Sasuke menyeringai, langkahnya dipercepat dan memencet bel apartemen bernomor 109 dengan gemas, wajahnya yang datar tetap menyunggingkan senyum yang tak lain berupa seringai tipis.

Pintu apartemen bernomor 109 terbuka, Naruto si rubah pirang yang masih menguap ria, "hooaam, apa Teme? Merindukanku?" ia mengangkat alisnya berulang-ulang.

Sasuke berdecih kesal, "dalam mimpimu, Dobe... Menyingkir! Aku mau masuk!" Sasuke mendorong Naruto kasar membuat pria tan itu hampir terjungkal, untung saja kakinya sekuat kaki gajah.

Naruto berdecak kagum melihat Sasuke yang berjalan masuk, "kau sepertinya benar-benar merindukanku, heh, Teme?"

Tentang kebiri, sepertinya Sasuke menyetujui pengebirian Naruto(?)

000

Naruto tertawa lepas seraya menatap Teme-nya dengan mata yang berair, tangan di perutnya bergerak mengelus seolah tawanya bisa membunuh organ pencernaanya.

"Bwahahahahahaha! Teme! I know i know!" pekiknya melirik sekuntum mawar merah di atas meja tamu. Sasuke mendengus.

"Belajar dari mana, ttebayo?!" Naruto berdehem-dehem dan menatap Sasuke dalam. Pria itu memalingkan wajah menyembunyikan rona tipis yang menjalari kedua pipinya.

"Lupakan Dobe!" hardik pria itu merasa direndahkan(?) egonya mengatakan jika Dobe sedang menghakimi dirinya yang minim cinta-cintaan. Sasuke mendengus saat wajahnya kembali normal.

"Dasar tsun-tsun!" sahut Naruto mengejek. Lalu wajah jahilnya berubah serius, Sasuke tak menyadari keganjilan si Dobe yang mengambil mawar merah yang terongok menyedihkan di atas meja.

"Jadi sebenarnya mawar merah ini untuk Sakura-chan, hem? Boleh juga..." gumam Naruto menyelidiki sekuntum bunga dengan arti yang dalam, lalu matanya melirik sekilas Sasuke yang masih memalingkan wajah, gengsi.

"Teme, kau tahu cara membuat Sakura klepak-klepek dengan mawar merah ini? Ada rumusnya loh..." sahut Naruto sambil berjalan duduk di sisi Sasuke, pria itu melirik ke arah wajah Naruto mode pujangga.

"Rumus?" beo Sasuke dengan wajah datar dan kernyitan di dahinya.

"Yep! Rumus untuk membuat Sakura klepek-klepek..." alis Naruto terangkat-angkat cepat dan bibir yang tertarik satu sudut, Naruto terlihat seperti sallesman...

Sasuke mendengus tak percaya, "adakah rumus seperti itu, pastilah bodoh orang yang membuatnya," remeh Sasuke menyoyor kepala Naruto yang terlalu dekat dengan wajahnya.

Naruto mencibir sambil menggoyangkan tangkai bunga di wajah Sasuke. Awas duri!

"Ada, rumusnya... Kecepatan dikali ketepatan, lalu hasilnya dibagi oleh hasil dari kali ketampanan dikali nilai dari tempat yang romantis," sahut Naruto bangga seolah menabatkan Nobel atas rumus jeniusnya. Sasuke menaikan alisnya.

"Kau... Guru matematika Dobe?"

'Ctak!' perempatan muncul di kepala kuning Naruto.

"Bukan, ck! Teme aku ini ahli cintah~"

Sasuke mendengus jijik, "intinya aku harus cepat, tampan, membuat Sakura jatuh cinta padaku, melamarnya di tempat romantis, lalu akhirnya aku menikah dengannya? Begitu maksudmu?" well, Uchiha memang jenius bukan? Sasuke menyeringai.

"Bukan, Sasuke-Teme!" pekik Naruto membanting bunga mawar hingga berdebum di atas meja kaca.

Sasuke memutar mata malas.

"Kau harus menghitung kecepatanmu mengambil langkah, semakin cepat, semakin bagus, kau baru 7 hari PDKT dan anggap dari skala 1 sampai 10 kau baru ada di skala 3, hasil dari 10 dikurang 7." Naruto mulai mengajari Sasuke. Pria itu dongkol mendengarnya.

"Jadi, untuk nilai Kecepatan 3, untuk ketepatan bertemu kau baru 2 kali berpapasan Sakura di dalam lift. Kalikan, 3 kali 2 sama dengan 6." lanjut Naruto dengan jari tangan teracung tiga dan jari kiri yang teracung dua, lalu sepuluh jari itu teracung menjadi enam.

Sasuke hanya mengangguk malas.

"Sekarang kita cari nilai ketampanan, untung Sasuke, aku jujur, ketampananmu berada di skala 9." Sasuke menyeringai dengan kepala besar, eh, besar kepala dan bergumam dalam hati, 'ketampananku memang hakiki.'

"Terakhir, nilai untuk tempat romantis kau menggunakan lift? Hahahaha, lift jadi tempat favomu PDKT-an? Selera yang tinggi," remeh Naruto diakhir kata. Kepala besar Sasuke menciut, matanya menatap garang Naruto. Pria tan itu hanya menggedikkan bahu dan meraih kolong meja tamu, mendapatkan note dan pena.

"Hemm, lanjut... Jadi menurut survei, lift tidak menjadi tempat romantis jadi nilainya 0, nol-nol-nol." Naruto mengatakan 'nol' dengan lidah yang keluar dari bibirnya berulang-ulang. Sasuke mengelus dada, masih sabar.

Bibir Naruto terbuka, "eh, kasihan, jadi untuk lift aku kasih nilai 0,5!" alis Sasuke berkedut. Apa-apaan ini?!

"...sudah di temukan angkanya, jadi 3 dikali 2 di bagi 9 di kali 0,5." ia mencorat-caret notenya dengan lidah yang menyentuh bibir atasnya, berimajinasi dan berpikir...

"Hem.. 3 kali 2, 6. Sedangkan, 9 kali 0,5 hasilnya 4,5. Jadi, 6 kali 4,5 dan hasilnyaaaaa..." tangan Naruto mencorat-caret, mengkali 6 sama 4,5. Sasuke tanpa sadar menunggu dan menejamkan mata dalam hati ia bedoa, 'semoga besar, semoga besar, semoga besar...'

"27! Pffft... Nilaimu 27!" pekik Naruto seperti berteriak karena tim sepak bolanya berhasil mebobol gawang!

'Ctak!' perempatan nyempil di pelipisnya. Apa-apaan ini?!

"Sayang sekali, cuma menghasilkan 27... Kau harus berjuang, bung!" Naruto menepuk-nepuk bahunya. Hem... Memang seharusnya Sasuke berjuang Naruto. Bukan menggunakan rumus bodoh itu.

Sasuke mengangguk pelan, "pasti, gumamnya. Mendengarnya mata Naruto berkilat serius.

"Teme apa kau serius dengan Sakura?" pertanyaan sama seperti 4 hari lalu... Namun tetap Sasuke kelu.

'Apa kau serius dengan Sakura, Sasuke?'

Bibir Sasuke bungkam... Well, yang tahu hanya Tuhan, Sasuke dan cenayang~

000

Setelah mengunjungi apartemen Naruto yang modus sebenarnya ingin menengok Si Musim Semi yang selalu bersemi, ia pulang dengan terburu saat introgasi Naruto yang bersisi keseriusannya dengan Sakura.

Alhasil, pria itu minggat kembali ke rumahnya dan saat ini ia sedang...

...memasukkan selembar kertas yang disobek ke dalam saku celanya. Namun niatnya urung, ia kembali membaca kertas itu dan menghampalkannya.

[Cara untuk mendapatkan hati Sakura... 1. Jangan kentut di depannya, itu biasa membuat Sakura ilfeel.

[2. Pastikan ketiak, badan, baju wangi, wajah segar dan tentunya tampan...]

"Itu selalu," gumam Sasuke mengendusi badannya dan melirik cermin yang memantulkan wajahnya.

[3. Bersikap gantle dengan membukakan pintu mobil, menggerekkan kursi untuknya saat ingin duduk, dan sikap keren lainnya.]

Untuk yang ketiga Sasuke ragu, apa dia bisa, pasalnya jangankan membukakan pintu mobil, dia mengajak Sakura saja harus kerja bagai kuda... Intinya dia itu susah mengajak Sakura... Ya bagaimana tidak, setelah berkenalan Sasuke mencium Sakura maut, lalu berpapasan dengan Sakura lagi Sasuke menciumnya dengan akhir, 'menikahlah denganku.', apa harus ia tiba-tiba mengatakan, 'mau naik mobilku?' atau, 'aku gerekkan kursi untukmu duduk.', rasanya Sasuke ingin menembak kepala pirang sahabat tan bodohnya.

Sasuke berdecih dan kembali melirik note.

[4. Pastikan selalu tersenyum mematikan untuk melemahkan—meluluhkan hati Sakura]

Sasuke mendengus kesal, lagi, lagi, ini apa-apaan, apa petunjuk ini membuatnya kehilangan kekharismaan dari sikap dinginnya yang ia usahakan selalu membentang sampai kromosfer dan setebal lapisan mantel bumi. Demi Dewa Neptunus! Sepertinya Naruto ingin membuat Sasuke tewas karena kekonyolannya.

Sasuke menggeleng membuang susunan kematian indah Naruto yang terangkai. Ia kembali membaca dengan duduk di atas kasur king miliknya.

"Lima, semoga beruntung Sasuke! Jika gagal, silahkan coba lagi!" perempatan muncul misterius tiba-tiba. Sasuke membuang note tak berguna itu.

"Dasar bodoh!" makinya. Well, siapa yang lebih bodoh mengikuti instruktur Ahli Cintah Uzumaki Naruto sang panutan Jiraiya pecandu hentai yang legendaris.

000

Pada awalnya, Sasuke tahu jika ibunya mencekoki barang mulus, wajah dempul, dengan pantat dan di dua gunung besar itu hasil suntik botox. Sasuke berdecih dalam hati karena 'barang' bawaan ibunya yang tak bisa lebih bagus.

'Barang' itu tersenyum genit, sedangkan ibunya sedang update status di Facebooknya.

[Semoga pilihanku tak salah dengan menunjuk #Uzumaki Karin sebagai calon mantuku.] begitulah isi status si ibu yang sedang kerasukan demam situs dunia maya.

Sasuke menatap ibunya jengah saat wanita paruh baya itu sedang membalas komen di halaman postingannya.

"Kaasan..." panggil Sasuke jengah, Mikoto mendongak dan mencampakkan ponselnya begitu saja saat merasakan aura 'hitam' Sasuke.

"A-ah... Ini, Uzumaki Karin, bagaimana?" tanya Mikoto sambil menarik Karin mendekati Sasuke yang duduk di sofa. Sasuke tidak menatap wanita yang bernama Karin, ia hanya setia menatap ibunya yang berbinar-binar.

"Bagaimana? Apa maksud kaasan?" Mikoto mencebikkan bibir dan melirik Karin yang wajahnya memerah hebat lalu anak bungsunya.

"Karin, itu calon mantuku alias calon isterimu... Ne, tertarik?" tawar Mikoto. Sasuke menatap horor ibunya. Sedangkan Karin, bibir merah wanita itu tertarik lebar.

"Sasuke, cepet nikah ya." mata Sasuke siap mencelat ke luar.

"A-a..." hanya itu, tapi cukup membuat Mikoto menjerit histeris.

Mikoto membuka instagramnya dan memulai siaran langsung.

"Astaga! Lihat cin dan Member MS anak bungsuku akan menikah dan calon isterinya adalah... UZUMAKI KARIN! Anak dari pemilik perusahaan Uzu Inc!" layar ponsel mahal itu tertuju pada Karin, Karin melambaikan tangan dan tersenyum.

1.678.002 Menonton siaran langsung Uchihaaa_Mikoto.

Sasuke menepuk kepalanya, hidup yang berat bukan?

000

Bercambung

000

Note :

Maaf gaje, readers-san dan Vanya rasa makin kesini ceritanya ancur banget...

Hem, Vanya minta doanya ke kalian ya... Soalnya Vanya mau oprasi usus buntu dua hari lagi, jadi kemungkinan Vanya bakal lama up cerita ini. Kalo Vanya bener-bener udh pulih Vanya mau ngeunpub cerita perchap buat ngeedit. Anya rasa banyak banget tipo dan kesalahan.

Jadi, wan-kawan yg baik dan budiman, doakan vanya yaaa...

Sign, Lyara Vanya Alqsie—calon isteri Taehyung-ahh...