Taehyung melihat dia pertama kali di dalam sebuah restoran bebek, mengenakan kemeja flannel hitam putih, sebuah celana jeans biru usang dan celemek pink dengan noda kecap kecil di dada sebelah kiri. Dia hanya tersenyum mengejek ketika seorang pria paruh baya menggodanya dan melontarkan lelucon jorok kepadanya.
Sedikit murahan. Pikir Taehyung.
"Hyung, dia siapa sih?" Taehyung menunjuk dia diam-diam dengan sumpit besinya.
"Huh? Madame Jeon?!"
"Aku tidak tanya soal nama restoran, maksudku wanita itu lho," Taehyung menunjuk dia yang memunggungi Taehyung, sedang kerepotan mencatat pesanan meja nomer sepuluh.
"Madame Jeon. Namanya Madame Jeon. Pemilik restoran ini. Janda dari mendiang seorang tentara Amerika jika kau mau tahu."
.
.
.
.
BTS belongs themselves
.
.
.
.
TAEKOOK
Rated M, LGBTQ+, Bahasa, 3-4 Chapter saja, Typo(s)
Minors PLEASE stay away from this story cause it contains SMUT.
(Topik ini mungkin akan membuat pembaca tidak nyaman. Tidak ada paksaan untuk membaca ataupun menyukai)
.
.
.
.
.
The Truth Will Set You Free
"Jadi siapa yang mau bayar?"
Mata Madame Jeon mengedar, memandang dua entitas pemuda yang berdiri di depan kasir dengan jari-jari yang saling menjalin menyalurkan rasa gugup.
"Jung Ho-seok? Benar itu namamu?" Madame Jeon membaca kartu tanda pengenal milik pemuda yang kini berusaha tersenyum lebar meski pada akhirnya senyum itu hilang saat Madame Jeon memberikannya tatapan jengah seperti introgator kepolisian.
"Sebenarnya, temanku ini yang hendak membayar tapi dompetnya tertinggal dan bisa anda lihat sendiri jika aku hanya membawa uang tidak lebih dari 23 ribu won, dan juga kerusakannya-"
Jung Hoseok, pria dengan tulang pipi tinggi dan poni rambut yang sudah mencapai alis matanya itu menunjuk pemuda dengan rambut kecoklatan di sebelahnya lalu terdiam.
Kim Taehyung,
Sudah cukup mabuk untuk menyadari jika Madame Jeon mengamatinya dari ujung poni sampai ke ujung sepatu. Madame Jeon tahu jika sekitar 35 menit yang lalu pemuda bersurai coklat itu menggosip dibalik punggungnya,
"Baik, Tuan siapa?!"
"Kim Taehyung," Hoseok menyahut cepat saat melihat gelagat marah yang ditunjukkan oleh Madame Jeon pada Taehyung.
"Kim Taehyung-ssi, aku bersusah payah menjalankan usahaku dengan kejujuran, dedikasi dan totalitas. Ya meskipun ini hanya sebuah restoran bebek kecil tapi tetap saja kejujuran, dedikasi dan totalitas jadi motto utama kami sehingga untuk itu- Taehyung-ssi kau dengar aku?" Madame Jeon melambaikan tangan di depan wajah Taehyung lalu memandang Hoseok dengan raut wajah lelah,
"Intinya kau harus membayar makanan dan minuman yang sudah kau pesan dan juga kerusakan yang sudah kau akibatkan, aku akan menjumlah totalnya. Restoran kami menerima opsi pembayaran non-tunai seperti kredit, debit, giro, cek, opsi tunai sudah aku coret karena kau tidak bawa uang. Jika memang tidak bisa, kuizinkan untuk berhutang dengan jaminan barang tertentu. Anda pilih bayar dengan apa?"
Taehyung tertawa kecil dan menuding Madame Jeon dengan telunjuknya yang panjang. Restoran memang sudah sepi, hanya tersisa tukang bersih-bersih yang diam-diam mendengarkan percakapan mereka, namun Madame Jeon sama sekali belum ingin menghajar Kim Taehyung yang mabuk nan keterlaluan kurang ajarnya ini.
"Dedikasi dan totalitas…aku…mengakuinya, tapi," Kim Taehyung terhuyung dan Hoseok reflek memegang lengan Taehyung. Taehyung memajukan tubuh sampai perutnya menyentuh meja kasir, telunjuknya berada 2 cm dari dada Madame Jeon yang penuh, "tapi kejujuran? Kau mau bohong kalau kau wanita?" suara Taehyung merendah, menjadi semacam bisik-bisik, "Kau punya bola sepertiku dan..dan penis sepertiku dan masih saja berpenampilan seperti wanita."
Taehyung mendecih, menyentuhkan telunjuknya ke dada Madame Jeon lalu bergeser perlahan menyusuri payudara lalu menyentil main-main puting Madame Jeon yang sedikit menonjol.
Wajah Madame Jeon sudah sangat merah, ia menggertakkan gigi.
"T-Taehyung sudah. Kau mabuk, man."
"Sssshhhhh….diam Hoseok-hyung," Taehyung menarik sudut bibirnya tipis dan menurunkan sedikit katup matanya, "Biar aku beritahu, dia itu banci."
Bugh
Hal yang terakhir Taehyung ingat adalah Madame Jeon melompat dari balik meja kasir dan memberinya sebuah bogeman di pipi kiri, melengkapi lebam di sisi lainnya.
.
.
.
.
35 menit sebelumnya
Kim Taehyung terus saja mengamati Madame Jeon yang kesana kemari dengan celemek pink. Pemuda berusia 25 tahun ini berusaha menerka-nerka usia si pemilik restoran sekaligus janda tentara Amerika itu. Tidak heran jika Madame Jeon tinggal dan memulai usaha di Seodaemu-gu pasalnya daerah ini adalah tempat favorit bagi para imigran dan juga kalangan orang asing untuk menetap.
Taehyung baru pertama kali ke restoran bebek Madame Jeon pasalnya ia adalah orang Daegu yang baru saja pindah ke Seoul karena studinya. Nampaknya si pemilik restoran tidak mau terlalu repot sehingga menamai tempat usahanya seperti nama populernya sendiri. Hoseok sudah beberapa kali makan di Madame Jeon dan cukup tahu gosip mengenai si pemilik restoran dan suaminya yang mati 5 tahun yang lalu.
Hoseok ingat namanya Charlie. Tidak sulit untuk mengetahuinya karena semua pengunjung restoran nampaknya juga cukup tertarik dengan cerita tentang mendiang suami si pemilik restoran bebek yang terkenal cantik, Madame Jeon.
Fotonya ada di tembok di belakang meja kasir. Seorang tentara kulit putih yang memeluk anjing puddle di halaman rumah. Hoseok rasa itu adalah cara yang manis untuk mengenang mendiang suami namun Taehyung bilang itu agak menyeramkan.
"Kenapa laki-laki disini berani sekali menggodai dan bahkan mencoba menyentuhnya Madame Jeon?" Taehyung melahap daging bebek yang sudah tersaji di meja. Wajahnya memerah karena efek alkohol.
"Huh? Dorongan hormon mungkin?!" Hoseok mengendikkan bahu, ia lupa mengatakan sasus tentang Madame Jeon. Pria berusia 27 tahun itu masa bodoh dengan keingintahuan mantan adik tingkatnya itu.
Maka atas dorongan pribadi dan rasa keingintahuan, Taehyung mencondongkan tubuhnya tatkala Madame Jeon lewat dari arah belakang dan berniat pula untuk menepuk pantatnya. Barangkali memang itu servis yang disediakan oleh pemilik restoran sehingga bujangan seperti Taehyung tidak perlu menggaruk kelamin di kamar mandi tengah malam nanti. Madam Jeon kelihatannya juga tidak keberatan.
Taehyung memang berpikir jika Madame Jeon sedikit murahan. Tapi, memang siapa yang tidak suka barang murah?
Sekadar informasi, Taehyung penggemar barang-barang dengan harga miring.
Tatkala jarak Madame Jeon dan tangan Taehyung sudah sangat dekat dan Taehyung sudah siap melayangkan tamparan keras untuk bokong seksi Madame Jeon, tiba-tiba saja Madame Jeon berbalik untuk menyahuti seseorang yang memanggil namanya untuk menambah pesenan.
Pada saat itu juga Taehyung membeku karena merasakan tonjolan di selangkangan Madame Jeon mengenai telapak tangannya. Pemuda itu mendongak dan melihat Madame Jeon sudah menatapnya seolah ingin menelannya hidup-hidup. Tangannya masih bertahan di tulang panggul Madame Jeon.
"Bajingan."
Plak
Taehyung terdorong dan membuat separuh makanan mereka jatuh berhamburan. Pemuda berambut coklat itu ditampar dihadapan banyak orang dan sepasang manula yang mejanya berhadapan dengannya.
.
.
.
.
"Sialan, pipiku sakit."
Taehyung terbangun dalam keadaan mengenaskan di rumahnya sendiri, tertidur di atas sofa, tanpa bantal. Saat Taehyung ia mendengar suara siulan dari ketel yang air di dalamnya sudah mencapai titik didih
"Kau lebih sialan karena membuatku malu."
Taehyung memberikan tatapan sengit kepada Jung Hoseok, teman kuliahnya dulu di Kyungpook. Pria yang kini mengajar di salah satu SMA di Seoul itu mengambilkan sebaskom air hangat untuk mengompres luka lebam di pipi Taehyung. Hoseok terpaksa menginap untuk mengurus Taehyung yang pingsan dan ia juga terpaksa kehilangan sementara kartu identitasnya sebagai jaminan hutang yang belum terbayar kepada Madame Jeon. Hari sudah hampir subuh dan Hoseok harus segera kembali untuk bergegas berangkat bekerja.
"Kau kompres sendiri sana, aku mau pulang," Pemuda berambut hitam itu menyambar coat hitamnya, "Lagipula kenapa kau menyentuh pen-kelaminnya Madame Jeon sih?" Hoseok menggosok mukanya tidak habis pikir. Taehyung sama bengalnya ketika ia pertama kali bertemu dengan pemuda itu saat hari pertama Taehyung kuliah di Kyungpook.
"Tidak sengaja. Aku hanya ingin mencoba keberuntungan seperti pelanggan-pelanggan di sana, dan Madame Jeon uh siapa nama si Jeon itu- dan si Jeon itu tidak marah diperlakukan seperti itu, jadi kupikir-ah aduh perih," Taehyung mengompres lukanya pelan-pelan.
"Dih, bajingan ini. Itu urusan Madame Jeon, Tae. Tidak usah ikut campur, mengerti?"
"Sedikit aneh memanggilnya madame saat aku tahu betul kalau dia laki-laki, Hyung. Kenapa juga kau bilang dia janda, harusnya kan duda. Dia kira dia bisa menipu semua orang dengan memasang tampang manis begitu? Dan pamer bokong besar, huh?"
Hoseok menggeleng dan memakai mantelnya. Ia tahu benar jika Taehyung adalah seorang yang sedikit sekali ya pokoknya agak sedikit homophobic sama seperti sebagian besar masyarakat Korea Selatan. Ia adalah representasi dari orang-orang yang berusaha mengabaikan subculture semacam itu dengan keras.
Hoseok berhenti di depan sofa dimana Taehyung berbaring setelah jatuh pingsan di restoran bebek,
"Berhenti bersikap sinis dan mencampuri urusan orang apalagi kurang ajar seperti tadi. Dan Madame Jeon itu sebelas tahun lebih tua darimu tahu, jadi jangan kurang ajar. Segera lunasi hutangmu dan kembalikan kartu identitasku secepatnya," Hoseok mendorong kompresan Taehyung ke pipi pemuda itu agak keras kemudian berjalan cepat menuju pintu.
"Awwwww, sakit!"
.
.
.
Jadi, dua hari setelahnya Taehyung datang kembali ke restoran bebek. Ia enggan sekali untuk kembali namun ancaman Hoseok juga tidak bisa diabaikan, temannya itu ingin kartu identitasnya kembali. Titik.
Terlebih lagi Taehyung tidak memiliki kontak pribadi Madame Jeon sehingga pemuda bersurai coklat itu memang harus datang ke restoran. Mempermalukan dirinya sekali lagi dengan muncul di hadapan orang yang ia katai sebagai banci tanpa pikir panjang.
Cuaca musim semi yang sedikit dingin membuat banyak pelanggan datang, terutama mahasiswa Yonsei, dimana diantaranya adalah teman Taehyung.
Park Jimin (25) mahasiswa Yonsei, teman Taehyung
Dan Min Yoongi (28) musisi, kekasih Jimin.
Taehyung mengajak mereka untuk mendatangi restoran. Setidaknya jika Madame Jeon menghajarnya lagi, Taehyung tahu akan ada teman yang membawanya pulang.
Mereka duduk di meja nomer enam dan menanti Madame Jeon keluar sambil membawa buku untuk mencatat pesanan. Sebenarnya hanya Taehyung yang menunggu karena Park Jimin sama sekali tidak menunggu dan malah asyik bermain dengan ujung lengan kemeja Min Yoongi. Jimin menekan pembuluh darah Min Yoongi yang menonjol lalu melemparkan senyum pada Yoongi seolah ada hal lucu yang bisa ditertawakan disini. Mulut Taehyung serasa kering karena melihatnya.
"Selamat datang. Ingin pesan apa, tuan-tuan?" seorang pelayan wanita menghampiri meja mereka dan menunggu dengan senyum yang sudah terlatih.
Jimin mengguncang lengan Taehyung untuk membawa Taehyung kembali pada kenyataan.
"Bisa aku bertemu dengan Madame Jeon?" tanya Taehyung tanpa basa-basi pada si pelayan yang sebenarnya ia harapkan sebagai Madame Jeon.
"Bos sedang sedikit sibuk, Tuan. Maaf."
Malam itu, Taehyung sama sekali tidak melihat keberadaan Madame Jeon di dalam restoran. Mungkin tidak di dalam restoran tapi di tempat yang tidak ia duga. Jimin dan Yoongi memisahkan diri dengan Taehyung. Mereka bilang akan mampir ke suatu tempat dan Taehyung tahu sekali Jimin sudah membisikkan soal selimut barunya ke telinga Yoongi. Mereka membiarkan Taehyung kembali sendiri menaiki mobil tuanya.
Pada saat akan menyalakan mobil, Taehyung melihat Madame Jeon keluar dari sebuah mini market di sebelah restoran dengan menggandeng seorang anak kecil berpipi gendut. Anak itu membuang permen yang ada di tangannya dan Madame Jeon memungutnya seraya menggendong si anak. Taehyung mengamati bagaimana Madame Jeon memang bertingkah sebagaimana wanita ketimbang pria 36 tahun. Pria itu juga memakai celana jeans ketat dan kaos putih yang sedikit kebesaran. Rambut Madame Jeon yang hitam dan mencapai tengkuk membuat sosoknya terlihat ramping seperti wanita pada umumnya.
Taehyung keluar dari mobil dan berinisiatif untuk menemui Madame Jeon. Bukan apa-apa, hanya saja Madame Jeon menyita kartu identitas Hoseok dan Taehyung berniat untuk melunasi hutangnya. Tidak lebih.
Madame Jeon memunggungi Taehyung. Dari dekat Taehyung bisa mendengar jika anak yang berada di gendongan Madame Jeon menangis.
Mau papa. Mau papa. Begitu katanya.
Dan Taehyung sedikit merasa bersimpati untuk orang yang telah membuat mukanya babak belur itu ketika orang tersebut mengusap pipi gendut si anak yang basah oleh air mata.
"Jihoon-ie, Kook-ie bisa jadi papa juga untuk Jihoon-ie."
"Tidak!" Anak yang dipanggil Jihoon itu menjerit keras dan meninju bahu Madame Jeon lalu membuang lolipopnya ke belakang tubuh Madame Jeon. Ke arah Taehyung.
"Kookie mamanya Jihoon-ie. Tidak-tidak. Mau papa. Charlie! Charlie! Jihoon-ie mau Charlie."
"Oke, kita nanti cari papa, sekarang berhenti menangis ya? Sini peluk Kook-ie!"
Seketika anak kecil yang dipanggil Jihoon segera mengeratkan pelukannya pada leher Madame Jeon dan mengubur mukanya pada leher dan bahu Madame Jeon. Berusaha menggusakkan wajah penuh air mata itu ke rambut hitam Madame Jeon.
"Sekarang kita cari dimana permen Jihoon-ie tadi. Jihoon-ie mau makan permennya sekarang?" Madame Jeon mengelus kepala Jihoon yang mengangguk lemah. Anak itu sekarang menggigiti kuku ibu jarinya.
Ketika Madame Jeon berbalik badan ia melihat pemuda jangkung dengan kemeja corak bunga dan trouser hitam panjang. Ia terlihat sedikit meriah. Pemuda itu sedang memegang sebuah lolipop dan tersenyum canggung.
'Ah dia lagi,' batin Madame Jeon.
"Dia melemparkannya ke arahku. Aku memungutnya. Belum 5 menit kok," Taehyung menarik senyum paksa dan mengulurkan permen yang tadinya di buang.
Madame Jeon menghela nafas dan mengambil permen si anak kembali.
"Terima kasih."
Madame Jeon ingin memberikan permen itu lagi pada Jihoon tapi anak itu sudah memejamkan mata sambil sedikit sesenggukan di leher Madame Jeon.
Madame Jeon akan berbalik pergi dan Taehyung cepat-cepat menarik ujung kaos Madame Jeon seperti anak kecil.
"Hmm Madame Jeon," Taehyung tidak tahu harus memanggil orang di depannya ini dengan nama apa, jadi 'Madame Jeon' adalah pilihan terbaik "sebentar, saya ingin melunasi hutang saya kemarin dan-dan saya-"
"Tidak perlu secanggung itu. Santai saja," Madame Jeon memfokuskan pandangannya pada si pemuda canggung yang mengamuk di restorannya dua hari lalu.
"Aku minta maaf, aku tidak berpikir lurus pada saat itu. Ada banyak kesalahpahaman karena tindakanku malam itu."
Taehyung mengeluarkan amplop putih yang terlipat dan mengulurkannya pada Madame Jeon.
"Aku minta maaf."
Madame Jeon mengambil amplop dari tangan Taehyung dan membisikkan terima kasih pelan takut Jihoon bangun dan menangis lagi. Pria manis itu tersenyum tipis.
"Siapa namamu? Aku lupa."
"Kim Taehyung."
"Kartu identitas temanmu ada di rumahku, Taehyung-ssi. Apa kau mau mampir sebentar?"
Taehyung menaikkan satu alisnya dan memberikan tatapan penasaran pada Madame Jeon. Pertanyaan Madame Jeon lebih terasa seperti ajakan tidur bersama.
"Maksudku mampir untuk mengambil kartu identitas milik temanmu. Itu terbawa di kantong celanaku yang lain."
Hati kecil Taehyung beradu argumen apakah ia harus pergi setelah ia meneriaki Madame Jeon banci dua hari yang lalu. Apakah ia harus tetap ikut dan merasa takut jika hal yang ia sembunyikan dari dulu 'kambuh' lagi.
"Oke."
Nyatanya, malam itu Taehyung tidak bisa melupakan mata Madame Jeon yang cemerlang dan senyum kecilnya yang memukau.
Mulut Taehyung masih kering tapi celananya basah.
.
.
.
Rumah Madame Jeon tidak seperti rumah lelaki seperti yang ada di bayangan Kim Taehyung. Rumahnya seperti sebuah rumah untuk keluarga kecil dengan sofa merah empuk dan juga deretan foto Jihoon yang dipajang di rak hias. Taehyung ragu untuk memilih sandal rumah untuk dipakai karena semua sandal sudah dinamai dan Madame Jeon tergelak sambil mempersilakan Taehyung untuk memakai sandal dengan bordir nama 'Charlie'.
Taehyung merasa bodoh karena melihat-lihat potret Madame Jeon dan seorang lelaki asing sedang berpelukan di puncak gunung.
"Aku harap kau suka soda, Taehyung-ssi."
Taehyung gelagapan. Ia malu karena melihat properti orang dengan seenak hatinya.
Madame Jeon datang dengan sekaleng coke, Madame Jeon datang dengan sedikit menyeret tubuhnya dan mendudukan diri di sofa. Ia menghela nafas dan mengeluarkan uang dari Taehyung lalu menghitungnya di depan mata Taehyung sendiri.
Baru Taehyung sadari jika Madame Jeon memang menarik jika diperhatikan lamat-lamat. Ia punya dua mata rusa yang jernih, hidung mancung, bibir sedikit tebal dan sepasang gigi kelinci yang bisa menyamarkan usianya. Proporsi tubuhnya sempurna. Kaki jenjang, paha gemuk, tangan yang kuat dan memang sedikit berotot untuk ukuran wanita, bahu yang sempit yang entah bagaimana terlihat pas dan sepasang payudara yang bulat sempurna yang kemungkinan adalah hasil implan.
Taehyung membuka kaleng sodanya dan meneguk cola untuk melegakan sensasi kering di mulutnya.
"Sudah kuhitung, jumlahnya pas 51 ribu won. Ini kartu identitas temanmu kukembalikan. Masalah selesai. Taehyung-ssi?"
Taehyung tidak menanggapi, ia bengong. Matanya entah menatap ke mana. Madame Jeon mengetuk-ngetuk meja namun Taehyung masih tidak juga menanggapi sampai akhirnya Madame Jeon menyentuh tangan Taehyung yang sedang memegang cola.
"Kau baik-baik saja?"
"Jangan sentuh aku!" Taehyung kaget dan menyalak. Ia beringsut mundur.
Madame Jeon mengeraskan wajah dan mengangguk afirmatif. Ia tahu orang macam apa Taehyung sekarang.
"Alright. Masalah sudah selesai dan ini kartunya," Madame Jeon menyorong kartu di atas permukaan meja lalu berdiri, "Aku mempersilakanmu untuk pergi, Taehyung-ssi."
"Aku tidak bermaksud-" Taehyung mengarahkan pandangan mengikuti Madame Jeon yang hendak membuka pintu depan.
"No issues. Pria muda sepertimu tidak baik berada disini terlalu lama."
"K-kenapa?" Taehyung mengantongi kartu milik Hoseok dan tetap mengenggam cola sampai di samping pintu. Ia masih malu karena habis membentak Madame Jeon.
"Ini bukan tempat yang tepat untukmu," Madame Jeon mengeliminasi jarak tubuhnya dan Taehyung. Madame Jeon mengulurkan tangan untuk menyeka sisa air karbonasi di sudut bibir Taehyung "dan kau bisa menyukaiku tanpa sadar, little boy."
Celana Taehyung sudah benar-benar basah tepat disaat Madame Jeon membanting pintu.
.
.
.
.
TBC
.
.
…
Beberapa bagian dari cerita ini diubah, tapi dikit banget dan ngaruh apa-apa ke cerita. Di touch up dikit biar ceritanya lebih pantas dan engga nyinggung siapapun. Aku juga bakal perbaikin lagi buat chapter 2-nya, terus yang bagian tiga bakal aku up abis itu. Tinggal dikit lagi.
Aku gatau masih bakal ada yang baca atau engga, but that's completely fine. Gapapa. ^^
Oh iya, karena cerita ini RATE M, aku harap yg belum cukup umur jangan baca dulu ya. its not gonna be good tho, karena chap kedepannya bakal ada adegan yang lebih dewasa jadi aku beneran mengingetin yang minors jangan baca dulu.