Go Naruto-kun! by me

Naruto dan Highschool DxD bukan milik saya

Drama, Fantasy, Daily-life, Daily-school, Romance

Rate: M

Chapter 1: Misi yang Sulit

"Ketua OSIS pindah sekolah?!"

Sona dan Hinata saling berpandangan setelah mendengar kabar dari Grayfia-sensei. Mereka tak percaya Kuroka yang baru satu minggu terpilih sebagai Ketua OSIS tanpa pemberitahuan meninggalkan SMA Kuoh.

"Ya, Kuroka pindah mendadak karena urusan keluarganya. Masalah utamanya, kita perlu mencari Ketua OSIS yang baru." Grayfia-sensei bersandar di kursi putar "Kemarin dia calon tunggal kan?"

Sona dan Hinata menganggukkan kepala.

"Kuroka-san memang diajukan teman-teman karena kepopuleran dan kecerdasannya. Dia adalah ketua ideal."

"Oops, bukankah masih ada satu orang?" Grayfia-sensei melirik Sona dengan tatapan jahil "Bagaimana kau yang menjadi ketua, Sona. Sudah tugas seorang wakil menggantikan ketuanya yang berhalangan kan?"

Sona tampak berpikir. Kemudian dia menggelengkan kepala.

"Aku tidak cocok menjabat posisi ketua."

"Kenapa? Alasan yang jelas akan mempermudah penerimaan penolakan." kata Grayfia-sensei dengan pandangan intimidasi. Sona tidak bergeming. Dia tidak terpengaruh tatapan memaksa sang guru. Hinata hanya memandang harap-harap cemas.

"Karakterku tidak cocok. Tanggung jawabku memang bisa diandalkan, tetapi aku kurang bisa merangkul seseorang. Contohnya, aku tidak tahan untuk tidak bertanya kepada sensei, kapan menikah. Sensei udah hampir kepala tiga kan? Kenapa belum juga menemukan pasangan?!"

Grayfia-sensei seperti tertohok pukulan Mike Tyson. Dia langsung menghantamkan keningnya ke meja.

"K-kau orangnya terlalu jujur, Sona. Ada kalanya manusia harus menahan kejujuran demi kebaikan seseorang. Contoh kasusnya seperti diriku. Wanita tidak suka ditanya soal umur dan pernikahan saat dia masih single."

Hinata tertawa tak nyaman. Kasihan mendengar nasihat senseinya. Sona tidak tertawa, dia mengangguk pelan dengan wajah serius.

"Lalu..." Grayfia-sensei mengangkat kepalanya dan memandang dua gadis tersebut "...ada solusi dari kalian berdua siapa ketuanya? Hinata, kau tidak mau juga menjadi Ketua OSIS?"

"Ja-jabatanku sebagai sekretaris sudah cukup."

"Aku mengerti. Kembali ke pertanyaanku tadi. Ada solusi dari kalian berdua? Jabatan ketua sangat penting, apalagi 8 bulan lagi sekolah kita akan di-akreditasi Departemen Pendidikan Jepang. OSIS adalah elemen penting dalam suatu sekolah. Target SMA Kuoh tahun ini adalah mendapatkan Akreditasi A."

Sona membenarkan letak kacamatanya.

"Ada seseorang yang pantas...dia teman masa kecilku. Hmm, menurutku dia cocok sebagai Ketua OSIS."

"Siapa?" tanya Grayfia-sensei.

Sona sedikit tersenyum dan menyebutkan nama. Grayfia-sensei terlihat tertarik setelah mendengarnya.

"Anak cerdas yang terkenal saat SMP...hmm, bujuk dia agar mau menjadi ketua!"

-Hohoho-

Uzumaki Naruto menggosok kedua telapak tangan dengan wajah kedinginan. Cuaca di awal bulan Februari menjadi lebih dingin. Dia memandang bosan ke luar jendela yang berkabut. Tampaknya salju mulai turun lagi.

'Membosankan. Ah salah...mungkin aku harus bergumam dingin sekali. Musim semi lebih baik daripada musim dingin karena lebih berwarna. Hmm...itu berarti kata membosankan lebih tepat dari dingin sekali.'

"Membosankan..." ucap Naruto setelah memutuskan kata yang tepat. Dia menangkupkan wajahnya di atas kedua lengan.

"Kata itu cocok untuk sikapmu."

"Hm?" Naruto mengangkat kepalanya. Sona dan Hinata berdiri di samping meja. Sona melipat tangan di depan dada, Hinata berdiri di belakang Sona dengan wajah cemas.

"Sona, tumben ke kelasku. Perlu sesuatu?" Naruto menggeserkan pandangannya untuk melihat Hinata.

Hinata sedikit menyembunyikan tubuhnya di belakang Sona.

"Siapa?"

Hinata terkejut dengan pertanyaan Naruto "A-aku teman satu kelasmu, Uzumaki-san."

Naruto melirik ke arah lain. Memalukan. Dia tidak mengetahui teman satu kelasnya. Mungkin perhatiannya kepada lingkungan kelas kurang, atau gadis ini tipe yang suka duduk di pojokkan tanpa seorang teman.

"Lalu, perlu sesuatu?" tanya Naruto kembali.

"Kau harus menjadi Ketua OSIS."

Naruto merasa ada yang salah dengan pendengarannya, atau Sona salah ucap.

"Aku ulangi, kau harus menjadi ketua OSIS."

Jika ini terucap tiga kali, maksud Sona memang seperti itu.

"Kau harus menjadi ketua OSIS."

'Tidak ada yang salah di telingaku atau ucapan Sona...' batin Naruto.

Hinata langsung panik dan sedikit membungkukkan tubuhnya di depan Naruto.

"Maaf jika membuatmu bingung, Uzumaki-san. Mu-mungkin kita harus menjelaskan latar belakang masalah ini di tempat lain."

Naruto memandang jam tangan di pergelangan kiri. Dua menit lagi istirahat akan berakhir. Permasalahan utama bukanlah waktu. Dia malas menjadi pusat perhatian saat keluar kelas bersama dua perempuan cantik. Di semua genre film maupun anime, Naruto benci laki-laki beruntung yang terkena takdir Harem.

"Nanti saja kita bicarakan. Aku-"

Kerah belakang kemeja sekolah Naruto dicengkram Sona dan dia diseret keluar. Bagus...ini bukan adegan Harem, tetapi peliharaan yang dibawa tuannya dengan paksa.

Ketiganya berbicara di depan kelas. Sona kembali mengatakan hal yang sama.

"Kau harus menjadi Ketua OSIS."

"Mu-mungkin kita harus menceritakan alasannya, Sitri-san. Uzumaki-san pasti kaget karena dirinya diharuskan menjadi Ketua OSIS."

'Sebenarnya aku tidak peduli dengan alasan. Aku benar-benar malas melakukan sesuatu yang melelahkan.' Naruto memandang ke arah Hinata 'Tetapi cewek ini lebih pandai meminta tolong daripada Sona.'

Sona memberi tatapan tajam, seolah-olah tahu isi hati Naruto. Dia membenarkan letak kacamatanya dan menjelaskan semua yang terjadi pada OSIS SMA Kuoh. Dia juga menambahkan soal akreditasi dan permintaan Grayfia-sensei sebagai guru penanggungjawab OSIS.

Naruto memandang jam tangannya lagi. Satu menit.

Dia akan berdiam lebih dari satu menit sampai bel masuk berbunyi dan melarikan diri dari Sona.

"Jawab Naruto. Kau harus menerimanya."

Naruto tidak menjawabnya. Bukan pilihan bagus juga lari dari masalah. Dia seperti pengecut. Orang-orang yang berani mengamuk di belakang akan selamanya menjadi hina. Gentleman sejati akan maju ke depan untuk menghadapi masalah.

"Aku menolak."

Itulah gentleman menghadapi masalah yang ia maksud.

"Eh?" Hinata terkejut. Sona tampak tahu jawaban dari Naruto. Dia sudah siap dengan jawaban penolakan yang menyebalkan. Matanya terpicing tajam. Naruto merasakan tengkuknya tak nyaman karena melihat kilatan cahaya di sudut kacamata Sona.

"Apa?"

"Kau masih ingat soal pohon sakura dan es krim biru?"

Naruto kaget mendengarnya. Sona berbicara tentang masa lalu. Khususnya masa lalu yang memalukan. Ini adalah sebuah ancaman. Jika ia menolak, pasti Sona menggunakan ancaman ini untuk menariknya ke dalam masalah.

"A-aku tidak ingat dan tidak tahu apa yang kau bicarakan, Sitri-san..."

Kilatan muncul di sudut kacamata Sona.

"Baiklah...akan kuceritakan kepada Klub Radio sekolah tentang Pohon Sakura dan Es Krim Biru nanti siang sehingga kau bisa mengingatnya-"

"Ya ya ya! Aku tiba-tiba ingat. Sangat mengingatnya. Jangan lakukan itu karena ingatan tentang Pohon Sakura dan Es Krim Biru tiba-tiba muncul di kepalaku!"

Smirk evil ala Sona muncul. Naruto mendecih kesal karena dirinya berhasil diikat dan dirantai oleh seorang gadis berkacamata yang cuek akan segala hal. Hinata berkedip-kedip kebingungan mendengar percakapan keduanya.

"Kalau kau mengingatnya, mari kita ke ruang guru untuk bertemu Grayfia-sensei."

"Eeh?! Sebentar lagi mata pelajaran akan dimulai. Aku tidak mau bolos dan menjadi anak nakal"

Wajah Sona mengerut tidak suka. Dia langsung menarik tangan Naruto dan menuntunnya menuju ruang guru.

"Sangat tidak mungkin kata-kata itu keluar dari mulut pemalas sepertimu."

"Aku telah berubaaah!" teriak Naruto membela diri. Dia bergidik ngeri saat semua siswa-siswi memandang dirinya ditarik oleh Sona. Hinata mengekor di belakang.

-hohoho-

Naruto mendecih pelan saat ditatap oleh Grayfia-sensei dengan mata penuh minat.

"Hmm..." kata guru berambut putih itu sambil memegang dagunya lalu melihat dari atas ke bawah. "Kau bocah pintar yang satu SMP dengan Sona ya? Menarik. Uzumaki Naruto-kun?"

"Ya..." jawab Naruto sekenanya.

"Kau bersedia menjadi Ketua OSIS SMA Kuoh setahun ke depan hingga masa jabatan usai?"

"Kenapa tidak orang lain saja? Begini, aku punya banyak-"

"Pohon Sakura dan Es Krim Biru..."

"Ooops, aku ingat jadwal pribadiku sedikit longgar pada tahun ini..." Naruto memandang Sona dan menggeram kesal "Kau benar-benar seperti lintah darat!"

Sona membenarkan letak kacamatanya dan memasang wajah tak bersalah. Naruto tidak bisa mengelak. Dia memandang Hinata untuk meminta pertolongan dan belas kasihan. Hinata langsung bersembunyi di belakang punggung Sona dengan wajah ketakutan.

'A-aku tidak ngapa-ngapain...' batin Naruto dengan ekspresi mengerucut bingung.

"Berarti kau bersedia menjadi Ketua OSIS SMA Kuoh, Uzumaki Naruto-kun?" tanya Grayfia-sensei sekali lagi. Naruto melirik ke arah Sona dan mendapat tatapan kau tidak bisa menolaknya. Menghela napas karena tidak mampu berbuat apa-apa, Naruto menganggukkan kepala. Sona, Hinata dan Grayfia-sensei terlihat bernafas lega.

"Syukurlah kau menerimanya. Keputusan yang bijak. Aku akan menjelaskan lebih detail tentang urgensi pemilihan Ketua OSIS bagi SMA Kuoh sepulang sekolah. Kalian bertiga boleh kembali ke kelas masing-masing."

"Terima kasih, sensei..." kata Sona dan Hinata sambil membungkuk sopan. Naruto mengangkat kedua bahunya lalu berbalik meninggalkan ruangan kelas sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Di belakang, Grayfia-sensei tersenyum lebar, lalu membuka buku catatan tentang data siswa-siswi di SMA Kuoh.

'Uzumaki Naruto...putra dari Uzumaki Kushina. Jenius terkenal dari SMP Konoha.' Mata Grayfia menyipit tajam 'Mungkin kau bisa, bocah...dan kau menjadi pelita harapan...'

-hohoho

Kegemaran Naruto selama di kelas jika ia bosan adalah memainkan pensilnya. Mau itu digoyang-goyang hingga membuat ilusi patah ataupun diputar di tangan kanannya seperti baling-baling, hal itu membuatnya bisa menikmati kelas tanpa jatuh terlelap di atas meja.

Oh ya, dia baru saja mengetahui bahwa Hyuuga Hinata adalah teman sekelasnya. Selama 10 bulan lebih dia berada di kelas 1-F, dia baru tahu ada gadis indigo bermata cantik yang duduk di pojok kanan kelas! Ya ampun Naruto...apa yang kau perhatikan selama 10 bulan ini.

Mungkin pepohonan dan halaman sekolah yang luas. Itu yang dipikirkan oleh Naruto.

Suara bel tanda pelajaran berakhir berbunyi. Naruto memasukkan buku catatannya ke dalam tas lalu memanggulnya di atas bahu. Dia melirik ke arah Hinata. Gadis itu sedang memasukkan buku-buku catatannya dengan buru-buru.

'Wajah dan gerakan itu, apa dia ingin cepat pulang ke rumah? Tidak ada masuk ke klub sekolah kah?'

Hinata menutup resleting tasnya dan tanpa sengaja memandang Naruto. Gadis itu langsung berlari kecil keluar kelas dengan wajah gugup. Naruto hanya bisa menaikkan alis pirangnya.

'Gadis aneh...' batin Naruto, lalu berjalan meninggalkan ruangan kelas. Tanpa sengaja matanya memandang sebuah brosur di atas meja Hinata. Dia berbalik ke sana dan mengambil brosur tersebut.

'Brosur lowongan kerja...' Naruto berdehem pelan untuk membersihkan tenggorokannya. Dia berjalan ke arah jendela kelas dan melihat Hinata berlari di halaman sekolah menuju gerbang luar.

Mata Naruto sedikit menyipit tajam.

-hohoho-

Senja sore di Bulan Februari yang bersalju menampilkan gradien jingga yang sedikit suram. Naruto duduk di depan meja guru dan disuguhkan segelas coklat panas oleh Grayfia-sensei. Coklatnya enak. Pasti dari kokoa yang diolah di Belgia. Kalau begitu Grayfia-sensei adalah orang berada? Wanita kaya yang menjadi seorang guru demi nilai pendidikan? Naruto meneguk coklat panas itu kembali dan memandang ke arah jendela ruangan guru. Cahaya sore Februari memang terlihat suram.

"Maaf membuatmu menunggu, Naruto-kun. Ayo kita jalan-jalan mengelilingi sekolah..."

"Hm?" Naruto memiringkan kepalanya. Grayfia-sensei menganggukkan kepala dan membuat tanda kepada Naruto untuk mengikutinya.

Mereka berjalan di sepanjang lorong sekolah hingga sampai di laboratorium Biologi. Lab itu terlihat sedikit kumuh, agak kurang nyaman menyebut ruangan di depannya adalah sebuah lab.

"SMA Kuoh sekarang berada di titik kritisnya. Kau pasti tahu sekolah kita berakreditasi C..."

Naruto menganggukkan kepala sambil melirik ke arah guru cantik tersebut. Grayfia kemudian berjalan di lorong kembali dan meninggalkan ruangan lab biologi.

"Penilaian 8 bulan ke depan akan menjadi pertaruhan bagi sekolah kita. Tetap bertahan di nilai C atau naik menjadi B. Masalahnya, faktor-faktor yang mendukung SMA ini terakreditasi menjadi B atau A sangat sulit..."

Mereka sampai di ruangan seni. Beberapa alat musik terlihat rusak dan tidak ada gairah saat memasuki ruangan tersebut. Naruto bisa memainkan piano. Saat dia melihat piano di pojok ruangan, jiwa pianisnya meringis kasihan.

"Fasilitas, nilai murid, semangat belajar, aktivitas siswa: salah satunya klub yang terbentuk, prestasi...faktor-faktor itu yang tidak dimiliki SMA Kuoh sekarang sehingga kualitasnya turun dari tahun ke tahun."

"Bukankah dulu SMA ini adalah favorit di Kuoh. Bahkan nomor dua di Jepang setelah Akademi Tokyo?"

Grayfia mengangguk sedih "5 tahun yang lalu...kini itu hanya sebuah sejarah."

Mereka berjalan keluar dan sampai di depan gedung olahraga Kuoh. Naruto sudah tahu bagaimana minimnya kualitas dan fasilitas di sekolah ini. Karena hal tersebut, gairah dan keaktifan siswa di SMA Kuoh menurun sehingga menghilangkan prestasi.

"Ada berapa klub di SMA ini?" tanya Naruto.

"Hanya ada 7. Dulunya SMA Kuoh punya sekitar 30 klub dan rata-rata setiap klub punya prestasinya sendiri..."

'Itu yang membuat sekolah ini sudah sepi saat sore hari, padahal di sekolah lain pasti masih ramai karena adanya kegiatan klub di sekolah.' Naruto mengeratkan syal di lehernya. Tanpa sadar dia mengikuti Grayfia-sensei hingga ke halaman belakang sekolah. Naruto menaikkan alisnya ketika mereka berdua memasuki hutan belakang sekolah yang dipenuhi gundukan salju.

"Kita mau ke mana, sensei?"

"Kita akan menemui Kaguya-sama."

"Kaguya...sama? Siapa?"

Naruto terperangah saat melihat sebuah istana megah yang berdiri tegak dengan diselimuti salju bersih. Mengapa di belakang sekolah ada bangunan seperti ini?! Apa dia sedang berhalusinasi karena cuaca yang dingin?!

"Ikuti aku..." ucap Grayfia pelan. Naruto menghembuskan napas pelan karena dirinya sedikit tegang. Dia memasuki istana megah tersebut dan disambut beberapa orang pendek berkepala botak dengan telinga panjang. Mereka menyambut Grayfia dan Naruto penuh hormat.

"Apa Azazel-san ada di atas?" tanya Grayfia kepada salah seorang berkepala botak tersebut.

"Beliau sedang berbicara dengan Kaguya-hime sama, Grayfia-sama..."

Kaguya hime sama...Grayfia-sama...apa dia sekarang sedang masuk ke dunia lain?!

"Se-sensei..." suara Naruto terdengar kaku "Mahluk apa mereka ini?"

"Mereka adalah kurcaci. Penjaga Istana Ootsutsuki."

"Ada mahluk seperti i-"

"Ikuti aku, Naruto-kun. Kau akan bertemu pemilik istana megah ini, yakni Kaguya-sama...pastikan kau menjawab salamnya."

Naruto hanya bisa menganga kebingungan. Dia belum sempat melanjutkan omongan dan rasa penasarannya tidak tertuntaskan. Dipandangnya para kurcaci yang berdiri dengan sikap patuh dan waspada. Naruto mengerutkan kening karena dunia fantasi membuatnya sedikit gila. Bayangkan...kurcaci yang sering muncul di dongeng Disney ternyata benar-benar muncul di hadapannya.

Mereka menaiki tangga berputar yang beralaskan karpet merah tebal. Sesampainya di ujung, keduanya menaiki sebuah lift dengan dinding berkilauan bak permata. Naruto menyentuh dinding lift tersebut dan berani bertaruh kalau dinding lift asli terbuat dari permata.

"Apa alasanmu masuk ke SMA Kuoh, Naruto-kun?"

"Eh?" sesaat Naruto terdiam. Dipandangnya Grayfia-sensei yang sedang menekan tombol lantai paling atas di lift tersebut.

"Kau adalah siswa SMP Konoha paling berbakat dan cerdas. Aku telah mengecek prestasimu saat di SMP...Kau juara pertama ujian kelulusan di sana, Memenangi lomba Pianis se-Jepang dan pemain favorit di Tim Sepakbola SMP Konoha tahun lalu. Mengapa siswa berprestasi sepertimu memilih SMA Kuoh?"

Naruto menggaruk belakang kepalanya dengan wajah bosan. Dipandangnya angka di atas lift terus bertambah, menandakan mereka terus naik ke lantai atas.

"Aku hanya bosan dengan kehidupan penuh perhatian tersebut. Aku ingin menjadi siswa biasa saja."

"Abu-abu?"

Naruto tersenyum mendengar pertanyaan Grayfia-sensei. Seperti psikiater yang mengetahui penyakit psikis pasiennya...begitulah yang Uzumaki Naruto pikirkan.

"Kuoh terletak cukup jauh dari Konoha. Sebuah kota kecil indah dekat pantai. Aku bahkan mengecat rambut agar wajah terkenalku tidak ketahuan..."

"Apa warna rambutmu dulu?"

Naruto tersenyum "Merah." jawabnya singkat.

"Merah ya..." gumam Grayfia lalu memandang ke depan. Suara TING terdengar lalu pintu lift terbuka. Keduanya disambut sebuah ruang tamu besar nan mewah dengan sofa-sofa mahal yang berkualitas tinggi.

Salah satu sofa telah diduduki oleh seseorang. Naruto menaikkan alisnya ketika tahu identitas orang tersebut. Pria separuh baya yang menjabat menjadi Kepala Sekolah SMA Kuoh, Azazel.

"Jadi ini Ketua OSIS kita yang baru?"

Naruto tidak suka dengan nada meremehkan dari Azazel. Dia mendengus pelan dan memberikan ekspresi bosan, tanda dirinya tak antusias dengan jabatan tersebut.

"Terbaik dari segala yang terbaik..." kata Grayfia penuh keyakinan.

"Hoooh...aku harap sesuai ekspetasi. Kau Uzumaki Naruto yang pernah memenangkan lomba pianis se-Jepang, bukan?"

Naruto mengelus tengkuknya tanda ia tak suka masa lalunya dibuka, walaupun itu masa lalu yang bagus dan gemilang.

"Iya..." jawab Naruto sekenanya.

"Aku salah satu penonton di sana. Saat itu suasana Teater Tokyo begitu megah dan indah. Pada saat kau duduk di depan piano, aku tahu kau pasti menang."

'Itu terdengar seperti kau seorang pedofil homo, Kepala Sekolah...' batin Naruto "Terima kasih..." ucap Naruto singkat. Dia tidak mau menambah percakapan gak penting lainnya.

"Silahkan duduk, Ketua..."

Naruto menoleh ke arah sumber suara. Duduk di sofa yang berada di hadapan Azazel seorang gadis berambut putih panjang dan berkulit pucat. Matanya putih susu seperti tanpa pupil. Dia mengenakan kimono wanita dengan ukiran-ukiran angka 9 di bagian kerah dan ujung lengan kimono.

"Te-terima kasih." Kini Naruto terdengar gugup.

"Perkenalkan, Pemilik SMA Kuoh sekaligus penghuni Istana Ootsutsuki, Ootsutsuki Kaguya-hime sama. Beliau adalah orang yang membiayai dan mendanai sekolah serta bertanggung jawab secara keseluruhan, walaupun teknisnya masih ada dalam lingkupku." kata Azazel yang memperkenalkan Kaguya kepada Naruto.

"Se-senang bertemu dengan anda, Hime sama." ucap Naruto sambil membungkukkan punggungnya. Baru kali ini ia berusaha bersikap sopan padahal dari dulu sesuatu yang membuatnya malas dan bosan seperti budaya Jepang tradisional sangat amat dihindarinya.

"Tidak usah terlalu formal dan gugup, Naruto-kun. Panggil saja aku sesukamu."

"Kalau begitu Nona kulit pucat..." jawab Naruto cepat seenak jidat, ekspresinya datar lagi...

"ITU DI LUAR BATAS SOPAN?!" teriak Azazel tak percaya Naruto mengejek Putri Kaguya pada pertemuan pertamanya. Grayfia hanya menggeleng-gelengkan kepala. Anak jenius memang suka bertindak semau hatinya saja.

"Hihihi...tidak apa-apa Azazel-jii chan. Aku senang dipanggil seperti itu..."

"Kaguya-sama..." gumam Azazel dan Grayfia tak percaya karena sang putri tertawa. Kaguya nampak senang dengan kedatangan Naruto ke istananya. Naruto menoleh ke arah Grayfia dan protes.

"Sensei, apa maksudnya aku di bawa ke sini? Pasti bukan hanya perkenalan kan?"

Grayfia menganggukkan kepala. Dia melirik ke arah Azazel dan meminta sang Kepala Sekolah menjelaskan tujuan pertemuan saat ini kepada Naruto.

"Delapan bulan lagi akan diadakan akreditasi oleh Departemen Pendidikan Jepang. Saat ini SMA Kuoh berada di nilai C karena terjadi penurunan kualitas di berbagai faktor. Jika SMA Kuoh mendapatkan C juga tahun ini, maka SMA ini akan ditutup."

Mata Naruto sedikit melebar karena terkejut.

"Untuk itu kami perlu meminta bantuanmu sebagai penggerak utama SMA Kuoh menuju kesuksesan dalam fungsi jabatanmu sebagai Ketua OSIS."

Wajah Naruto mengerut tak nyaman "Jadi jabatanku sebenarnya merupakan batu pijakan bagi sekolah ini agar tidak ditutup?"

Azazel menganggukkan kepala "Secara kasarnya, iya..."

"Bagaimana jika aku menolak?"

Azazel dan Grayfia saling berpandangan. Kaguya juga terlihat terkejut nendengar ucapan Naruto.

"Asal sensei tahu, aku pindah ke Kuoh demi menjauhi kehidupan populerku. Aku ingin merasakan kesejukan sebagai siswa biasa."

"Tidak bisa..." Azazel tersenyum tipis "Aura hebatmu masih sangat terasa, Uzumaki Naruto."

"Aku rasa tugas ini terlalu berat untukku..."

"Jangan berkata seperti itu, Naruto-kun! Kaguya-hime sama sangat senang saat aku menceritakan sosokmu sebagai Ketua OSIS yang baru! Dia sangat berharap kau bisa membawa perubahan bagi SMA Kuoh!"

Naruto sedikit menaikkan alisnya karena nada Grayfia-sensei sedikit meninggi dan ada kegusaran di sana.

"Jika sekolah ini ditutup, Kaguya-hime bisa membangun sekolah baru atau membuat bisnis baru di bidang lainnya. Sensei, Kepala Sekolah dan kalian semuanya berbicara tentang masalah bisnis kan?"

Naruto terdiam saat melihat wajah sedih dari Grayfia-sensei, wajah merenung Kepala Sekolah dan wajah Kaguya-sama yang tidak bisa diprediksi. Dia memandang lekat-lekat gadis cantik bersurai putih lembut tersebut.

"Apa ada sesuatu yang membuat sekolah ini tidak boleh ditutup?"

Ekspresi Kaguya berubah. Bang! Naruto tepat sasaran. Dia dapat melihat mimik kekhawatiran di sana. Ekspresi cemas yang tidak mau melihat kata penutupan pada sekolah menjadi kenyataan. Naruto menunggu beberapa saat untuk mendengarkan alasan, namun Grayfia, Azazel maupun Kaguya tetap bungkam.

"Haaaah...kalau tidak ada alasan yang bagus, aku akan pergi dan menolak-"

"Po-pohon Sakura dan Es Krim biru?"

"GEGH?!" Naruto terjungkal dari sofa ketika mendengar Kaguya-sama menyebutkan sesuatu yang paling ia benci untuk didengar. Dia berdiri dengan wajah shock.

"DARI MANA KAU MENDENGARNYAAA?!"

"SOPANLAH SEDIKIT KEPADA HIME SAMA!" yang ini teriakan Azazel.

"AKU CUMA BERTANYA, KEPALA SEKOLAH!"

"SEKARANG KAU TIDAK SOPAN KEPADAKU!"

"KAU TERLALU BANYAK TERIAK PAK TUA DENGAN GAYA RAMBUT ANEH!"

"DASAR BOCAH BERKEPALA DUREN! DURIAN KOK PIRANG?!"

Belum sempat Naruto membalas, Grayfia-sensei meninju Azazel sehingga sang Kepala Sekolah terpental ke depan dan menghantam dinding. Guru cantik itu meremas kepalan tangannya dengan wajah sadis.

"Kalian berdua terlalu banyak berteriak di depan Kaguya-hime sama, kau mau bernasib seperti Kepala Sekolah, Naruto-kun?" pertanyaan maut itu membuat Naruto bergidik. Dilihatnya Azazel menempel di dinding dengan mata berkunang-kunang.

"Ti-tidak dan terima kasih..." jawab Naruto dengan suara bergetar.

"Maaf jika membuatmu marah karena ucapanku, Naruto-kun..."

Naruto menoleh ke arah Putri Kaguya. Wajah gadis itu tersenyum sedih dan memandangnya dengan penuh harap. Jantung Naruto sedikit berdetak lebih cepat saat ditatap seperti itu.

"Aku...aku hanya mencoba apa yang Grayfia-san katakan kepadaku tentang kelemahan Naruto-kun...dan ternyata benar."

Naruto mendelik gusar ke arah Grayfia-sensei. Guru itu memandang ke arah lain dan bersiul-siul tak bersalah.

"Baiklah, akan kukatakan alasan sebenarnya mengapa sekolah ini tidak boleh tutup..." Kaguya-hime sama menutup matanya dan mulai menceritakan alasan tersebut dengan perlahan...

-hohoho-

Dahulu kala di sebuah dunia penuh keajaiban, terdapat sebuah kerajaan bernama Kerajaan Ootsutsuki. Kerajaan ini makmur, aman dan sentosa, serta diperintah oleh seorang Raja yang adil nan bijaksana.

Kebahagiaan kerajaan bertambah ketika Ratu yang telah mengandung selama 9 bulan melahirkan seorang anak perempuan yang cantik nan jelita. Sayangnya, kelahiran sang anak harus dibayar dengan kehidupan Ratu. Ratu meninggal saat melahirkan anak gadis tersebut.

Raja dan semua warga Kerajaan menyayangi anak tersebut. Sang anak diberi nama Kaguya. Tiap hari, bulan hingga tahun, Kaguya terus tumbuh menjadi seorang putri yang cantik. Kecantikan Kaguya sangat terkenal dan tersebar ke seantero negeri.

Banyak pria-pria jantan nan perkasa ingin mempersunting Kaguya agar menjadi istrinya, namun sang Raja menolak. Dengan bijak, Raja membuat sayembara...Barangsiapa yang bisa memindahkan istana di pegunungan ke lembah, lalu membawanya ke pegunungan lagi maka berhak menikahi Putri Kaguya...begitulah bunyi sayembara tersebut.

Pria-pria kuat dari berbagai negeri datang dan mencoba peruntungannya. Namun mereka tidak mampu melakukan karena itu adalah hal yang mustahil. Sampai, seorang pria dari ujung negeri datang dan mampu memindahkan Istana tersebut ke lembah, lalu membawanya kembali ke atas gunung.

Semuanya terkejut! Siapa pria itu...siapa pria itu!

Pria itu membongkar identitasnya dan dia adalah Penyihir Maroon yang dikenal kejam dan jahat. Penyihir Maroon jatuh cinta pada Putri Kaguya semenjak pertama kali melihatnya. Tentu saja Raja tidak menginginkan putrinya dinikahi seorang penyihir jahat, apalagi yang menikahi putrinya otomatis menjadi penerus tahta. Raja melanggar janjinya dalam sayembara dan mengusir sang penyihir. Peperangan melawan Penyihir Maroon dilakukan selama 3 hari 3 malam.

Penyihir Maroon kalah berkat seorang Ksatria yang dijuluki Ksatria Berarmor Emas. Ksatria itu menjadi pahlawan karena berhasil mengalahkan sang penyihir. Dalam keadaan sekarat, penyihir memberikan kutukan bahwa setelah Raja mati, maka Istana Ootsutsuki tidak lagi di gunung, tetapi akan berpindah ke dimensi lain, dunia lain. Putri Kaguya tanpa adanya Mana seperti di negerinya akan mati. Kutukan itu benar terjadi setelah Sang Raja mati. Istana Ootsutsuki secara mengejutkan pindah dari negeri aslinya ke negeri aneh tanpa sihir maupun Mana.

Istana Ootsutsuki itu sekarang berada di kota kecil dekat pantai bernama Kuoh.

-hohoho-

Naruto memandang datar ke arah Kaguya-hime sama yang baru selesai menceritakan tentang asal usul-nya. Dia menundukkan kepala. Cerita fantasi yang indah, namun ada kesedihan di sana.

"Jadi kau adalah putri yang dikutuk oleh si penyihir?"

Kaguya menganggukkan kepala dengan sedih.

"MENGAPA TIDAK TERIMA SAJA PINANGAN DARI SI PENYIHIR?!"

Geplak! Grayfia menepak kepala Naruto karena kesal mendengar ucapan dari si jenius tersebut. Naruto menghela napasnya. Matanya berubah serius ketika melihat ekspresi sedih dari Kaguya. Dia berdiri perlahan dan memasukkan kedua tangannya di saku celana.

"Mana yang menopang kehidupanmu berasal dari siswa-siswi yang mendaftar di sekolah ini kan?"

Grayfia terkejut karena Naruto tahu titik permasalahan tersebut "Naruto-kun..." gumamnya.

Kaguya menganggukkan kepala dengan ekspresi kaget.

"Jika sekolah ini tutup karena akreditasi yang jelek, maka tidak ada siswa-siswi yang mendaftar kan? Dan hal itu membuat sumber Mana bagi kehidupanmu lenyap, bukan?"

"I-iya..."

"Haah...musim salju sangat membosankan karena selalu berwarna putih. Tapi kali ini warnanya sedikit berubah, lebih berwarna..." Naruto memanggul tasnya lalu berjalan menuju pintu keluar ruangan tersebut.

"Naruto-kun, kau mau ke mana?!" teriak Azazel yang baru saja sadar dari pingsannya. Naruto berhenti berjalan dan menoleh sedikit ke belakang.

"Tentu saja pulang, aku ingin istirahat dan berpikir karena telah menerima sebuah misi yang sulit..." Naruto tersenyum tipis "...Aku harus memastikan semuanya berhasil!"

"Na-Naruto..." gumam Grayfia dengan kaget. Azazel mendengus pelan dan tersenyum tipis. Kaguya? Tidak bisa digambarkan bagaimana senangnya ia saat itu.

"Te-terima kasih atas penerimaannya, Naruto-kun! Aku...aku..." air mata kebahagiaan berlinang di mata Kaguya "Aku sangat senang..."

Naruto tersenyum tipis melihat sang putri menangis. Dia memandang datar ke depan dan pandangan matanya menampilkan ekspresi iba. Dia punya tugas berat saat ini.

-hohoho-

Naruto berbaring di ranjang kamarnya dengan wajah berpikir. Dia menengadahkan telapak tangan kanannya ke atas sehingga menutupi cahaya lampu. Alisnya bertautan tajam.

Naruto melompat dari ranjang dan duduk di kursi belajar. Dia memandang kembali sebuah kertas yang memperlihatkan struktur OSIS SMA Kuoh dan anggotanya.

'Baiklah...apa yang harus kulakukan pertama kali...'

TBC

Halo, saya author baru membawakan sebuah cerita aneh di fandom Xover ini. setelah lama bergelut sebagai readers, akhirnya saya mencoba menjadi seorang author untuk mengeluarkan imajinasi yang ada di kepala, mwehehehe...

Bagaimana ceritanya? Bagus atau jelek? Saya terinspirasi dari Anime Amagi Brillian Park. Kalau AAB tentang sebuah taman yang butuh pengunjung, saya mengubah settingannya menjadi sekolah yang butuh nilai akreditasi.

Fic ini saya targetkan di bawah 20 chapter. Semoga terealisasi ya...soal pair? Ah ikuti saja jalan ceritanya.

Rate M yang saya taruh karena nanti ada beberapa adegan yang menjurus ke arah adegan dewasa *smile* hehehe...semoga tidak acem.

Mohon reviewnya untuk chap ini ya...

Next Chap: Perbaikan fasilitas