"Menikahlah denganku." gadis yang menunduk itu terkejut dan menatap dua iris hitam pria yang barusan mengatakan hal yang menurutnya gila.
"Hah?!"
Pria berjas hitam itu merunduk, menyerukan wajahnya mendekati paras ayu Sakura, menghembuskan aroma mint yang segar. Sakura menengang saat wajah pria itu memiring, seakan-akan ingin menjangkau bibirnya.
Gerakan pria tampan itu berhenti, namun kedua mata tajamnya menatap penuh kabut bibir merah alami dengan tatapan mendamba.
"Menikah denganku," ulangnya dengan suara serak menahan sesuatu.
Sakura hanya mematung, otaknya sudah hilang ke mana, yang ada hanya pikiran bodohnya, 'kenapa pria ini memintanya menikah?'
Earth to Sakura, gadis itu tersadar cepat dan segera mendorong dada bidang pria itu.
Ia menggerling gugup, bagaimana tidak? Berada berduaan dengan seorang pria tampan di dalam lift sempit dengan keadaan tak saling mengenal dan pria itu mengajaknya menikah. Gila, hanya satu kata yang ditujukan Sakura khusus untuk pria berjas yang super-duper-extra-ultra tampan.
Pria berjas hitam terhuyung satu langkah ke belakang akibat dorongan Sakura, namun, seringai misterius pria itu masih tersungging.
"Anda tidak waras," katanya sambil mewanti pintu baja lift terbuka. Astaga, kenapa lantai 23 terasa jauh sekali? Apa elevator apartemen ini macet atau rusak? Tidak, bahkan tombol-tombol lantai dan lampu masih menyala.
"Ya, saya tidak waras. Menikahlah denganku," tutur pria itu kukuh. Sakura tertawa garing dan menatap mata hitam itu mengejek.
"Kenapa harus saya tuan, apa anda tidak salah memilih saya menjadi istrimu, saya wanita bebas yang tak bisa apa-apa," katanya dengan selingan tawa gugup.
"Saya tidak peduli, yang saya butuhkan adalah istri, dan saya memilihmu secara random, kebetulan anda terlihat cocok." tawa Sakura berhenti dan menatap dinding lift horor.
"Tapi saya tidak mau." Sakura berjalan mundur, pria itu menggeleng pelan.
"Yakin dengan perkataanmu?" pria tampan itu melangkah mendekati Sakura yang punggungnya sudah menempel dinding lift.
"Y-ya," gumamnya gugup saat wajah tegas pria itu berada dua jengkal di hadapannya. Ia melihat kedua mata tajam dengan manik yang terlihat seperti lubang hitam yang menjerat, hidung mancung yang lurus tegak, bibir tipis merona merah yang jarang dimiliki pria, dan rahang tegas menambah kharismanya, jangan lupakan rambut hitam yang terlihat lembut.
Sakura meneguk ludah dan melirik pelan pintu lift, astaga! Elevator masih berjalan menuju lantai 15! Sedangkan lantai apartemennya berada di lantai 23!
"Bagaimana, Nona Sakura? Bersedia?" Sakura tersentak saat pria itu dengan segaja menghembuskan napasnya tepat di depannya. Pria cabul!
"Ba-bagaiman anda tahu namaku!" mata hitam pria itu melirik nametag Sakura.
Mata pria itu menatap dalam emerald yang langka, warna yang terlalu teduh hingga ia sudah terperosok dalam hutan yang rimba. Ia begitu dalam menatapnya.
Sakura mengecilkan pupil matanya saat wajah pria tak dikenal memiringkan kepala, menjangkau bibirnya yang terkatup dengan rapat.
Cup! Bibir itu berhasil melandas tepat di atas bibir miliknya, ia berontak, namun pria itu terlebih dahulu menarik pinggangnya dan membuat Sakura terdorong ke arah pria itu. Sikutnya tertekuk di dada pria itu menjadi jarak yang tidak berarti dengan kecondongan wajah pria tampan itu.
Dua bibir--satu bibir yang memaksa bibir Sakura tetap berada di dalam kuasanya terlepas, membuat jembatan saliva terhubung, "panggil aku Sasuke, kau milikku, nona..."
Sakura tercenung dan merasakan kehangatan hilang saat pria bernama Sasuke melepas pelukannya, pria itu keluar dari elevator, lantai 20.
Jemari lentik Sakura menyentuh bibir basahnya, masih terasa begitu dalam lumatan hangat pria itu, seakan-akan otaknya tetap menginginkan semua rasa itu masih terasa hingga saat ini.
Matanya membulat melihat sosok bernama Sasuke lenyap di tikungan lorong apartemen.
Ciuman pertamanya!
"Pria gila!" pekiknya marah.
ooo
oo
o
•
••
•••
~bersambung~
•••
••
•
o
oo
ooo
note area :
hai, aku newbie di sini! buat karya absurd yang mainstream, semoga minna-san menyukai karyaku!
terima kasih sudah menscrol page ini dan membaca kata demi kata.
last, mind to wrote your mind in review box?
with almost love,
Fa
