Chapter 2 : Kesendirian & Sumpah

.

.

.

Di sebuah jalan setepak pertengahan hutan. Sekelompok orang tengah melakukan perjalanan. Mereka membawa barang bawaan yang cukup banyak terutama sel penjara yang keberadaannya sangat mencolok. Seorang anak kecil dengan satu mata tergeletak dalam sel itu.

"Semuanya cukup, kita lanjutkan perjalanan setelah beristirahat,"

"Baik ketua,"

Rombongan itu menghentikan perjalanan dan memilih untuk beristirahat sejenak. Mereka mengeluarkan beberapa bekal yang sudah di persiapkan sebelumnya. Bau harum tercium dari makanan – makanan itu. Akibatnya, seorang anak yang berada di dalam sel terbangun setelah mencium bau sedap yang menguar. Anak itu, Naruto, merasakan perutnya berbunyi sehingga beberapa orang menatapnya intens.

"Ogh.., jadi budak kecil itu sudah bangun,"

"Benar ketua, bagaimana kalau kita pergunakan dia sebelum di jual,"

"Idemu cukup bagus, baik.., antar budak kecil itu kesini,"

Beberapa orang menghampiri Naruto dan membuka sel miliknya. Di seretnya Naruto kehadapan ketua dari kelompok ini.

"Budak kecil, bagaimana keadaanmu ?, sudah siapkah kau bekerja ?, hahahaha,"

Naruto tertegun mendengar jawaban dari ketua rombongan yang membawanya. Dia menyadari akan di jadikan budak oleh mereka. Naruto hanya pasrah di temukan oleh kelompok bandit seperti ini.

"Kenapa kau hanya diam saja ?, jawab pertanyaanku budak kecil,"

Ketua kelompok itu mulai marah dan memukul Naruto. Darah dan luka lebam muncuk dari bekas pukulan. Naruto terlihat menjerit dan menangis sejadi – jadinya.

"Tidak, ampuni aku tuan, aku akan melayanimu,"

"Bagus, hei kalian, seret anak ini untuk bekerja,"

Beberapa orang kembali menyeret Naruto pergi dari hadapan ketua untuk mulai berkerja sebagai budak. Pekerjaan itu tidaklah mudah dan sangat menyakitkan. Banyak dari bandit itu dengan terang – terangan menghina ataupun mempermainkan Naruto. Bahkan beberapa dari mereka tidak segan memberikan sedikit pukulan hingga membuat badan Naruto terasa remuk. Nasibnya terlalu tragis untuk ukuran anak kecil.

Naruto terbaring kelelahan setelah melakukan pekerjaan itu. Tubuh miliknya penuh akan luka dan lembam yang menyakitkan. Untuk mengangkat satu jari saja mungkin tidak bisa. Tiba – tiba, seorang bandit datang menghampiri dengan membawakan sepotong roti untuk Naruto.

"Hei budak kecil bangun,"

Bandit itu menendang – nendang tubuh Naruto dan memaksanya bangun.

"Ada apa tuan,"

Naruto berujar lemah dan memaksakan diri untuk bangkit.

"Ini makanan untukmu budak kecil, beruntung kami masih berbelas kasih memberikan makanan untukmu bocah, tapi sebelum itu..,"

Sebelum melanjutkan perkataannya. Bandit itu melempar sepotong roti itu cukup jauh hingga berhenti melayang setelah menghantam salah satu pohon.

"Ambil sendiri makanan itu budak kecil, hahahah,"

Bandit itu pergi setelah puas membuat Naruto menderita. Naruto menekuk wajahnya, amarah menghiasi pikirannya saat ini. Ingin dia memukul dan menghabisi para bandit itu, tapi hal apa yang bisa dia perbuat ?. Dia hanyalah seorang anak kecil yang lemah dan tidak berdaya.

Naruto segera berjalan menuju ke tempat sepotong roti itu tergeletak. Lebih baik dia makan dari pada memikirkan hal yang tidak berguna. Mungkin amarah miliknya hanya bisa dia pendam dalam hati.

Tanpa Naruto sadari, bandit yang telah pergi sebelumnya. Ternyata diam – diam mengikuti Naruto dari belakang. Saat Naruto ingin mengambil roti itu. Bandit yang bersembunyi menampakkan dirinya dan menginjak roti itu hingga hancur.

"Hahahaha, menderitalah budak kecil,"

Kesabaran Naruto telah habis. Amarah miliknya keluar. Tanpa di duga, jiwa Naruto di ambil alih. Penampilan Naruto begitu mengerikan seperti saat dia membantai monster – monster yang merenggut orang - orang yang di cintainya (baca chapter 1).

Sekejap mata, Naruto sampai di hadapan bandit yang membuatnya menderita. Bandit itu terkejut saat tangan Naruto telah memegang lehernya dengan kecepatan tidak manusiawi. Sebuah tendangan bersarang di perut bandit itu. Memisahkan kepala dan anggota badannya. Darah keluar dengan deras dari potongan kepala bandit yang sudah di bernyawa itu. Naruto segera membuang potongan kepala itu sembarangan dan berjalan ke tempat para bandit yang telah membuat dia menderita.

Tiba di tempat tujuan, Naruto mulai menghabisi para bandit itu satu persatu.

"Apa yang kau lakukan budak kecil,"

Mereka merasa terkejut melihat Naruto tiba - tiba datang dan mengajak mereka bertarung. Gerembolan bandit itu segera mengeluarkan pedang dan mengepung Naruto dari berbagai arah. Naruto yang melihat strategi yang di pakai oleh bandit – bandit itu hanya mengulas senyum kecil.

Para bandit itu mulai menyerang dan menebaskan pedang mereka ke arah Naruto. Namun, saat mereka hanya berjarak 1 meter. Tiba – tiba Naruto menghilang di sertai sebuah suara gesekan angin yang terdengar di indera pendengaran para bandit itu. Sekejap kemudian, Naruto muncul tidak jauh dari gerombolan bandit itu dengan sebuah pedang yang sempat dia pungut sebelum kematian bandit pertama yang di bunuhnya. Darah mengalir turun dari pedang yang di genggam Naruto.

Tanpa bisa berkata – kata. Gerombolan bandit itu jatuh dengan kepala mereka yang telah terpisah. Lautan darah mengenangi tempat Naruto berdiri saat ini. Dia menyadari bahwa pemimpin dari kelompok bandit itu belum di bunuh. Naruto segera mendatangi tempat ketua bandit itu berada. Namun, tanpa harus bersusah payah. Pimpinan bandit itu memunculkan dirinya.

"Apa yang terjadi di sini ?,"

Ketua bandit itu terkejut memandangi para bawahanya telah mati dengan keadaan yang mengenaskan. Dia menyadari bahwa Naruto adalah pembunuhnya melihat Naruto merupakan satu – satunya orang yang berada di situ dan pedang berlumuran darah yang di bawanya.

"Sialan kau budak kecil, aku akan membalasmu,"

Di liputi amarah, ketua bandit itu mengeluarkan dua buah kapak dan berlari menuju Naruto. Pertarungan sengit terjadi. Ketua bandit itu menebaskan kapaknya secara membabi buta ke arah Naruto. Namun, Naruto dengan tangkas dapat menghindari serangan – serangan yang terarah kepadanya. Menyadari ada sebuah celah. Naruto melayangkan sebuah pukulan ke arah pinggang bandit itu. Ternyata celah yang sengaja ketua bandit buat adalah strateginya. Menyadari celah itu hanyalah tipuan. Naruto berniat melakukan salto kebelakang, tapi terlambat. Salah satu tangan ketua bandit itu telah memegang seluruh tubuhnya dan mengangkatnya keatas.

"Hahaha, akhirnya kau akan mati budak kecil,"

Ketua bandit itu tertawa senang, tapi dia menyadari raut wajah Naruto masih tenang. Ekspresi yang di keluarkan Naruto mencurigakan. Hal mengejutkan segera terjadi. Setelah Naruto menutup matanya. Sebuah api berwarna merah crimson keluar dari seluruh tubuh Naruto membakar tangan ketua bandit yang masih memeganginya.

Ketua bandit itu menjerit kesakitan. Api berwarna merah crimson itu dengan cepat membakar tangan kiri ketua bandit itu hingga menyisakan tulang belulangnya saja.

"Aghhh.., ampun.., ampuni aku,"

Ketua bandit itu memohon ampun kepada Naruto. Dia menyadari perbedaan mereka begitu besar. Ternyata anak kecil yang dia pungut dari bekas desa Nimian adalah penyihir. Jika saja dia mengetahui hal itu. Mungkin dia dapat menghiraukan Naruto dan sampai di kerajaan bintang tanpa harus terkena bencana seperti ini.

Naruto yang mendengar permohonan ampun dari ketua bandit itu hanya tertawa keras. Suara tawa itu di pandangan Ketua bandit sangat mengerikan. Tawa itu seakan tawa malaikat maut yang siap kapan saja mengambil nyawanya.

Naruto memasang raut dingin dan menunjukkan seringai kejam di wajahnya. Dia segera menghilang dan muncul lagi sekejap sembari mengesekkan pedangnya ke arah tanah. Suara gesekan pedang itu sangat menyeramkan bagi siapa saja yang mendengarnya. Naruto terus menerus melakukan gerakan seperti itu dengan kecepatan tidak manusiawi untuk menakuti – nakuti ketua bandit. Rasa ketakutan tercetak jelas di wajahnya. Dia segera bangkit dan berlari menjauh dari Naruto. Berharap dia bisa kabur darinya.

Naruto tentu tidak akan membuat hal itu terjadi. Secepat kilat, Naruto muncul di hadapan ketua bandit itu dan menebaskan pedangnya secara horizontal memutus kepala ketua bandit itu dari tubuhnya.

.

.

.

Naruto terbangun. Jiwa miliknya telah sepenuhnya kembali. Dia menyadari bahwa tempat di hadapannya saat ini tidaklah asing. Memandangi sekeliling, Naruto sadar bahwa saat ini dia tengah berada di bekas desa Nimian yang telah hancur. Dia bingung dengan keadaannya.

Sebelumnya, dia berada di kelompok para bandit, tapi entah sesuatu telah terjadi. Menyebabkan Naruto tiba – tiba selamat dari tempat itu. Hal ini semisterius saat dia selamat setelah menerima luka yang mengakibatkan separuh pelinghatanya menghilang. Mungkinkah ada malaikat yang baik hati mau menolongnya. Entahlah, Naruto tidak ingin memikirkan hal itu. Lebih baik dia menelusuri bekas desanya sembari mencari sumber makanan.

Beberapa waktu berlalu, Naruto menyadari bahwa mayat monster ataupun penghuni desa ini telah menghilang meninggalkan bekas genangan darah. Kemudian, Naruto sampai di depan reruntuhan yang dulu dia sebut rumah.

"Ayah..., Ibu..., Sharlyn...,"

Naruto kembali mengingat peristiwa saat monster – monster itu membantai keluarganya dan juga para penghuni desa. Dia menyesal. Saat itu dia tidak bisa berbuat apa – apa untuk menyelamatkan keluarga dan desanya. Dia begitu lemah. Dia hanyalah anak kecil tak berdaya. Namun, suatu saat pasti dia akan membalaskan dendam. Yang di butuhkannya adalah kekuatan.

"Tunggu saja, ayah, ibu, Sharlyn, aku bersumpah di atas tempat kematian kalian, aku pasti akan membalaskan dendam, "

Naruto menyadari di salah satu sudut reruntuhan rumahnya. Sebuah cahaya mengkilap samar – samar memantul. Dia segera menghampiri dan mengambil barang itu. Naruto menemukan kalung peninggalan Sharlyn, yaitu sebuah kalung perak berlambangkan merpati putih. Dia juga menemukan sebuah buku dan batu sihir.

Naruto menyimpan barang – barang itu dan berniat mencari barang – barang lainnya lebih lanjut. Namun, di kejauhan kelompok besar serigala besar nampak mengejarnya. Naruto tidak punya pilihan lain untuk berlari dan meninggalkan tempat ini.

Sekuat tenaga Naruto berlari. Kini dia telah memasukki hutan. Dia menengok ke arah belakang. Serigala – serigala itu masih terus mengejarnya. Nasib Naruto begitu buruk saat ini.

"Ahh sial,"

Tanpa sengaja, Naruto tersandung salah satu akar pohon dan membuatnya terjatuh. Kawanan serigala yang mengejarnya itu semakin dekat. Naruto segera bangkit dan kembali lari. Salah seekor serigala telah dekat dengan Naruto. Serigala itu membuka lebar mulutnya dan menggigit lengan kanan Naruto.

"Arrgghh..,"

Naruto berteriak kesakitan. Dia terus memukul – mukul serigala itu agar lepas dari lenganya. Naruto terus berlari hingga dia sampai di ujung tebing dengan sungai yang mengalir di bawahnya. Dia tidak punya pilihan lain. Naruto segera terjun menuju ke sungai itu meninggalkan para serigala yang mengaum – ngaum marah.

Aliran sungai itu sangat deras. Naruto segera meraih salah satu pohon di pinggaran sungai itu. Dia berenang ke pinggiran sungai setelah mendapat sebuah tumpuan. Naruto terbaring lemas setelahnya. Dia memeriksa barang – barang yang telah di kumpulkan sebelumnya. Kalung dan batu sihir masih aman. Untuk buku untungnya buku itu masih bisa di baca walaupun cukup basah.

Beberapa waktu berlalu, Naruto telah mendapat tenaganya kembali segera bangkit. Dia berjalan menuju hutan. Selama berjalan, perutnya tidak henti – hentinya berbunyi. Perutnya sangat lapar. Sebenarnya, Naruto ingin mencari makanan, tapi melihat langit yang mendung menandakan akan hujan. Lebih baik baginya untuk mencari tempat berteduh terlebih dahulu sebelum pergi mencari makanan.

Sebuah keberuntungan Naruto dapatkan. Di hadapannya, ada gubuk kecil yang dapat dia tinggali untuk beberapa waktu. Naruto melangkahkan kakinya memasukki gubuk itu. Interior dalamnya cukup nyaman walaupun terlihat rapuh. Naruto segera menurunkan barang – barangnya dan berbaring di dalam gubuk itu menunggu hujan berhenti.

TBC

Balasan review dari author..., tapi sebelum itu saya sungguh berterima kasih pada kalian yang sudah mau repot – repot review cerita author. Kalian benar – benar mendapatkan respect dari saya.

ShootingQuasar : Terima kasih bro udah mau mampir dan review. Nanti kalau semisal saya lagi buntu alur cerita bakal tanya. Sekali lagi terima kasih bro dan ada ide juga gak nih buat kedepannya ?.

Dwi-san : Makasih udah ngingetin bro. Memang di saya sendiri penggunaan tanda koma masih bingung sendiri. Jujur nih ya. Masih agak bingung, tapi bakal saya perbaiki kedepannya. Saya juga bakal nambahin penggunaan garis miring. Namun, bukan hanya untuk kata asing nantinya juga buat kata yang sukar di pahami. Jangan lupa buat review lagi bro. Review seperti ini sangat berarti buat saya agar belajar menulis lagi. Terima kasih juga udah mampir dan review cerita saya.

King Bochum219 & Otsutsuki renal : Gak janji bro soal itu. Urusan di kehidupan nyata masih padat dan banyak. Saya kalo uptade pas lagi mood aja dan ada waktu luang aja. Jadi maaf kalo uptadenya gak teratur hehehe. Makasih udah review.

Pain overture : Siap. Ini ratingnya udah saya naikin ke M karena ada gorenya. Mungkin kedepannya juga ada unsur dewasanya wehehehe :v. Yah milih aman aja jadinya rating M. Btw makasih udah mampir bro. Jangan bosan – bosan review.

Kalau ada yang masih bingung soal cerita ini bisa tanya ke author lewat review / pm.

Buat penulisan kalau ada Typo dan kesalahan, beritahu author lewat kolom review ya.

Sekian dari Author.

Jangan lupa dukungan, review, dan follownya kawan !