Disclaimer : Naruto dan High School DxD bukanlah milik saya.

Kali ini tidak ada basa-basi...

.

.

.

Bab 5 Kuoh Gakuen, kelas 2A, Rias Gremory?

Wajah Sasuke mengerut, apakah ini mimpi? Ia yakin ia telah membunuh kakaknya dengan tangannya sendiri. Namun kenyataan bahwa kakaknya ada di depannya sekarang ini sangatlah mengejutkan. Apakah kakaknya itu bangkit dari kematian? Ah tidak, itu tidak mungkin. Tapi bagaimana kakaknya masih hidup? Ia sudah memastikan sendiri detak jantung kakaknya telah berhenti ketika itu. Satu hal yang membuat Sasuke semakin bingung, wajah orang ini terlihat lebih muda dari kakaknya, setidaknya seumuran dengannya.

"Siapa kau? Kau pasti bukan kakakku. Aku yakin, ia telah mati satu tahun lalu."

Sasuke mengeluarkan katana lurus kearah pria bernama Itachi itu. Iris matanya yang tadinya berwarna hitam legam berubah menjadi merah darah dengan tiga koma mengelilingi pusat iris matanya.

Itachi menatap adiknya datar. Ia tidak ada niatan sama sekali untuk bertarung dengan adiknya.

"Hentikan Sasuke, jangan serang dia, aku akan menjelaskannya nanti."

Ucap Naruto memegang bilah katana Sasuke dengan tangan kanannya. Baginya yang terpenting untuk saat ini adalah mendengarkan detil misi yang diberikan ayahnya.

Sasuke menutup mata kemudian menghela napas untuk menahan emosi nya. Kemudian menyarungkan kembali katananya pada sarung katana. Ia merasa sangat marah, atau kecewa? Entahlah... Kecewa, karena merasa perjuangannya membalas dendam ternyata sia-sia. Tapi disamping itu, ia juga merasa lega? 'Kenapa? Kenapa aku merasa lega? Dia membunuh Ayah dan Ibu...' mungkin itu yang ia pikirkan.

"Tolong lanjutkan kembali, Tou-sama."

Tobirama berdehem pelan untuk memusatkan perhatian.

"Jadi, sebelumnya aku kenalkan mereka berdua. Ini adalah Itachi Uchiha, kakakmu, Sasuke. Dia adalah salah satu pelayan di mansion ini."

Ucap Tobirama menunjuk kearah laki-laki bersurai hitam dibelah dua dengan bagian belakang di ikat bagian bawah, wajah tampan dengan keriput menawan serta mata setajam elang dengan ujung bulu mata agak panjang. Ia adalah Itachi, si pembantai klan Uchiha, klannya sendiri.

Sasuke menutup matanya, mengingat kembali ketika didepan matanya sendiri, Itachi memenggal kepala Ayah dan Ibu mereka.

"Kemudian..."

Tobirama mengubah perhatiannya kearah seseorang yang datang bersama dengan Itachi.

Dia adalah seorang yang sangat cantik bersurai dan ber iris mata jingga menyala, mata tajam dan bulu mata lentik, kulit putih merona, tubuh ramping dan pinggang agak berisi layaknya wanita ideal, dan ber dada datar. Ia menggunakan baju kemeja hitam tanpa lengan dan celana dasar berwarna hitam, serta sepatu pantovel.

Semua menatapnya kagum akan kecantikannya. Terutama Sasuke, selama ini ia tidak pernah bertemu seseorang secantik orang ini.

"Dia adalah Rama, salah satu pelayanku juga. Dia adalah homonculus yang kuciptakan bersamaan dengan Naruko. Berbeda dengan Naruko yang kuciptakan dengan gen-ku sendiri, dia kuciptakan dengan mengambil gen dari salah satu dewa sebagai percobaan pembuktian bahwa dewa juga dapat memiliki keturunan yang membuktikan bahwa dewa merupakan makhluk yang diciptakan tuhan, sama seperti kita."

Tobirama memanglah seorang yang selalu melakukan penelitian, bahkan dewa ia jadikan objek penelitian. Dan di setiap penelitiannya tidak ada satupun yang bertentangan dengan hukum tuhan.

Sasuke dan Ino menatap Rama tanpa berkedip, terutama Sasuke. Ini adalah sosok gadis yang sangat ideal baginya, wajah manis dengan bulu mata lentik serta iris jingga yang memancarkan kekuatan itu membuatnya sulit berpaling. Kesampingkan ukuran dada yang datar, tubuhnya benar-benar proporsional. Gadis yang sempurna, menurut pandangannya.

Rama membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada Naruto.

"Mohon perintahkan saya sesuka anda, Naruto-sama."

Rama berucap dengan suara feminim nya.

Naruto tersenyum.

"Kau tidak perlu seformal itu kepadaku, Rama."

"Lalu, saya harus memanggil Anda dengan sebutan apa, Naruto-sama?"

"Onii-chan, kau harus memanggilku Onii-chan."

"H-hai, O-on-onii-chan!"

Fiuuuuh, didada Naruto terasa seperti bertebaran kelopak bunga.

Naruto mengeluarkan seringai kucing sambil melirik kearah Sasuke. Ia menyadari sepenuhnya, bahwa gadis seperti Rama adalah gadis idaman si pantat ayam itu, dan kali ini ia bernaiat untuk menggoda Sasuke. Tentu saja dengan memanggil Naruto sebagai kakak, Rama akan terlihat begitu dekat dengannya sehingga si pantat ayam itu akan menjadi iri.

Dan benar saja, alis Sasuke berkedut. Biarpun dari luar dia tampak dingin dan santai, kenyataannya si bungsu Uchiha ini sangatlah mudah tersinggung. Tak jarang si Sasuke ini datang ke rumah Naruto hanya untuk marah-marah. Naruto bahkan pernah merasa dirinya adalah pelampiasan emosi si pemuda emo ini. Tapi dia merasa maklum, sebagai orang yang tempramental, menurutnya Sasuke sudah sangat baik, menahan emosi untuk menjaga kehormatannya sebagai pangeran.

"Apa maksudmu melirikku seperti itu, Dobe?"

"Tiiidak, siapa yang melirikmu. Pede amat?"

Ini lah Naruto, ia sangat suka sekali menggoda sasuke.

Naruto mendekat ke Rama, kemudian merangkul pundak Rama dengan tangan kanannya. Alis Sasuke menukik, ia merasa dihina habis-habisan. Yah, Uchiha dengan harga diri mereka.

"Bagaimana menurutmu Teme, memiliki imouto manis seperti dia adalah idaman semua laki-laki."

Disebut seperti itu, pipi Rama merah padam. Dipuji seperti itu membuatnya agak malu.

Kedutan di alis sasuke semakin menggila. Sasuke membuat cekungan dengan telapak tangan kanannya kemudian memegang lengan kanannya dengan tangan kirinya. Setelah itu mulai muncul aliran listrik biru di telapak tangan kanannya.

"Beraninya kau menghina ku dobe!"

Naruto menyeringai. Tangan kirinya yang tidak merangkul Rama ia kepalkan kemudian muncul petir merah mengalir di seluruh tangan kiri Naruto.

"Kau menantangku, Teme?"

"Tunggu O-onii-chan. Apa maksud anda dengan memiliki Imouto manis seperti diri saya?"

Rama merasa gugup karena tiba-tiba dirangkul tuannya.

Petir merah di tangan kiri Naruto menghilang kemudian ia mencubit pipi Rama, gemas dengan betapa manisnya wajah Rama.

"Tentu saja karena kau itu manis, Rama-chan..."

Wajah Rama semakin memerah. Dan itu membuat Naruto semakin gemas. Rama menarik napas kemudian menghentikan kegiatan Naruto menjawili pipinya.

"B-bukan itu maksud saya. M-maksud saya, mengapa anda menyebut saya sebagai Imouto?"

"Karena kau adalah sosok Imouto yang ideal bagiku."

"Tapi saya bukan perempuan."

Ting-tung!

Seakan dikepala Naruto terdapat lonceng ia terdiam.

Mata Naruto dan Sasuke melotot.

"Apa maksudmu, kau bercanda kan, Rama-chan?"

"Saya tidak bercanda, Onii-chan."

Naruto membeku, ia kaget sekali. Ia sudah kenal Rama sejak ia pertama kali diadopsi ayahnya yang setidaknya sudah enam tahun lamanya. Tapi ia baru tahu kalau Rama itu bukan perempuan.

"Kalau kau bukan perempuan, kau itu apa?"

Naruto menatap sekeliling, hampir semua orang yang ada di situ terlihat menahan tawa. Terutama kakaknya.

"Tentu saja saya itu laki-laki."

Ucap Rama malu-malu.

Jdor!

Bagai tertembak shotgun! Naruto seketika terpelanting kearah tembok. Naruto menatap Rama tertegun, hilang sudah impiannya untuk memiliki Imouto manis seperti Rama.

"Ti-tidak mungkin! Mana ada laki-laki semanis kau!"

Sahut Naruto, ia tidak percaya di dunia ini terdapat laki-laki yang seperti itu. Mustahil. Bahkan Author pun juga tidak percaya di dunia ini ada makhluk seperti itu. Bagaimana mungkin di dunia ini ada laki-laki yang lebih cantik dari perempuan yang paling cantik. Itu mustahil. Meskipun begitu, di dunia fantasi apapun bisa terjadi.

"Pfft! Naruto-kun, kau sudah lama di sini, tapi baru tahu kalau Rama-chan itu laki-laki? Bodoh sekalii! Uuuhuhuhuhu!"

Naruko mengejek adiknya, ia tertawa melihat wajah shock Naruto. Dan adiknya itu tidak kuasa untuk membalas ejekan kakaknya. Hal ini membuat Naruko agak kecewa, tapi sedetik kemudian ia tersenyum. "Kau hanya perlu menganggapnya Otoutou mu saja, kan mudah, Baka!"

Mata Naruto bersinar bagai melihat malaikat yang turun dari langit. Ia kembali berdiri dan menjauh dari tembok mendekat dan berkumpul kembali dengan yang lain.

"Umu! Itu benar sekali, Naruto-sama. Lagipula, memiliki Imouto yang manis itu sudah biasa, tapi memiliki Otoutou yang cantik itu adalah hal yang langka. Umu-umu!"

Ino ikut-ikutan menanggapi tuannya.

Melihat kegaduhan yang disebabkan anak angkatnya, Tobirama hanya dapat memasang wajah datar sambil mengelus kepala pirang yang bersandar di dadanya. Kemudian Tobirama menengok kearah Albedo lalu memanggil Albedo dengan sedikit desisan.

Merasa di panggil, Albedo secara sepontan menengok kearah tuannya dengan wajah sumringah. Ia sangat senang sekali melayani tuannya.

"Iya, Tobirama-sama, ada apa? Apakah Tuan punya keperluan dengan saya."

Albedo melihat Tobirama dengan tatapan sayu nan menggoda. Ia berbisik dengan pelan agar tidak di sadari oleh yang lain.

"Albedo, tolong antarkan Tsunade-chan ke kamarnya, nanti aku akan menyusulnya. Sekarang aku sedang ada urusan."

"Ara, sesuai dengan perintah anda, Tuan."

Tobirama mengangkat Tsunade dan Albedo mengulurkan tangannya kemudian menggendong Tsunade dengan gaya pengantin.

"Hati-hati."

Ujar Tobirama mengingatkan. Albedo tersenyum misterius.

"Enaknya menjadi Tsunade-sama bisa merasakan 'itu' anda. Kapan saya akan mendapatkan giliran, Tobirama-sama?"

Albedo tersenyum mesum. Ia sengaja mengeluarkan kalimat ambigu menyembunyikan hal kotor. Tobirama bukanlah orang bodoh, ia tahu betul apa yang di maksud Albedo. Karena itu, wajahnya merona merah malu.

"J-jangan bicara yang tidak-tidak, Albedo."

"Ara, Wajah anda manis sekali ketika malu, Tobirama-sama..."

Albedo tersenyum lembut, mau tidak mau Tobirama juga ikut tersenyum.

"Terima kasih, kau baik sekali Albedo."

Crot!

Melihat senyum itu, hidung Albedo mengeluarkan darah. Efek senyuman dan pujian dari tuannya benar-benar berbahaya, bisa-bisa ia tidak bisa menahan nafsunya untuk memakan tuannya itu.

"Kalau begitu, saya permisi dahulu, Goshujin-sama."

Setelah mengucapkan itu, Albedo menghilang digantikan sehelai bulu burung hitam.

Tobirama terdiam sebentar kemudian mengalihkan perhatiannya kearah Naruto.

"Ehem!"

Tobirama berdehem. Seketika semua direksi langsung mengarah kepadanya.

"Baiklah, misi akan dimulai tengah hari nanti, yang akan ikut melaksanakan misi ini adalah Naruto, Itachi, Sasuke, Rama, dan Ino-chan. Kalian kudaftarkan menjadi murid di Kuoh Gakuen. Itachi di kelas 3, Rama kelas 1, dan kalian bertiga di kelas 2. Status Itachi dan Rama adalah Pelayan Naruto. Naruko tadi pagi sudah menceritakan kepadaku status Ino-chan sebagai pelayan pribadi Naruto, dia sangat pintar memasak. Maka dari itu, Ino-chan akan tetap menjadi pelayan khusus Naruto. Sedangkan Sasuke-kun akan menjadi teman serumah Naruto. Misi akan dilakukan tengah hari nanti. Oke, adakah pertanyaan?"

"Ada hal yang mengganjal di benakku. Mengapa Tou-sama mengikutsertakan Ino-san dalam misi ini, bukankah dia menjadi buronan di Britania?"

Naruto berucap sambil menunjuk wajah Ino. Sedangkan Ino yang tiba-tiba ditunjuk memasang wajah aneh, matanya menatap jari telunjuk Naruto. Sedetik kemudian ia membuka mulutnya bersiap untuk menggigit. Dengan segera Naruto menarik tangannya menyelamatkan tangannya dari gigitan makhluk yang lebih buas dari hewan buas. Bisa-bisa ia terkena virus rabies gara-gara Maid mesum itu. Naruto menatap galak kepada Ino yang dibalas dengan cengiran oleh Ino.

"Kalau masalah itu, aku sudah memikirkan solusinya. Nanti, kau dan Ino hanya perlu ikut denganku, aku akan menjelaskan kenapa dia harus ikut nanti. Oke, adakah lagi pertanyaan?"

Sasuke mengangkat tangannya. Dan langsung saja Tobirama memberikan gestur memersilahkan Sasuke untuk bicara.

"Silahkan Sasuke-kun."

Sasuke mengangguk.

"Kenapa aku harus ikut dalam misi yang menurutku amat berbahaya ini? Lagipula, aku baru saja pertama kali sampai disini, dan aku juga baru mengenal anda, mengapa aku harus ikut dalam misi yang anda berikan?" Sasuke bukanlah orang bodoh. Membunuh raja britania? Berlima? Yang benar saja. Jelas sekali itu adalah kebodohan.

"Sasuke-kun, tenang saja, yang akan melakukan misi itu hanya Naruto, Itachi, dan Rama saja. Kau hanya perlu menjadi seperti biasanya disana. Jikapun mereka gagal, nyawamu tidak akan terancam."

Tobirama berdiri kemudian mulai berjalan kearah jendela lalu berhenti dan melihat pemandangan kota paris dari jendela itu.

"Bagaimana jika aku tidak mau."

"Tentu saja aku akan mengembalikanmu ke Orleans Barat. Yang memindahkanmu kemari ketika kau dikejar-kejar klan Hyuuga adalah klan Senju bukan?"

Sasuke tahu benar apa yang dimaksudkan Tobirama. Tobirama Senju, jelas sekali ia dari klan Senju. Melihat Mansion semegah ini, tidak mungkin ayah angkat Naruto ini hanya orang kaya biasa. Apalagi memberi misi untuk membunuh Raja Britania. Itu adalah hal gila. Tapi kembali ke Orleans Barat adalah hal yang lebih gila lagi. Ia tidak mau menjadi boneka Hyuuga lagi. Bahkan sampai di kota Paris ini masih ada juga Hyuuga yang mengintainya. Ia tidak mau mencurigai pacarnya, tapi bohong kalau ia berkata tidak tahu alasan seorang Hinata Hyuuga berada kota ini.

Sasuke terlihat berfikir sejenak. Ini memang sifatnya, ia selalu terlihat sedang merenungkan sesuatu. Entah itu hal yang berguna atau yang tidak berguna.

"Bagaimana?"

"Apa imbalanku jika misi ini berhasil diselesaikan."

Tobirama menatap Sasuke datar.

"Akan ku pikirkan nanti."

Balas Tobirama yang terlihat acuh.

Alis Sasuke berkedut.

"Bagaimana?"

"Haaah... Baiklah, aku menerima ini."

Sasuke menghela napas. Ia sangat ingin menolak. Tapi ia lebih tidak ingin kembali ke Orleans barat. Jiwanya memberontak ketika mulutnya ingin mengatakan penolakan. Mau tidak mau ia harus mengikuti misi yang amat berbahaya ini.

"Baiklaah, kalau begitu seperti yang ku katakan tadi, kalian berangkat tengah hari nanti. Naruto, Ino-chan, ayo ikut aku ke lab."

Naruto mengerutkan dahinya. Ke lab? Agaknya ia tahu apa yang direncanakan ayahnya untuk mengatasi masalah maidnya.

.

Di sebuah mansion khas budaya barat milik sekeluarga besar yang sebut saja keluarga utama klan Gremory.

Para penghuni mansion ini tengah melakukan makan malam. Tapi, ada yang aneh disini. Suasana terasa mencekam.

Seorang gadis cantik bersurai merah yang merupakan penerus klan itu mengeluarkan hawa mengintimidasi. Matanya berair, wajahnya menyiratkan perasaan sedih yang mendalam. Dia adalah Rias Gremory. Gadis cantik yang kabarnya akan di jodohkan dengan pewaris klan Phenex, Raiser Phenex. Raiser merupakan laki-laki yang sangat senang memainkan perempuan, kasar, dan sombong. Tentu saja Rias tidak mau di jodohkan dengan dia meskipun kenyataannya mereka adalah teman kecil. Mungkin, jika sifat Raiser tidak seburuk itu, Rias akan mempertimbangkan perjodohan ini.

"Aku benci Ayah!"

Klinting!

Rias meninggalkan meja makan begitu saja. Ia sudah tidak kuat menahan tangis. Siapa juga yang mau di jodohkan dengan laki-laki bengis seperti Raiser. Rias mulai berfikir bahwa ayahnya sudah tidak sayang kepadanya. Bagaimana mungkin ayahnya masih sayang kepadanya sedangkan dirinya malah dijodohkan dengan laki-laki busuk.

"Rias!"

Ucap laki-laki paruh baya yang tidak lain adalah ayah Rias. Ia sebenarnya merasa sedih melihat anaknya sedih. Tapi mau bagaimana lagi. Perjodohan itu sudah ia dan ayah Raiser rencanakan sejak kecil karena melihat kedekatan mereka berdua. Ia juga tidak enak hati untuk membatalkan perjodohan itu. perjodohan ini juga dimaksudkan untuk melanjutkan keturunan iblis murni yang semakin lama semakin berkurang.

"Sudahlah ayah kau tidak perlu khawatir, biar aku saja yang menangani masalah ini."

Seorang pria yang sangat mirip sekali dengan Rias yang tidak lain adalah kakaknya, Sirzechs Gremory berucap untuk menenangkan ayahnya.

Lucius, nama ayah Rias, menghela napas.

"Bagaimana cara mu menangani ini nak,?"

Sirzechs tersenyum kalem.

"Dengan meminta bantuan teman lama."

.

Sementara itu Rias menangis dalam diam di kamar. Didalam kamar yang gelap tanpa adanya sinar dari lampu.

Berjalan dengan sempoyongan, Rias membuka jendela kamar.

Cahaya rembulan masuk melalui jendela menerangi wajah sendu Rias. Kenapa nasib malang harus menimpa dirinya. Disaat dirinya tengah merasa senang karena mendapat pion bagus, disaat yang sama pula ia mendapat bencana.

Sepi...

Ini adalah malam yang sepi.

Issei... Entah mengapa nama pion barunya itu malah terngiang di kepalanya.

Ia mencoba mengingat kembali. Apakah ini adalah pertama kali ia merasakan cinta? Ah tidak, Rias ingat benar siapa yang menjadi cinta pertamanya. Dia adalah seseorang dari negri sebrang sana, Orleans. Seorang bocah laki-laki periang, bersurai pirang jabrik, dengan senyum secerah matahari. Mereka bertemu ketika Rias kecil berlibur di salah satu mansion milik keluarga Senju yang berada di Orleans Barat.

Saat itu, Rias tengah bermain di hutan bersama pamannya (Tobirama). Dan ketika Rias bermain sendirian, ia tersesat dan bertemu dengan seekor serigala. Ia berlari sekuat tenaga hingga tenaganya habis sampai kemudian ia terjatuh. Tubuh rias bergetar hebat. Ia terus memundurkan tubuhnya sampai punggungnya menatap pohon. Serigala itu terus berjalan kearahnya.

Kemudian ia mendengar suara yang sangat cempreng menyuruhnya untuk berlari. Tapi ia tidak mengindahkannya. Kemudian muncul seorang bocah laki-laki pirang menerjang membuat serigala itu terpental bersama bocah itu. Bocah itu menjerit, tangan kirinya di gigit oleh serigala itu. Kemudian, dengan wajah takut, bocah itu menusukkan pisau yang berada di tangan kanannya ke leher Serigala itu. Serigala itu mati, dan bocah itu pingsan dengan tangan kiri bersimbah darah.

Rias tidak bisa apa-apa, ia hanya bisa menangis dalam kesendirian. Ia masih takut. Kemudian dengan tubuh bergetar ia mulai mendekat kearah bocah itu, dengan wajah takut, Rias mencoba menyentuh dan melihat wajah Bocah itu. Mata Rias terbelalak, di pelupuk mata bocah itu masih terdapat bekas air mata. Tanpa sadar, Rias kecil memeluk bocah itu dengan erat. Rias berkata pada dirinya dalam hati untuk tidak meninggalkan bocah itu, ia merasa bersalah, ia juga merasa takut untuk berjalan sendiri. Biarpun ia mati disini, ia tidak masalah. Beberapa menit yang lalu jika bocah itu tidak datang adalah waktu baginya mati.

Entah mengapa saat itu Rias merasa tenang, kemudian ia tertidur dengan memeluk bocah laki-laki itu.

Lalu tak lama kemudian Tobirama datang lalu membawa meraka berdua pergi dari sana.

Kemudian setelah Rias sadar, ia sudah berada di mansion Senju. Dan bocah pirang yang menyelematkannya tertidur di sampingnya, di sebuah futon dengan tangan kiri di perban. Lalu begitu bocah itu sadar, Rias tersenyum gembira. Ia merasa lega.

Setelah itu Rias dan bocah itu berteman dan sering bertemu untuk bermain selama sebulan. Melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama-sama. Sampai pada akhirnya tiba waktunya bagi Rias untuk kembali ke Britania.

Rias tersenyum, mengingat pengalaman waktu kecilnya. Setiap mengingat hal itu, kepalanya selalu merasa lebih ringan.

Besok, Rias akan menginap di rumah Issei. Untuk sementara waktu ia harus menenangkan diri. Ia tidak kuasa untuk melihat wajah ayahnya.

"Hoaam!"

Rias mulai merasakan kantuk. Menangis membuatnya merasa lelah. Menutup jendela kemudian merebahkan diri di atas kasur kemudia terlelap dengan senyum di mulutnya.

"Oyasuminasai, Naruto-kun."

.

.

.

Krusuk!

Kurasakan ada orang yang menggoyangkan tangan kananku. Ku buka mataku perlahan. Aaah... tubuhku rasanya berat, mata berat menahan kantuk yang masih terasa walau telah tidur, kemudian bahuku yang terasa berat karena dijadikan sandaran tidur orang disamping kiriku. Tapi wangi shampo seseorang di sampingku ini malah membuat mataku semakin berat saja. akhirnya aku menutup mataku lagi untuk melanjutkan tidur pagi ku.

Krusuk! Krusuk!

Dan orang yang berada di kananku masih saja mengganggu tanganku. Terpaksa aku harus membuka mataku untuk melihat siapa pengganggu itu. Ah ternyata hanya Itachi-nii-san. Ini adalah waktu tidur nyenyakku. Sudah lama sejak terakhir kali aku tidur nyenyak, seingatku sejak terusirnya aku oleh ayahku. Bahkan ketika Tobirama-sama mengadopsiku aku masih saja susah untuk tidur sehingga aku mulai mengonsumsi obat tidur setiap akan tidur. Biarpun sekarang aku tengah tidur di mobil, asalkan aku tidur nyenyak, tidak masalah sama sekali.

Aku melenguh.

"Ugh, ada apa Nii-san? Apa sudah sampai?"

Itachi-nii tersenyum. Ia menganggukkan kepalanya. Begitupula denganku. Kemudian setelah itu Itachi-nii mengundurkan diri dari hadapanku.

Perlahan bahu kiriku terasa lebih ringan tanda orang yang bersandar di sana telah bangun. Mata merah perempuan disampingku ini berkedip lucu, rambut pirang kemerah-merahannya juga agak berantakan. Aku menatapnya datar.

"Bagaimana perasaanmu Ino-san?"

Ino-san? Ya dia Ino-san, maid baruku.

Lalu mengapa penampilan fisik nya berubah? Yah, bisa dibilang ini adalah hasil dari rencana gila Tou-sama. Tou-sama menyuruhku untuk mengubah Ino-san menjadi Vampir. Dan anehnya warna mata dan rambut Ino-san tidak dapat kembali seperti semula ketika dalam mode manusia, mata berwarna merah dan rambut berwarna merah pucat kepirang-pirangan. Sebaliknya, ketika dia dalam mode Vampir, penampilannya kembali seperti semula.

Bukan itu saja, proses pengubahan dia menjadi vampir sejak ku hisap darahnya terlalu cepat. Setidaknya paling cepat membutuhkan waktu sehari atau dua hari untuk penyebaran virus Vampir. Itupun jika tubuh target kuat menahan virus itu, jika tubuh target terlalu lemah maka dia akan mati, pun jika tubuh target terlalu kuat dia tidak akan menjadi Vampir. Belum lagi proses pembekuan darah dan perubahan sel-sel menjadi vampir. Belum lagi proses penghidupan detak jantung setelah kematian dan pencairan darah. Aku sendiri melewati semua proses ini selama tiga hari tiga malam. Sedangkan Ino-san hanya memerlukan waktu 6 jam untuk menyelesaikan proses-proses itu. that's amazing, menurutku.

Ia tersenyum kearahku.

"Saya baik-baik saja, Naruto-sama. Anda tidak perlu khawatir. Bagaimana dengan anda?"

Aku memegang kening ku.

"Sedikit pusing, tapi jangan khawatir. Aku juga baik-baik saja."

Bukan hanya penampilannya yang berubah, tatapannya pun berubah dari yang sebelumnya kalem menjadi agak datar. Bahkan nada bicaranya pun menjadi agak tajam. Tapi bukan berarti menjadi suram, malahan aura dan sifatnya terasa lebih lembut dari sebelumnya.

"Baiklah, kalau begitu mari keluar dari mobil."

"..."

"Puaaah!"

Segar! Aku menghirup udara kota kuoh kuat-kuat. Dalam perjalanan selama 2 hari 2 malam, sampai disini pada jam 1 malam, dengan udara malam yang dingin. Uh, mandi air hangat sepertinya akan menjadi hal yang sangat luar biasa untuk menghilangkan penat.

Langsung saja aku memasuki rumah yang akan menjadi tempat tinggal kami. Hm... Seperti yang ku perkirakan, ini rumah yang cukup besar... Bagian pekarangan rumah tidak luas, tetapi bagian dalamnya cukup luas dan mewah. Sebagian besar dekorasi rumah ini terbuat dari kaca. Dan yang lebih mengejutkan, rumah ini terlihat bersih meskipun sudah lama tidak di tinggali ayah.

"Nii-san, di rumah ini terdapat pemandian air panas nya bukan?"

Itachi-nii langsung berhenti mengemasi barang-barang dan mengalihkan perhatiannya kearah ku.

"Iya, Naruto-kun, tempatnya di belakang."

"Yosh, waktunya mandi!"

.

"Hm... Jadi ini tempat nya..."

Kolam pemandian air panas di rumah ini cukup besar. Dan di sekitar tempat ini terdapat berbagai macam tumbuhan yang indah. Tidak mengejutkan sih, setiap rumah pribadi milik tou-sama memang memiliki kolam pemandian air panas sendiri.

Sebelum masuk ke kolam, terlebih dahulu aku mandi di kamar mandi yang sudah tersedia di kolam ini.

Uhh... Mandi air dingin di pagi hari membuat tubuh ku seakan membeku.

Kemudian setelah selesai mandi, aku langsung menceburkan tubuhku yang sudah tidak menggunakan pakaian ke kolam secara perlahan.

"Ahhh..."

Desahku, Perasaan hangat langsung kurasakan ketika kulitku bersentuhan dengan air hangat. Tubuhku yang kedinginan dalam sekejap menjadi terasa sangat nyaman.

.

Puuuh, mandi air hangat memang sangat menyegarkan. Bhahaha!

Hm, setelah ini apa yang akan ku lakukan? Tidur lagi? Aku tidak ngantuk. Lagipula ini sudah jam 3, hmmm... enaknya mau ngapain... ah itu Ino-san sedang menyeduh kopi.

"Ino-san,"

Panggilku kepadanya sambil menepuk bahunya. Dia sedikit tersentak. Ia menghela napas dan mengelus dadanya sambil menengok kearahku.

"Ah, Naruto-sama... maafkan saya tidak dapat menyadari anda, hawa keberadaan anda sangat tipis."

"Ahaha, tidak apa-apa, anggap saja rumah sendiri."

Ujarku mengelus kepalanya. dia memejamkan matanya menikmati setiap elusanku.

"Umu,..."

Aku menghentikan kegiatanku mengelus kepala. Dia terlihat kecewa.

"Ah iya, tolong buatkan aku secangkir kopi juga dan antarkan ke balkon kamarku. Bawakan juga aku camilan."

Ujarku seraya berjalan kekamarku yang berada di lantai dua.

"Umu, seperti yang anda katakan, Naruto-sama."

"Ah, satu lagi."

"Umu?"

Aku membalik badanku sebelum menaiki tangga sambil menunjuk kearahnya. Ia memiringkan kepalanya penasaran. Imut sekali. Aku tersenyum kearahnya.

"Jangan habiskan kopimu. Temani aku ngobrol di balkon kamarku."

Senyumnya mengembang. Tanpa basa-basi aku kembali melanjutkan jalanku.

"Umu!"

.

.

.

"Uumh!"

Rias menggeliat terbangun dari tidurnya. Perlahan mata nya terbuka. Melihat kesamping, Issei tengah terlelap memunggunginya memeluk seorang gadis pirang manis yang bernama Asia.

Rias tersenyum kemudian meninggalkan ranjang Issei dengan perlahan agar pasangan itu tidak terganggu. Ia berhenti di depan jendela kemudian membukanya.

Wush!

"Fuuuh...!"

Seketika angin malam menerpa wajah cantik dan badan Rias yang tidak menggunakan sehelai benang. Ia meringis kemudian memegang pundaknya sendiri merasa kedinginian dan menggigil.

Sreek!

Rias secara spontan menggapai kain gorden jendela kemudian menyelimuti badan polosnya dengan kain itu. Ia memejamkan mata merasa lega. Perlahan kelopak matanya ia buka.

"Ukh!"

Rias kembali memejamkan kembali matanya secara paksa karena silaunya cahaya rembulan memaksa menerobok penglihatannya. Perlahan matanya membuka kembali, menyesuaikan dengan cahaya yang masuk. Angin semilir menerpa wajah ayu nya. Wajahnya bersemu terpesona dengan indahnya malam.

Pandangan Rias kemudian beralih dari memandang rembulan kearah depan.

"Kalau tidak salah, hari ini Ise kedatangan tetangga baru. " Gumam Rias. "Ah, apakah laki-laki itu adalah tetangga baru Ise?"

Rias terdiam menatap seorang laki-laki pirang bercelana hitam panjang tanpa baju berdiri di ujung beranda rumah tetangga Ise sambil memegang segelas cairan hitam yang Rias perkirakan adalah kopi. Laki-laki itu terus menatap kearah bawah sambil sesekali menyesap segelas cairan di tangannya. Mulutnya terlihat, kelihatannya ia sedang mengobrol dengan seseorang. Yap, di belakang laki-laki itu Rias melihat seorang perempuan pirang kemerah-merahan sangat cantik terlihat juga sedang mengobrol dengan laki-laki itu.

Entah mengapa Rias merasa sangat tertarik dengan objek yang ia amati saat ini. Ah tidak, bukan berarti ia ingin tahu apa yang tengah mereka bicarakan, namun lebih ingin tahu siapa laki-laki itu. Tapi, entah mengapa ia merasa kesal melihat mereka berdua tersenyum satu sama lain.

"Laki-laki itu... siapa? Mengapa aku merasa sangat cemburu melihatnya berinteraksi dengan perempuan cantik itu?"

Rias mengerti ia tak punya hak untuk merasa cemburu, apalagi kepada seseorang yang bahkan ia tidak tahu namanya. Tapi... mengapa?

Laki-laki itu tiba-tiba mendongakkan kepalanya.

Pandangan Rias dan laki-laki itu bertemu.

Mata Rias terbelalak. Warna mata laki-laki itu... biru safir. Menyala indah di malam yang di terangi cahaya rembulan. Rias tidak dapat berpaling dari mata indah itu. Kini Rias dapat melihat seluruh wajah laki-laki itu. Itu... wajah yang sangat tampan, rambut pirang terurai menutupi dahi, jambang kiri panjang, senyum manis, dan yang tidak dapat Rias lepaskan dari penglihatannya adalah warna mata laki-laki itu yang sangat indah.

Hati Rias terasa hangat. Wajah laki-laki itu mengingatkannya dengan seseorang yang selama ini menemaninya di dalam pikirannya...

Tunggu...

Mata Rias terbelalak.

"Diaa..."

Laki-laki itu menghilang setelah dalam sekedipan mata Rias.

"Naruto-kun..."

Grep!

Sepasang tangan merengkuh tubuh Rias yang di selimuti kain gorden kedalam pelukan seseorang di belakangnya.

"Tidak apa-apa, aku disini..."

Dug dug!

Jantung Rias berdetak kencang. Suara itu, suara itu, suara yang sangat Rias kenal. Suara seseorang yang telah membuatnya enggan untuk pulang ketika dirinya berada di Orleans. Seseorang yang telah menyelamatkannya dari Serigala buas. Memang agak berbeda suaranya namun tidak salah lagi ini suara dia. Air mata Rias perlahan menetes.

Sreek! Grep!

Rias melepaskan rengkuhan seseorang di belakangnya melepaskan diri dari kain gorden kemudian memutar tubuhnya yang telanjang dan langsung memeluk laki-laki yang tadi memeluknya.

"Naruto-kun... Naruto-kun, aku rindu..."

Rias membenamkan wajahnya di dada bidang Naruto.

"Iya, aku juga merindukanmu, Ojou-sama."

Naruto merengkuh tubuh ringkih itu dengan lembut. Ia tahu, perempuan di depannya itu sedang mengalami penurunan mental. Dipaksa melakukan perjodohan dengan seorang bajingan, siapapun juga tidak mau. Sebelumnya ia tidak tahu Rias itu siapa. Tetapi setelah bertatapan langsung, ingatan masa kecilnya langsung berputar di otaknya.

'Jadi gadis yang akan ku tolong adalah kau, Ojou-sama?'

Naruto tidak tahu harus apa, ia terlalu senang bertemu kembali dengan teman masa kecilnya. Tidak banyak orang yang mau berteman dengan dirinya, bahkan hanya dengan melihat saja dapat menghitung berapa jumlah temannya dalam sekejap. Sasuke, Karin, Ojou-sama-nya, dan Shikamaru adalah teman-temannya sejak dulu. Sejak di usir ayahnya, ia tidak pernah bertemu dengan teman-temannya sebelum Tobirama mengangkatnya sebagai anak.

?

Tunggu dulu, Naruto mulai merasakan hal aneh di perutnya. Ia merasa perutnya hangat dan bersentuhan dengan benda kenyal. Mata Naruto mulai menjelajahi perempuan yang memeluknya, dan ia melihat dua gundukan di pinggang bagian belakang Ojou-samanya. Ia mulai merasakan firasat buruk. Mata Naruto menyala biru. Ia menelan ludahnya.

"Ojou-sama...?"

"Iya, Naruto-kun...?"

Rias meringankan pelukannya kemudian mendongakkan kepalanya keatas. Menatap terkejut terhadap mata biru Naruto yang menyala mengerikan. Naruto terlihat terkejut. Rias terpana dengan kengerian mata itu yang menurutnya indah.

Sedangkan Naruto, dari hidungnya mulai mengeluarkan darah... wajahnya pucat pasi.

"O-o-o-ojou...-sama... Ma-mana pakaianmu! Ke-kenapa kau telanjang!"

Naruto terjerembab kebelakang, Wajahnya terlihat seperti melihat hantu, menunjuk-nunjuk tubuh Rias yang tidak menggunakan pakaian sama sekali. Sedangkan sebelah tangannya yang lain menutup hidungnya berusaha menghentikan darah yang terus keluar. Ia memejamkan matanya secara paksa.

Rias tersenyum nakal. Ternyata teman masa kecilnya ini sangat pemalu.

Rias perlahan mendekat kearah Naruto.

"Ne..."

Tanpa ragu, Rias menaiki perut Naruto, kemudian duduk disana menatap sayu wajah tegang Naruto. Rias membelai dada bidang Naruto menatap wajah Naruto dengan tatapan nafsu. Sudah lama sekali sejak terakhir kali Rias bertemu dengan pahlawannya ini. Ia masih ingat, Naruto dulunya adalah anak yang pendek dan biasa saja, tidak ada yang menarik dari Naruto kecil. meskipun begitu, ia dulu sangat suka berada dikatnya, karena sifat Naruto yang riang dan hangat. Namun sekarang, Naruto berubah menjadi laki-laki yang tinggi dan sedikit keren, tapi masih tidak terlalu menarik. Meski tidak terlihat riang, Rias masih meraskan kehangatan di dekat Naruto.

Bukan hanya tinggi badan Naruto bertambah. Tetapi otot-otot di tubuh Naruto cukup berisi dan sangat ideal untuk ukuran seorang anak SMA. Rias tidak dapat menghentikan tangan liarnya yang terus membelai dada dan lengan berotot milik Naruto. Bukan hanya itu otot perut Naruto juga sangat berisi, kemaluan Rias yang terus bergesekan dengan otot perut itu tidak bisa berhenti mengeluarkan cairan. Jangan salah, bukan hanya laki-laki yang akan terangsang ketika melihat perempuan seksi, perempuan pun juga merasakan hal yang sama ketika melihat laki-laki seksi.

"...Kau semakin menarik daripada yang dulu, Naruto-kun..."

Naruto diam saja, meneguk ludah merasakan belaian Rias yang membuat tubuhnya merinding.

"ne, bukalah matamu, Naruto-kun..."

Perlahan, Naruto membuka matanya yang menyala hingga sangat lebar, terkejut karena wajah Rias yang begitu dekat dengan wajahnya.

"A-ano, O-jou-sama.. Wa-wa, wajah anda terlalu dekat."

Entah kenapa cara berbicara Naruto menjadi gagap. Tentu saja ia gugup, bayangkan sekarang ini... dalam posisi ini, dalam kondisi seperti ini, seorang cewe cantik nan seksi yang bahkan baru bertemu denganmu duduk diatas perutmu, membelai dada dan lenganmu, dan menatap nafsu kearahmu, lalu ada cairan basah dari lubang kemaluannya yang membasahi perutmu. Naruto tidak percaya ini, ini seperti mimpi saja. Ia bukan tipe laki-laki yang langsung bereaksi ketika digoda, tetapi ia juga tidak bisa apa-apa kalau terjebak dalam keadaan seperti ini.

Cup

Mata Naruto terbelalak, tanpa ia sadari Rias sudah mencium bibirnya. Naruto membeku, mereka baru bertemu bukan? Mereka hanya teman masa kecil bukan? Lantas mengapa Rias menciumnya dalam tanda kutip dengan sangat nafsu? Ia hanya diam saja, bingung dengan tindakan Ojou-sama nya itu. Tentu saja ini bukan pertama kalinya ia melakukan ciuman. Sekedar informasi, ketika melakukan misi, terkadang Naruto mencium bahkan memerkosa seseorang demi menyelesaikan misi. Naruto pun juga yakin, ini juga bukan pertama kalinya bagi Rias melakukan ciuman. Naruto hanya bingung, Natuto tahu Rias sangat rindu kepadanya begitupun dia yang sangat rindu kepada Rias, tapi... kenapa Ojou-samanya menciumnya di mulut. Apakah ini adalah cara Britania untuk menyambut teman yang datang dari jauh? Karena itu, Naruto tidak membalas ciuman Rias.

.

.

.

Aku diam terkejut. Apa ini? Kenapa Ojou-sama berada di atasku sambil menciumku dengan ganas? Aku tidak mau menanggapinya dengan serius, aku bukan orang naif yang akan langsung berfikir ciuman menjadi tanda cinta. Mungkin bisa jadi itu memang tanda cinta, tapi aku tidak berfikir demikian.

Maksudku, begini misalkan aku melakukan misi, kemudian aku mencium beberapa perempuan bahkan memerkosa mereka, apakah itu merupakan tanda cinta ku kepada mereka? Tidak, aku melakukannya hanya karena misi dan untuk melampiaskan hasratku. Jadi aku berfikir, mungkin saja Ojou-sama merupakan gadis yang seperti itu, sama sepertiku yang berfikir ciuman itu merupakan hal yang biasa, hanya untuk melampiaskan hasrat.

Setelah beberapa menit melakukan ciuman panasnya, Ojou-sama melepaskan ciumannya.

Ojou-sama tersenyum manis kearah ku. Entah kenapa tiba-tiba aku merasa blank. Aku tidak bisa menghentikan debaran di jantungku.

Aku merasa wajahku memanas. Waduduududuh... aku tidak bisa menatap wajahnya.

"O-ojou-sama."

Tes...

Mataku terbelalak, dia... dia menangis. Ojou-sama menangis? Dia mencengkram pundakku.

"Naruto-kun, aku... hiks..., hiks, aku..."

Dia terisak. Aku diam saja.

"Aku..., t-tolong aku... Naruto-kun, to-tolong selamatkan aku... hiks."

Langsung kurengkuh kembali tubuh ringkih itu. Dia agak tersentak karena tindakan tiba-tibaku. Aku juga terkejut dengan tindakanku. Kenapa aku tiba-tiba memeluknya? dua kali? Ini tidak seperti biasanya, entah kenapa secara spontan tubuhku bergerak sendiri. Rasanya seperti ketika Tou-sama pertama kali mengadopsiku dulu, lalu aku memeluknya seraya menangis. Tidak ku sangka memeluk seseorang bisa senyaman ini. Bukan berarti sebelumnya aku belum pernah berpelukan dengan seseorang tapi... ini berbeda...

Kuusap kepala Ojou-sama, membantunya menenangkan diri. Malam yang tenang ini terasa sangat indah sekaligus sesak, ditemani isak tangis gadis yang ku rengkuh ini. Aku diam... biarlah dia meluapkan emosinya.

Tak lama kemudian, Ojou-sama perlahan mulai tenang. Ia menyunggingkan senyum kearahku yang kubalas dengan senyuman terbaikku pula. Wajah yang sembab itu bersemu. Ahh, kau manis sekali Ojou-sama.

Perlahan wajah Ojou-sama mendekat kembali kewajahku. Bibirnya monyong kedepan, sepertinya aku tahu apa yang akan ia lakukan. Akupun memejamkan mataku kemudian juga ikut memonyongkan mulutku.

Satu menit berlalu aku tidak merasakan tekstur apapun yang menyentuh bibirku. Yang ada malah suara kikikan Ojou-sama. Karena penasaran aku membuka kembali mataku.

Ojou-sama menutup mulutnya sambil terkikik geli menertawaiku. "Naruto-kun, mesum..."

Alis ku berkedut. Aku langsung memalingkan wajahku kesamping.

Jancuk, aku tertipu.

"Naruto-kun, kau manis sekali..."

Aku menghela napas. Lalu menatapnya kembali sebal.

"Arigatou..."

Cup!

Ucap Ojou-sama, kemudian mencium dahi ku.

...

Waktu serasa berhenti ketika dahiku dikecupnya. Aku sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Senyumku kembali mengembang, kurasa ciuman di dahi tidak buruk juga, aku merasa... lebih berharga. Seakan-akan cahaya mengelilingiku, memancarkan kehangatan.

Oh tuhan, kuharap saat-saat seperti ini masih dapat kurasakan di masa depan.

"Ugh!"

Tidak setelah kami menyadari ada suara seperti orang baru bangun yang tiba-tiba mengintupsi kegiatan kami.

Ojou-sama menyeringai kearahku.

Aku mengerutkan dahiku.

"Ahah...hah..hah.."

Ojou-sama memasang gestur lemas lalu ambruk di atas dadaku kemudian bernafas seperti orang kelelahan. Tidak, ia mendesah.

"A-ampuun..."

Rintihnya.

Aku melongo, merasa de javu dengan situasi ini. Oi oi, bisa terjadi salah paham nanti.

"Ugh, ada apa ini... Bucho! Hey! Apa yang kau lakukan pada Bucho! Dasar bajingan..."

Aku langsung menengok kesamping, seorang laki-laki dengan rambut coklan pantat ayam hanya menggunakan celana kolor menunjuk-nunjukku dengan wajah memerah.

"I-ise... tolong aku..."

Aku segera melepaskan diri dari Ojou-sama kemudian kabur lewat jendela.

"Woi Bajingan! Mau lari kemana kau!"

Dia mengejar ku?

"Woi! Berhenti Bajingan! Dragon Shoot!"

Merasa ada bahaya aku langsung menghindari serangan beam dari laki-laki bernama Issei itu kemudian berhenti berbalik menghadap kearahnya. Seperti yang dikatakan Tou-sama ketika briefing misi, diamenggunakan senjata berupa sarung tangan besi atau gauntlet. Dan kalau tidak salah, dia salah satu swordmaster terbaik di sekolah Ojou-sama. Hm, menarik.

"Dragon Shoot!"

Laki-laki gila itu terus menembakku. Dan aku tentu saja menghindar dengan semampuku, baca : dengan gerakan konyolku.

"Oi oi! Jangan asal tembak, bahaya tau!"

Dia berhenti sejenak. Kemudian...

"Dragon Shoot!"

Seakan tuli, dia terus menembakkan beamnya kearahku dan aku pun kembali melakukan gerakan-gerakan konyol untuk menghindarinya.

"Jangan terus menghindar kau, Dasar Jelek!"

Alisku berkedut.

Apa? Jelek? Aku tahu kemampuanmu itu menarik, pemuda gila. Tapi, jelek?

Aku benar-benar marah saat ini.

"Kurama,"

Ucapku menyebut nama pedangku yang kemudian muncul di tangan kiriku. Lalu aku menghempaskan semua beam yang laki-laki gila itu tembakkan kearahku kembali kearahnya. Dia melompat kekiri menghindar dari beamnya. Sebenarnya itu serangan tembakan lemah, tapi kalau aku sengaja terkena juga sakit. Tapi kalau menghindar terus juga menghabiskan tenaga. Merepotkan.

"Beraninya kau menyebutku jelek..."

"Apa yang kau lakukan dengan Bucho!"

Dia sama sekali tidak mendengarkan aku. Yang kulakukan dengan Ojou-sama? Kenapa ia menggunakan kata hubung 'dengan'? kenapa ia tidak menggunakan kata 'kepada' atau 'terhadap' yang menunjukkan aku sebagai pelaku. Seakan-akan ia tidak hanya menuduh aku saja, tetapi ojou-sama juga. Aku menyeringai, sepertinya ia tahu kalau Ojou-sama lah yang melakukan tindakan agresif kepadaku.

Aku menyeringai. Ia mengerutkan dahinya. Lalu dengan senyum mengejek aku berucap.

"Yang kulakukan dengan Ojou-sama, hm? Penasaran, hm?"

Krrk!

Gigi laki-laki gila itu berkemletuk.

"Dasar Bajingan. Akan ku hajar kau."

Ia sedikit mengangkat tangannya kesamping kemudian cahaya hijau mulai menyelimuti pergelangan tangannya.

"Ascalon!"

Muncul pedang bergagang biru dengan ukiran yang indah di bilah pedangnya. pedang itu mengeluarkan aura hijau. Tunggu dulu, Ascalon? Sepertinya aku pernah dengar.

Dia melesat kedepanku. Aku menyeringai.

' Fuuh, dia lumayan cepat.' Begitu pikirku.

Kemudian secara bertahap menebas kearah pundak punggung dan kaki ku serta beberapa bagian tubuhku yang vital. Tetapi semua serangannya dapat ku hindari dengan mudah.

Ctang!

Satu serangan hampir memotong kakiku, memaksaku menangkis serangannya.

Aku mundur dua langkah.

"Hooo... Sugoi, yang satu itu aku beri nilai 70 karena hampir memotong kakiku."

Merasa terhina ia langsung melompat sambil melakukan gestur akan menusuk. Dan benar saja, ia mengincar kepalaku.

Sret!

Tes! Tes! Tes!

Darah menetes dari telapak tangan kananku karena menghentikan tusukan Si gila itu yang hampir mengenai wajahku.

"Naruto-kun!"

Jerit Ojou-sama. Dia menatapku khawatir dari dalam rumah.

"Kau dengar itu? Ojou-sama memanggil namaku. Hehehe, kau mengerti maksudku kan?"

Stang!

Sreet...!

Kulepaskan pedang Ascalon yang kugenggam dengan tangan kananku itu kemudian kuhempaskan dengan Kurama sehingga memaksa Laki-laki gila itu ikut terseret mundur.

"Ugh!"

Slap!

Dengan segera tanpa menunggu laki-laki gila itu siaga aku langsung melesat dan karena saking cepatnya aku atau karena hawa keberadaanku yang sangat tipis, ia tidak menyadari kalau aku sudah berada di belakangnya.

Aku menyeringai.

"Kaboom!"

Bisikku membuatnya sadar.

Swus! Srak! Bruk!

"Aaaaaa!"

Sebelum dia berhasil membalik badannya, aku dalam sekejap memotong kaki kanannya membuatnya kehilangan keseimbangan kemudian jatuh.

Ojou sama menjerit melihatku memotong kaki laki-laki gila itu dengan ekspresi maniak ku.

Laki-laki gila yang kalau tidak salah bernama Issei itu menatap takut kearahku. Matanya bergetar ketakutan. Aku berjalan kearahnya sedangkan dia mengesot mundur dengan napas terengah-engah.

"Me-menjauh kau dariku,"

Aku menyeringai. Kemudian melesat dan dalam sekejap sudah berada didepannya. Kemudian tanpa ragu kupancal wajahnya hingga terhentak di tanah. Dia tidak bergerak lagi setelah kupancal. Aku tersenyum puas melihatnya.

Sreet!

Aku mengalihkan perhatianku karena ternyata Ojou-sama ternyata sudah berada di sampingku. Aku agak terkejut, ia menyentuh pundakku lalu menatapku dengan tatapan memohon.

"S-sudah, Naruto-kun... Jangan siksa Ise lebih dari ini."

Aku menatap wajah khawatir Ojou-sama kemudian tersenyum miring. "kau tidak perlu khawatir Ojou-sama, aku hanya memberinya pelajaran."

Aku mengangkat tangan kananku tepat diatas kaki kanan Issei yang buntung.

Ojou-sama menatapku bingung.

Slap!

Aku memotong pergelangan tanganku kemudian darah mengucur dari sana membasahi bekas luka di kaki kanan Issei.

Ojou-sama menutup mulutnya seperti ingin muntah. Matanya terbelalak menatapku dengan tatapan tak percaya. Tangan kanannya yang menyentuh pundakku bergetar.

Wosh!

Potongan kaki Issei dan Potongan lenganku tiba-tiba menguap seperti terbakar, darah-darah yang berceceranpun juga menguap. Bersamaan dengan itu kaki Issei dan lenganku mulai meregenerasi dengan cepat. Ojou-sama melihatnya dengan takjub.

Karena ukuran tanganku dan kaki Issei lebih kecil tanganku, maka regenerasinya pun lebih cepat. Setelah selesai regenerasi tanganku, tanpa basa-basi aku langsung mengangkat tubuh Issei yang tak sadarkan diri, membopong dia kembali kerumahnya.

Ojou-sama mengikutiku dari belakang.

Tidak ada obrolan sama sekali selama kami kembali ke rumah Issei. Setelah sampai dikamar Issei, aku merebahkannya di ranjang lalu bergegas keluar lewat jendela.

Sreet!

Namun sebelum aku keluar dari rumah ini, Ojou-sama menarik tangan ku. Ketika ku tengok, ia tersenyum kepadaku.

"Arigatou..."

Tercengang. Itulah yang kurasakan sekarang. Kenapa ia berterimakasih kepadaku. Bukankah aku menyiksa temannya?

"Uhm!"

Gumamku, menganggukkan kepalaku sekali kemudian melompat keluar jendela meninggalkan bayangan.

.

.

.

SMA Sihir Kuoh..., merupakan salah satu SMA sihir terbaik di Britania. Banyak penyihir-penyihir terkenal yang lulus dari sekolah ini, termasuk Raja Arthur dan para Knight nya yang kebanyakan lulus dari SMA ini. SMA ini juga terkenal dengan sistem kerajaan atau yang lebih dikenal dengan bidak yang terdiri dari 4-6 siswa siswi dengan salah satu dari mereka yang memiliki status bangsawan atau sekelasnya sebagai rajanya.

Sistem class pun sama saja dengan sekolah kerajaan-kerajaan lain. Yaitu Knight, Ranger, Monk, Wizard, dan Assassin. Britania adalah kerajaan yang terkenal akan Knight elitnya, dan sebagian besar knight kerajaan ini berasal dari SMA ini.

Issei Hyoudou, seorang siswa kelas 2A, salah satu Knight atau lebih tepatnya Swordmaster terbaik SMA Kuoh, berpenampilan pas-pasan, berwajah lumayan tapi mesum, dan merupakan bidak bangsawan yang terkenal akan kecantikannya-Rias Gremory, nampak tertunduk lesu menatap kakinya hampa di bangku kelasnya.

Gadis pirang imut yang diketahui bernama Asia Argento yang duduk di samping bangkunya menatap bingung kepada Issei. Ia memegang tangan Issei membuat si empu sontak langsung menengok kearahnya.

"Issei-san, kau kenapa?"

Melihat pertanyaan yang sarat akan nada khawatir dari Asia Issei tersenyum lembut.

"Tidak ada, bukan apa-apa, jangan khawatir."

Diberi jawaban beruntun seperti itu, bukannya Asia merasa lega, ia malah tambah khawatir. Bukankah jawaban seperti itu malah menunjukkan kalau sebenarnya telah terjadi apa-apa terhadap Issei. Tapi Asia juga bukan merupakan gadis yang tidak peka. Ia ingin bertanya lagi, tetapi ia yakin pertanyaan yang lebih lanjut akan membuat Issei menjadi tidak nyaman.

"Sungguh?"

Asia menatap polos Issei. Benar-benar imuuuuut sekali.

"Tentu saja Asia-chan ku sayang..."

Issei mengusap kepala Asia, merasa gemas dengan tingkah manis Asia.

"Issei-san Issei-san, hentikan... kepalaku pusing, Issei-san... hentikan Issei-san"

Asia merintih. Issei semakin gemas dengan tikah Asia. Bukannya menghentikannya usapan Issei malah semakin menjadi-jadi.

"Arigatou, Asia-chan... sudah menghawatirkan kuu..."

Wajah Asia merona mendengarnya.

"U-uhm..."

Asia mengangguk sekali. Entah kenapa disekitar mereka berdua seperti terdapat bunga-bunga dan cahaya menjadi backround.

"Cih, dasar gila pacaran."

Celetuk seorang lelaki dari belakang tempat duduk Issei.

Issei menengok dan menatap kesal kearah lelaki itu. seorang laki-laki bergaya rambut dibelah bagian tengahnya berwarna pirang dan berwajah biasa saja tengah memberi pandangan sinis kepada Issei. "Apa masahmu, Saji?"

Laki-laki bernama lengkap Saji Genshirou itu tersenyum sinis.

"Tidak ada."

Issei menghelanapas lelah. Ia terlalu lelah meladeni sahabat dekatnya itu. Saji selalu saja mengganggu Issei ketika ia tengah menikmati saat-saat menyenangkan bersama Asia. Issei paham penderitaan Saji, Saji adalah salah satu anggota 'Baca : yang dipaksa' masuk kedalam Osis. Menjadi anggota Osis sama dengan meninggalkan masa muda yang berharga dan menjadi budak sekolah. Setidaknya itu menurut Issei. Tapi! Disini bukan itu yang menjadi masalah. Masalahnya adalah kenapa Saji selalu mengganggunya bersama Asia.

"Haaah... terserah kau saja, aku lagi malas."

Alis Saji berkedut, ia merasa diacuhkan. 'Hey, mana bukti kalau kau sahabat dekatku?' kira-kira seperti itulah yang dipikirkannya.

"Issei-kun, Genshirou-kun."

Saji terlihat ingin protes tapi diurungkannya karena seorang laki-laki yang duduk di samping Saji mengintrupsi. Laki-laki itu bersurai pirang, wajah tampan atauu... cantik?, pakaian rapi, bule, nampak rapi, dan terlihat ramah. Namanya adalah Kiba Yuuto.

"Apa, Kiba?"

Tanya Issei.

"Aku dengar, hari ini akan ada enam murid baru."

"Yang benar!?"

Jawab Issei dan Saji bersamaan. Mereka terlihat sangat bersemangat. Kiba mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Lalu, perempuan atau laki-laki?"

"Dua perempuan dan empat laki-laki. Oiya, Genshirou-kun bukannya kau anggota Osis, kenapa kau tidak tahu tentang hal ini?"

Saji menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil cengar-cengir tertawa gugup. "Hehehe... anu, kau tahu sendiri kan kalau pekerjaan Osis itu sungguh merepotkan? jadi.. yah kau tahu sendiri lanjutannya. Ehehe ehe ehehehe..."

Issei dan Kiba facepalm. 'Dasar tidak guna...' begitulah kira-kira yang mereka pikirkan.

"Lalu Kiba, mereka di kelas mana?"

"Empat murid di kelas kita sedangkan dua lainnya di kelas satu dan tiga."

"Bukan itu maksudku..." Issei mengeluarkan senyum menyebalkan. "kau tahu, cewe nya, mereka di kelas mana?"

"Ooooh..." Kiba menganggukkan kepalanya. "Keduanya masuk ke kelas ini, Issei-kun."

"Mantab!"

Issei dan Saji berseru seperti mendapatkan hadiah yang sangat besar dan langsung menjadi perhatian seluruh murid di kelas 2A itu.

Sudah menjadi rahasia umum kalau mereka berdua memiliki sifat mesum akut. Tetapi dilain sisi, mereka juga merupakan siswa yang berbakat. Issei sebagai anak dari Houdou George yang merupakan ras Dragon dan mewarisi pedang penakluk naga Ascalon dari ayahnya itu, kemudian Saji sebagai keponakan dari Sir Parcival yang merupakan salah satu knight terbaik King Arthur dulu, Genshirou juga merupakan salah klan ras Dragon.

Akan tetapi meskipun Naga adalah simbol kewibawaan, entah kenapa kedua keturunan ras Dragon ini malah memiliki sifat mesum akut yang sangat kontras dengan makna naga.

"Psst, Issei-san, Saji-san..."

Asia menunjuk kearah depan dimana seorang wanita paruh baya yang cantik bersurai putih baru saja masuk diikuti oleh dua laki-laki dan dua perempuan yang sudah pasti murid-murid baru dilihat dari seragam yang mereka kenakan. Perempuan itu tidak lain adalah guru, lebih tepatnya wali kelas 2A ini, Rossweisse. Issei dan Saji langsung membenarkan duduk mereka. Mereka tidak mau menerima semburan amarah dari guru paruh baya cantik yang tidak kunjung mendapat pasangan itu.

"Yah! Selamat pagi anak-anak..."

Sapa guru cantik itu terhadap murid-murid dikelasnya itu dengan senyuman.

"Selamat pagi Rose-sensei."

Balas para murid termasuk Issei dan kawan-kawan.

"Baiklah, kalian berempat silahkan perkenalkan nama kalian sendiri."

Rossweisse-sensei mengucapkannya kemudian duduk ditempatnya memersilahkan murid-murid baru itu memerkenalkan nama mereka.

Issei POV

Aku duduk tenang melihat keempat murid baru itu. Perhatianku kuarahkan kepada murid paling pinggir sendiri. Dia laki-laki bersurai pirang, agak tinggi, memakai pakaian yang agak longgar, dan memakai kacamata bundar dan terlihat culun. Culun? Benar, tetapi entah kenapa aku merasa takut kepada nya. Dia... Laki-laki yang tadi pagi melecehkan Buchou. Walau penampilannya berbeda 180 drajad, tapi aku yakin, aku yakin itu dia. Kalau tidak salah namanya... Naruto.

"Aku Sasuke Uchiha, Class Ranger, Role Archer, dan Magic caster. Berasal dari Orleans, kota Paris. Aku bisa menggunakan pedang tetapi keahlianku ada di bidang memanah."

Ucap laki-laki yang posisinya berada paling dekat dengan meja guru, aku langsung saja mengalihkan perhatianku kepadanya. Dia sangat tampan, shit! Aku sangat iri dengan wajahnya. Suaranya dan ekspresinya sangat dingin, ah kuso, berwajah tampan dan keren. Mati saja sana!

Dan seperti yang diperkirakan, para cewe di kelasku berteriak-teriak menanyakan no. Telp, makanan kesukaan, kebiasaan, dan blablabla sesuatu yang merepotkan lainnya. Dan dia hanya membalas dengan sepatah kata "Hn." saja. Dan yang lebih mengesalkannya lagi, cewe cewe di kelasku malah tambah histeris. Sasuke Uchiha yaa... Ok, cowo ini bakal masuk ke (buku orang-orang yang paling ku benci)-ku.

Kemudin selanjutnya disamping laki-laki bernama sasuke itu, terdapat seorang cewe yang... hm... cukup manis, rambut dan matanya berwarna hitam, berekspresi datar, tetapi tatapannya tidak datar, terlihat elegan, menggunakan kimono berwarna biru tua dilengkapi jaket merah.

"Namaku Ryougi Shiki, Class Assassin, role Kiler, dan Duelist. Aku berasal dari Rumania, kota Athena, tetapi sebenarnya aku berasal dari Britania. Aku kembali kesini memenuhi panggilan Arthur III-sama sebagai bidaknya. Aku tidak takut dengan kematian, siapa saja yang menggangguku terlebih kepada tuanku, aku tidak segan untuk membunuhnya dengan pisau ku."

Hik, ngeri, dia mengucapkan kata-kata membunuh dengan nada dan wajah sedatar tripleks. Cewe itu mengerikan, satu kelas terdiam mendengarnya. Tapi bukan itu yang membuatku agak mengernyitkan alisku. Sekilas, aku melihatnya melirik laki-laki bernama Naruto itu. Aku tidak tahu apapun hubungan mereka. Yang jelas sebisa mungkin aku tidak membuat masalah dengan mereka.

"E-etto... jadi itulah, seperti yang dikatakan Ryougi-san, dia adalah bidak Arthur-sama..." Ucap Rossweisse-sensei dengan nada gugup. "Baiklah, kalau begitu silahkan selanjutnya..."

"Umu! Ohoyou minna, namaku Ino, Ino Senju, kalian cukup memanggilku Ino saja. Class ku Ranger, Role Gunner dan Hunter. Aku berasal dari Orleans, Kota Paris juga, sama seperti Uchiha-kun dan Naruto-sama. Umu, Sama seperti Uchiha-kun, aku ahli menggunakan tembak, tetapi bukan berarti aku tidak bisa menggunakan senjata lain. Jadi jangan remehkan aku oke? Hehehe..."

...

Aku... seperti pernah melihat perempuan ini...

"Umu! Kalau begitu, untuk kedepannya, mohon bantuannya minna!"

Ino-san tersenyum kearah kami sambil membenarkan letak kacamata bundarnya kemudian berpose menunjukkan dua jarinya.

"..."

Teman-teman sekelas terdiam semuanya, termasuk aku. Pasalnya, bagaimana ya, Ino-san itu... terlihat seperti cewe pendiam. Bergaya rambut di ikat ponitail berwarna merah jambu kepirang pirangan, wajah... menurutku cantik, lumayan. Menggunakan seragam standar kuoh, dengan rok yang lebih panjang sampai menutup lututnya, kemeja putih bergaris kedodoran tanpa menggunakan blazer. Ekspresinya agak-agak datar. Lalu warna matanya merah dilengkapi kacamata bundar.

Dengan ciri-ciri seperti itu, tentu saja kami mengira dia sifatnya pendiam. Tapi setelah mendengar dia mengenalkan diri dengan riang, membuat kami langsung terdiam. Bahkan, Arthur-sama yang duduknya di sebelah kiriku terlihat tercengang.

Tunggu, Arthur-sama tercengang? Tidak biasanya Arthur-sama menunjukkan ekspresi seperti itu selama ini. Wajahnya..., terlihat ingin menangis, tapi seketika berubah menjadi tersenyum lebar.

"Salam kenal Ino-san!"

Arthur-sama mengucapkannya tersenyum lebar, senyum yang benar-benar berbeda dari biasanya. Seperti yang diharapkan dari seorang pangeran yang sangat tampan, hampir seluruh murid di kelas ini cengo dengan hidung mimisan, baik itu cewe maupun cowo. Tidak ada yang menyangka Arthur-sama bakal bertingkah seperti itu.

Iri? Tentu saja, tapi aku tidak bisa sampai membenci dia seperti aku membenci semua laki-laki tampan di dunia ini. Dia terlalu baik untuk di benci, hanya orang bodoh yang akan membencinya. jujur saja aku suka padanya, tentu saja bukan dalam maksud cinta. Aku masih laki-laki normal yang menyukai payudara besar dan juga loli. Akan tetapi, mungkin aku akan langsung jatuh cinta kepadanya kalau saja ia perempuan. Ah, kenapa tuhan harus menciptakannya menjadi seorang lelaki sih...

"Namaku Naruto Uzumaki."

Nah, sudah kuduga... Namanya Naruto. Laki-laki berpenampilan culun itu memerkenalkan diri.

"Classku..."

Aku memerhatikan dengan seksama. Dia tersenyum kearahku, tapi dari pengelihatanku ia terlihat tengah menyeringai.

"... Wizard."

...

Aku terdiam. Wizard?

.

.

.

Tbc

.

.

.

Dan akhirnya penulis update lagi... hahaha... maa banget lama, selain susah nuangin ide, banyak banget kegiatan di sekolah buat persiapan ujian. Dan akhirnya ujian selesai, doain penulis lulu ya. Gimana? Sori kalau kurang memuaskan, chapter ini tidak ku sunting, jadi kalau banyak kesalahan mohon dimaafkan.

Kritik dan saran yang membangun silahkan berikan kepada penulis

Arigatou...