Seorang pria dengan pakaian serba hitamnya menunduk dengan kaki yang menekuk menjadikan salah satu lututnya sebagai tumpuan. "M-mohon maaf atas keteledoran hamba y-yang mulia" Suaranya bergetar seolah ia tengah berhadapan dengan malaikat kematian yang siap mencabut hak hidupnya kapan saja.
Pria itu dapat merasakan jika aura yang menguar memenuhi tiap sudut ruangan itu mampu mencekik siapapun yang berada di dalamnya. Nyalinya menciut, sadar telah melakukan kesalahan cukup fatal sehingga kemarahan sang junjungan tidak akan lagi bisa ia hindari.
Pria yang sejak tadi masih membelakanginya itu masih bergeming. Tak ada satupun gerakan berarti dari pria berbadan kekar tersebut. Sunyi mengudara, bahkan ia harus menahan suara nafasnya yang bisa saja memecah keheningan yang mencekam itu yang ia yakini berpotensi mempercepat waktu kematiannya.
Lantas kepalanya kian menunduk saat tubuh tegap berbalut pakaian merah perpaduan dengan hitam tersebut perlahan memutar tubuhnya.
"Bunuh dia" Juga pada kalimat santai yang keluar dari mulut pria berwajah tegas itu.
Mata pria yang sejak tadi menahan getar pada lututnya tersebut membola, merah menahan amarah namun tak ada keberanian apapun bahkan untuk sekedar menelan ludah.
"B-baik yang mulia" Lantas kalimat kesanggupannya terucap setelah tubuhnya mematung sesaat. Membawa salah satu sudut bibir yang lebih tinggi tersenyum sinis meremehkan.
Kepalanya kembali menunduk memberi hormat sebelum perlahan berdiri dan mundur untuk segera meninggalkan tempat yang hanya di sinari oleh beberapa lilin yang bahkan tidak membantu sama sekali untuk memberikan penerangan dan sedikit mengusir suasana mencekam yang ada disana.
Tidak..
Bahkan dengan berpuluh-puluh lilin pun tidak akan membantu sebab selama pria berwajah dingin itu masih duduk di singgasana maka suasana mencekam masihlah menjadi selimut dalam ruangan serba hitam itu.
"Dan ini adalah kesalahan terakhirmu, Seungcheol" Suara itu menggema, menghentikan langkah pria berbaju hitam itu yang sudah dekat dengan pilar pintu pertama. Pria itu hanya semakin bergetar tanpa menjawab sebab sang junjungan sudah menghilang begitu saja setelah kalimat dingin itu terucap dari mulutnya.
Ia melewati pilar demi pilar pintu yang sebelumnya ia lewati saat memasuki ruangan tadi. Rahangnya mengeras, matanya memerah lantas amarahnya mencuat hebat tepat saat matanya menangkap siluet familiar yang tampak tengah bersujut tak jauh dari tempatnya berdiri, di depan pilar pintu terdepan yang itu artinya ia telah keluar dari ruangan terlarang yang ia kunjungi tadi.
"Bunuh dia!" Ucapnya tegas, lantas jeritan nyaring dari seorang wanita yang tubuhnya di tahan oleh dua pria berpakaian layaknya prajurit menyambutnya.
"Tidakk! Putraku! Putrakuu!"
Bersamaan dengan itu, tubuh seorang pemuda dengan derai tangis pada kedua matanya di seret oleh beberapa pria bertubuh kekar yang juga menggunakan pakaian serba hitam seragam.
"Tidak! Kumohon.. Yeobo. Putra kita! Tidaak!" Wanita itu masih berteriak histeris sebelum tubuhnya limbung tepat setelah ia berhasil melepaskan diri dari kungkungan dua pria yang menahannya dan beralih bersujut di bawah kaki Seungcheol, suaminya.
Pria itu menatap tegas dan tangguh pada tubuh seorang pemuda yang telah tercabik-cabik hampir habis di tangan para ular penjaga yang ia tau sudah lama tidak mendapatkan makanan. Pemuda itu tak lain dan tak bukan adalah putranya.
Putranya yang beberapa saat lalu telah melakukan kesalahan fatal. Putranya yang beberapa saat lalu terlepas dari pengawasannya dan berakhir dengan dam[ak yang cukup membuat amarah sang junjungan mencuat. Putranya yang beberapa saat lalu pulang dengan luka dalam yang cukup serius.
Putranya..
Yang untuk kali pertama baru saja berhadapan dengan salah satu pangeran dari kerajaan Iblis.
Tangannya terkepal kuat. Amarah memenuhi dirinya tetapi kenyataan menamparnya dengan telak. Ia tak akan berdaya. Kalaupun sang junjungan tidak mengampuninya juga, ia masihlah tetap tak berdaya.
Lagipula, iblis tak berhati. Maka, ia hanya tetap diam melihat tubuh putranya yang perlahan habis tak tersisa satu tulangpun. Hanya beberapa cipratan darah hitam yang tersisa.
Kematian pemuda yang cukup menjadi kebanggaan kamu mereka itu di saksikan oleh lebih dari setengah penghuni kerajaan tersembunyi tersebut.
Tubuh mereka meringsut. Meskipun iblis tak mengenal takut, tetapi yang di hadapi mereka jauh dari sekedar iblis biasa. Seribu dari mereka pun tak akan kuat melawan satu sosok yang diam-diam mengamati prosesi pelenyapan iblis muda pembangkang itu dari puncak menara yang ada disana.
Tidak ada satupun lawan yang sepadan dengan pria itu.
Dan yang harus mereka lakukan saat ini hanyalah menyerap segala pelajaran dari peristiwa itu.
Bahwa tak ada kata ampun ketika kau melakukan kesalahan.
~OoO~
Derap langkah terdengar bersautan. Gemuruh petir terdengar begitu lebat dan membahana bagaikan ombak yang menerjang tebing tanpa ampun. Iringan suara pekikan terdengar begitu keras. Teriakan penuh kesakitan memenuhi indera pendengaran.
Matanya terbuka setengah dengan iris berwarna merah menyala khas bangsa mereka. Kulit sepucat mayat itu semaikin terlihat memutih seperti salju. Suara geraman rendah pemiliknya mulai terdengar oleh beberapa orang yang mengelilinginya. Bulu mata yang menjuntai di jendela mata tajam tersebut mulai bergerak perlahan, berwarna hitam lebat.
Tubuhnya tidak bisa bergerak.
Ia hanya bisa mengedipkan mata berulang untuk meraih cahaya yang sedikit demi sedikit mulai menampakkan bayangan-bayangan familiar yang mengelilinginya.
Sehun..
Pria itu mulai merasakan sakit yang tiba-tiba memerangkap tubuhnya. Seolah sejak tadi ia telah mati rasa sehingga baru sekarang dia merasakan bagaimana rasa sakit itu menusuk setiap inci dari tubuh tegapnya.
"Ibu" Suaranya mencicit lirih memanggil wanita yang mengelus lembut surai hitamnya.
Wanita itu tidak menjawab dengan satu pun kalimat. Yang di panggil ibu hanya terus mengecup keningnya dengan penuh kelembutan. Sudah berapa lama ia tidak sadarkan diri? Mengapa ia merasa seperti baru saja bangun setelah tertidur selama beribu-ribu tahun.
Luhan!
Bagiamana dengan Luhan?!
Raut ketakutan dari wanita itu menghantamnya kuat setelah ingatan tentang satu sosok makhluk yang ia tau adalah bangsanya sendiri menghadang mereka berdua terlintas di benaknya kembali. Ia hendak bangkit namun sesuatu menahannya.
"Tunggu sebentar, Sehun. Biarkan Jaehwan memulihkan tenagamu" Ibunya memperingati halus. Lantas ia mengedarkan mata dan baru menyadari jika tidak hanya ia dan ibunya yang ada disana. Tetapi juga ayahnya, dua ibunya yang lain dan Jongin yang menatapnya dengan raut cemas.
Ia tidak menemukan keberadaan Chanyeol, tetapi ia cukup bersyukur akan hal itu sebab jika Chanyeol tidak ada disana kemungkinan besar pria itu sedang berada di Bumi.
Bolehkan ia berharap jika kakak tertuanya itu sedang bersama Baekhyun saat ini? Sebab jika demikian setidaknya ada seseorang yan menjaga Luhan secara tidak langsung.
Sehun mencemaskan keadaan wanita itu.
Bagaimana keadaannya..
Apakah makhluk itu melukainya?
Bagaimana ia bisa berada disini?
Dimana Luhan?
Apa Luhan berhasil pulang?
Banyak pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pikirannya. Dia ingin segera pergi untuk memastikan wanita itu baik-baik saja namun ibunya benar, kekuatannya sedang cukup lemah sekarang.
Dia melawan iblis itu dengan wujud manusianya. Meskipun ia bisa melukai makhluk itu tetapi tetap saja serangan yang di terimanya cukup berdampak pada tubuhnya yang tidak mengluarkan benteng kekuatan apapun malam itu.
~OoO~
Lautan awan siang itu tiba-tiba berubah mendung. Hawa dingin yang terbawa angin mulai menusuk kulit. Tebal-tebal berwarna abu-abu gelap di atas sana mulai memenuhi pandangan. Matahari yang sebelumnya percaya diri dengan sinar terangnya kini mulai bersembunyi di balik awan. Rintik air lembut mulai berbaur bersama udara.
Chanyeol tengah memejamkan mata setelah puas menatap sapuan langit biru di atas sana sebelum tertutup mendung. Menikmati suara halus seorang wanita yang pahanya ia gunakan untuk menopang kepala. Juga pada sapuan lembut yang bersarang di rambutnya.
Napasnya halus seperti melodi yang mengalun di pertunjukan musik klasik menenangkan. Rintik hujan yang mulai terasa tidak mengganggunya sama sekali. Pun wanita yang bersamanya juga tampak menikmati momen itu.
Awalnya ia hanya ingin memejam untuk menikmati ketenangan yang ada. Mendengar celotehan halus dari wanita cantik yang memangkunya. Namun lama kelamaan kantuk mulai menyergapnya. Kenyamanan itu tak terbatas. Ia merasa sangat tenang bahkan untuk merasakan tetes air yang mulai menusuk kulit.
Toh itu juga tidak sakit.
Namun hal itu tidak berlangsung lama saat titik demi titik air itu berubah menjadi deras. Ia memekik terkejut lantas secara praktis segera berdiri dan membawa wanitanya lari.
Tangannya sibuk melindungi kepala sang wanita meskipun itu tak begitu berarti. Mereka tetap basah.
"Ya Tuhan! Bajumu basah" Baekhyun memekik nyaring. Tangannya mulai sibuk mengebas-kebas baju Chanyeol.
Chanyeol tersenyum lirih lantas menangkap kedua tangan Baekhyun "Baju kita basah" Ucapnya.
Baekhyun meringis tertahan. "Lepas saja" Ucapnya kemudian, membuat lelakinya sempat membeo tidak mengerti maksud dari kata 'lepas saja' yang baru saja Baekhyun ucap.
Oh! Tidak taukah Baekhyun jika sebaik-baiknya iblis napsu mereka tetaplah yang tertinggi? Dan apakah wanita itu tidak ingat bagaimana mereka berakhir setiap kali menghabiskan waktu berdua. Lantas sekarang wanita itu menyuruhnya membuka baju?
"Melepas baju?" Tanya Chanyeol memastikan.
"Tentu saja, disini tidak ada baju yang muat untuk tubuhmu Chanyeol. Jadi lepas saja, aku akan mengeringkannya" Chanyeol masih memandang Baekhyun ragu. Namun tekad wanita itu terlihat kuat, dengan tangan yang masih menggantu menunggu Chanyeol memberikan baju bagian atasnya.
Helaan nafas keluar dari mulut pria itu lantas tangannya bergerak untuk membuka satu per satu kancing kemejanya dan melepas bajunya hingga ia bertelanjang dada.
Baekhyun tersenyum singkat sebelum berlalu untuk mengeringkan baju prianya seperti yang ia katakan sebelumnya. Dengan Chanyeol yang mengikuti di belakang.
Pria itu senantiasa memperhatikan apa saja yang Baekhyun lakukan. Seolah segala hal terlihat begitu menakjubkan untuknya. Banyak hal baru yang di pelajarinya selama ia berada di Bumi.
Ia sedikit menyesal ketika mengingat ia dan bangsanya kerap kali berfikir atau bahkan mengejek para manusia sebagai makhluk terkutuk penuh dosa dan hanya menyusahkan kaum mereka dengan keberadaannya justru mereka memiliki segala hal yang mampu mereka ciptakan dengan bekal segumpal otak yang mereka miliki.
Kruukk.
Baekhyun menoleh pada Chanyeol saat mendengar suara todak asing dari arah pria itu. Lantas ia terkekeh singkat sebelum meraih tangan si jangkung dan menuntun pria itu menuju dapur.
"Kau lapar?" Chanyeol mengangguk, membuat Baekhyun kembali terkekeh. Kenapa Park Chanyeol selalu menampilkan sisi polosnya di saat-saat tertentu. Sebuah sisi yang sebenarnya tidak begitu cocok dengan penampilan pria itu yang selalu terlihat elegan dan berkelas. "Duduklah, aku akan membuat makanan untuk kita berdua, hm?"
Mereka memang saat ini sedang berada di rumah Baekhyun hanya berdua sebab Luhan sedang ikut bersama Kyungsoo untuk pergi ke Universitas tempat Kyungsoo bekerja.
"Oh, seharusnya aku tau" Baekhyun mendesah kesal. Tidak ada bahan apapun di kulkas. Mereka terlalu sibuk belakangan ini untuk pergi ke super market. "Hanya ada ramyeon dan telur, tidak apa kan?" Chanyeol kembali mengangguk, memandang polos pada Baekhyun. Membuat wanita itu lagi-lagi terkekeh gemas dan berakhir berlari ke arah si jangkung dan segera melumat bibir penuh favoritnya itu.
Tentu hal itu di sambut dengan baik oleh prianya. Mereka saling menyesap bibir lawan dan perang lidah selalu tak terhindarkan.
Baekhyun menjadi pihak yang memutuskan, sebab suara perut Chanyeol kembali terdengar. Raut wajah protes si tampan menyambutnya kala tautan itu terputus, membuat Baekhyun mengulas senyum lantasmengelus lembut rahang tegas milik Chanyeolnya.
"Perutmu perlu di isi dengan sesuatu tuan" Satu kecupan kembali ia berikan pada bibir penuh sang pria sebelum kembali melesat menuju pantri.
Sesekali mata mereka akan bertemu saat Baekhyun sadar jika ia sedang di perhatikan. Kemudian senyum cantik miliknya akan menjadi hadiah untuk pria tampan yang setia duduk di meja makan itu.
Tidak butuh waktu lama saat kemudian Baekhyun menghampirinya dengan satu panci kecil yang mengepulkan asap. Chanyeol menelisik tampilan makanan di depannya selagi Baekhyun kembali berlalu untuk mengambil beberapa mangkuk kecil. Ia belum pernah memakan ini sebelumnya. Bentuknya panjang, mengingatkan Chanyeol pada hewan yang berada di salah satu tempat penyiksaan hades. Bentuk mereka benar-benar mirip, hanya saja warna hewan itu adalah merah kehitaman. Sedangkan makanan di depannya berwarna putih hampir kekuningan dengan kuah merah merendamnya. Ada beberapa daun yang di potong-potong disana. Juga telur yang tidak sepenuhnya matang.
Baekhyun tersenyum melihat Chanyeol yang tampak fokus memandang Ramyeon yang berhasil di masaknya. Ia meletakkan semangkuk kimchi dan dua mangkuk kosong di meja makan.
"Cha! Kau sangat menyukai Kimchi bukan?" Baekhyun tau hal itu belakangan ini sebab Chanyeol sering kali mencari makanan itu setiap mereka makan bersama.
Chanyeol memang sangat menyukainya. Makanan itu terasa asam sedikit pedas yang benar-benar menyegarkan untuknya.
"Ini apa?" Tanya pria itu.
Membuat Baekhyun mengeryit heran. Ia jelas tau jika Chanyeol dan kedua adiknya memang sudah sejak kecil tinggal di luar negeri dan baru pertama kali pulang ke Korea beberawa waktu lalu. Tetapi bukankan di Eropa juga ada makanan itu? Maksud Baekhyun adalah Mie.
"Ini Ramyeon, cobalah" Baekhyun memberikan sumpit pada Chanyeol dan setelahnya ia mengambil ramyeon yang ada disana untuk ia letakkan di mangkuk kecil yang membantunya untuk memakan makanan itu. Wanita itu bermaksud memberikan contoh pada Chanyeol.
Chanyeol mulai mengikuti Baekhyun. Saat mencoba kuahnya kepala pria itu mendongak, memandang Baekhyun penuh takjub. Rasanya sungguh luar biasa.
Baekhyun lagi-lagi tertawa gemas pada tingkah jenaka pria di depannya itu. Chanyeol melanjutkan makannnya dengan lahap. Baru kali ini ia menemukan makanan berbentuk aneh dengan rasa yang membius lidah. Lebih tepatnya adalah baru kali ini ia menemukan makanan berbentuk seperti hewan yang seharusnya menjijikkan tetapi justru memiliki rasa luar biasa lezat, Ahh dia ingat! Nama hewan itu adalah cacing.
Baekhyun menghentikan makannya. Melihat si tampan terlihat begitu menikmati dengan lahap Ramyeon buatannya cukup membuatnya puas hingga perutnya terasa kenyang meski ia baru makan beberapa seruput Mie tersebut.
Tangannya sesekali sibuk mengusap noda kuah yang ada di sekitar bibir sang kekasih.
Kekasih?
Bolehkah Baekhyun menyebut Chanyeol seperti itu?
Nyatanya pria itu adalah sosok kaku yang sebenarnya memiliki jiwa kekanakan di dalam dirinya. Chanyeol mudah kagum dan takjub oleh hal-hal kecil. Seperti pria itu seolah datang dari dunia lain dan baru pertama kali menginjak bumi dan mengenal seisinya.
Bagaimana ini?
Nyatanya Chanyeol memang berasal dari alam lain yang Baekhyun tidak ketahui faktanya.
"Bagaimana keadaan Sehun?" Baekhyun memecah keheningan. Sejak terakhir ia tau keadaan Sehun beberapa hari yang lalu, dia belum lagi mendengar kabar si tampan itu. Baik dari Chanyeol maupun Luhan, ia belum pernah mendengarnya. Tentu saja karena Luhan sendiri tengah kalut memikirkan keadaan pemuda itu sedangkan Baekhyun juga baru bertemu Chanyeol lagi hari ini setelah hari itu.
"Dia sudah membaik. Dia bersama ibunya sekarang"Chanyeol meneguk air putih yang sudah Baekhyun siapkan setelah menghabiskan ramyeon itu dalam waktu singkat. Rasanya benar-benar lezat. Kapan-kapan ia akan meminta Baekhyun membuatkannya lagi untuknya.
"Ibu Sehun disini?"
"Tidak, dia ada di Nox"
Baekhyun mengeryit, lantas Chanyeol segera sadar. "Maksudku di Daegu, ada desa kecil disana tempat asal ibuku" Ingatlah, jika iblis adalah pembohong yang handal.
Meski Baekhyun masih bertanya di dalam benak, apakah ia melewatkan sesuatu saat mempelajari peta Korea saat masih di bangku sekolah?
Nox adalah tempat tinggal atau lebih tepatnya istana khusus para ratu iblis di Hades. Ada tempat serupa di Elysium tepatnya di Isles Of The Blessed bernama Nix, para ratu akan menempati istana itu.
"Lalu.. ibumu?" Baekhyun bertanya ragu. Keluarga Chanyeol memiliki hubungan yang cukup rumit jika ia yang menilai.
Chanyeol tersenyum, ia tau Baekhyunnya cukup penasaran dengan silsilah keluarganya.
"Ayahku menikah dengan Ibu Jongin sebelum menikahi ibuku dan ibu Sehun. Tetapi aku terlahir dua ra— dua tahun sebelum Jongin" Ceritanya menunduk. Sebenarnya Chanyeol ragu untuk bercerita pada Baekhyun. "Aku lahir bertepatan perang besar yang sedang terjadi di kerajaan. Pada saat itulah ayahku bertemu ibu Sehun dan menikahinya setelah perang usai"
"T-tunggu Chanyeol. Perang? Maksudmu?"
Chanyeol mengumpat dalam hati. Benar bukan? Bercerita pada Baekhyun bukan hal yang tepat.
"Baekhyun, jika aku berkata aku bukan berasal dari tempat ini apakah kau akan takut padaku?" Chanyeol ragu, tetapi ada suatu hal yang mendorongnya untuk menanyakan hal itu pada Baekhyun.
"Aku tau, kau memang tidak lahir di Korea kan? Kau dari Eropa. Sehun bilang begitu padaku"
"Aaah ya, kami berasal dari sana" Tidak. Chanyeol tidak bisa begitu saja menceritakan semuanya pada Baekhyun.
"Lalu, perang?" Bukankah sudah tidak ada lagi peperangan di jaman sekarang?
"Aaah itu? Ibuku selalu menceritakannya seperti itu sejak aku dan kedua adikku masih kecil. Sebenarnya maksud perang disini adalah masalah yan sedang menimpa keluargaku. Kau tau dongeng pengantar tidur?" Baekhyun mengangguk. "Yaa, seperti itu lah ibuku" Lanjutnya kemudian terkekeh. Bukankah mulut iblis memang handal untuk bersilat lidah?
Baekhyun mengeryit heran sebelum tawanya melantun di udara. Berapa sebenarnya usia pria di depannya ini? Mengapa Chanyeol harus meniru cara ibunya bercerita hanya untuk menceritakan hal itu pada Baekhyun?
Astaga. Pria di hadapannya ini memang selalu penuh kejutan.
Dan tentu saja Baekhyun menyukainya.
"Ibu Sehun tinggal di Daegu?"
"Tidak, ibu datang ketika aku menghubunginya jika Sehun sakit" Chanyeol meringis tertahan. Baekhyun begitu penuh rasa penasaran tentang dirinya dan juga keluarganya. Tentu saja Chanyeol menganggap hal itu wajar.
"Chanyeol?" Panggil Baekhyun.
"Hm?" Mereka saling bertatapan. Chanyeol sangat suka menatap wajah cantik wanita bernama Baekhyun itu. setiap ia melakukannya, ia selalu merasa seperti tengah berada di sebuah ladang rumput hijau dengan udara dingin yang menyegarkan, beberapa kicauan burung yang merdu juga angin semilir selembut sutra. Baegitu tenang dan menyejukkan.
"Kau suka disini?" Tanya Baekhyun, membuat Chanyeol mengeryit. "Di Seoul" Lanjutnya, membuat Chanyeol tersenyum lantas menggeleng menjawabnya.
Dia memang tidak menyukainya. Baginya, walaupun banyak hal menakjubkan disini. Meskipun banyak makanan-makanan aneh dengan rasa yang luar biasa membius lidah di tempat yang mereka sebut bumi ini. tetapi sejujurnya dia tidak menyukai tempat yang di huni manusia itu.
Kau tau ungkapan manusia adalah makhluk paling sempurna yang di ciptakan Tuhan? Chanyeol dan mereka yang hidup di Dunianya, sesungguhnya sangat menentang hal itu. Kecuali mereka para malaikat. Bagi mereka, bangsa iblis. Manusia tidak lebih dari seonggok daging yang di penuhi dengan sifat buruk dan pikiran yang mudah di manipulasi. Pada akhirnya para manusialah yang akan menghancurkan Dunia. Mereka tidak pernah bersyukur atas apa yang mereka miliki. Mereka tamak, mereka mudah di hasut dan tentunya bagi para iblis, manusia tidak lebih dari segumpal darah merepotkan yang akan menjadi penghancur. Maka dari itu mereka menentang keras istilah dimana manusia adalah makhluk paling sempurna.
Nyatanya itu hanyalah bualan manusia semata. Bukankah penghuni neraka paling banyak adalah kaum mereka. Oh kapan-kapan Chanyeol akan menunjukkan pada mereka para manusia sombong itu untuk mengintip berapa banyak manusia yang menghuni daratan asphodel dan tempat-tempat penyiksaan lainnya.
Mereka menganggap diri mereka sempurna, tanpa tau jika di luar sana, di luar Dunia mereka, masih banyak makhluk-makhluk ciptaan Tuhan lainnya yang jauh lebih hebat di atas mereka.
"Lalu apa yang kau lakukan disini?" Hening cukup lama memerangkap setelah jawaban Chanyeol. Baekhyun pada segala pertanyaannya tentang kenapa Chanyeol datang ke negara asal ibunya ketika ia tidak merasa nyaman dengan tempat ini. Sedangkan Chanyeol pada pikirannya sendiri.
Pada sosok yang belum pernah ia tau wujudnya yang harus segera ia temukan. Pada sosok yang diam-diam membuatnya penasaran, secantik apa sosok itu ketika empat malaikat tertinggi di Elysium menyemayamkan diri di dalam raganya.
"Aku mencari seseorang" Chanyeol menarik tangan Baekhyun untuk membuat wanita itu berdiri. Ia membawa Baekhyun keluardari ruang makan yang terhubung secara langsung dengan dapur itu dan menuju ruang tengah.
Pria itu lantas menarik Baekhyun untuk duduk di pangkuannya. "Siapa?" Tetapi si cantik belum terlihat akan berhenti bertanya.
"Aku juga belum pernah bertemu dengannya, aku belum tau bagaimana wujudnya, aku juga tidak pernah mengenalnya" Baekhyun mengeryit heran. Lagi..
"Kau memiliki fotonya?" Chanyeol terkekeh, oh andai saja yang dicarinya adalah seorang manusia. Pria itu menggeleng, membuat kerutan di dahi Baekhyun semakin tercetak jelas.
"Lalu bagaimana caramu menemukannya? Kau juga tidak tau namanya? Alamatnya?" Chanyeol hanya menggeleng dan terkekeh.
"Lalu dengan bekal apa kau mencarinya Park Chanyeol?" Baekhyun mulai gemas sendiri. Bukankah pria itu hanya akan buang-buang waktu.
"Aku memang tidak tau bagaimana dia, siapa namanya, dan juga dimana dia berada saat ini. Tetapi yang jelas dia pasti sangat cantik" Chanyeol setengah sadar saat mengatakannya.
"D-dia, wanita?" Suara Baekhyun mulai mencicit. Mendengar Chanyeol mengatakan jika sosok itu sangat cantik dengan wajah seperti itu membuatnya tidak nyaman.
Apa sosok itu adalah sosok yang Chanyeol sukai?
"A-apa kau menyukainya?" Lanjutnya, membuat Chanyeol tersadar dan terkekeh lantas melayangkan kecupan bertubi pada pipi lembut wanita itu.
"Byun Baekhyun cemburu?" Pria itu memang sudah tak sekaku dulu. Chanyeol sedikit-sedikit sudah mengerti bagaimana caranya melayangkan sebuah candaan. Itu yang dirasakan Baekhyun. "Dengar. Aku mencarinya bukan karena aku menyukainya atau apapun itu yang ada di pikiranmu. Aku harus segera menemukannya sebelum orang lain menemuinya atau semua akan kacau. Aku tidak bisa menceritakan detailnya pada dirimu, jadi Byun Baekhyunku.. jangan cemaskan apapun, hm?" Wajah Baekhyun merona.
Byun Baekhyunku Chanyeol bilang.
Wanita itu mengangguk lantas menyerang bibir si tampan dengan cukup agresif. Membuat Chanyeol terkekeh lantas menyambut lumatan kasar itu dengan cukup baik. Bagiamanapun ia tidak mau menjadi pihak yang di dominasi, dan nyatanya seorang Byun Baekhyun selalu kalah oleh permainan bibir Chanyeol di atas bibirnya.
~OoO~
Luhan mendegus bosan untuk kesekian kalinya. Ini menyebalkan, terjebak di sebuah ruangan sempit dengan hanya Kyungsoo si wanita membosankan bersamanya.
Ia sudah mengalihkan kebosanannya dengan mamainkan game di ponselnya, tetapi setelah berjam-jam berlalu Kyungsoo juga tak kunjung selesai dengan pekerjaannya.
Jika begini lebih baik tadi ia memilih di rumah bersama Baekhyun. Yaa, walaupun ia akan berakhir menjadi seonggok daging menyedihkan yang hanya mampu menatap pasangan mesum yang sedang kasamaran, setidaknya dengan itu dia bisa menyela untuk bertanya tentang keadaan Sehun pada Chanyeol.
"Kapan kau selesai?" Wanita itu bermain-main dengan kentang goreng yang tersaji di depannya sebelum memasukkan benda berbentuk panjang kecil-kecil itu ke dalam mulut.
"Bersabarlah, dan jangan mencoba untuk pergi kemana-mana. Aku masih harus menunggu tugas mahasiswaku, setelah itu kita pulang" Luhan memutar bola mata malas. Untung saja ia sempat menyelinap keluar dan pergi jalan-jalan di sekitar Universitas saat Kyungsoo masuk kelas tadi sehingga kebosanannya tidak menumpuk. Yaa walaupun wanita bermata bulat itu sudah berkali-kali memperingatinya untuk tidak pergi kemanapun dari ruangan sempit tersebut, tetapi bukan Luhan namanya jika menurut begitu saja.
Luhan memang berjiwa bebas. Wanita itu sebelas dua belas dengan Baekhyun. Maka sebab itu sebenarnya adalah sebuah kesalahan jika Kyungsoo membagi tugas dengan Luhan yang bertugas untuk mengikuti Baekhyun kemanapun sedangkan ia yang bertugas untuk bekerja. Tetapi jika tugasnya di balik, Luhan juga tidak bisa di andalkan. Wanita itu penuh dengan pikiran-pikiran kekanakan dan terlalu banyak berbuat ulah. Pekerjaan apa yang cocok dengan model orang seperti itu?
Jawabannya adalah
Tidak ada!
Tok tok..
Luhan berhenti mengunyah saat suara pintu yang di ketuk terdengar.
Sedangkan Kyungsoo tersenyum menyambut seorang gadis dengan beberapa tumpuk makalah berada di tangannya.
"Saya mengantarkan tugas yang Miss minta" Gadis itu membungkuk sopan sebelum meletakkan tumpukan makalah itu di atas meja kerja Kyungsoo.
Sedangkan Kyungsoo justru lebih sibuk untuk mengamati wajah mahasiswa perempuan di depannya itu.
"Sepertinya aku belum pernah melihatmu, apakah kau mahasiswa baru di kelasku?" Kyungsoo bertanya penasaran.
Gadis dengan dandanan cukup modis itu tersenyum ramah. "Iya miss. Saya Jennie, saya baru pindah ke kampus ini satu minggu yang lalu" Kyungsoo mengangguk dan tersenyum.
"Semoga harimu menyenangkan di tempat baru ini"
"Kalau begitu saya permisi" Kyungsoo mengangguk, keningnya berkerut seiring dengan gadis bernama Jennie yang sudah berlalu tadi.
"Kyung!" Suara Luhan menyadarkannya. Kyungsoo menoleh pada Luhan dan mendapati raut tidak biasa dari sahabatnya itu. "Bukankah kau merasa familiar dengan gadis tadi?"
Kyungsoo semakin berkerut kening. Ia memang merasa familiar dengan gadis yang menjadi mahasiswa pindahan di kelasnya tersebut. Tetapi ia juga tidak ingat kapan pernah bertemu. Apalagi Luhan merasakan hal sama dengannya.
~OoO~
"Kau benar-benar membunuh anak itu?" Seorang wanita berwajah cantik duduk di atas pangkuan pria berahang tegas yang sibuk melumat bagian lehernya. Desisan nikmat sesekali terdengar. "Dia memiliki potensi yang cukup bagus untuk kita Sayang"
Si tampan masih belum menjawab. Pria itu menghentikan kegiatannya mengeksplor leher sang kekasih sebelum menyeringai licik.
"Aku masih memiliki mereka yang berpotensi baik. Dia membuat keberadaan kita di endus oleh Minho dan anak-anaknya yang tidak berguna itu. Walaupun berkat itu pula kita tau jika Xunlu ada di tempat itu. Itu artinya si cantik pemilik Aurora juga berada disana"
Sosok itu kembali menyeringai penuh konspirasi sebelum melucuti pakaian wanitanya dengan brutal.
.
.
.
TBC
.
.
.
Ini hanya fiksi.. dan murni dari imajinasi penulis.
Maaf lama banget gak update FF ini.. yaa alasannya masih sama dan aku tak akan mengulanginya untuk kesekian kali.
Intinya, aku butuh support lebih buat nulis cerita ini, so.. pliss tinggalkan Review kalian
See You :*
