Go Naruto-kun! by me

Naruto dan Highschool DXD bukan milik saya

Drama, Fantasy, Daily-life, Daily-school, Romance

Rate M

Announcement:Loli!Kaguya

Chapter 9: Akhir dari Study Tour

Rias Gremory tumbuh besar di Kuil Omyozi, menjadi Miko dan melihat acara keagamaan yang dipimpin keluarganya. Sejak umur 5 tahun ia sudah diberi pelatihan khusus oleh ayah dan ibunya menjadi gadis kuil yang baik.

Memimpin acara keagamaan, menari budaya agama dan pengusiran roh jahat...semuanya sudah Rias kuasai dengan baik. Dia siap menjadi pewaris Keluarga Gremory.

Dia tidak pernah gagal melakukan eksorsisme...

"Hyaaaah!" si pencerita yang kerasukan melompat ke arahnya untuk menerkam. Rias berguling ke kanan, lalu berdiri untuk menjauhi si pencerita. Napasnya terengah-engah karena tegang.

'Bagaimana mungkin teknik eksorsisme-ku bisa hilang?'

"Kacau..."

Rias menoleh ke arah sumber suara. Ditengah kilatan lampu cadangan yang berkilat-kilat, tertampak wajah tampan Ketua OSIS dihiasi ekspresi kecewa.

Kecewa? Kecewa karena ketidakmampuannya kah?

'Dia meremehkanku!' Rias mengambil dua kertas mantera dari saku bajunya dan melemparnya ke dua pelayan yang kerasukan. Hasilnya nihil.

"Ghaaaa!" teriakan si pencerita membuat Rias ketakutan. Baru kali ini ia takut kepada roh. Sudah banyak kasus spiritual yang ditanganinya dan ini pertama kali ia merasa ngeri.

Tentu saja...karena kemampuannya sudah hilang.

"Naruto, apa yang harus kita lakukan?" tanya Sona dengan suara bergetar. Nampaknya gadis berkacamata itu sedikit ketakutan.

"Kau takut?" tembak Naruto.

"Ti-tidak...maksudku,"

Naruto memegang tangan kanan Sona yang bergegar. Sona kaget dibuatnya.

"Kau berkeringat dingin. Jangan membohongiku. Kita sudah berteman sejak kecil dan aku tahu apa yang bisa membuatmu takut."

Sona termangu. Dia tidak percaya Naruto mengucapkan kata-kata tersebut. Aneh mendengar kalimat itu keluar dari mulut Naruto.

Kekacauan semakin besar ketika kerasukan semakin meluas. 10 pelayan sudah ikut terasuk roh dan bertindak beringas. Issei juga berhasil menerkam Pein sehingga senior mesum itu ikut dirasuki.

"Bagaimana ini...apa...apa kemampuanku sudah tidak berguna?" gumam Rias. Wajahnya terlihat depresi.

"Apa Uzumaki Naruto benar kalau klub kami..."

"Ghaaaa!" seorang pelayan yang kerasukan berlari mendekati Rias untuk menyerang sang Gremory. Tiba-tiba sebuah bola basket melayang dari kanan dan mengenai kepala pelayan tersebut. Akeno dan Asia menoleh ke sumber lemparan bola. Seorang siswa tersenyum miring sambil menunjuk Rias yang terbengong karena kaget.

"Anda tidak apa-apa, Gremory-san?"

Rias tidak menjawab. Dia bingung kenapa siswa itu menolongnya.

"Itu Idou, anak kelas 2-C yang dulunya ketua klub basket di SMP Kuoh." bisik Asia di dekat telinga Akeno. Keduanya menoleh ke belakang ketika seorang pelayan yang kerasukan terjerembab jatuh saat dilempari puluhan kartu oleh dua siswa.

"Rasakan kekuatan kartu, roh jahat! Walaupun di sekolah kami tidak ada klub permainan kartu, kami tetap ahli memainkannya!"

"Klub permainan kartu..." gumam Rias pelan. Tiba-tiba ia mendengar suara tawa di sisi kirinya. Seorang pelayan yang kerasukan sedang duduk bersila sambil makan makanan yang telah disediakan oleh sekelompok siswi.

"Silahkan cicip masakan kami, Tuan Roh Jahat...kami harap kau bisa memberi penilaian bagi masakan kami karena kami ingin SMA Kuoh punya klub masak."

Lalu, banyak sekali siswa-siswi dengan bakat atau hobi mereka menahan amukan pelayan yang kerasukan. Ada beberapa siswa yang hobi berkebun menahan seorang pelayan menggunakan sekop. Ada yang membacakan buku dongeng sehingga pelayan itu terbengong-bengong. Ada yang melempar bola baseball, ada yang melempar bola voli, membanting pelayan yang kerasukan dengan ilmu judo dan lain-lainnya.

"Minta videooo...minta videonya doong..." kata Pein dan Issei dengan suara serak. Hidan ingin menghentikan keduanya dengan jurus karate, namun Xenovia menepuk pundak Hidan dan memberi tanda bahwa dia yang ingin menghentikan duo mesum tersebut.

"Tetapi Xenovia, kau bisa tertular kerasukan massal ini..."

Xenovia tersenyum sadis. Kesepuluh jarinya berbunyi seram "Aku tidak peduli mereka sedang kerasukan atau tidak. Tetapi mendengar ucapan mereka yang kotor membuatku ingin membanting mereka dengan gaya Brock Lesnar."

Hidan tersenyum kecut "Saran saja, gunakan Chokeslam Undertaker biar mantap."

Xenovia membanting Pein dan Issei dengan gaya Brock Lesnar lalu melanjutkannya dengan chokeslam. Dua siswa itu terkapar dengan mata putih karena pingsan.

"Ghaaaaa..."

Semuanya menoleh ke sumber suara. Suara paling berat dan menyeramkan. Kakuzu berdiri menggunakan tangan dan kaki dan meraung seperti harimau. Manusia paling kikir itu bisa kerasukan juga!

"Wachaa!" kata Lee sambil menepuk wajah Kakuzu dengan uang. Kakuzu langsung sadar dan mencium uang itu hingga meliur-liur basah.

Rias menundukkan kepalanya. Dia benar-benar shock melihat kejadian malam itu. Semua orang yang kerasukan berhasil disadarkan tanpa menggunakan kekuatan spiritualnya.

Kepercayaan dirinya runtuh malam itu. Dia benar-benar rubuh. Hanya Akeno dan Asia yang duduk di sampingnya dan mencoba menenangkan.

"Sungguh mengecewakan, bukan?"

Ketiga anggota klub penelitian ilmu gaib menoleh ke arah Naruto. Ketua OSIS berdiri di depan mereka dengan tatapan datar.

"Kau mengasihani kami, Ketua OSIS?" tanya Akeno.

"Aku mengasihani ketuamu."

Akeno melirik ke arah Rias. Dia terkejut karena Rias memasang ekspresi pasrah. Ekspresi yang tidak pernah ia lihat.

"Kau terlalu percaya diri dengan kekuatanmu. Walaupun Rias-senpai adalah Miko yang hebat, berjuang sendiri akan menghasilkan kegagalan lebih besar daripada berjuang bersama. Lihat sekeliling senpai. Semuanya bekerja sama dengan hobi dan bakat masing-masing untuk menghentikan kekacauan ini," Mata Naruto menajam "Tanpa kekuatan spiritualmu, Rias-senpai."

Akeno sedikit gusar mendengar perkataan Naruto. Ketika ia ingin membantah, Rias memberi tanda untuk menahan diri.

"Buchou, tetapi..."

"Kau paham siapa saja yang menghentikan kerasukan massal ini, senpai?"

Akeno memandang ke arah Naruto kembali. Dia tidak menemukan ekspresi kemenangan di sana. Naruto mengungkapkan wajah simpatik yang menawan. Naruto masuk ke perasaannya dan tahu perasaannya. Ketika Rias terasa runtuh karena ketidakmampuannya, Naruto juga ikut runtuh.

"Ketua OSIS..." gumam Asia dengan tangan terkepal di depan dada. Dia merasakan hal yang sama seperti yang Naruto ekspresikan.

"Mereka semua adalah siswa-siswi yang ingin hobinya ditampung dalam sebuah klub. Tanpa persetujuanmu, mereka tidak akan bisa merealisasikannya. Kau sudah merasakan rasa sakitnya ketidakmampuan. Nah, pikirkan perasaan mereka yang tidak mampu mewujudkan hobi mereka dalam suatu wadah bernama klub...itu sangat tidak nyaman." Naruto menurunkan lutut kanannya ke tanah lalu menyulurkan tangannya ke arah Rias "Pikirkan dengan baik penolakanmu terhadap klub-klub baru, senpai. Ini juga demi akreditasi sekolah kita...tanpa kerja samamu, maka kau akan berjalan sendiri dan hancur sendiri."

Rias tidak menjawabnya. Naruto berdiri sambil menepuk celananya.

"Jika SMA Kuoh ditutup, klub yang kau banggakan juga akan hilang." sang Ketua OSIS berjalan meninggalkan ketiga anggota klub penelitian ilmu gaib itu dengan wajah dingin. Diliriknya sekilas Rias, lalu ia berteriak kepada anggota OSIS untuk membereskan segala kekacauan malam itu.

Di sisi lain, Vali melihat Uzumaki Naruto dengan cengiran misterius.

-Hohoho-

Rias percaya kalau roh di Arashiyama dan Sagano adalah jenis roh yang belum pernah dilawannya. Setelah dia masuk ke kamar dan membongkar tasnya untuk membaca kitab adat spiritual Kuil Omyozi yang selalu dibawa, dia menemukan fakta bahwa kekuatan Miko yang diberkati dewa tidak akan hilang. Dia harus belajar lagi jenis-jenis eksorsisme.

Semuanya istirahat nyenyak di Penginapan Yasashi karena kelelahan. Kakuzu tidur pulas sambil memeluk uang yang ditempelengkan Lee ke mukanya. Di Arashiyama dan Sagano, tersisa Naruto, Issei, Pein, Sasuke, Hidan dan Gaara. Dari Issei sampai Gaara merupakan anggota OSIS yang diminta Naruto membantu 20 pelayan menyiapkan api unggun. 20 pelayan istana juga masih ada di sana dan mengemasi lokasi tersebut.

"Rencana yang bagus, Ketua Naruto...pura-pura kesurupannya sangat asyik untuk ditonton."Naruto yang sedang mengumpulkan arang kayu bakar berdiri perlahan dan menoleh tenang ke belakang.

"Vali-chan...kau belum tidur?"

Vali meringis jengkel "Jangan memanggilku seperti itu, kutu amuba! Sekarang jelaskan bagaimana kau membuat 10 pelayan istana mau berpura-pura kerasukan, serta efek ledakan api di kedua sisi Issei tadi?"

"Kami tidak dihitung sebagai korban ya...?" tanya Pein. Issei mengangguk setuju.

"Kalian pasti mau melakukannya jika Ketua meminta."

Pein dan Issei saling berpandangan. Benar juga ya yang dikatakan Vali. Begitulah pemikiran keduanya.

"Ya, anggota OSIS yang berada di sini sudah kuberitahu rencana malam ini. Pein dan Issei memang kuminta ikut berpura-pura kerasukan. Sedangkan 20 pelayan di sini..." Naruto menoleh ke belakang "...Mereka semua bukan pelayan. Mereka adalah talent dari perusahaan hiburan milik keluarga dua gadis ini."

"Dua gadis?" Vali terkejut ketika melihat Ryuu Ophis dan Ryuu Lilith muncul dari balik kegelapan. Cahaya lampu cadangan menerangi muka identik mereka yang imut.

"Ni~paah..."

"Nipah?"

Naruto tersenyum mendengar sapaan absurd dari Ophis. Dia kembali memandang Vali yang terlihat kaget.

"Karena kau sudah tahu sebagian rencanaku, maka akan kujelaskan semuanya. Tujuanku melakukan kerasukan massal palsu ini demi meruntuhkan arogansi dan kesombongan Rias Gremory demi terbentuknya 32 klub baru. Aku sengaja melakukan study tour di Kyoto agar bisa membuat legenda palsu tentang hantu. Rias adalah Miko di Kuoh, sewajarnya ia tidak tahu semua legenda di Jepang. Membuat satu atau dua legenda palsu akan membuatnya percaya. Konfrontasiku saat jam makan kemarin untuk membuatnya merasa dihina di hadapan orang banyak. Nah, karena sifat sombongnya, Rias-senpai begitu mudahnya terprovokasi dan mengikuti perkataanku. Jika dia tidak mempunyai harga diri tinggi, atau dia memiliki kegagalan ketika melakukan eksorsisme, maka dia lebih jernih dalam bertindak dan berpikir."

"Heh, sudah kuduga..." Vali mendengus pelan. Dia berjalan mendekati sebuah arang yang tergeletak di tanah. Ditimang-timangnya arang tersebut "Jadi itu alasanmu membuat waktu istirahat hari kedua lebih panjang. Demi persiapan kerasukan palsu ini?"

Naruto menganggukkan kepala.

"Lalu efek ledakan api dan mata putih itu?"

"Lensa, hauhauhau..." Lilith menjawab pertanyaan Vali. "Beberapa orang dari dua puluh talent kami sangat ahli di bidang tata rias."

"Lalu ada beberapa orang yang ahli set up panggung atau lokasi syuting sudah mempersiapkan efek untuk kerasukan palsu ini, mi..." tambah Ophis. Beberapa orang keluar dari kegelapan dan melambaikan tangannya. Itu adalah staff ahli efek Ryuu Entertaiment. Mereka menunjukkan alat untuk membuat api di kedua sisi tubuh Issei. Mereka menanam alat itu di tanah dan dikeluarkan lewat lubang yang telah dibuat. Ternyata angin kencang yang mematikan api unggun berasal dari gas karbon dioksida. Alat penyemprotnya berada di tengah susunan kayu dan diatur sedemikian rupa. Kipas besar di sekitar lokasi menambah efek dan membuat seolah-olah api unggun tadi mati karena angin.

Vali geleng-geleng kepala melihat persiapan rencana tersebut. Dibuangnya arang yang dipegang ke keranjang sampah. Dia memandang wajah Ketua OSIS, sungguh nampak puas. Kepuasan apa yang ia dapatkan?

"Ketua, kenapa kau melakukannya sejauh ini?"

Naruto menaikkan alis kanannya.

"Kau pernah bertanya seperti itu kepadaku, kan?"

Vali terdiam sejenak. Karena air mata seorang putri terkutuk. Siapa putri itu dan apa hubungannya dengan SMA Kuoh?

Dia mendapatkan satu hal penting saat ini. Ketua Uzumaki mendapatkan apa yang ia mau. Saat ini rencana sang ketua berjalan dengan mulus.

"Eh, ngomong-ngomong soal Kakuzu, kenapa dia ikutan terasuki yah?" tanya Naruto penasaran. Anggota OSIS lainnya menggelengkan kepala tidak tahu.

"Mungkin dia pura-pura karena butuh perhatian. Saat Lee menampar wajah buluknya dengan uang, dia langsung sadar." jelas Hidan. Yang lainnya mengangguk setuju.

"Maaf menyela, kawan-kawan." si pencerita yang mengawali kerasukan palsu itu izin berbicara "Saya sebenarnya asli orang Kyoto dan saya punya kemampuan merasakan roh. Istilah mudahnya, saya punya indera keenam. Saat teman kalian yang bercadar tadi kerasukan, saya merasakan ada roh yang masuk ke tubuhnya."

"Jadi dia benar-benar kerasukan?!" tanya Issei yang mulai takut.

Si pencerita menganggukkan kepala.

"Roh itu adalah roh selir raja yang mati terpeleset karena menginjak sabun. Mungkin karena teman bercadar kalian itu orang yang pelit makanya roh selir raja merasukinya."

"Legenda itu memang ada?!" tanya Sasuke.

"Ya, tetapi rohnya tidak merasuki orang paling takut, tetapi merasuki orang paling pelit."

Semuanya saling berpandangan. Sesuai sih dengan sifat Kakuzu.

Di kamar penginapan, Kakuzu tidur dengan mulut monyong mencium uang hasil tabokan Lee.

"Nyam nyam nyam. Uang is number one." katanya, lalu mendengkur lagi.

-Hohoho-

Hari terakhir di Kyoto adalah waktu yang paling menyenangkan. Semua murid dipersilahkan jalan-jalan bebas di Kyoto, untuk membeli oleh-oleh atau sekedar melihat kota penuh bersejarah tersebut.

Entah ada perihal atau ketabok apa, semua anggota OSIS mengikuti Naruto pagi itu.

'Kenapa mereka mengikutiku?' batin Naruto. Dia melirik curiga semua anggotanya yang berjalan di belakang sambil sok sibuk sendiri.

"Hmm..." Naruto berhenti berjalan. Yang lainnya ikut berhenti berjalan. Mereka sekarang berada di Kuil 1000 patung.

"Hmmm..." Naruto menggaruk belakang kepalanya.

"Kenapa kalian mengikutiku?!" Naruto membalikkan badan dan bertanya dengan wajah kesal. Para OSIS yang pura-pura sibuk langsung memandang ketua mereka. Issei dan Pein bahkan lagi kayang saking tidak tahu mau menyibukkan diri dengan kegiatan apa.

"Melihat kalian berdua sudah membuatku tahu kalau kalian semua mengikutiku. Cakap! Cakap! Beri alasan." kata Naruto menyipitkan mata curiga.

Sona mewakili teman-teman OSIS berbicara "Kita sudah sibuk selama 2 hari ini, Naruto. Maka kami memutuskan untuk bersenang-senang bersama di hari ketiga."

"Memutuskan sesuatu tanpa memberitahuku terlebih dahulu..." Naruto menyeringai "Berani juga kalian. Baiklah, ayo kita bersenang-senang di Kyoto!"

Semuanya mengepalkan tangan dan mengangkatnya ke atas, terkecuali kelompok cool seperti Sasuke, Gaara dan Vali. Mereka melihat kuil 1000 patung yang terkenal, lalu menuju Kuil Fushimo Inari Taisha, kuil yang dipenuhi torii berwarna merah. Mereka juga mengunjungi Istana Nijo, ke Kyoto Station dan daerah Nishiki Ichiba untuk membeli dan mecicipi makanan khas Kyoto. Ada sekitar 130 kios yang menjajakan makanan di sana.

"Belinya pakai uang sendiri ya. Jangan ada yang minta sama aku!" teriak Kakuzu tak tahu malu sampai seluruh turis dan penjaga kios memandangnya aneh.

"Tentu saja bangsat. Siapa juga yang mau beli oleh-oleh pakai uang organisasi kita!" kata Hidan sambil menyelipkan tangan kanannya ke saku belakang celana Kakuzu. Pemuda bercadar buluk itu menangkap tangan Hidan dan matanya bersinar merah.

"Tanganmu pegang ke mana, bangsaaat?!"

Hidan tertawa keki. Gagal maning rencananya mau curi uang Kakuzu.

"Hehehe, Aku cuma mau pegang pantatmu Kakuzu-chan." kata Hidan beralasan.

"Itu lebih berbahaya, kampret!"

Sona membeli empat gantungan kunci untuk keluarganya. Untuk ayah, ibu, kakak dan aku. Dia tersenyum senang dan membayar souvenir tersebut.

Naruto memandang datar Hinata yang tampak kebingungan memilih oleh-oleh. Sang Ketua OSIS berjalan mendekati gadis manis bermata amethyst itu dan bertanya,

"Kebingungan...emm, kebingungan memilih oleh-oleh?"

"Uzumaki-san?"

'Panggil aku Naruto saja, Hinata...' batin Naruto dengan linangan air mata. Sebenarnya hanya ekspresi alay dari Naruto saja.

"I-iya. Aku bingung membeli oleh-oleh untuk adikku."

"Kau punya adik?"

Hinata menganggukkan kepala. Dia tersenyum "Dia masih kelas 4 SD. Kira-kira apa ya yang cocok untuk dia?"

Senyuman itu adalah senyuman sedih.

"Kenapa kau tersenyum seperti itu?" tanpa sadar Naruto mengucapkannya. Hinata terkejut mendengar kata-kata Naruto. Dia tampak gugup dan menyentuh bawah matanya. Hinata pasti berpikir ada air mata yang jatuh dari kelopak matanya. Nyatanya tidak.

"Ma-maaf Uzumaki-san, aku harus pergi dulu mencari barang yang cocok-"

Grep.

Naruto memegang pergelangan kanan Hinata. Sang Hyuuga kaget melihat tingkah Naruto. Tubuhnya bergetar karena takut.

Naruto melepas pegangan tersebut dan meminta maaf. Dia lupa kalau Hinata takut kepada laki-laki. Pertanyaannya, kenapa dia takut?

"Maafkan...maafkan aku Hinata. Aku-"

"Hmm, tidak apa-apa Uzumaki-san. Mungkin akunya yang tidak sopan mau meninggalkanmu tanpa alasan yang jelas."

Naruto menggaruk belakang kepalanya. Tatapannya ke arah lain. Saat itu retina matanya melihat toko boneka di sisi kanan jalan.

"Adikmu perempuan atau laki-laki?"

"Eh? A-adikku perempuan."

'Imoutou ya...' Naruto menunjuk ke arah toko boneka di seberang jalan "Mungkin kita bisa mencari oleh-oleh untuk imoutou-mu di sana."

Hinata melihat toko boneka tersebut. Sekilas ia tampak khawatir, Naruto melihatnya. Namun sang Ketua OSIS mengajak Hinata lagi sehingga Hinata pun menganggukkan kepala.

Naruto adalah orang yang teliti. Dia pernah dan senang membaca buku psikologi sehingga tahu kekhawatiran Hyuuga Hinata. Hinata seringkali melihat harga boneka ketika mereka berjalan di dalam toko untuk memilih boneka oleh-oleh tersebut.

"Hinata..."

Hinata memandang sang ketua.

"Maaf jika pertanyaanku tidak sopan. Apa kau...apa kau punya cukup uang untuk membeli boneka di toko ini?"

Hinata tertegun mendengat pertanyaan Naruto. Naruto memang orang yang peka. Hinata berusaha tersenyum walaupun Naruto tahu itu adalah senyuman yang dipaksakan.

"Susah sekali menyembunyikan sesuatu darimu, Uzumaki-san. Ya...saat ini aku mendapat potongan gaji karena tidak kerja selama 3 hari di Schampany corporation. Jadinya aku harus berhemat di bulan ini. Membeli oleh-oleh mahal untuk Hanabi akan membuat keuangan kami sulit."

'Nama adiknya Hanabi...' Naruto berdehem pelan "Kenapa Tuan Astaroth tidak menolong? Dia telah berhutang budi kepada SMA kita. Atau aku yang ke sana setelah study tour kita selesai dan memintanya memberikan gajimu dengan penuh?"

Hinata menggelengkan kepala "Beliau sudah berusaha menolongku. Itu memang aturan dari perusahaan. Pegawai yang bolos lebih dari satu hari gajinya akan dipotong 30 persen dari gaji biasa. Beliau hanya memotong 10 persen gajiku dan menutupinya dengan uang beliau."

"Kenapa tidak ditutupi semua?"

Hinata tersenyum "Jika semuanya, takutnya pihak pengelola pusat perusahaan akan memeriksa dan terlihat adanya keanehan. Lalu beliau juga tidak mau diketahui pegawai lainnya. Takut nanti ada kecemburuan sosial."

'Kehidupanmu keras ya...' Naruto sangat bersimpati kepada Hinata. Dia menoleh ke arah etalase toko. Di kaca, terpampang boneka beruang coklat paling besar.

"Paman, tolong ambil yang paling besar di sana. Aku mau membelinya."

"Eh Uzumaki-san, apa yang kau laku-"

"Aku juga wajib mengganti persenan gajimu itu. Jangan banyak protes karena ini perintah Ketua."

Hinata tidak tahan untuk tidak terbawa suasana saat ini. Dadanya sesak. Sangat sesak sekali. Naruto membayar boneka tersebut lalu memberikannya kepada Hinata.

"Te-terima kasih Uzumaki-san. Maaf...bisa kau pegang sebentar."

Naruto memegang boneka yang Hinata berikan. Wajahnya penuh ekspresi bertanya.

"Aku ke toilet sebentar."

Hinata berjalan cepat ke toilet dan masuk ke bilik WC. Dia menutup pintu bilik dan menangis haru di sana. Dia tidak mau Naruto melihat tangisan penuh rasa syukurnya. Jika dia menangis di sana...jika dia mengeluarkan air mata di sana...dia pasti akan memeluk tubuh lelaki itu.

-Hohoho-

"Ke mana saja kalian? Kami sampai mencari-cari di semua toko dan kios di Nishika Ichiba." kata Hidan dengan muka bonyok.

"Kami mengkhawatirkan kalian. Dasar!" tambah Kakuzu yang wajahnya ikutan bonyok.

'Kalian berdualah yang harus dikhawatirkan.' batin Naruto sweatdropped. Dia menoleh ke arah Pein untuk meminta penjelasan. Pein memberi kode gara-gara masalah uang tadi sehingga keduanya saling adu tinju.

"Kami mencari oleh-oleh hingga sampai di toko boneka di ujung sana." kata Naruto. Dia tidak mau terlalu banyak menjelaskan. Hanya Sona yang tampak mendelik karena melihat tingkah aneh Naruto.

"Kalian semua sudah membeli oleh-olehnya?" tanya Naruto.

"SUDAAAH!" teriak anggota OSIS bersemangat. Naruto ikut senang mendengarnya.

'Mungkin hanya aku saja yang tidak membawa oleh-oleh karena uangku habis. Oh Mama-sama, maafkan daku yang menghabisi uang jajan dengan cepat.'

Semuanya kembali ke penginapan. Saat itu Naruto berjalan paling belakang. Rombongan OSIS berpapasan dengan Kaguya, Lilith dan Ophis. Ketiganya tampak membeli oleh-oleh juga.

"Ni~paah..." sapa Ophis "Tampaknya OSIS sedang bersenang-senang ya."

"Wa-waah, itu bagus sekali, hauhauhau..." tambah Lilith.

"Kalian bertiga membeli cendera mata juga?" tanya Lee. Ketiganya menganggukkan kepala. Ophis melirik ke arah Kaguya, memberi tanda dengan wajah non-ekspresifnya agar Kaguya bergerak.

"Tetapi..."

"Ketua Naruto, Kaguya-chan mau memberimu sesuatu." kata Ophis seenak jidat. Pakai wajah datar lagi...

Muncul Asap mengepul dari wajah Kaguya yang memerah. "Ophis-chaaan..." ucapnya pasrah. Pein dan Issei bersiul-siul gaje.

"Ciee lolicon cieee..." olokkan mereka juga sangat absurd. Naruto menggaruk belakang kepalanya dan berjalan mendekati Kaguya.

"Emm, apa itu Hi-maksudku Kaguya-san?"

"Cieee mau bilang Hintai, cieeee..." olok Pein dan Issei lagi.

"YANG BENAR HENTAI!" Xenovia menghempaskan keduanya dengan jurus Back Suplex.

"I-ini, ini hanya cendera mata mini Kuil Kiyomizudera. A-aku...maksudnya ini hanya tanda terima kasih dariku." kata Kaguya gugup. Naruto menerima hadiah itu dengan wajah penuh terima kasih. Diusapnya kepala Kaguya dan mengucapkan Arigatou...

"Usap kepalaku juga dong...Ketua." kata Kakuzu yang ikut menggoda. Naruto mengusap kepala bendahara kikir itu pakai gergaji karena kesal digoda. Walaupun senpai-nya, kelakuan Kakuzu tidak ada dewasa-dewasanya.

Ketiga siswi kelas 1 itu izin untuk ke penginapan terlebih dahulu. Naruto memandang hadiah gantungan kunci pemberian Kaguya. Dia tersenyum senang walaupun dirinya ingin memberi Mama-sama oleh-oleh lebih spesifik.

Toew.

Naruto melirik ke kanan saat Sona mencoleknya dengan tatapan datar.

"Nani?"

"Nih."

"Hn? Tagihan belanja. Kau ingin aku yang membayarkan belanjaanmu?"

Sona kaget karena dia salah beri. Apakah karena gugup? Sona menyabet kertas tagihan itu lalu memberikan Naruto sebungkus keripik ikan khas Kyoto. Mata Naruto melebar senang. Ini yang disukai Mama-sama dari Kyoto.

Tunggu dulu...

"Kenapa kau memberikannya kepadaku? Ini bukan untuk keluargamu?"

Sona melirik ke arah lain "Anggap saja hadiah karena study tour SMA kita berhasil."

"Ahh...ya-ya begitulah. Ah, tetapi ada insinden kerasukan juga."

Sona tersenyum "Kau mengakui ketidaksempurnaanmu?"

"Manusia memang tidak sempurna..." Naruto menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Sona melirik sekilas ke arah Naruto.

"Dari mana kau tahu oleh-oleh yang ingin kubawa ke ibuku?"

Sona menepuk pelan bahu sang Ketua "Kita kan teman sejak kecil. Aku tahu banyak tentang dirimu. Dah...aku duluan." Sona berjalan cepat meninggalkan Naruto. Mereka keluar dari gerbang Nishika Ichiba dan berjalan di jalan bebatuan.

'Aku belum sempat mengucapkan terima kasih kepadanya. Heh, dasar...' Naruto tersenyum dan memegang erat bungkus keripik tersebut. Cukup adil bagi gadis yang telah membawanya ke masalah OSIS ini.

Saat Naruto ingin melangkahkan kakinya menuju jalan simpang empat menuju penginapan, Hinata memanggil namanya pelan.

"Ada apa, Hinata?"

"Ano...begini," Hinata mengeluarkan sebuah pen bagus dari tasnya "Ini baru saja kubeli di toko dekat penginapan tadi. Aku harap pen ini membantumu saat menandatangani surat atau persetujuan kegiatan."

"Hah?" Naruto tertegun "Eh...gak apa-apa kok. Kenapa aku dapat-"

"Terima saja. Ini hadiahku kepada Uzumaki-san sebagai sekretaris OSIS," Hinata tersenyum tulus, membuatnya tampak sangat manis untuk dilihat "Sewajarnya Ketua menerima, kan?"

"Ya ampun..." Naruto menerima pena itu. Dia berterima kasih atas hadiah yang Hinata berikan. Hinata tersenyum dan membungkukkan tubuhnya. Kau telah banyak membantu, Ketua, batin Hinata. Setelah sang Ketua mengucapkan terima kasih, dia berjalan paling depan dan memimpin rekan OSISnya menuju penginapan. Suatu pemandangan yang keren.

Namun,

"Seragam itu," kata Sasuke dengan iris bergetar "Itu adalah seragam Akademi Tokyo."

"Akademi terbaik se-Jepang." tambah Gaara.

"Kenapa mereka di sini?" Shikamaru bertanya, dia tak habis pikir melihat anak-anak Tokyo ada di sini.

"ITU?!" pekik Xenovia kaget. Semuanya memandang tak percaya saat seorang siswi bersurai hitam, mata kuning menyala seperti mata kucing dan wajah cantik keluar dari kerumunan siswi Akademi Tokyo.

"Kuroka?!" gumam Vali tidak percaya.

Naruto menatap datar band merah di lengan kanan Kuroka. Tulisannya adalah Ketua.

"Kau meninggalkan masalah yang harus kuselesaikan. Ternyata kau menjadi Ketua OSIS Akademi Tokyo, Kuroka-senpai."

Kuroka tersenyum. Sona, Hinata dan Xenovia memeluk gadis cantik itu. Setelah itu ia membungkukkan tubuhnya.

"Aku meminta maaf kepada OSIS SMA Kuoh, terkhususnya kepadamu Uzumaki Naruto-kun. Namun melihat perkembangan SMA Kuoh sekarang, aku yakin kau mampu mengemban amanah hingga akhir."

Naruto mendengus pelan "Tidak juga..." ucapnya acuh tak acuh. Jika tidak diancam Sona...atau melihat keadaan Kaguya...

Naruto melihat sekelilingnya. Tampak semua anggota OSIS terlihat senang melihat Kuroka, terkecuali Sasuke. Vali adalah orang yang paling emosi saat itu. Ternyata sosok Kuroka begitu dicintai amggota OSIS SMA Kuoh.

"Lalu, bagaimana rasanya setelah menjabat sebagai Ketua,"

Naruto menoleh kembali ke arah Kuroka.

"Dan memimpin orang-orang bermasalah ini?"

Semua anggota OSIS kaget mendengar ucapan dari Kuroka. Wajah dan suara Kuroka berubah. Dari yang ramah menjadi kejam.

Naruto memang kaget, tetapi itu ditutupi dengan wajah datarnya. Matanya mulai menajam memandang sang Ketua OSIS Akademi Tokyo.

"A-apa maksudmu, Kuroka-san?" tanya Hidan. Luar biasa...Hidan yang bajingannya tak kenal ampun bertanya dengan sopan kepada Kuroka. Begitu kuatnya kharisma gadis cantik tersebut.

"Kenapa kau bertanya seperti orang tolol, Hidan. Ah, kau memang tolol..." Kuroka tersenyum mengejek dan menempelkan tangannya ke mulut "Fufufu...tidakkah kalian menyadari kalau orang-orang yang kupilih sebagai anggota OSIS adalah orang yang bermasalah?"

Semuanya terkejut. Mereka tidak percaya dengan apa yang dilihat dan didengar sekarang.

"Saat ini akademi kami mengadakan study tour juga. Aku tidak percaya SMA Kuoh yang sedikit memiliki dana mampu mengadakan kegiatan di luar Kota Kuoh. Hmm, pasti berkat Ketua OSIS-nya." alis kanan Kuroka naik "Tahukah engkau, Naruto-kun, tahukah kau kalau orang-orang yang kupilih adalah orang bermasalah di SMA Kuoh?"

"Ya...aku tahu." jawab Naruto jujur.

"Wakil ketua yang susah berinteraksi karena berasal dari salah satu tiga keluarga besar, sekretaris yang memiliki masalah keluarga, bendahara kikir, Kepala Divisi Akademik yang suka tidur dan staffnya tukang makan, Kepala Divisi seni yang memiliki saudara tidak waras dan staffnya yang suka berbicara kotor serta sikap yang buruk, Kepala Divisi olahraga yang selalu berisik dengan masa muda dan staffnya Tsukkomi tampan yang menyebalkan, Kepala Divisi jaringan dan lembaga yang tergila-gila dengan MOBA Analog dan staffnya yang suka membully, Kepala Divisi Media dan Informasi yang mesum dan staffnya yang juga mesum, serta Kepala Divisi Perlengkapan yang susah berbicara. Semuanya adalah siswa-siswi bermasalah di SMA Kuoh."

"Lalu kenapa kau memilih mereka, senpai?" tanya Naruto tajam.

"Karena aku ingin sekolah itu ditutup."

Naruto terkejut mendengar jawaban Kuroka. Tidak sampai di situ...

"Dan membuat sang putri mati dalam kutukannya!"

Naruto tidak mampu menahan keterkejutannya. Kenapa Kuroka tahu tentang Hime-sama? Apa Kuroka si penyihir yang mengutuk Kaguya?!

'Tunggu dulu...tenang dan pikirkan baik-baik, Naruto. Penyihir yang mengutuk Kaguya adalah lelaki yang ingin menikahinya. Kuroka itu jelas perempuan, terbukti dari ukuran dadanya. Tentu saja dia tahu karena ia dulunya Ketua OSIS SMA Kuoh. Dia pasti dibawa ke istana untuk menemui Hime-sama.' Naruto memandang Kuroka yang terkekeh pelan.

Kenapa dia menginginkan Kaguya-hime mati? Nah, pertanyaan itu yang paling penting untuk dijawab.

"Sejak acara perpisahan kelas 3 yang fenomenal, sekolah kalian menjadi terkenal. Heh...hanya saja banyak para petinggi pendidikan yang masih skeptis dengan prestasi tersebut. Boleh aku memberi saran?"

Naruto tidak menjawabnya langsung. Dia memandang semua rekan-rekan OSIS-nya. Mereka tampak shock karena melihat sifat asli Kuroka.

"Silahkan." kata Naruto.

"Selepas liburan musim panas, yakni tanggal 15 September, ada kontes menari yang diadakan di Akademi Tokyo. Sekolah kalian boleh mengikuti perlombaan tersebut. Salah satu dari 3 Juri kontes itu adalah orang yang akan memberikan nilai akreditasi kepada sekolah kalian. Jika kalian ingin memberikan kesan baik, kontes tersebut adalah kesempatan kalian." Kuroka berjalan mendekati Hinata. Naruto memandang tajam pemandangan tersebut. Apa yang Kuroka akan lakukan?

"Kuroka...san?"

"Ya Hinata-chan. Aku tahu masalah keluargamu. Tetapi kau punya bakat menari yang hebat saat SMP kan?" Kuroka mengangkat dagunya dan memandang Naruto "Maka gunakanlah kesempatan tersebut, Ketua!"

Terdiam. Hanya sepasang iris biru yang tenang dalam kesunyian.

"Temanya adalah menari berpasangan. Hadiah pemenang juga cukup besar. Sekitar 20 juta Yen. Sayang jika kalian tidak ikut," Kuroka memandang Naruto dari belakang dengan melengkungkan lehernya ke depan. Terlihat menyeramkan dan menekan.

"Ini demi sekolah dan putri itu, Ketua Naruto."

Kuroka dan rombongan akademinya meninggakkan OSIS SMA Kuoh yang tergamam tak percaya. Semuanya kaget melihat sikap asli dari Kuroka. Kuroka yang ramah...Kuroka yang baik...Kuroka yang berprestasi...Kuroka yang diharapkan SMA Kuoh...

Ternyata adalah seorang penjahat.

Naruto tahu kalau gadis itu pintar. Pemilihan anggota OSIS yang dilakukan Kuroka menunjukkan bagaimana cara kerja otak Kuroka seperti dirinya. Penuh rancangan rencana. Naruto melihat gadis cantik itu sebagai rival yang harus ia bungkam.

-Hohoho-

Setelah berpamitan dengan pemilik penginapan dan para guide, rombongan study tour SMA Kuoh pergi meninggalkan Kota bersejarah Kyoto menggunakan bis. Banyak cerita di sana, yang akan terkenang selepas masa SMA.

"Haaah...aku tidak percaya Kuroka-san sejahat itu." kata Hidan sambil menyandarkan punggungnya ke kursi bis.

"Aku juga, padahal dia gadis idolaku." balas Kakuzu yang tampak letoy "Dia menyebutku bendahara kikir. Apa aku emang kikir, Hidan?"

"MEMANG GUOBLOK!" teriak Hidan diiringi Pein dan Issei. Kakuzu murka dan mencabik-cabik cadarnya lalu menyumpal cabikan kain buluk itu ke mulut ketiga teman gajenya tersebut.

Naruto memandang pemandangan indah pegunungan Jepang lewat jendela. Dia tidak tahu masing-masing pemikiran dari anggota OSIS-nya. Hanya saja...

Naruto berdiri dan melihat wajah semua anggotanya. Mereka terlihat depresi.

Sona melepas kacamatanya dan memegang kening tak percaya. Hinata terlihat jelas kaget karena hal tersebut. Vali memasang ekspresi datar, namun Naruto melihat kepalan tangan Vali menggenggam kuat hingga buku-buku jari tangannya memutih.

Naruto telah membicarakannya dengan Grayfia-sensei dan Azazel. Keduanya juga kaget mendengar ucapan Kuroka yang kejam. Alangkah kejamnya ucapan tersebut dan alangkah liciknya Kuroka. Ternyata siswi berprestasi itu ingin menghancurkan SMA Kuoh.

"Kalian semua..."

Semua anggota OSIS memandang Naruto. Grayfia-sensei menunggu apa yang akan Naruto katakan.

"Kalian semua menyesal masuk OSIS SMA Kuoh karena dipilih oleh Ketua terdahulu? Kalian dipilih berkat besarnya masalah hidup kalian, apa kalian menyesalinya?"

Semuanya diam. Hening saat itu terasa tidak enak.

"Hn, bodoh..."

Naruto melirik ke arah Sasuke.

"Aku dari dulu menyesal masuk organisasi bodoh ini. Tetapi berkat kau, Ketua Naruto..." Sasuke menunjuk sang ketua lalu tersenyum tipis "Aku tidak lagi menyesalinya."

Mata Naruto melebar.

"YA BENAR! AKU SETUJU DENGAN SASUKE!" teriak Kakuzu berapi-api "AKU TIDAK AKAN PERNAH MENYESALINYA! BERANI-BERANINYA DIA MENGATAIKU BENDAHARA KIKIR! AKU NI HEMAT!"

Krik...

krik...

krik...

"Heh, kau benar Uchiha Sasuke. Dengan ketua yang baru, kita akan menuju masa depan yang baru. Untuk OSIS dan SMA kita." kata Gaara sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Yaah, aku tidak peduli dia mengejek hobiku karena main MOBA Analog memang menyenangkan. Tetapi jika dia mengejek OSIS di bawah kepemimpinan Naruto, aku tidak akan tinggal diam!" tambah Xenovia.

"Semangat masa muda terbaik adalah semangat ketua kita!" kata Lee dengan mata berapi-api "Panaas! Panaas!" katanya kemudian. Lha?

"Heh, aku memang bajingan tengik bermulut kotor, tetapi Naruto...cih, kau bajingan tengik yang cerdas. Ah, mulutmu kadangkala kotor juga!" Naruto tersenyum mendengar ucapan Hidan. Ni anak mau beri kata-kata motivasi atau ngajak kelahi?

"HIDUP MIA KHALIFAAA!" teriak Pein dan Issei gak nyambung. Mereka berdua langsung dibanting Xenovia di dalam bis. Chouji memakan keripiknya dengan semangat sementara Kiba hanya tersenyum melihat tingkah absurd kawan-kawan OSIS. Mungkin hari ini Tsukkomi-nya agak ditahan.

"Kalian semua memang merepotkan..." kata Shikamaru sambil menggosok tengkuknya. Dia memandang Naruto dan mengedipkan mata "Tetapi Ketua tidak memikirkan hal tersebut. Iya kan?"

Sona, Hinata dan semua anggota OSIS memandang Naruto. Grayfia-sensei menganggukkan kepala. Naruto tersenyum penuh semangat.

Dasar orang-orang bodoh...tetapi dia senang bekerja sama dengan mereka. Orang-orang yang akan membantunya merubah SMA Kuoh menjadi lebih baik.

"Kita buktikan kalau orang-orang bermasalah adalah pilihan paling tepat untuk menjadi anggota OSIS di SMA yang bermasalah!" ucap Naruto, yang dibalas "YEAH!" penuh semangat oleh anggota OSIS lainnya.

Hanya Vali yang tampak masih kecewa. Dia melihat pemandangan di luar bis penuh pemikiran.

-Hohoho-

Naruto duduk sopan di depan kamar ibunya yang merupakan sebuah kamar tradisional dengan pintu geser. Cahaya lampu minyak berwarna jingga dari dalam kamar membuat dinding kamar bertemaram kuning.

"Bagaimana study tour-mu, Naruto?"

"Sungguh menyenangkan, Mama-sama."

Hening sejenak. Naruto menunggu Mama-nya merespon.

"Suaramu terdengar tidak terlalu menyenangkan?"

Naruto terkekeh "Mama-sama memang peka."

"Sudah kuingatkan untuk memanggilku Mama tanpa embel sama, atau kalau mau pakai -sama, panggil aku Okaa-sama atau Kaa-sama."

"Biar antimainstream, Mama-sama."

"Antimainstream ketiakmu. Nah, kenapa study tour-mu kurang menyenangkan?"

Naruto menceritakan pertemuannya dengan Kuroka dan sifat asli sang mantan Ketua OSIS SMA Kuoh. Mama-sama tetap merajut sewaktu Naruto menceritakan keluh kesahnya.

"Kenapa tidak kau lawan saja?"

"Maksud Mama-sama?"

"Kau memiliki otak yang cerdas, Naruto. Gunakan kepalamu untuk menyelesaikan masalah ini. Jika berhasil, itu menguntungkan sekolahmu kan?"

Naruto menganggukkan kepala "Benar, Mama-sama..."

"Selanjutnya, mana oleh-oleh dari Kyoto?"

Naruto kaget mendengar pertanyaan tersebut. Dia terkekeh sambil menyodorkan tiga buah hadiah dari Kaguya, Sona dan Hinata di depan pintu geser tradisional tersebut. Bayangan Mama-nya tetap terlihat merajut.

"Kau...tidak menghabiskan uang jajan bulan ini kan?"

"Teheee..."

"Apanya yang Tehe?"

Naruto berbisik pelan "Maaf, uangnya habis Mama-sama."

Terdengar helaan pelan di balik pintu geser tersebut.

"Sudahlah, nanti kita bicarakan hal tersebut. Lalu, yang mana yang mau kau berikan kepadaku, Naruto?"

"Mama-sama bisa pilih sendiri..." kata Naruto. Pintu geser itu terbuka perlahan. Naruto menundukkan kepalanya sehingga hanya memandang tiga hadiah yang akan dipilih Mama-nya. Sebuah tangan mulus dan memakai gelang besi hijau meraba ketiga benda tersebut. Tangan itu berhenti di bungkus keripik ikan Kyoto dan membawanya ke dalam kamar. Pintu geser itu tertutup dan Naruto mengangkat kepalanya kembali sehingga memandang bayangan Mama-nya merajut di dinding tradisional ala Jepang tersebut.

"Yang ini pasti dari Sona."

"Waaah, tebakan yang tepat Mama-sama..."

"Heh, dia tahu segalanya tentangmu. Bahkan kesukaan ibumu. Lalu, pena itu dari gadis yang kau ceritakan takut kepada laki-laki, kan?"

"Iya, Mama-sama."

"Tolonglah dia nak. Gunakan kecerdasanmu."

Naruto menganggukkan kepala "Iya, Mama-sama." lirihnya.

"Yang gantungan kunci itu dari seorang putri kan?"

Kelopak mata Naruto sedikit melebar. Dia memandang bayangan yang terus merajut di dalam kamar tersebut.

"Bagaimana Mama-sama bisa tahu kalau dia seorang putri?"

"Aura kebangsawanannya terasa. Lagipula dia bukan berasal dari dunia ini, kan?"

Naruto mengangguk dengan gugup "I-iya Mama-sama..."

Naruto melirik ke arah bayangan merajut di dalam kamar tersebut. Sayangnya pembicaraan berhenti sampai di situ.

Keesokan paginya,

Ruangan OSIS kedatangan seseorang yang menyerahkan 7 lembar kertas persetujuan kepada Naruto. Ketua OSIS tersenyum menerima kertas persetujuan tersebut. Persetujuan yang berbunyi Tujuh Klub Lama menyetujui pembentukan 32 klub baru.

"Kenapa senpai yang menyerahkan ketujuh kertasnya. Seorang Ketua klub lama dipersilahkan membawa sendiri kertas persetujuannya."

Rias, yang datang pagi itu dan membuat semua anggota OSIS terpana, mendengus pelan "Jangan membuatku berubah pikiran, Ketua OSIS."

Naruto terkekeh pelan "Maafkan saya."

Rias mendekati wajahnya ke telinga Naruto.

"Aku sudah menceritakan Legenda itu ke ayah dan ibuku. Legenda itu memang benar, hanya beda di orang yang dirasuki roh. Jadi orang-orang yang dirasuki kemarin adalah orang yang pelit, tetapi aku kenal Issei bukanlah anak yang pelit."

"Jadi?" tanya Naruto pelan. Dia tidak tahan di dekat Rias, wangi tubuhnya bisa membuat pria terangsang.

"Ada kemungkinan kemarin hanya kepalsuan."

Rias menjauhi Naruto sambil tersenyum miring penuh kemenangan. Heh...tidak mau kalah. Dia berjalan meninggalkan ruangan OSIS dengan hawa kemenangan. Naruto memandang ke arah anggotanya sambil melambaikan ketujuh kertas tersebut.

"Apa yang dibisiki Rias-senpai, Naruto?" tanya Sona penuh selidik.

"Dia bilang, Satu Masalah Selesai." kata Naruto sambil mengedipkan mata.

TBC

Tebakan beberapa senpai benar. Rencana Naruto adalah membuat kerasukan massal palsu untuk membuat rasa percaya diri Rias runtuh sehingga mudah mendoktrinnya. Saya tidak mau berlama-lama di bagian tersebut karena beberapa senpai sudah mengetahui sebagian rencana Naruto.

Kesimpulan dari study tour ini adalah tersetujunya pembentukan 32 klub baru oleh tujuh klub lama setelah pendapat Rias runtuh. Soal hubungan Naruto dan dua gadis loli dari Ryuu Entertaiment akan dibahas di chap-chap yg lain.

Bagaimana romancenya senpai? Apakah sudah adil ketika saya memberikan scene untuk Naruto dan Hinata setelah ada scene khusus Naru Kaguya dan Naru Sona. Aaah, saya hanya ingin memanaskan sebelum cerita ini lebih melodrama wkwkwk...

Saya memunculkan Kuroka, mantan Ketua OSIS SMA Kuoh yang disebutkan di chap pertama, sebagai lawan terberat Naruto. Dia tidak hanya cantik, tetapi memiliki sistem pemikiran hampir sama seperti Naruto. Seperti yang saya tulis di beberapa chap lalu kalau saya akan memunculkan seorang rival bagi Naruto, nah...Kuroka adalah rival tersebut.

Terima kasih terkhususkan saya ucap kepada PXeven-senpai yang memberikan reviews panjang super bermanfaat sehingga saya mendapatkan tambahan ilmu dalam menulis. Hmm, yang pertama soal obat. Senpai benar, saya membuat nama obat khayalan karena malas mencari nama obat untuk orang sakit jiwa wkwkwk...terima kasih atas sarannya. Di lain waktu saya mencoba mencari literatur agar isi cerita saya memberi manfaat edukasi. Kedua, saya masih bingung dengan kata-kata tersebut. Saya sebenarnya ingin memakai kata 'kalian'. Tetapi mengingat Naruto dkk ada di pertemuan formal, biasanya orang menggunakan anda semua daripada kalian. Bagaimana menurut senpai. Arti anda semua memang sama atau ekuivalen dengan kamu semua atau kau semua atau kalian. Terkecuali saya mengetik kalian semua, mungkin itu agak riskan hahaha...terima kasih kembali atas kritikannya senpai, ilmu EYD saya bertambah.

Ampun Kakek Legend...saya tidak mau diberkati kekuatan Legend anda hahaha. Yap, menjawab pertanyaan AlfridNU, yang bisa eksorsisme hanya Rias karena dia Miko Keluarga Gremory, keluarga besar di Kuoh yang mengurusi Kuil Omyozi. Asia dan Akeno hanya anggota klub seperti Issei dan Kiba.

Untuk AdamRidatullah-senpai, wah...saua juga mengkhususkan terima kasih kepada senpai yang mengajari saya tentang cara membuat alur. Saya akui kalau saya mempercepat alurnya karena takut terkena WB dan fic ini menjadi disc. Terima kasih, saran senpai saya gunakan di chapter 10 nanti, karena itu akan sedikit meng'istirahat'kan alur cerita yang mulai serius. Soal pair senpai tenang saja. Saya sudah membaca fic yang senpai maksud wkwkwk, tanpa mengurang rasa hormat ke kedua penulis, saya setuju memilih cara pertama yakni memilih heroine pendamping MC. Saya sudah memikirkan 5 jalur untuk ending pair fic ini, tergantung semangat readers berpihaknya di mana, wkwkwk...tetapi, saya harap readers semua tolong menghormati saya jika endingnya tidak sesuai harapan. Karena tugas saya adalah menghibur senpai dan senpai berhak memberi saran kritik yang membangun cerita saya.

Untuk istilah 6 cinta hanya penggambaran Naruto soal dia yang telah menemukan 6 kelopak bunga sakura berbentuk hati. Untuk heroine Naru ada tiga: Kaguya, Sona dan Hinata. Senpai boleh memilih masuk di tim mana...

Wah...bagaimana arthur3-senpai dengan chap kali ini, bisa membuat anda tertawa. Sebenarnya fokus fic ini memang bukan humor. Komedinya hanya selingan dan saya tidak menyangka bisa menarik readers untuk membaca. Tetapi saya berusaha memberi lelucon atau humor terbaik di dalam fic ini supaya menghibur pembaca di tengah cerita drama dan fantasi.

Lalu sekarang banyak yang Tim Loli Kaguya ya...hahaha. Selamat Kaguya-chan, engkau mendapat banyak fans dan pendukung. Soal tubuh kecil Kaguya memang saya sengaja buat seperti itu untuk variasi gadis yang dekat dengan Naruto. Ada Hinata yang berdada, ehem, tahulah kan...lalu Sona berdada datar dan Kaguya yang bertipe loli. Biar lebih berwarna gitu hahaha...(pedofil)

Terima kasih atas pengetahuan dari Eroyasha-senpai. Setelah saya cek di Google ternyata amethyst itu batu permata berwarna ungu ya...hmm, saya akan memakai deskripsi violet gelap untuk mata Sona (mata Sona ungu kan di Canon?) dan amethyst terang untuk Hinata. Sedangkan Kaguya mata putih untuk membedakannya dengan Hinata. Bagaimana menurut senpai?

Untuk Amarylist-senpai, mungkin saya yang salah membayangkan karena saat mendeskripsikan duduk mereka, saya terbayang bangku kereta api di Anime Baka to test. Dua Bangkunya saling berhadapan. Jadi Naru Issei duduk di hadapan Sona Hinata, di belakamg Naru Issei ada Hidan dkk, di belakang Sona Hina ada Vali dkk. Naah, seperti itulah. Tipe bangkunya bukan tipe ngadap lurus semua ke depan.

Terima kasih atas support dari para senpai. Special thanks saya ucapkan kepada crezix, LordofFox (trims atas sarannya senpai), Train heartnett, The Red Saber-Modred, rachman. fatur 161 (fufufu), Ryan hidayat, alim (guest), KidsNo TERROR 13, Evilplankton, Rvben262, Nijananda Zaynur averroes, shin (guest), yudha898, Uzumaki121, Indra223, AhmadZ99, joko-kun, Abl3h Namikaze, Arief katake shotokan, Amarylist, Wahyutra26, Eroyasha, Sarutobi Rianmaru, secret echo 007, Ashuraindra64, putravirdysergiosembel, Nazi menschen, Ars113, Miji695, Maulanyusuf42, jusmantopratma000, PXeven, Arthur3, Dandidandi, renza kurosaki, Lupa Password (guest), AdamRidhatullah48, Guardian sword, Nagisa-sann, ila123, Paijo Payah, kiel D. fullbuster, Rizw, Ren Azure Lucifer D Kanedy, Asuka Ryu, terbaik san (guest), andhie802, Apocalypse of Yami, msyunkronx, Alfrid NU, pecinta fanfic (guest), trico (guest), Kakek Legend, Maki-chan 1094 (guest), HarisUchiha19, Pure-Pure, Il'al (guest), dokter (guest), hmmm (guest), gumizaq, Erech dan Naomi Yuichi.

Udah ya...saya mau lanjut nonton piala dunia dulu hahaha. Setelah jagoan saya, Jerman, kalah dan tersingkir, saya menjagokan Belgia. Alasan? Benderanya hampir sama wkwkwk (diterjang Hitler).

Sampai jumpa chapter depan.

Next Chapter: Chouji ingin diet dan Festival Olahraga: Semangat masa muda 100 persen panas!