Beautiful Distraction

Beautiful Distraction : Namikaze Ex-black

Naruto : Masashi Kishimoto

Genre : Romance, Family

Warning : Out of Character, Another Universal

Naruto and Sakura Fanfiction

Tekadang ada satu kejadian dalam hidup yang dapat mengubah keadaan kita seutuhnya tanpa harus disesali..

Atau.. tidak bisa disesesali..

Chapter TWO: SINS

"Aku pulang dulu," Sakura beranjak dari duduknya. Naruto hanya menjawab dengan gumaman saat Sakura berpamitan. Sekali lagi ia memandang Naruto dan—err kancingnya. "Setidaknya tutup 2 kancing bajumu yang terbuka itu baka!" ia lalu mulai melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan itu. Namun belum dua langkah, sebuah lengan tiba-tiba mencekal pergelangan tangannya.

"Temani aku.."

Sakura meneguk ludahnya saat Naruto mengatakan hal itu dengan suara dan tatapan memelas dari kedua safirnya.. Sesaat kemudian ia meyakinkan diri. Ia harus dapat mengatasi perasaan aneh yang melingkupinya beberapa waktu ini.

Sakura memandang iba pada Naruto. "Oke aku akan tinggal. Tapi lepaskan dulu tanganmu," Sakura melirik tangan Naruto yang masih mencekal pergelangannya. Dan tak lama kemudian tangan itu berangsur turun. Sakura mendudukkan kembali dirinya di sofa kantor Naruto. "Kau terlihat sangat berantakan," katanya dengan senyum kecut di wajah.

"Aku selalu melakukannya agar terlihat seksi di matamu Sakura-chan," Naruto terkekeh geli mendengar ucapannya sendiri.

Sakura memutar matanya bosan. Selalu seperti ini. Naruto sering kali menggodanya sejak lama. Tapi ia tahu. Dan semua orang tahu bahwa itu tak lebih dari sekedar candaan saja.

Ia melirik lagi pria itu yang masih belum juga mengancingkan bajunya. Jujur.. Sebenarnya Sakura mengakui bahwa semenjak kejadian di lift ada perasaan aneh—tidak nyaman tepatnya bila melihat Naruto dengan kondisi seperti itu.

"Aku ini laki laki Sakura-chan. Dibuka sampai sebesar ini-pun tak apa," Naruto melebarkan kerah kemejanya dihadapan Sakura.

"Kyaaa kau mesum!" Sakura melemparkan sebuah buku di sebelahnya pada Naruto. Tapi tidak kena. Membuat satu kekehan meluncur kembali dari bibir pria itu. Sakura mendengus kesal. Niatnya menemani pria itu bercerita tiba-tiba sirna. Namikaze Naruto masih tetap menyebalkan.

"Lama-lama denganmu disini aku bisa gila," ujar Sakura kesal lalu berdiri dari duduknya. Perempatan telah muncul di dahi lebar wanita itu.

Naruto tertawa lagi. Dan entah mengapa ia sangat tidak suka dengan tawa renyah itu. Seolah mengolok dirinya.

"Aku pulang dulu." Kali ini Sakura benar-benar ingin pulang. Peduli setan dengan kacaunya Naruto sekarang.

"Hei... secepat itukah? Bukannya kita sudah tidak bertengkar beberapa hari. Setidaknya kau bisa mengajakkku minum," kata Naruto sambil menegakkan tubuhnya saat wanita itu sudah mencapai daun pintu.

Kalimat Naruto sukses membuat Sakura menghentikan langkahnya.

Ia benar. Walau Naruto adalah musuhnya kadang kala ia bisa saja pergi minum dengan lelaki itu tanpa banyak orang yang tahu. Lagi pula ia perlu sedikit hiburan sekarang. Usulan Naruto bukanlah ide buruk. Mungkin ia bisa sejenak melupakan masalahnya dengan lelaki raven yang dicintainya.

"Baiklah.." wanita pink itu lalu mengangguk setuju.

"Sudah berapa hari?" tanya Sakura pada Naruto yang menyandarkan punggungnya pada bagian bawah sofa yang ia duduki. Lelaki itu bersila dibawah sambil memeluk satu toples besar berisikan camilan kesukaannya. Biskuit coklat buatan ibunya.

"Apanya?" bukannya menjawab pertanyaan Sakura, Naruto malah balik bertanya hal lain. Matanya tak lepas sedikitpun dari televisi yang sedang menayangkan ulang film Harry Potter. Dan tentu saja jangan lupakan mulutnya yang masih penuh dengan biskuit coklat yang terus ia jejalkan.

"Kau tidak pulang.." Sakura kini menenggak bir yang sedari tadi berada dalam genggamannya. Setelah cairan itu sukses melewati kerongkongannya, ia melirik prihatin pada Naruto dibawah sana. Ia tahu pasti Naruto tidak cukup makan hari ini. Melihat bagaimana rakusnya lelaki itu memakan biskuit coklatnya.

"Empat hari dan akan menjadi lima bila jarum jam panjang itu menyentuh angka 12," jawab Naruto menunjuk jam dinding didekat meja makan yang tak jauh dari tempat mereka berada dengan dagunya. Sakura tak lagi menjawab. Naruto masih terus fokus pada film dan biskuit cokelatnya. Sesekali tangannya meraih kaleng bir disebelah ia duduk dan meminumnya.

Sakura menyandarkan punggungnya dengan malas disofa ruang tengah apartemen Naruto. Kakinya ia luruskan hingga hampir memenuhi seluruh tempat pada sofa. Ia ikut menonton film yang sedang tayang ditelevisi seperti Naruto dalam diam. Kaleng bir ditangannya hampir kosong. Namun ia terlalu malas untuk mengambil lagi. Jadilah ia minum perlahan saja isinya.

Naruto dan Sakura sering menghabiskan waktu untuk minum di apartemen pria itu. Tempat ini cukup familier bagi Sakura. Mengingat ia sering berkunjung kesini. Bahkan menginap. Tapi tentu saja. Hanya menginap. Perlu dicatat. Sampai saat ini belum pernah terjadi apapun diantara mereka berdua.

Jangan sampai.

"Kau sendiri? Tumben setelah seminar luar kota tidak langsung menemui Sasuke-kun mu tercinta. Malah disini minum bersamaku." Suara Naruto memecah keheningan.

Sakura melirik Naruto dari ekor matanya. Cih.. bukannya lelaki itu sendiri tadi yang mengajaknya minum. Apa kepalanya tadi sempat tebentur hingga membuatnya lupa. Kalau boleh memilih ia sebenarnya lebih ingin bersantai di apartemennya dan mengistirahatkan diri. Tapi tatapan memelas musuhnya tadi dikantor membuatnya tidak tega dan memilih berakhir disini sekarang bersamanya.

Sayangnya, Sakura sedang sangat malas berdebat hari ini. Ia tidak menjawab. Lebih memilih terus menatap televisi menikmati bagaimana tampannya Daniel Radclife.

Merasa aneh Sakura tak menjawab ejekannya, Naruto memutar kepalanya kebelakang. Namun yang ia lihat hanyalah wajah datar wanita itu yang terus fokus pada acara televisi. Satu ide jahil tiba-tiba terbit dikepalanya.

"Kau dicampakan eh?" tanya Naruto tidak benar-benar serius. Ia sungguh hanya ingin menggoda Sakura saat ini.

Sakura yang sedang meminum birnya saat Naruto mengatakan hal itu, mendadak tersedak. Ia langsung melotot tajam pada lelaki itu.

Mata Naruto memicing. Toples besar biskuitnya sudah tidak ia pegang kali ini. Teronggok begitu saja disebelah tempatnya duduk. "Sepertinya aku benar," katanya dengan senyum mengejek. "Mungkin karena kau kurang seksi." Dan satu tawa meluncur begitu saja dari bibir lelaki itu usai mengatakan kalimat terakhirnya.

Klanggg...

Satu buah kaleng bir yang baru saja ditandaskan isinya oleh Sakura ia lempar begitu saja pada Naruto. Dan sukses membungkam tawa lelaki itu yang kini digantikan oleh erangan kesakitan.

"Ittaiiii..." pekik Naruto memegangi pucuk kepalanya yang ngilu. Walaupun itu hanya sebuah kaleng kosong, saat berkombinasi dengan kekuatan monster Sakura benda itu akan menjadi setidaknya seperti sebuah batu bata utuh.

"Jaga bicaramu kalau tidak ingin kaleng kedua kembali melayang," kata Sakura sambil memandang tajam Naruto.

Naruto meneguk ludahnya pelan. Tak lama kemudian ia meringis. Satu bulir air mata telah bergulir turun pada pipinya efek sakitnya leparan Sakura tadi. Dan bohong kalau Sakura tidak melihatnya. Ia tahu dan sebenarnya sedang mati-matian menahan tawanya tak meledak melihat air mata Naruto.

"Apa kau juga seperti ini pada pacarmu hah," tanya Naruto dengan bibir mengerucut.

"Tentu saja tidak!" Sakura memutar bola matanya jengah.

"Lalu kenapa begini kepadaku." Naruto mendelik tidak percaya pada Sakura masih dengan tangan yang mengusap-usap kepalanya.

"Karena kau pantas dipukul," Sakura mendengus pelan. Ia lalu mulai menyandarkan lagi punggungnya pada lengan sofa. Matanya mulai fokus lagi pada film yang baru saja usai penanyangan iklannya.

"Lalu pacarmu yang mencampakanmu apa tidak pantas dipukul," kata Naruto berapi-api. Ia masih merasa tidak terima dengan pukulan Sakura tadi. Tapi tentu saja tidak berani membalas pula.

Sakura terdiam kaku. Matanya kini kembali memandang safir Naruto dengan kesal.

"Tutup mulutmu," Sakura berkata pelan lalu menenggelamkan wajahnya diantara kedua kakinya.

Naruto menaikkan satu alisnya. Heran. Mengapa wanita ini tidak membalas perkataannya lagi. Ia lalu beranjak duduk disebelah Sakura.

"Kau benar-benar putus?" tanya Naruto merasa bersalah. Tadi ia hanya ingin mengganggu Sakura karena bosan. Namun melihat betapa terlukanya perempuan itu ia jadi tidak enak hati juga.

Masih tak ada jawaban yang meluncur dari bibir Sakura sampai saat ini. Naruto duduk dengan gelisah dtempatnya. Baru saja ia hendak mengulurkan tangannya untuk menyentuh pundak Sakura, wanita itu lalu menengadahkan wajahnya yang tadi ia benamkan diantara kedua lututnya.

"Ya," jawab Sakura pelan sambil menatap kedua iris biru Naruto dengan sayu.

Hening setelah itu.

"Mengapa?"

Sakura tertegun. Pertanyaan 'mengapa' yang dilontarkan Naruto barusan membuatnya berpikir. Ia masih belum tahu dengan jelas apa alasannya dan Sasuke berpisah.

"Entahlah.." Sakura mengerang frustasi. Ia lalu menurunkan kakinya dari sofa. Membuatnya kini duduk bersebelahan dengan Naruto. Tidak lagi menghadap kearah lelaki itu.

"Ada wanita lain?" tanya Naruto.

"Aku belum tahu. Tapi akhir-akhir ini ia sering menemui seorang wanita." Mata Sakura menatap kosong kedepan.

Naruto tidak bicara lagi setelah itu. Ia membiarkan dirinya dan Sakura tenggelam dalam kebisuan. Sampai suara jam besar di apartemen Naruto berdentang dan menunjukkan waktu telah melewati tengah malam.

"Kau tidak mengejekku. Tumben," suara Sakura memecah kebisuan.

Naruto lantas terkekeh pelan. "Aku sedang berpikir dua kali untuk melakukannya."

Sakura mengernyitkan alis tanda heran. "Kenapa?"

"Sepertinya kau sedang sangat sedih."

"Kau bisa pengertian juga sepertinya," Sakura mencibir.

"Sebenarnya aku adalah lelaki yang tampan, pengertian baik hati tidak sombong.. AWW.." Naruto menghentikan celoteh panjangnya saat merasakan sebuah nyeri menyapa perut sebelah kanannya. "Kenapa kau menyikutku sih!" katanya sambil mengelus perutnya yang baru saja diserang oleh Sakura.

"Hentikan bicaramu. Aku ingin muntah," Sakura memutar kedua matanya bosan. Ia lalu meringis miris bercampur pandangan tidak sudi pada Naruto.

"Kau ingin muntah mungkin karena terlalu banyak minum," Naruto kembali mengerucutkan bibirnya untuk kesekian kali.

"Bukan bodoh! Itu karena bicaramu barusan!" Sakura tertawa geli sambil mengatakan hal ini karena melihat Naruto semakin memajukan bibirnya dan matanya yang kian menyipit tak suka.

"Dan.. Mungkin kau benar," kata Sakura lalu menghela napasnya pelan. "Sasuke meninggalkanku karena aku kurang seksi." Sakura tertawa kecil di akhir kalimatnya.

Sontak Naruto terperanjat. "Ia bilang padamu?" tanyanya tak percaya.

"Tidak." Sakura menggeleng pelan.

"Lalu bagaimana kau tahu?"

"Kata teman temanku yang tahu Sasuke sering menemui wanita berdada besar akhir akhir ini." Sakura berkata pelan sekali sambil meyelipkan rambut dibelakang telinganya. Merasa sedikit kikuk.

Naruto semakin terperanjat. Sejurus kemudian Sakura dapat mendengar lelaki disebelahnya itu menahan tawanya.

"Diam bodoh! Aku tidak jadi cerita," Sakura melayangkan tatapan membunuh pada Naruto yang sukses membuatnya menghentikan tawa. Ia tidak ingin kejadian kaleng bir yang melayang terjadi untuk kedua kalinya malam ini.

Naruto berdeham pelan sebelum memulai kalimatnya kembali. "Kalau lelaki itu benar-benar mencintaimu kalian akan putus dan jadian begitu saja karena ukuran dada."

Sakura dengan cepat menoleh kesamping. Memastikan apa yang diucapkan kali ini oleh Naruto bukanlah sebuah candaan. Dan memang tidak seringai, tatapan mengejek ataupun tawa. Hanya wajah serius Naruto yang langka. Dan tanpa ia sadari ia sempat terkunci oleh tatapan safir lembut itu.

"Aku tahu," Sakura menelan ludahnya. Ia dengan cepat memalingkan wajahnya saat merasa ada sesuatu yang tidak beres pada dadanya. Bolehkan ia mengakui kali ini bahwa Naruto itu tampan?

"Lalu kenapa kau berpikir begitu?" Suara Naruto membuyarkan Sakura dari pikirannya yang berbelit.

"Entahlah. Mungkin otakku terlalu bermaslah semenjak putus dengan Sasuke." Sebenarnya yang Sakura sebut dengan otaknya yang bermasalah sejak putus dengan Sasuke adalah bagaimana pandangannya pada Naruto yang sedikit berubah akhir-akhir ini. Ia menggigit bibir bawahnya dengan gelisah. Ini salah! Tidak bisa dibiarkan! Ia terus meneriakkan hal itu dalam hatinya.

"Istriku berdada besar. Tapi aku dulu tidak menyukainya karena itu." Sakura segera menolehkan kepalanya cepat kearah Naruto saat ia mengatakannya. What? Benarkah? Ia sempat tidak percaya. Tapi melihat kesunguhan dimata lelaki itu ia lalu tersenyum lembut. Ada banyak sisi menarik Naruto yang mungkin belum ia ketahui.

Sakura pernah bertemu dengan istri Naruto. Ia wanita yang sangat cantik diusianya yang sudah menginjak kepala 3. Dadanya besar dan tubuhnya proposional. Jangan lupakan sifat ramah dan lemah lembutnya. Belakangan Sakura baru tahu bahwa istri Naruto—Hinata Hyuuga adalah salah satu anggota keluarga bangsawan di jepang. Pantas saja wanita itu begitu anggun.

"Tapi ngomong-ngomong Sakura. Dadamu memang rata. Mengingat kejadian di lift tempo hari." Senyum lembut Sakura barusan mendadak berubah horor saat mendengar apa yang diucapkan Naruto barusan. Ia sempat cengo ditempatnya selama beberapa saat. Sampai kata-kata 'dada rata' dan 'lift' kembali dicerna dengan baik oleh kepalanya. Harusnya Sakura tahu. Ini adalah Namikaze Naruto. Tidak akan ada kata 'tidak jahil' dalam hidupnya.

"Naruto! KURANG AJAR KAU!" Sakura baru saja hendak menjambak kepala Naruto namun sepertinya kali ini lelaki kuning itu berhasil lolos sambil menjulurkan lidahnya. Ia sudah berlari kedepan televisi sekarang. Ia mengejek wanita itu. Sakura tidak begitu saja membiarkan Naruto lolos. Ia mengejar akan lelaki itu sampai dapat.

"Sakura Sakura.. kita sudah cukup tua Sakura. Hentikan. Ini tidak lucu," wajah Naruto memucat saat jaraknya dan Sakura sekarang hanya satu langkah saja. Ia mengangkat kedua tangan besarnya didepan menunjukkan gestur menyerah.

"Memang tidak lucu, baka!" Sakura mendengus kecil. Tangan Sakura terjulur hendak meraih sesuatu dari pria itu. "Apalagi kau mengguyonkan perkara dadaku," desisnya tajam.

"Oke oke aku salah." Naruto meneguk ludah. Ia harus segera mengangkat bendera putih pada situasi seperti ini.

"Oke."

Mereka berdua berhenti

Sakura tersenyum licik. Ini kesempatannya mendapatkan rambut lelaki itu.

Untuk dijambak tentunya.

'Kena kau Namikaze!' batin Sakura bersorak menang.

Sakura mendapatkan rambut Naruto. Mereka berdri dengan satu tangan Sakura sudah berada di rambut lelaki itu. Naruto menelan ludah. Untuk kau ketahui saja, Naruto sudah ratusan kali bertengkar dengan Sakura. Ia sangat tahu bagaimana efek kekuatan amukan gadis itu. Ia menelan ludah. Nafas mereka terengah. antara mabuk dan kelelahan. Kedua tangan Naruto telah berada di atas tangan Sakura yang menjambak rambutnya berniat untuk melepaskannya.

Sakura tersenyum licik. Namun naas.

Rencananya gagal.

Saat ia hendak menarik rambut itu dari sarangnya, ia kehilangan keseimbangan dan malah jatuh dengan Naruto diatasnya.

"Waaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!"

Suara jeritan terdengar memenuhi seluruh ruangan. Yang tentu saja berasal dari jeritan Naruto karena rambutnya ditarik dengan kuat oleh Sakura sebagai pegangan, dan dari Sakura sendiri yang tidak menyangka rencananya gagal dan ia malah terjatuh.

Bukk..

Gelap.

Sakura memejamkan matanya. ia merasakan punggungnya membentur lantai. Namun ia bersyukur karena kepalanya tidak menghantam lantai dengan keras waktu itu.

'Fuuuuuh hampir saja,' batinnya lega.

ia lantas membuka matanya. Namun apa yang ditangkap oleh netranya kini adalah sesuatu yang lain. Iris biru yang begitu bening menatapnya dengan gusar disana. Tanpa ia sadari, ia meneguk ludahnya.

Sakura dapat merasakan nafas Naruto diwajahnya. Lelaki itu tidak menindihnya. Kedua tangannya ia gunakan sebagai penghalang berat tubuhnya agar tidak menghimpit Sakura.

Mereka berdua dejavu.

Kejadian ini mirip seperti yang terjadi di lift.

Sadar akan situasi yang tidak seharusnya, Sakura memberanikan diri membuka mulutnya.

"Minggir.. Naruto!"

Shit!

Sakura merutuki mulut dan tenggorokannya. Mengapa mulutnya terbata. Dan tenggorokannya tercekat. Setelah dipikir ulang, ia akhirnya menemukan jawabannya.

Sama seperti kemarin. Ia melihat dengan jelas dada lelaki ini dari dua kancing yang terbuka. Sakura menenguk ludah. Ada apa dengan dirinya? Apakah karena sudah lama tidak bercinta dengan laki-laki ia lalu dapat tergoda oleh lelaki manapun saat ini. Terlebih lagi, ini adalah Naruto.

Sekali lagi harus digaris bawahi.

Na-ru-to.

Apakah itu masuk akal?

Kesadarannya kembali. Ia baru menyadari bahwa Namun Naruto tak kunjung minggir dari posisi merepotkan itu.

"Naruto.. Minggir.." ulang Sakura dengan sangat pelan. Ia berdoa dalam hati semoga Naruto tidak meyadari kegugupannya kali ini.

Namun respon yang ia dapatkan benar-benar diluar dugaan.

"Bagaimana aku bisa minggir bodoh kalau kau masih menjambak rambutku seperti ini, Miss Haruno. Mana lagi posisimu itu, tangan diatas. Kau ingin kuserang?" lelaki itu berujar dengan nada mengejek.

Sakura terkesiap. Segera melepas kan tangannya dari sana. Buru buru memindah posisikan tangannya ke depan dadanya. Naruto lalu terkekeh kecil.

"Aku tidak tertarik dengan dadamu pink, kau sama sekali tidak menggoda—Eh." Naruto menyeringai. " dan jangan berpikir macam macam."

Muka Sakura memerah. Entah karena malu, atau karena Naruto megatakan itu tepat disebelah telinganya. Membuat gejolak aneh dalam dirinya.

Naruto lalu bangkit dari posisinya. Meninggalkan Sakura yang masih termenung disana. Bergerak menuju dapurnya untuk mengambil minum. ia butuh air putih sekarang. Sedikit banyak ia merasa otak dan tubuhnya agak tidak beres kali ini. Ia merasa sedikit agak..

Oke! Lupakan

Ini tidak benar!

Sakura lalu menolehkan pandangannya mengikuti kemana arah lelaki itu pergi. Melihat Naruto minum air putih ia jadi ikut merasa haus dan ikut beranjak ke dapur.

"Beri aku air," kata Sakura sembari menduduki salah satu kursi makan. Ia mengusap wajahnya kasar. Pikiranya benar-benar bermasalah kali ini.

Naruto menyerahkan gelasnya yang sudah diisi kembali dengan air putih penuh. Dan tak lama kemudian, gelas itu sudah teronggok begitu saja dimeja karena Sakura sukses menghabiskan isinya dengan sekali minum.

"Aku lelah, aku akan pulang sebentar lagi."

Sakura melirik jam yang telah menunjukkan lewat tengah malam. Ia harus segera pulang sekarang. Jangan sampai apa yang tidak benar ini menjadi berkelanjutan.

"Aku antar."

Tawaran Naruto membuat Sakura semakin gusar.

"Tidak perlu. Toh hanya beberapa kamar dari sini," Sakura meneguk ludahnya pelan. Berharap tidak ada suara yang didengar oleh Naruto.

Dan..

Ya..

Apartemen mereka sama. Dan ajaibnya, rumah mereka berdekatan.

Naruto lalu tertawa dengan penolakan wanita itu.

"Oke.. oke Haruno-san. Lagi pula lelaki mana ada lelaki yang akan menculikmu. Mana ada lelaki yang suka dengan dada rata dan tidak seksi sepertimu."

Sakura memutar bola matanya bosan.

Lagi..

"Kenapa kau selalu membahas itu." Sakura menatap kesal pada pria dengan usia lebih dari 30 tahun tersebut.

"Hemm. Entahlah." Naruto terkikik geli. Kini ia menopang wajah dengan satu tangannya yang telah bertumpu pada meja makan. Membuat Sakura semakin kesal karena ekspresi jahil yang ditunjukkan lelaki itu.

"Kenapa kau selalu marah saat aku membahasnya?" tanya Naruto tanpa tedeng aling-aling.

Kemarahan sudah sampai di ubun ubun Sakura. Sebuah ide licik dan sedikit nakal tercipta di wajahnya. Naruto tidak boleh bersikap seperti itu terus kepadanya. Sekali-kali ia harus melancarkan balas dendam yang berguna.

Ia berjalan mendekati Naruto. Membelai pipi lelaki itu dan membuatnya membatu.

"Sa—Sakura." Naruto terbata.

Sakura menyeringai dan tidak menggubris wajah Naruto yang mendadak berubah pias.

Dan tanpa pernah Naruto duga, wanita itu lalu duduk dipangkuannya dan melingkarkan kedua lengannya pada Naruto. Menatapnya intens.

Entah ide keberanian dan ide gila dari mana, tak lama kemudian ia mengecup pelan lelaki itu.

Sakura menyeringai. Sekarang ia mengerti. Ia bisa membuat lelaki itu kalah dengan seperti ini. Walau dalam hatinya tetap saja ia merasa 'ada yang salah' dengan perbuatannya. Namun ia terus menyingkirkan perasaan itu. Yang ada dalam pikirannya kali ini hanyalah ia harus bisa membungkam mulut laki-laki itu mengejek dadanya.

Selamanya.

Dan ternyata ia berhasil menang.

Naruto benar benar menutup mulutnya kali ini.

Sakura lalu meneruskan ciumannya dengan memberikan pagutan pagutan yang cukup dalam pada lelaki itu. Naruto awalnya hanya diam dan mencerna apa yang terjadi kali ini. Namun peduli setan dengan itu semua. Ia ikut terhanyut dalam permainan Sakura.

Tak lama kemudian Sakura dapat merasakan tangan Naruto yang memeluk pinggangya erat.

Entah kerasukan apa, tangan Sakura yang awalnya berada dileher Naruto kini berpindah ke dada lelaki itu. Melepaskan satu persatu kancingnya. Masih sambil mencium Naruto ia dapat merasakan lelaki itu mendesah dan sedikit menggeram satiap ia menyapukan tangannya pada dadanya. Ia ingin sedikit lebih lama menggoda lelaki itu.

Sakura kembali tersenyum menang disela-sela kegiatannya.

Tak lama kemudia Sakura berhenti dan bediri dari posisinya. Melepaskan Naruto yang nampak tak berdaya dikursi makannnya. Ia masih ingat dengan jelas bagaimana Naruto menggeram saat ia menyudahi kegiatannya.

"Bagaimana Namikaze-san, apakah kau masih bilang kalau aku tidak cukup seksi," bisik Sakura tepat ditelinga rekan kerjanya tersebut. Sebenarnya ia merasa ini salah. Tapi mau bagaimana lagi.. sudah terlanjur terjadi..

Dan..

Ia menang.

Sedangkan Naruto sendiri tidak menjawab. Ia masih terengah. Sepertinya otaknya masih mencerna dengan keras apa yang terjadi barusan. Sakura tertawa renyah.

"Baiklah aku pulang dulu Namikaze."

Sakura yang baru saja akan membalikkan badannya. Namun belum sempat melangkah, ia merasakan ada tangan kuat yang mencengkeram lengannya.

"Kau baru saja melalukan kesalahan fatal Haruno-san." Ujar lelaki itu sambil menekankan suffix 'san' pada si musim semi.

Sakura terkesiap. Naruto menariknya kembali ke pangkuannya. Mengunci Sakura dengan kedua matanya. Mencium gadis itu lagi. Lebih menggila. Dan membawanya kedalam kamar. Ia tidak akan melepaskan begitu saja wanita yang telah membagunkan gairahnya. Matanya telah buta oleh kabut gairahnya yang terpendam selama ini.

Sakura meronta sekuat tenaga ingin dilepaskan. Namun tak bisa. Naruto terlalu kuat mengunci tangannya diatas kepalanya. Ia bahkan tidak bisa menendang tulang kering Naruto seperti biasanya karena kakinya berasa sangat lemas. Jangan lupakan fakta bahwa perlawanan Sakura semakin membuat Naruto menggila. Dan entah mulai kapan, yang Sakura sendiri tidak sadar, ia telah berada diatas kasur lelaki itu.

Naruto telah membuka setengah baju atas Sakura yang mengekspos dadanya karena branya juga telah menghilang entah kemana. Ia terus mencium Sakura dan meninggalkan ruam merah disana. Dan entah setan apa yang merasuki Sakura, lama-lama ia menikmati sentuhan itu dan ikut terbuai. Berakhir dengan mereka berdua yang bergumul di kamar malam itu.

TBC

Haloooooooooo... Para readers kesayangan saya T.T

Maafin author yang sudah lama gak update ini. Banyak hal rumit yang terjadi dalam kehidupan saya yang tidak dapat saya ceritakan. Namun saya tetap ingat kok masih ada tanggungan fic pada kalian.. huhuu..

Semoga cukup mengobati rasa rindu kalian pada Narusaku dan fic ini yaa

Sampai ketemu lagiii :D