chihiro. Jika urusan Ryota adalah urusan pekerjaan bersamanya, maka sejauh ini kesalahan itu bukanlah sebuah masalah baginya.

"Aku menerima peran di film Rhythm, lalu menyelesaikan shootingnya di Jepang. Tapi ternyata nanti dua bulan lagi aku akan shooting di Tennessee. Berarti aku harus memakai paspor Jepangku, bukan?" tanya Ryota yang kemudian cekikikan sendiri.

Chihiro menghela napas kasar. Ini sudah bukan kesalahan lagi, tapi kesesatan yang nyata. "Kau tahu itu semua akan menjadi masalah jika seandainya petugas imigrasi melihatmu bersama aktor-aktor lain serta kru film, sedangkan kau malah memakai paspor Amerika-mu, bukan?" tanyanya jengkel.

"Ah, Mayuzumicchi. Senpai jangan mengingatkanku-ssu. Ah, aku rasanya tidak siap ke Amerika-ssu!" Seru Ryota sambil menggerak-gerakkan badannya heboh.

Chihiro menghela napas lagi. "Baiklah, aku akan meminta Nijimura untuk mengambilkan paspormu."

"Kalau begitu, aku tidak akan dipecat dari FBI, kan?" tanya Ryota penuh harap.

Chihiro memelototinya. "Sekali lagi kau bicara keras-keras, kusingkirkan kau dari dunia ini!" ancam Chihiro.

"Teehee~ Gomeen!" Ryota meminta maaf dengan riang. "Ah, ya, Mayuzumicchi!" Ryota kembali bersuara.

"Ada apa lagi?" tanya Chihiro agak jengkel.

"Aku sudah tahu siapa yang menjadi agen senjata ilegal di kalangan selebritis-ssu." Mata Chihiro membulat. Inilah salah satu alasannya mau merekrut Ryota meskipun harus menanggung jutaan risiko.

"Siapa?" tanya Chihiro.

Ryota menunjuk wajah Chihiro dengan telunjuknya, kemudian memutar-mutar jarinya tidak jelas. "Mayuzumicchi pasti tidak akan percaya ini-ssu. Shit. Kenapa aku malah memberitahu Mayuzumicchi, ya? One more shot, please!" Telunjuknya kemudian menunjuk ke arah gelasnya.

Chihiro mendengus, sedangkan Kazunari tertawa terbahak-bahak. Baiklah, ucap Chihiro dalam hati. Ia kini menuangkan Grey Goose dan vermouth di ketiga gelas, lalu mengaduknya. "Kampai." Ujarnya pelan.

Ryota langsung menuang sisa es di gelasnya, kemudian meminum martininya lagi. "Ah, ternyata pakai vodka juga enak-ssu!" serunya riang. Kemudian ia terdiam, menatap Mayuzumi cemas. "Senpai kok ikut minum? Nanti Senpai ikut mabuk-ssu."

"Aku tidak akan mabuk secepat itu, Kise." Ungkap Chihiro. Chihiro lalu melirik Kazunari. "Kalau kau menginginkannya, aku akan memberikanmu sebotol Kettle One kesukaanmu, Takao."

Kazunari kembali tertawa. "Tidak sekarang, Senpai. Misi kita kali ini belum selesai, jadi aku tidak bisa selebrasi sendiri." Tolaknya.

Senyuman mengembang di wajah Chihiro. "Kau serius, Takao? Baiklah."

Ryota menarik wajah Chihiro ke hadapannya. "Senpai tidak mau memberikanku Stoli untuk merayakan keberhasilan misi ini nanti?" tanya Ryota.

"Tentu saja aku akan memberikannya! Tapi katakan dulu padaku siapa agen senjatanya, Kise!" seru Chihiro yang mulai kesal.

Ryota menatap Chihiro tidak fokus. "Mayuzumicchi mau tahu? Nanti nyesel, loh." Godanya.

"Cepatlah!" desak Chihiro.

Ryota tertawa-tawa. "Baiklah, baiklah. Mayuzumicchi mengenalnya, Takaocchi juga mengenalnya. Apalagi aku." Ryota memulai dengan beberapa petunjuk.

Chihiro membulatkan matanya. Perasaannya tidak enak begitu mendengar petunjuk dari Ryota.

"Araki Masako-sensei. Oooi, jangan berwajah begitu Senpai-ku! Biasa saja, kali!"

Chihiro mendadak lemas. Astaga, takdir benar-benar memainkan perasaannya.

.

Chihiro menuangkan sisa vodka dalam botolnya, kemudian menuangkan sisa vermouth-nya. Ia mengaduknya dengan tatapan kosong, kemudian meminumnya hingga habis.

Tuk! Satsuki menaruh secangkir teh di hadapan Chihiro. "Kau malah membuat Takao-kun mabuk, Chikkun! Bagaimana caranya kau membawa mereka pulang?" tanya Satsuki sambil menunjuk dua orang di sebelah Chihiro.

Chihiro menoleh ke arah Ryota dan Kazunari yang tengah tertidur secara bergantian. "Kau akan membantuku, Satsuki." Jawab Chihiro datar. Rasa pusing yang sedari tadi menyerangnya terasa semakin kuat. Chihiro menopang kepalanya dengan tangan kirinya.

"Minum tehmu, Chikkun! Kau kan memesannya!" Satsuki menyentil kepala Chihiro yang kemudian mendongak.

"Sakit!" keluh Chihiro sambil memegangi daerah yang baru saja disentil. "Baiklah," Chihiro pun meminum teh pahitnya hingga habis.

"Jelaskan padaku maksudmu 'aku membantumu', Chikkun!" Satsuki melipat tangannya.

"Tentu saja kau akan membantuku menggendong Kise. Mudah, kan?" tanya Chihiro santai.

"Moou! Kau kira semudah itu, Chikkun?" Satsuki meluncurkan protes.

Seketika Chihiro teringat sesuatu. "Kau masih memakai Accord-ku?" tanya Chihiro.

Satsuki menggeleng cepat. "Accord terlalu berat untukku, Chikkun. Jadi sekarang aku memakai Benz milikku." Jawab Satsuki.

Chihiro tahu betul kalau Benz yang Satsuki maksud sebenarnya adalah milik Tetsuya, adik seibu Chihiro. "Pinjam mobilmu, Satsuki. Mobilku tidak akan muat." Chihiro berkata datar.

Mata Satsuki membulat. "Chikkun~ Aku tidak bisa memakai Chrysler-mu." Keluh Satsuki.

"Kau pernah memakainya diam-diam, bukan? Lakukan sekali lagi!" perintah Chihiro datar. "Tapi kau harus mengembalikannya sebelum jam setengah delapan malam. Aku ada urusan jam delapan malam."

Satsuki mengerucutkan bibirnya, tertangkap basah. "Moou, baiklah! Jam setengah delapan malam besok!" tukas Satsuki mengalah. "Kau mau membayar sekarang atau nanti?"

Chihiro langsung mengeluarkan dompetnya, kemudian mencabut sebuah kartu kredit dari dalamnya. "Sekarang. Setelah ini aku akan pulang."

.

Chihiro menekan passcode apartemennya, kemudian membuka pintunya. Ia menyalakan lampu dan pemandangan serba putih yang lembut serta bersih langsung menyambutnya.

Ah, Satsuki serius ketika mengatakan dirinya akan selalu membersihkan tempat ini. Pikirnya.

Ia pun membuka pintu kamarnya yang luas, lalu mengeluarkan ponsel, dompet, serta kunci mobil Tetsuya dan menaruh ketiganya di meja komputernya. Ia lalu membuka lemari dan mengambil t-shirt hitam, boxer abu-abu, serta handuk putih, kemudian melangkah masuk ke dalam kamar mandinya yang megah.

Setelah mandi, Chihiro pun menaruh handuknya begitu saja di rak handuk. Ia kemudian langsung membaringkan dirinya di kasur, melepas lelah yang diperparah mabuk. Tangannya mengelus-elus bantal, kemudian matanya terbelalak ketika tangannya menyentuh helaian rambut. Ia pun memungutnya dan mengamati rambut tersebut. Warna biru cerah. Chihiro sontak meraba-raba kasurnya, kemudian menemukan helaian rambut panjang berwarna pink cerah.

Chihiro tersenyum kecut. Berani-beraninya cewek itu membersihkan tempat ini.

.

KRIIIING!

Chihiro sontak terbangun mendengar alarm yang berdering nyaring di dekat telinganya. Ia lalu menatap jam beker tak berdosa yang wajahnya ditutupi selembar sticky-note tersebut. Di atasnya tertulis, 'Waktunya makan, Chikkun~'. Chihiro mendengus kesal, kemudian mematikan alarmnya. Ia pun berjalan menuju meja komputer dan mengambil ponselnya. Ponsel tersebut berdering di genggaman Chihiro, menunjukkan panggilan dari kontak bernama Satsuki. Chihiro langsung mengangkatnya. "Ya?"

"Chikkuuun~ akhirnya kau bangun juga. Bagaimana, masih pusing?" Suara nyaring Satsuki menusuk pendengarannya.

"Sedikit." Jawab Chihiro datar sambil keluar kamar. "Memang kenapa?"

"Aku lupa kalau polifenol dan asam oksalat yang terkandung dalam teh bisa mengikat zat besi, hehehe." Satsuki cengengesan.

"Lantas?"

"Pasti kadar Hb dalam tubuhmu turun drastis semalam. Makanya aku menyiapkan obat-obat penambah darah sesuai dosis biasa." Jelas Satsuki.

"Oh, dosis bia ..., sa?" Ucapan Chihiro terjeda ketika menemukan mashed potato dingin yang tersaji di piring di counter dapurnya. Tampangnya meyakinkan, namun Chihiro tidak ingin tertipu oleh racun masakan Satsuki. "Siapa yang membuat mashed potato ini?"

"K-Kagamin! Tentu saja Kagamin yang membuatnya! Tadi aku mengajak Kagamin ke tempatmu."

Oke, untuk kali ini Chihiro percaya. Maksudnya, percaya kalau yang membuatnya bukan Satsuki. Ia pun mulai memakan mashed potato dingin di hadapannya. Ah, nikmat. Senikmat buatan Tetsuya ketika menjamunya di rumah.

Tatapan Chihiro kemudian beralih pada beberapa bungkus obat di sebelah piringnya. Ia mengerutkan dahi. "Kenapa kau memberiku banyak obat?"

"Itu dosis biasa, Chikkun!"

"Tidak, kau menambahkannya. Biasanya hanya tiga, sekarang lima." Chihiro merobek masing-masing bungkus obat, lalu menaruh kelima jenisnya di mulutnya. Kemudian ia pun mengambil gelas dan mengisi air minum, lalu melarutkan obat-obat tersebut ke pencernaannya.

"Mu-mungkin Chikkun salah lihat. Ah, tadi aku meminjam kartu kreditmu, Chikkun. Aku membeli beberapa cemilan untuk diriku."

"Pakai saja." Jawab Chihiro sambil membuka lemari gantung. Ia mengerutkan kening. "Satsuki, bukannya dua bulan lalu kusaya-ku masih ada tiga toples?"

"A-ah, mungkin Chikkun lupa kalau kusaya-mu dibawa ke Amerika."

"Hm," Chihiro membereskan bungkusan obatnya yang sudah kosong.

"Aku masih tidak percaya Araki-sensei adalah salah satu buronanmu, Chikkun." Ungkap Satsuki, menunjukkan simpatinya.

"Yah, mau bagaimana lagi. Itulah bagaimana dunia berputar." Chihiro menanggapi sambil berjalan mendekati tempat sampah. Wajahnya berubah masam tatkala melihat toples kusaya, toples Ovomaltine, bungkus roti, serta berbagai macam sampah chips lainnya. "Sepertinya kau tidak hanya membeli cemilan untukmu sendiri, ya." Sindir Chihiro.

"A-apa boleh buat! Aku kan tidak kesana sendiri!" Satsuki berdalih.

Chihiro menghela napas. "Apa boleh buat, ya?" desahnya.

"Ngomong-ngomong, Chikkun tidak siap-siap? Ini sudah jam delapan kurang lima belas menit, loh."

Chihiro mengerutkan keningnya. "Siap-siap untuk?"

"Astaga, bagaimana mungkin Chikkun lupa? Kemarin yang menyuruhku mengembalikan Chrysler jam setengah delapan kan Chikkun sendiri! Chikkun bilang jam delapan Chikkun ada urusan, kan?" Satsuki setengah teriak mengingatkan Chihiro.

Mata Chihiro membulat. Ah, kini ia ingat. "Satsuki, terima kasih atas perbuatan kejimu. Aku benar-benar terlambat sekarang." Ucapnya terburu-buru, kemudian menutup pembicaraan. Ia pun berlari ke kamarnya, lalu menaruh ponselnya di tempat asalnya. Kemudian ia berlari ke kamar mandi.

.

Chihiro mengendarai mesin kelas A berwarna hitam miliknya ini dengan kecepatan 180 mph. Nasib baik mungkin sedikit berpihak padanya, karena jalanan utama Osaka malam ini cukup sepi. Namun sisanya merupakan 'jalan hidup', karena tempat perjanjiannya ada di sudut lain Osaka, di kota Izumisano.

Ia hanya bisa menyesali keputusan sepihak cewek kurir tersebut dalam menentukan tempat dan waktu. Yah, cukup untuk mengerjainya habis-habisan malam ini.

Chihiro menambah kecepatan mesin bertenaga 850 hp ini dan mengendalikan kemudinya lincah. Terima kasih pada pengemudi lain yang bersedia minggir juga tidak keberatan disalip, Chihiro dapat melanjutkan perjalanannya yang mungkin saja bisa memecah rekor kecepatan tertinggi baru untuk mobil tipe ini. Dibiarkannya kendaraan bermesin 12 silinder ini membelah kelap-kelip Osaka di malam hari.

Keringat dingin membanjiri wajah pucat Chihiro. Jantungnya terus berdebar kencang, seolah ingin melompat dari tempatnya. Ia berusaha mengatur napasnya yang tersengal. Ia masih merasakan efek jetlag yang diperparah kekurangan oksigen akibat anemia. Biarpun ia memainkan setir dengan baik, sesungguhnya ia sedang tidak berkonsentrasi, sama sekali.

Nahas sebuah mobil Subaru yang sama-sama mengebut sekitar 200 meter depannya tiba-tiba berhenti. Chihiro segera tersadar, langsung menginjak pedal rem dan mengendalikan setir. Decitan ban yang bergesekan dengan jalan menyumbang polusi suara yang menarik perhatian kaum malam. Masih terlompat walau sedikit tertatih, Chihiro yang kehabisan akal akhirnya menarik rem tangan dan memasrahkan nasibnya pada takdir.

Ah, bannya terus berdecit. Mengerikan. Lihat mobil itu! Pengemudinya gila! Pengemudinya seperti setan!

Chihiro menutup matanya.

.

To be continued.

.

Author's note:

Halo, minna! Lama gak jumpa, nih! Setelah seenaknya minggat dari fandom koriyah dan hijrah balik ke fandom kurobasu, ternyata fandomnya lagi rada sepi ya:( Ya udah lah saya coba ramein aja dikit deh.

Ada yang mau ditanyain? Istilah-istilah yang berat gitu? Btw ini ff-nya ga sempet diedit loh (emang jarang ngecek ulang ff sih sebenernya). Tanyain aja yang aneh-anehnya di kolom review, pasti saya jawab kok entah itu di pm untuk yang login, atau di chap berikutnya buat yang non-login.

Eh, tapi review dulu atuh kalo mau next chap mah:") Cuma mau ngukur minat readers tachi di jaman jigeum. Kalo sepi ya kayanya mending apus aja sekalian kali ya? Mager sumpa lanjutinnya kalo sepi :v

Oh ya, sekedar ads. Boleh follow ig author buat yang butuh dikit konsultasi jasa beta-reader, terus langsung dm aja. Username nya gampang kok, mylr_ . Gampang banget, kan? Selain itu, kalo yang butuh dikit konsultasi desain poster atau cover buku juga bisa langsung ngontakin di situ. Atau yang mau nodong author atas ff-ff sebelumnya yang tertunda atau bahkan dc (hikseu) juga silakan. Gitulah.

Terakhir, makasih buat readers tachi yang mau ngeluangin dikit (baca: banyak) waktunya buat nambahin grafik view ff ini, terutama buat yang soon to be foll, fave, dan especially nya lagi yang review. I would thank all of da whimsical ya. Ralat, gak whimsical kok. Pokonya elu semua deh:") Makasiiih ya gaes!

Mind to leave some review?