.

.

Disclaimer :

Naruto © Masashi Kishimoto

Highschool DxD © Ichiei Ishibumi

.

Rating : M (Just for save)

Genre's : Adventure, Supernatural, Half-Humor, Fantasy, Little bit-Romance, School-Magic, Martial Arts, etc...,

Pair : Naruto x Akame, ? x ?

Warn : Always Mainstream idea!, Many more typo, alur acak!, much OC from other anime, OOC Chara, AU, Mix Modern Life and Past Life setting, bad EYD, bahasa kaku dsb, and etc...,

Human!Naru, OP!Naru, etc

.

Play OP Song : Konomi Suzuki - Redo

.

Chapter 9 : First Quest

.

Raizen Magic Academy

Di halaman akademi, tepatnya di taman yang terdapat gazebo. Terlihat Naruto yang tengah merebahkan dirinya di teras panjang yang ada pada gazebo tersebut.

Pemuda itu tampak menikmati suasana tenang di taman akademi ini, ditambah dengan udara sejuk serta kicauan burung yang terdengar memberikan suasana asri pada taman akademi tersebut.

Tap!

Naruto membuka sedikit matanya ketika mendengar langkah kaki sedang mendekat menuju kearahnya, tetapi akhirnya ia memutuskan untuk mengabaikan hal tersebut dan memilih untuk melanjutkan kegiatannya. Yap, ia sedang bolos sekarang, salahkan saja pelajaran akademi yang begitu membosankan hingga ia memutuskan untuk membolos walau Akame dan Chelsea sudah mencegahnya tetapi pada akhirnya ia berhasil kabur dari kedua gadis itu.

Poke!

"Bangun Naru."

Naruto harus kembali membuka kedua matanya begitu merasakan sebuah jari menusuk pipinya. Ia lalu melirik ke pemilik jari tersebut dan melihat bahwa Akame lah yang menjadi pelakunya.

"Hmm?" Naruto memilih untuk bergumam saja sebagai balasan dari ucapan kekasihnya itu. Akame hanya menghela nafas kecil melihat tingkah pemuda pirang tersebut.

"Sudah kubilang jangan bolos bukan? Mengapa kau ngeyel sekali sih?" Keluh gadis itu.

"Ayolah Akame, belajar di kelas itu benar-benar membuatku bosan. Lagipula aku datang ke akademi ini bukan untuk belajar tetapi memang hanya ingin bersamamu saja." Balasnya enteng tetapi cukup membuat Akame tersentak lalu rona merah tipis muncul di pipinya membuat gadis itu terlihat semakin manis.

"B-Baka! Meskipun begitu, kau juga harus mengikuti ketentuan yang ada di akademi. Karena bagaimanapun juga disini tidak seperti di Night Raid." Ujar Akame.

Naruto mendengus pelan mendengarnya, ia lalu bangkit dari tidurnya dan meregangkan tangannya yang sedikit pegal.

"Aku tidak terlalu peduli tentang hal itu." Ucapnya.

"Hei, apa kau tak membawakanku makanan?" Tanya Naruto setelah selesai dengan kegiatannya.

Akame menoleh sebentar pada pemuda pirang tersebut sebelum dirinya mendengus dan cemberut. Gadis itu lalu mengalihkan pandangannya ke samping.

"Aku bawa, tapi karena kau bolos aku jadi tak ingin memberikannya padamu." Balasnya ketus.

"Hah?" Beo Naruto, sungguh ia heran dengan tingkah gadisnya itu. Belakangan ini sepertinya Akame menjadi mudah marah walau itu hanya hal sepele. Ah! Mungkinkah dia sedang PMS?

"Hei, kenapa kau sekarang mudah sekali marah padaku?" Tanya Naruto yang saat ini sudah memotong jarak diantara mereka. Ia sekarang tengah mendekatkan wajahnya pada Akame yang masih memalingkan wajahnya.

"Hmph!" Hanya dengusan lah yang Naruto dengar sebagai bentuk balasan dari pertanyaannya.

"Hah, baiklah-baiklah aku tidak akan bolos lagi." Bujuk Naruto yang rupanya berhasil membuat gadis cantik bermata merah sama sepertinya tersebut menatapnya.

"Benar?" Tanyanya datar.

"Yah, mungkin saat keadaan tertentu saja-"

"Kalau begitu tidak." Dengus Akame ketika mendengar ucapan pemuda itu. Naruto menatapnya dengan sebutir keringat di dahi.

"Baiklah, aku janji." Ucapnya dengan malas.

"Benar?" Akame kembali bertanya untuk memastikan ucapan kekasihnya tersebut. Naruto hanya membalasnya dengan hmm pelan lalu menguap, Akame tersenyum mendengarnya.

"Tapi, aku tetap tak akan memberikan ini padamu, ini sebagai bentuk hukuman padamu." Ucapnya memasang senyum penuh kemenangan yang di tatap datar oleh Naruto.

Naruto perlahan mendekati Akame yang sedang asik mengunyah bagian atas roti tersebut. Ia menunduk lalu menggigit bagian bawah roti itu.

Akame sedikit terkejut dengan tindakannya, rona merah kecil tercipta di wajahnya membuat Naruto tertawa kecil yang di tunjukkan untuk meledeknya menyebabkan Akame segera mencubit pipi pemuda itu karena kesal dan masih dengan wajah yang memiliki rona merah di pipinya.

Tap!

"Sudah kuduga kalian ada disini. Dasar, bisakah setidaknya kau beritahu pada kami tempatmu ketika ingin bolos huh?" Ujar Kirito dengan sebelah tangan di pinggang ketika melihat Naruto dan Akame di gazebo itu.

"Kupikir kau sudah tahu dimana aku ketika bolos pelajaran." Balas Naruto lalu kembali merebahkan dirinya sambil memejamkan kedua matanya.

"Yah, memang aku tahu. Tapi kau pikir mudah menemukanmu jika di akademi ini terdapat lebih dari 20 gazebo?" Ucapnya lelah membuat Chelsea di sebelahnya terkekeh kecil. Mereka berdua lalu duduk di teras yang ada. Kemudian Chelsea mengeluarkan beberapa makanan yang sengaja ia beli untuk di makan bersama.

Mereka bertiga kecuali Naruto yang memilih untuk tidur, memakan itu dengan khidmat sesekali mengobrol tentang pelajaran sihir di kelas.

"Bercerita soal guru. Hei Naruto, kau dipanggil oleh Kouchou setelah jam pulang nanti." Ujar Kirito membuat Naruto membuka sebelah matanya untuk melirik pemuda itu.

"Ada hal apa hingga ia memanggilku?" Tanyanya.

Kirito menggelengkan kepalanya pelan, ia lalu menelan makanan yang di kunyahnya sebentar.

"Entahlah, aku hanya diperintahkan untuk memberitahumu saja, mungkin ada sesuatu pribadi yang ia ingin bicarakan denganmu." Balasnya membuat Naruto menatap langit-langit bangunan sederhana ini lalu memutuskan untuk tak terlalu memikirkannya terlihat dari dirinya yang kembali memilih memejamkan matanya.

.

- Skip -

Di sore harinya, Naruto berjalan menuju ruangan Jiraiya bersama Akame, yap gadis itu memaksa untuk ikut dengannya karena merasa hal ini merupakan hal yang penting walau Naruto sudah berkata bahwa ia akan menjelaskannya nanti di asrama.

"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan teknik barumu?" Ucap Naruto mulai membuka suara.

"Hmm, aku masih mencari sedikit metode yang lebih tepat untuk menstabilkannya. Walau aku yakin ini akan membunuh orang dengan level 6 atau 5 dalam sekali tebas jika mereka lengah bahkan sebelum teknik ini kusempurnakan." Jawabnya sambil menghela nafas kecil ketika mengingat teknik yang saat ini masih ia berusaha sempurnakan itu.

"Begitu, kupikir aku akan kembali mengetes teknik itu dalam latih tanding selanjutnya. Apa kau yakin kali ini teknikmu bisa melukaiku huh?" Ledek Naruto membuat gadis itu sedikit cemberut lalu memilih untuk mencubit sebelah pipi Naruto yang membuat Naruto tertawa kecil.

Beberapa langkah kemudian, mereka akhirnya tiba di depan pintu ruangan Jiraiya. Naruto langsung saja membuka pintu tersebut tanpa mengetuknya terlebih dahulu membuat Akame memijat keningnya karena tingkah tak sopan pemuda pirang tersebut.

"Kudengar kau memanggilku." Naruto berkata dengan menatap Jiraiya yang sedang duduk di meja kerjanya, di temani oleh Shizune dan Grayfia.

"Begitulah, kupikir ini hal yang tepat untuk kubicarakan denganmu." Balasnya tenang. Pandangan Jiraiya beralih pada Akame yang berdiri di sebelah Naruto. Ia kemudian menatap Naruto yang di balas dengan ucapan oleh pemuda itu.

"Kau tahu dia juga berasal darimana kan? Kupikir tak masalah jika dia kuajak karena pada akhirnya pun aku akan memberitahunya." Ujar Naruto menatap lurus Jiraiya di mejanya.

"Baiklah, lagipula aku tak mempermasalahkannya. Terlebih memang informasi ini ditunjukkan untuk organisasi kalian." Jiraiya berkata dengan nada yang masih tenang.

"Maaf menyela Jiraiya-sama. Anda menyebut sesuatu tentang organisasi, boleh kutahu apa itu?" Tanya Grayfia dengan nada bingung sekaligus penasaran.

Jiraiya kemudian menatap Naruto yang dibalas oleh anggukan pelan olehnya.

"Kupikir kau sudah mengetahuinya tetapi sepertinya belum. Yah wajar saja, karena hanya aku dan beberapa orang saja yang mengetahui organisasi itu di akademi ini." Ucapnya, pria itu kemudian menyandarkan punggungnya pada kursi yang di dudukinya.

"Tentang organisasi yang kau tanyakan tadi, mungkin akan lebih di kenal dengan sebutan 'Serangan Malam'. Dari nama itu, kau sudah mengetahuinya bukan?"

Grayfia terdiam sesaat untuk memproses ucapan Jiraiya, sebelum dirinya tersentak lalu menatap Naruto dan Akame dengan iris mata yang sedikit bergetar.

"K-Kalian, anggota dari organisasi Night Raid?" Ujarnya dengan nada bergetar di karenakan gugup.

Night Raid, Ia tahu betul tentang organisasi pembunuh bayaran yang terkenal itu. Sebuah organisasi yang menjual jasa mereka kepada pihak yang membutuhkan dan selalu melalukan pekerjaan mereka dengan baik. Juga sebuah organisasi yang selalu melancarkan aksinya di malam hari. Tidak diketahui siapa ketua dari organisasi tersebut, tetapi dapat dipastikan satu hal bahwa setiap anggota organisasi itu memiliki kekuatan yang besar.

Dan kini, di hadapannya. Berdiri seorang pemuda yang di bisa dikatakan sebagai anggota terkuat yang di miliki Night Raid, seorang anggota yang memiliki julukannya sendiri dan bahkan di akui oleh Raja Kerajaan Pendragon itu sendiri.

Ia memang mengetahui tentang julukan yang di miliki Naruto karena memang julukan tersebut terkenal di berbagai tempat di sebabkan oleh aksinya. Banyak orang yang berusaha mencari pemilik julukan tersebut, walau sudah ada petunjuk bahwa ia berasal dari sebuah organisasi, tetapi tetap saja mereka tak dapat mengetahui hal itu.

"Reaksimu terlalu berlebihan Gray-sensei." Ucap Naruto dengan nada bosan membuat wanita itu menghembuskan nafasnya dengan lelah lalu menenangkan dirinya.

"Maaf, aku sedikit terkejut dengan fakta ini. Walau aku baru tahu jika kaulah orang yang memiliki julukan itu, tetapi aku sangat terkejut bahwa kau juga berasal dari Night Raid. Begitu juga dengan Akame dan yang lainnya." Jelasnya.

Jika Naruto dan Akame berasal dari Night Raid, maka bukan tak mungkin jika Chelsea, Sheele, Dulio, Leone dan Kurome berasal dari organisasi yang sama. Karena secara teknis, mereka semua merupakan orang yang paling dekat dengan Naruto di akademi. Dan yang semakin menguatkan pemikirannya itu adalah sebuah asrama khusus yang ditempati mereka.

"Yah, lanjutkan hal itu nanti saja. Sekarang kita akan pembahasan utama." Sela Jiraiya dengan nada yang berubah menjadi serius di ikuti oleh tatapannya.

"Aku sudah mendengar dari Najenda bahwa markas utama kalian telah mengalami penyerangan dan dari yang kudengar juga pihak penyerang nampaknya gagal dan berhasil melarikan diri secara misterius."

Ia menjedanya sesaat untuk mengambil nafas, "Bersamaan dengan itu, aku baru saja mendapat permintaan dari seseorang yang mengatakan, bahwa tempat mereka kedatangan pendatang baru, dan mereka membuat cukup banyak keributan disana." Tambahnya dengan menatap lurus Naruto.

"Pada awalnya kupikir itu hanyalah kasus biasa tetapi, orang itu menjelaskan bahwa salah satu pengacau yang mereka tangkap dan lihat ingatannya memperlihatkan bahwa mereka telah berhasil melarikan diri dari organisasimu." Ujar Jiraiya.

Naruto melipatkan tangannya di dada kemudian berjalan ke tembok dan menyandarkan dirinya. "Lalu? Apa yang menjadi masalahnya?" Tanyanya.

"Orang itu meminta kalian sendiri, anggota Night Raid untuk mengurusnya karena mereka merupakan urusan kalian, jadi secara tak langsung ia memintamu untuk mengurus pengacau itu di tempatnya." Jawab Jiraiya, ia menciptakan lingkaran sihir yang mengeluarkan sebuah gulungan, kemudian pria itu melemparkannya pada Naruto yang langsung di tangkap olehnya.

"Dan yang menjadi masalahnya, aku tak tahu tempat yang dimaksud itu dimana. Dia mengatakan bahwa seseorang berinisial NA akan mengetahuinya." Jelasnya lalu mendesah lelah, ia kemudian meminta Shizune untuk membuatkan teh hangat untuknya.

"Begitu, aku mengerti garis besarnya. Baiklah, biar aku yang mengurus masalah ini-"

"Aku ikut!"

Perkataan Naruto dipotong oleh Akame yang memandangnya dengan cemberut membuat ia melambaikan tangannya sebagai permintaan maaf.

"Aku dan Akame yang akan mengurusnya, kau tidak ada masalah dengan itu kan?" Naruto menatap datar Jiraiya.

"Sebenarnya-"

"Seorang murid Akademi Raizen biasanya di haruskan melakukan quest dengan minimal berisi 4 orang sesuai dengan tingkatannya. Karena quest ini bisa dikatakan bertingkat A atau bahkan S. Tentu saja kalian diwajibkan membawa 2 atau 3 orang lagi." Grayfia dengan segera menyela ucapan Jiraiya.

Tak peduli sekuat apapun dirimu di akademi ini, peraturan tetaplah peraturan, seperti itulah prinsipnya dalam mengajar di akademi ini. Kecuali kau mempunyai posisi tinggi disini, seperti anggota Union atau The Ten. Jika kau termasuk dalam dua kelompok tersebut, maka akan diperbolehkan melakukan quest solo karena kekuatan mereka sudah terjamin.

Naruto menatap sekilas Grayfia ia kemudian berjalan lalu berdiri di samping Akame sambil memainkan helai rambut pirangnya, seperti inilah kebiasaannya ketika sedang memikirkan sesuatu.

"Hmm, apa orang itu bebas kupilih?" Tanyanya mencoba memastikan. Jiraiya menyeruput teh yang di buat Shizune dengan pelan. Ia kemudian memandang Naruto dengan senyum ramah.

"Tentu saja bebas, karena kami tidak membatasi hal tersebut." Jawabnya singkat.

Grayfia yang mendengar perkataan Naruto tadi sedikit menghela nafas lega, ia pikir Naruto akan membantah balik ucapannya, tetapi sepertinya pemuda itu tak terlalu memikirkannya.

"Kalau begitu, aku akan membawa Kirito, Irina Shidou, dan Yuuki Konno dalam quest ini. Apa itu cukup?" Ucapnya.

Jiraiya mengangguk pelan, "Itu cukup, kalau begitu sudah diputuskan. Kau bisa berangkat besok pagi dan untuk bayaran ini, akan diberikan oleh klien. Akademi hanya memberikan bonus sesuai yang di laporkan oleh klien." Jelasnya membuat Naruto mengangguk.

Naruto dan Akame kemudian memutuskan untuk keluar dari ruangan itu sebelum suara Jiraiya menghentikannya.

"Satu lagi pesanku, berhati-hatilah dan kembalilah dalam keadaan baik-baik saja." Ucapnya yang membuat Naruto tersenyum tipis. Ia lalu menolehkan sedikit wajahnya pada Jiraiya sembari memasang senyum meremehkannya seperti biasa.

"Aku baru akan berhati-hati jika lawan yang kuhadapi adalah seseorang dengan level 1." Balasnya sambil melambaikan tangan tak peduli, Akame yang melihat tingkahnya menghela nafas pelan lalu menarik sebelah pipinya.

Setelah kepergian kedua murid itu, Jiraiya menghembuskan nafas pelan ketika mendengar balasan pemuda pirang tersebut. Ia kemudian meminum tehnya kembali untuk menghilangkan sedikit rasa haus.

"Level 1? Kupikir sifat gila bertarungnya itu benar-benar perlu diatasi, kuyakin Najenda pasti kerepotan setiap kali berbicara dengannya." Jiraiya berkata dengan lelah.

"Ngomong-ngomong Jiraiya-sama, apa kau tahu pemuda itu berada di level berapa saat ini?" Tanya Grayfia menatap Jiraiya yang terlihat memejamkan matanya

"Entahlah, Najenda tak memberitahu detail tentang anak itu. Walaupun ia sempat mengatakan bahwa jika seluruh anggota Night Raid bersatupun, hanya kekalahan yang akan mereka terima jika melawan pemuda itu. Tetapi, entah perkataannya benar atau tidak aku kurang tahu." Balasnya, Grayfia mengeluarkan setetes keringat di dahinya mendengar hal itu.

"Sekuat itu?" Ucapnya pelan.

"Yah, siapa yang tahu. Dunia itu luas kau tahu? Masih banyak orang kuat di luar sana yang kita tidak tahu. Salah satunya anak itu." Ucap Jiraiya sembari terkekeh pelan.

.

With Naruto & Akame

"Apa kau yakin akan mengajak mereka bertiga?"

Naruto menoleh pada Akame yang menatapnya dengan pandangan sedikit ragu.

"Tentu saja, lagipula aku tahu mereka bertiga itu cukup kompeten dan mudah untuk diajak kerjasama." Balasnya dengan santai.

"Kupikir tadinya kau akan mengajak teman-teman kita." Akame menghela nafas pelan setelah mengatakan itu.

"Sejujurnya, aku hanya sedikit bosan ketika melakukan pekerjaan dengan orang yang sama. Karena itu aku tidak mengajak mereka kali ini." Ucapnya dengan nada lelah.

Akame menyipitkan matanya mendengar itu, "Hmm, apa itu artinya kau juga bosan denganku huh?" Ia kemudian cemberut lalu mengalihkan pandangannya. Naruto menatapnya dengan setetes keringat. Memutuskan untuk tersenyum kecil, tangannya lalu tergerak untuk mengusap pelan mahkota hitam gadis bermata merah tersebut.

"Bukan itu maksudku, pekerjaan menjadi terlalu mudah jika kita semua yang bergerak. Kau tahu sekuat apa teman-teman kita bukan?" Ucapnya membuat Akame menatapnya.

"Yah, kalau soal itu aku juga sedikit sependapat." Ia mengangguk menyetujui apa yang Naruto katakan.

"Lalu bagaimana kita akan memberitahu mereka bertiga? Belum lagi bagaimana jika mereka menolaknya?"

Naruto menguap pelan ketika kantuk mulai menyerangnya kembali, "Aku akan pergi untuk memberitahu Kirito langsung, dan untuk Yuuki dan Irina. Kupikir Chelsea tau dimana mereka berada. Dan juga aku yakin mereka tidak akan menolaknya apalagi Kirito, tidak setelah mereka melihat bagaimana Gift Battleku dengan Ootsutsuki itu." Ucapnya enteng membuat Akame menggelengkan kepalanya pelan karena sikapnya.

Berbicara tentang Kaguya, gadis itu benar-benar memenuhi taruhan yang mereka sepakati. Naruto hanya memintanya untuk membelikan roti dalam 1 bulan penuh yang disetujui dengan mudah oleh gadis itu karena hartanya terbilang cukup banyak. Ia juga sedikit heran kenapa Naruto hanya meminta hal tersebut. Karena kebanyakan laki-laki normal akan memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin, apalagi dengan Kaguya yang merupakan salah satu gadis tercantik di akademi.

Gadis itu pernah menanyakan alasan Naruto dan pemuda itu hanya menjawab bahwa ia tidak tertarik pada Kaguya karena memang dia sudah memiliki Akame disisinya, terlebih hanya Akame lah yang membuatnya merasakan sesuatu seperti cinta.

Entah kenapa mendengar itu membuat Kaguya sedikit tertohok oleh ucapannya. Mengingat banyaknya pewaris laki-laki dari berbagai klan yang ingin sekali meminangnya. Kaguya juga sedikit mengakui jika Naruto adalah pemuda tertampan yang pernah dijumpainya, menjadi sedikit rasa kekesalan baginya ketika seorang pemuda tampan seperti Naruto secara tak langsung mengatakan itu padanya. Tetapi pada akhirnya ia sedikit bersyukur karena permintaan pemuda itu.

.

- Skip -

Di sebuah lahan luas yang terletak di pinggiran kota, terlihat Kirito yang sedang berlatih penggunaannya terhadap Healing Magic seperti biasa yang ia lakukan.

Setelah merasa latihan hari ini cukup, pemuda itu memutuskan untuk pergi ke taman dan duduk disalah satu kursi umum yang ada disana.

'Hah, seperti biasa aku hanya bisa mengakses sihir ini secara terbatas.' Pikirnya dengan menyadarkan tubuhnya lelah.

Tap!

"Nampaknya kau baru selesai latihan seperti biasa."

Kirito menoleh keasal suara dan menemukan Naruto yang sedang berjalan sambil mengunyah apel di tangannya.

"Begitulah, aku tetap tak mengerti apalagi yang harus kulakukan." Balasnya dengan nada lelah. Naruto kemudian mengambil tempat duduk di sebelahnya.

"Perlu waktu untuk bisa menyempurnakan itu semua." Naruto mengatakan itu setelah menghabiskan semua apelnya.

Kirito hanya mengangguk dan menghela nafas pelan karena menyetujui apa yang dikatakan teman sekelasnya itu.

"Ngomong-ngomong, ada apa kau kemari?" Tanyanya.

Naruto tak menjawab, ia merentangkan tangannya kesamping. Sihir penyimpanan muncul di sampingnya, ia lalu mengambil sebuah gulungan dan memberikannya pada Kirito. Naruto juga kemudian mengambil satu buah apel lagi untuk mengisi perutnya.

"Bacalah." Naruto memberitahu dengan singkat lalu mulai memakan apel di tangannya. Dilihat dari ekspresinya, sepertinya pemuda itu sangat menikmati apel miliknya.

"I-Ini? Sebuah quest?" Ujarnya lalu mengembalikan gulungan itu pada Naruto.

"Jiraiya memberikan itu padaku, tadinya aku akan mengajak Akame saja untuk melaksanakannya. Tetapi sepertinya peraturan akademi mengharuskan 4 atau 5 orang untuk melaksanakan quest tingkat A atau S." Jelasnya.

Kirito memandang pemuda itu dengan setetes keringat. "Lalu, untuk apa kau tunjukkan ini padaku?" Tanyanya bingung membuat Naruto meliriknya sebelum mengunyah kembali apelnya.

"Aku berniat mengajakmu dalam quest ini, apa kau mau?" Ucapnya langsung pada intinya setelah melihat reaksi lambat Kirito.

"B-Benarkah? K-Kau yakin ingin mengajakku?" Kirito bertanya dengan ragu padanya.

Sejujurnya, setelah menyaksikan banyak aksi Naruto beberapa hari yang lalu. Ia sadar jika Naruto merupakan salah satu murid terkuat di akademi. Apalagi setelah melihat dan mendengar bagaimana ia mengalahkan Vali, Toneri, Kaguya, dan juga Eto.

Hal itulah yang menyebabkan dirinya sedikit minder, karena dengan kekuatan yang di miliki pemuda pirang itu, tentu melakukan quest ini secara solo bukanlah hal yang sulit. Kalaupun tidak di perkenankan, setidaknya ia pikir Naruto akan mengajak beberapa orang yang lebih kuat darinya, sebut saja contohnya seperti Issei atau Eto.

"Kau tidak mau?" Naruto mengangkat sebelah alisnya mendengar balasan pemuda itu.

"Tentu saja aku mau, karena ini akan menjadi quest pertamaku. Tapi yah, kau tahu? Aku takut menjadi beban bagimu dan Akame." Ucapnya sambil menggaruk pipinya dengan telunjuk kanannya.

"Tidak perlu memikirkan hal itu, lagipula aku yakin dengan kemampuanmu kita bisa bekerja sama dengan baik. Masalah beban atau tidak, kau tidak perlu memusingkannya. Kita bekerja sebagai tim, dan dalam tim tidak ada yang namanya beban, karena kita semua bekerja bersama." Naruto berkata dengan nada malas. Kirito sedikit tergugah mendengarnya.

"Baiklah, kalau begitu aku akan ikut. Ngomong-ngomong, kapan kita akan berangkat?" Tanyanya.

"Besok pagi, tunggulah di dekat gerbang masuk Canaria. Dan satu lagi, apa kau tau dimana biasanya Irina dan Yuuki berada saat ini?" Naruto kemudian berdiri dan meregangkan tangannya, mungkin karena sering tidur tubuhnya menjadi sedikit kaku. Ia berniat untuk bertanya pada Chelsea awalnya, tetapi Kirito mungkin tau dimana kedua gadis itu berada.

"Oke. Irina dan Yuuki? Kau berniat mengajak mereka juga?" Kirito bertanya pada pemuda pirang tersebut.

"Yeah, kupikir mereka berdua akan sangat membantu dalam quest ini."

Kirito mengangguk pelan mendengarnya, ia memegang dagunya untuk mengingat sesuatu. "Ah, kalau tidak salah aku sering melihat mereka berdua di tempat yang biasanya warga gunakan untuk beristirahat." Kirito memberitahu Naruto hal itu setelah mengingat kembali pertemuannya dengan kedua gadis itu 2 hari yang lalu.

Naruto menguap pelan mendengarnya. "Kalau begitu aku akan mencari mereka, sampai jumpa." Ia kemudian meninggalkan Kirito dengan melambaikan tangannya tanpa menoleh.

Kirito hanya memandang dalam diam kepergian temannya, tak lama kemudian ia berdiri juga dan mengepalkan tangannya dengan semangat.

'Yosh! Sebaiknya aku segera menyiapkan hal yang dibutuhkan untuk quest besok, aku tak akan mengecewakanmu Naruto!' Pikirnya dengan penuh semangat.

.

"Umhh~, parfait ini sangat lezat seperti biasanya."

"Hehe, kau benar Yuuki-chan."

Terlihat Irina dan Yuuki yang sedang duduk bersama di sebuah tempat yang terletak dipinggir jalan. Keduanya nampak sangat menikmati parfait dihadapan mereka.

"Hei Irina, menurutmu bagaimana tentang Naruto-san?" Yuuki secara tiba-tiba bertanya pada sahabat karamelnya itu.

"Err, kenapa kau tiba-tiba menanyakan tentangnya?" Balas Irina dengan sedikit kaget.

"Mmm, tidak apa-apa. Aku hanya penasaran saja bagaimana pendapatmu tentangnya." Ucap Yuuki.

"Emm, kupikir mungkin ia yang terkuat dari kelas kita saat ini. Disamping itu juga, ia sepertinya seseorang yang baik walau itu ditutupi oleh sikap dinginnya." Irina berkata dengan jari pada dagunya.

"Umm, kupikir aku juga sependapat denganmu. Apalagi ia beberapa hari yang lalu baru saja memenangkan Gift Battle melawan Kaguya-san tanpa luka sedikitpun yang dimana di kelas kita tak ada yang bisa melakukannya." Balas gadis mungil berambut ungu tersebut.

"Yah, begitulah. Jika bertemu dengan Naruto-san di turnamen akademi nanti, kita pasti akan kalah melawannya, haha." Irina tertawa dengan hambar setelah mengatakan itu.

"Kau benar-"

"Sepertinya kalian membicarakanku." Potong Naruto membuat kedua gadis itu berjengit karena kaget.

Yuuki mengelus dadanya mencoba menenangkan detak jantungnya karena kemunculan tiba-tiba pemuda yang mereka bicarakan tersebut. Sementara Irina sendiri langsung tersedak karena ia baru saja menelan sesendok parfait miliknya.

"N-Naruto-san!?" Gagap Yuuki.

"K-Kau mengejutkan kami!" Balas Irina setelah acara tersedaknya selesai. Naruto memasang senyum kecil melihat reaksi keduanya. Ia cukup lama berkeliling disekitar hingga akhirnya dirinya menemukan mereka berdua asik mengobrol tentang dirinya.

"Maaf tentang itu, boleh aku duduk disini?"

"Y-Yah, tentu silahkan." Balas Yuuki dengan gugup serta sedikit rona merah di pipinya karena ketahuan membicarakan sesuatu tentangnya.

"Tak perlu khawatir, aku tak terlalu mempermasalahkan hal tadi. Lagipula aku yakin seluruh akademi juga membicarakan tentang diriku karena Gift Battle beberapa hari yang lalu." Naruto berkata untuk menghilangkan suasana canggung antara dirinya dan kedua gadis itu.

"Ehh? Begitukah?" Tanya Irina, ia baru mengetahui tentang itu.

Naruto mengangguk. "Yah, Akame sudah mencoba memperingatiku agar tidak berlebihan dalam bertarung. Tapi karena terlalu menyenangkan aku sedikit terlalu menikmatinya dan jadilah seperti sekarang ini." Balasnya lalu menguap pelan.

Kedua gadis itu terdiam sesaat, mereka sudah menyaksikan sendiri bagaimana hebat dan mudahnya Naruto dalam bertarung menghadapi murid-murid dari kelas A.

"Ngomong-ngomong, aku kemari untuk memberi kalian berdua ini." Naruto lalu membuka sihir penyimpanan miliknya yang sedikit memukau kedua pandangan gadis itu karena baru melihat secara langsung tingkat berbeda dari sebuah sihir support seperti sihir penyimpanan.

Naruto mengambil sebuah gulungan dan memberikannya pada Irina yang langsung dibacanya, diikuti oleh Yuuki yang mendekat padanya untuk membaca juga.

"Eh? Ini sebuah quest?" Irina berujar padanya setelah selesai membaca isi gulungan itu. Naruto menyimpan kembali gulungan itu kedalam sihir penyimpanan miliknya setelah Irina memberikan gulungan padanya.

"Aku berniat mengajak kalian untuk ikut. Aku sudah mengajak Akame dan juga Kirito, mereka berdua setuju. Jadi, bagaimana dengan kalian?" Tanya Naruto.

Irina dan Yuuki nampak memandang satu sama lain, karena mereka berdua juga sepertinya cukup terkejut dengan hal ini.

"U-Umm, bukannya aku menolak. T-Tapi, apa kami tak menjadi beban bagimu?" Tanya Yuuki dengan ragu dan sedikit gugup, begitupula dengan Irina.

"A-Aku setuju dengan Yuuki-chan, Naruto-san. K-Kami takut menjadi beban bagimu jika kami ikut."

Naruto menghela nafas dengan bosan setelah melihat reaksi yang mereka keluarkan sama seperti Kirito. Mungkin ini karena aksinya beberapa hari yang lalu menyebabkan mereka sedikit ragu dan takut membebani dirinya.

"Kirito juga mengatakan hal itu padaku setelah aku mengajaknya, hah." Ucapnya dengan nada lelah membuat kedua gadis itu menatapnya.

"Ketahuilah satu lah. Tak ada kata beban dalam sebuah tim karena semuanya bekerjasama. Lagipula kalian tak perlu khawatir, aku akan melindungi kalian seandainya ada sesuatu yang terjadi karena aku juga bertanggung jawab telah mengajak kalian." Naruto berkata dengan tenang membuat Yuuki dan Irina saling bertatapan.

"Jadi, bagaimana keputusan kalian?" Tanya Naruto.

"K-Kalau begitu, kami ikut! Karena ini juga pertama kalinya kami melaksanakan sebuah quest, apalagi quest ini memiliki tingkat A atau S." Ujar Yuuki dengan keputusan yang sudah bulat. Ia sudah menantikan hal ini sejak lama. Karena untuk melaksanakan quest, diharuskan memenuhi standar tertentu terlebih dahulu kecuali dirimu sendiri yang diajak oleh murid lain.

Naruto mengulas sebuah senyum tipis. "Berarti tim sudah terbentuk. Persiapkanlah hal yang kalian butuhkan untuk besok. Dan untuk kapan waktunya, berkumpulah saat pagi di gerbang masuk Canaria."

Naruto kemudian berdiri lalu berjalan menjauh sambil melambaikan tangannya pada mereka. "Kita akan bertemu lagi besok pagi, sampai nanti." Ujarnya tanpa menoleh dan secara perlahan menjauh sebelum kemudian menghilang dari pandangan.

"Kau yakin dengan ini Irina-chan?" Tanya Yuuki pada sahabatnya tersebut. Irina kemudian menoleh pada gadis mungil yang menjadi sahabatnya beberapa tahun yang lalu itu dan tersenyum padanya.

"Tentu saja! Naruto-san sudah berbaik hati mengajak kita tidak peduli walau ia sudah sangat kuat sekalipun. Karena itu kita tak boleh mengecewakannya besok." Balas Irina membuat Yuuki mau tak mau tersenyum.

"Kau benar Irina-chan, mari berjuang untuk besok!" Ia menjulurkan tangannya pada Irina, Irina tersenyum melihatnya. Mereka kemudian melakukan tos persahabatan tanda mereka berada dalam keadaan semangat.

.

- Skip -

Tomorrow, On The Way

Saat ini, Naruto dan Akame sedang berjalan dengan santai menuju tempat yang ia janjikan pada ketiga temannya untuk melaksanakan quest kemarin.

Keduanya menggunakan sebuah jubah hitam untuk menutupi pakaian akademi medeka karena perjalanan quest ini bisa dibilang cukup jauh dan memakan waktu, apalagi ini merupakan quest bertingkat A yang juga berpotensi naik ke tingkat S.

Naruto menguap lebar sambil menggaruk kepalanya. "Seandainya tidak ada quest sekarang, aku akan memilih tidur saat ini." Ucapnya dengan lesu, pemuda itu sendiri tampak berjalan dengan mata terpejam membuat gadis disebelahnya membuang nafas kasar.

"Itu salahmu sendiri karena memaksa untuk pergi ke markas utama kita." Akame berujar dengan nada ketus melihat sikap kekasih pirangnya tersebut.

Naruto hanya melambaikan tangannya dengan lemah sebagai permintaan maaf karena dirinya terlalu malas untuk berbicara, terlihat darinya yang langsung kembali menguap membuat Akame menarik pipinya.

"Ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan saat di markas kemarin?" Akame bertanya pada pemuda itu setelah melepaskan tangan yang menarik pipinya.

"Hmm, hanya memgambil alat yang ditemukan oleh Najenda pasca serangan itu." Naruto berujar masih dengan mata yang terpejam.

"Alat?"

Naruto melirik sedikit kearahnya sebelum mengetuk dahi gadis itu dengan telunjuknya. "Kau akan tahu nanti." Naruto berkata sambil memberikan gadis itu senyuman jahil yang membuatnya mendengus pelan kemudian kembali menarik pipi pemuda tersebut.

"Lihat, itu mereka. Hoii! Akame, Naruto!"

Naruto dan Akame mengalihkan pandangan mereka keasal suara dan menemukan Kirito, Irina dan Yuuki yang sudah berkumpul di tempat yang dijanjikan.

"Maaf lama, Akame terlalu lama saat mandi tadi." Naruto berkata dengan nada santai pada mereka.

Ketiga orang yang dimaksud ingin membalas ucapannya jika saja Akame tidak memotong mereka dengan menarik telinga pemuda itu dengan kuat karena kesal disalahkan olehnya.

"Kau masih seperti biasa saja, hah." Kirito berkata dengan lelah setelah melihat itu semua, ia juga sudah tahu bahwa apa dikatakan Naruto itu bohong. Karena tidak mungkin Akame seperti yang dikatakannya. Setelah mengenal Naruto beberapa hari disini, ia cukup mengerti bagaimana sifat pemuda itu karena ia sendiri pernah menjadi korbannya.

"E-Errr." Yuuki dan Irina nampak bingung dan canggung untuk mengatakan sesuatu.

Akame melepaskan telinga kekasihnya lalu menghela nafas pelan. "Maaf, karena si baka ini kami sedikit terlambat." Ucapnya sembari memberikan Naruto tatapan tajam yang mungkin tidak di lihat oleh pemuda itu karena kedua matanya tengah terpejam.

"A-Ah, t-tidak masalah! Lagipula kami juga baru saja tiba." Yuuki membalas dengan cepat membuat Akame mengangguk pelan dan tersenyum padanya. Naruto melihat interaksi didepannya dengan pandangan mengantuk.

"Daripada itu, pakailah ini." Naruto mengambil tiga buah jubah hitam sama seperti miliknya dari sihir penyimpanan yang ia miliki dan memberikannya pada ketiga orang itu.

"Jubah?" Kirito berujar dengan bingung.

"Tempat yang kita tuju cukup jauh, dan akan tidak nyaman jika terlihat bepergian dengan menggunakan pakaian akademi seperti ini." Balas Naruto.

Ketiganya mengangguk paham kemudian mereka memakai jubah itu. Akame yang melihatnya kemudian kembali bertanya. "Apa kalian sudah menyiapkan semuanya?" Ia kembali memastikan kesiapan mereka bertiga.

Kirito membalas itu dengan anggukan kepalanya. "Aku sudah menyiapkan beberapa hal yang mungkin dibutuhkan seperti makanan nanti." Ucapnya. Yuuki dan Irina mengangguk karena mereka juga melakukan hal yang sama seperti Kirito.

Setelah mendengar itu, Akame mengalihkan tatapannya pada Naruto yang saat ini masih terpejam membuat ia mendesah dengan lelah.

"Naru." Ucapnya.

"Aku mendengarnya." Naruto membalas dengan singkat sebelum menguap dengan pelan. Jujur, ia sangat mengantuk saat ini. Mungkin mengeluarkan sedikit keringat saat bertarung nanti cukup untuk menghilangkan kantuk yang menyerangnya.

"Kalau begitu, kita berangkat sekarang."

Naruto kemudian melangkah keluar gerbang diikuti Akame disebelahnya. Kirito dan kedua gadis itu terdiam sesaat sebelum mereka juga berlari kecil untuk menyusul keduanya.

.

In Class B - 2

Grayfia melangkah dengan pelan menuju kelas yang akan di ajarnya hari ini. Pikirannya kembali melayang tentang pembicaraan dikantor kemarin sore yang membuatnya menghela nafas kemudian menggelengkan kecil kepalanya untuk mengenyahkan hal tersebut.

Kriet!

Ia langsung membuka pintu kelas tersebut dan melihat murid-muridnya yang sudah duduk ditempat mereka masing-masing. Kecuali beberapa tempat duduk yang terlihat kosong.

"Baiklah, hari ini kita akan membahas tentang rangkaian aktivasi sebuah sihir-"

"Ano, Grayfia-sensei."

Grayfia menatap keasal suara yang berasal dari gadis manis berambut pirang, gadis yang ia ketahui merupakan putri bungsu dari Raja Pendragon, Le Fay Pendragon.

"Apa ada yang ingin kau tanyakan, Pendragon-san?" Tanyanya membuat gadis itu nampak gugup yang hanya membuatnya terlihat manis.

"E-Etto, Irina-chan, Yuuki-chan, Akame-chan, Kirito-san dan Naruto-san belum hadir disini." Jawabnya dengan gugup.

Grayfia memejamkan matanya sesaat sebelum menghembuskan nafas kecil. "Naruto Vermillion, Akame, Kirito, Irina Shidou, dan Yuuki Konno saat ini sedang dalam melaksanakan sebuah quest tingkat S. Mereka sudah memberitahu sensei kemarin sore saat mereka memenuhi prosedur quest di ruangan Jiraiya-sama." Jelasnya.

Suasana kelas nampak terdiam sesaat karena mereka sedikit kaget mendengarnya.

"Maaf sensei, boleh kami tau quest seperti apa yang mereka jalani?" Ren mengangkat tangannya dengan sopan mencoba bertanya pada guru berambut perak tersebut.

Grayfia menggelengkan kepalanya dengan pelan, "Maaf Ashbell-san, hanya Naruto, Jiraiya-sama, dan dirikulah yang hanya boleh mengetahuinya. Karena quest ini sedikit rahasia." Balas Grayfia membuat gadis itu mengangguk paham.

"Apa ada yang ingin bertanya lagi?" Grayfia melihat seisi kelas terdiam.

"Kalau begitu kita akan mulai pelajaran hari ini."

.

With Naruto and Friends

"Apa tempat itu masih jauh dari sini?" Kirito mencoba bertanya setelah mereka cukup lama berlari melewati hutan. Naruto meliriknya melalui ujung iris merahnya.

"Cukup jauh, kukira." Balasnya singkat.

Tap!

Mereka berlima kini nampak berhenti sesaat setelah melihat sebuah jembatan cukup besar dihadapan mereka. Naruto menyipitkan matanya kearah sisi penopang jembatan ketika merasakan kehadiran seseorang disana.

'Bandit, heh? Yah, cukup baik untuk pemanasan.' Pikirnya lalu memasang seringai tipis yang hanya diketahui oleh Akame.

"Ada apa?" Kirito bertanya padanya sesaat ketika Naruto nampak terdiam.

"Ada beberapa orang dijembatan itu." Bisik Naruto pelan membuat mereka kecuali Akame tersentak.

"Keluarlah." Naruto berkata dengan malas, seketika 10 bandit muncul dari berbagai sisi jembatan itu, mengepung mereka berlima.

"Ohoho, coba lihat siapa yang ada dihadapan kita ini!" Salah dari mereka berujar pada yang lainnya seraya menampilkan senyuman menjijikan.

"Murid akademi, hah? Sebuah tangkapan yang tidak buruk. Kita bisa membunuh yang laki-laki dan menjual yang perempuan." Sambung yang lainnya.

Irina dan Yuuki nampak memandang kumpulan bandit didepan mereka dengan setetes keringat.

"K-Kenapa ada bandit disini?" Ujarnya dengan gugup sekaligus getar takut dalam nadanya.

"Tenanglah, aku dan Naruto-kun akan melindungi kalian." Akame berkata dengan nada pelan padanya, disertai tatapannya yang berubah menjadi datar selepas ucapan para bandit tadi. Naruto meliriknya sedikit kemudian menghembuskan nafas kasar.

'Mahkluk lemah yang menjijikan.' Pikirnya dengan sinis. Ia baru saja akan melangkah kedepan jika saja Kirito tak menahannya dengan memegang bahu kirinya.

"Apa yang harus kita lakukan?" Ia bertanya dengan nada pelan dan hati-hati agar bandit didepan mereka tidak mengetahuinya.

Naruto terkekeh kecil mendengar itu. "Jalan saja seperti biasa, sisanya biar aku yang urus." Ucapnya. Kirito mengangguk lalu menatap ketiga gadis dibelakangnya yang juga menganggukan kepalanya.

Bos bandit yang melihat Naruto dan kawan-kawannya berjalan nampak tersenyum meremehkan.

"Khehe, sepertinya kau pemimpin mereka. Sebaiknya kau serahkan ketiga teman perempuanmu itu, dengan senang hati aku dan anak buahku akan membiarkanmu dan pemuda berambut hitam itu pergi dengan selamat." Perintahnya dengan nada sombong disertai tatapan menjijikannya yang ia arahkan pada Akame, Irina dan Yuuki.

"Sudahlah bos! Kita langsung bunuh saja kedua pemuda itu dan tangkap ketiga gadis dibelakangnya!" Salah satu anak buahnya berkata dengan semangat yang disetujui oleh yang lain.

Sang bos hanya tersenyum bos dan mengangguk menyetujui ucapan anak buahnya.

"Kau sudah dengar apa yang anak buahku katakan? Tapi aku sedikit berbeda, bersyukurlah! Sekarang, ikuti apa yang kuperintahkan atau kau akan-"

"Minggir."

Dengan dingin Naruto berkata menyela ucapan bos bandit itu disertai iris merahnya yang sedikit bersinar. Sang bos nampak berkeringat dingin sesaat karena intimidasi yang di terimanya, tetapi karena egonya, ia memutuskan untuk menghiraukan hal itu.

"Cih, sepertinya kau memang benar-benar cari mati hah! Rasakan ini-!"

Duakk!

Pria itu langsung memuntahkan banyak darah begitu Naruto memukulnya dengan kuat tepat di dada kirinya. Ia nampak menatap Naruto dengan iris mata membulat. Naruto menatapnya dengan iris mata yang sedikit bersinar.

"Hey, kau tahu? Manusia itu mempunyai tubuh yang rapuh loh~, begitu mudah di hancurkan! Hahaha!" Naruto tertawa dengan keras sembari menatap pria yang menjadi bos dari kumpulan bandit di depannya dengan seringai keji.

Naruto melepaskan pukulannya sebelum memutar tubuhnya dan menendang pria itu dengan keras membuatnya terpental sampai ke ujung jembatan dan terhenti setelah tubuhnya tertahan oleh pohon.

Brakk!

Terlihat darah yang keluar dari wajah, mulut, hidung dan telinganya, dilihat dari kondisinya semua yang disitu hanya mendapatkan satu kesimpulan bahwa orang itu sudah mati. Diakibatkan oleh pukulan dan tendangan Naruto tadi.

"Sampah yang menyedihkan." Naruto berkata dengan nada sinis menghiraukan tatapan terkejut para bandit, Kirito serta Irina dan Yuuki.

"B-Bos!"

"S-Sial! D-Dia telah membunuh bos! Cepat kita bunuh dia!"

Dengan serentak, kesembilan bandit yang tersisa segera bergerak untuk menyerang kelima murid akademi itu.

"B-Bagaimana sekarang?" Yuuki bertanya dengan gugup dan memegang pedangnya, begitu juga dengan Kirito.

"Bunuh saja bandit menjijikan ini!" Naruto berkata dengan seringai miliknya membuat mereka kecuali Akame memandangnya dengan sedikit keringat.

Duak!

Naruto langsung menendang salah satu bandit setelah menghindari tebasan pedangnya, bandit itu terlempar jauh dan tubuhnya terbujur kaku menandakan nyawanya sudah melayang.

Akame juga ikut menebas salah satu bandit yang menyerangnya dan menendangnya hingga jatuh kebawah jembatan dan menyebabkannya terseret arus deras sungai.

Trang!

Kirito dengan sigap menahan pedang bandit yang mencoba menebas Irina disebelahnya. Naruto nampak melirik Kirito melalui ujung matanya sebelum ia menghilang dalam kedipan mata dab muncul di sebelah bandit tersebut dan memberinya tendangan kuat menyebabkannya terpental puluhan meter.

"A-Ah, terimakasih untuk itu." Ucap Kirito.

Duak!

Naruto tak membalas sebelum ia menghilang kembali dalam kedipan mata, dalam sekejap 6 bandit yang tersisa kini hanya tinggal 1 orang saja yang nampak bergetar ketakutan setelah melihat bos dan kawan-kawannya dibunuh oleh Naruto.

Kini Naruto dan yang lain melihat satu-satunya bandit yang tersisa. Ia nampak memegang pedangnya dengan tangan yang bergetar. Meneguk ludah sesaat, ia memutuskan untuk berlari menuju Naruto dan bersiap menebas pemuda itu.

Trak!

Bandit itu nampak terduduk dengan keringat yang mengalir deras di tubuhnya, mengapa? Itu dikarenakan pedang yang digunakannya untuk menebas Naruto malah patah setelah beradu dengan lengan kanannya.

Naruto memandangnya dengan seringai tipis, ia mengambil pedang tersebut dan memberikan bandit itu senyuman keji.

"Apa kau mencoba menghinaku dengan menebasku menggunakan plastik murahan ini?" Naruto langsung meremukan pedang itu dengan menyatukan kedua tangannya.

Mereka berempat kecuali Akame melihat Naruto dengan terkejut. Ia tidak terluka setelah terkena serangan langsung pedang itu? Walaupun itu bukan pedang yang kuat, tetapi untuk mereka terkena tebasan itu tentunya akan mendapatkan luka. Tetapi Naruto? Yah, sepertinya ada banyak hal yang belum mereka ketahui tentang pemuda yang menjadi teman sekelas mereka itu.

"H-Hii!" Bandit itu nampak berjengit ketakutan melihat Naruto.

Naruto mendengus pelan sebelum menendang bandit itu tepat diwajahnya membuatnya terpental jauh kedalam hutan. Selepas melakukan itu, Naruto meregangkan tangannya yang masih sedikit kaku.

"Hghh, pemanasan yang cukup bagus." Ia berujar dengan nada datar lalu membuang nafasnya dengan pelan kemudian menatap kearah teman-temannya.

"Apa?" Tanyanya.

"Y-Ya, Err. Apa tidak berlebihan dengan membunuh beberapa dari mereka?" Kirito bertanya padanya mengenai hal yang saat ini terjadi.

"Kau tidak dapat bertahan hidup didunia ini jika hanya membiarkan bandit tadi membunuhmu. Dunia bekerja dimana kau harus membunuh atau kau yang dibunuh." Naruto membalas dengan datar sembari menatap langit cerah diatasnya.

Akame menarik sebelah pipinya dengan pelan walau ucapan Naruto itu benar adanya. Tetapi sepertinya pemuda itu terlalu berlebihan karena ketiga teman mereka itu terlihat baru saja menyaksikan pembunuhan secara langsung, apalagi Naruto tanpa ragu melakukannya.

"Maaf tentang itu, tetapi apa yang Naruto-kun katakan benar. Dalam melaksanakan quest, jika kalian terjebak dalam situasi seperti tadi maka mau tak mau kalian harus membunuh untuk bertahan hidup." Ucap Akame yang membuat ketiganya terdiam lalu mengangguk pelan.

"Y-Ya, aku juga tidak masalah sih dengan tadi. Hanya sedikit terkejut karena masih saja ada bandit di kerajaan sedamai ini." Kirito mengatakan itu sambil mengusap rambutnya dengan canggung.

Irina dan Yuuki nampak mengangguk pelan. "Umm, Kirito-kun benar. Aku juga sudah pernah melihat pembunuhan secara langsung walau a-aku sendiri belum pernah melakukannya." Irina berkata dengan gugup.

Akame mengangguk paham memaklumi mereka kemudian memberikan ketiganya senyuman. "Begitu. Setidaknya kalian mendapat pengetahuan sedikit dari kejadian ini dan lagipula nanti dalam pelaksanaan quest ini mungkin ada kejadian yang lebih besar dari serangan bandit seperti tadi." Ujar Akame.

Kirito, Irina dan Yuuki mengangguk setuju. Mereka saat ini dalam pelaksanaan quest, dan apapun bisa terjadi. Membunuh atau dibunuh, itulah sistem dunia ini bekerja seperti apa yang Naruto katakan tadi. Jika mereka tidak menyiapkan mental mereka, maka dunia akan menyingkirkan mereka dengan sendirinya.

"Hmm, lebih baik kita lanjutkan saja perjalanannya." Ucap Naruto membuat semua perhatian beralih padanya.

"Apa kita sebaiknya tak berisitirahat terlebih dahulu?" Usul Kirito.

Naruto menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, tempat itu tak jauh dari sini. Aku bisa merasakan keberadaan orang cukup banyak dari sini. Kupikir itu adalah sebuah desa, kita akan berisitirahat dan mencari sedikit informasi disana." Balas Naruto.

Setelah Naruto mengatakan itu, mereka kemudian kembali melanjutkan perjalanan menuju tempat tujuan.

.

- Skip -

"Apakah ini desa itu?" Irina bertanya.

Naruto menatap ke sekitar desa kecil dibawahnya. Mereka saat ini berada di atas tebing yang cukup jauh dan dapat melihat keberadaan desa dari atas tempat ini.

Sebuah desa kecil yang terletak jauh dari Kerajaan Pendragon, desa yang mungkin tidak diketahui oleh sebagian besar masyarakat di Kota Kerajaan.

"Ini bukan tujuan utama kita, tetapi tempat ini cocok untuk mencari informasi." Naruto menjawab dengan singkat.

"Kita kesana." Dengan 2 kata itu, Naruto bergerak memimpin mereka semua menuju desa kecil tersebut.

.

In Village

"Cukup banyak penduduk untuk sekedar desa kecil seperti ini." Kirito berkata dengan memandang sekitar dimana penduduk desa melakukan aktivitas mereka.

"Psst, hei. Entah kenapa penduduk desa menatap kita dengan pandangan waspada." Kirito kemudian berbisik pelan pada Naruto yang hanya meliriknya.

Akame, Irina dan Yuuki juga ikut memandang sekeliling dimana sebagian penduduk desa menatap mereka dengan waspada dan takut. Apa pernah terjadi sesuatu dengan desa ini?

Naruto berhenti sesaat membuat mereka juga ikut menghentikan langkahnya. "Untuk sekarang, lebih baik kita mencari kepala desa ini terlebih dahulu. Setelah menemukannya, berilah gulungan ini padanya." Naruto memberikan sebuah gulungan kecil pada Kirito membuat mereka menatapnya.

"Jiraiya berkata itu akan menjelaskan kedatangan kita agar penduduk sekitar tidak curiga." Ucapan Naruto sepertinya memberikan jawaban pada mereka semua. Kirito mengangguk pelan lalu menyimpan gulungan tersebut pada saku celananya.

"Aku tak tahu jika Kouchou memberikan itu padamu." Akame nampak memandang Naruto dengan tatapan menyelidik membuat pemuda itu membuang nafas pelan.

"Aku sempat bertemu dengannya semalam." Balasnya singkat membuat kecurigaan Akame menghilang setelah mendengar balasannya.

"Etto, kenapa kau memberikan gulungan ini padaku?" Tanya Kirito setelah memikirkan hal itu cukup lama.

Naruto menatapnya datar. "Aku akan berkeliling di sekitar desa ini untuk melihat keadaannya. Kalian berempat pergilah untuk mencarinya, setelah selesai kita akan berkumpul lagi di tempat ini." Naruto berkata pada mereka mengenai maksudnya memberikan gulungan pada Kirito.

"Kalau begitu kuserahkan itu pada kalian." Naruto melambaikan sebelah tangannya pada mereka lalu secara tiba-tiba menghilang dari sana yang mengejutkan mereka kecuali Akame.

"Dasar, dia itu suka seenaknya sendiri." Akame memijat keningnya dengan pelan karena sikap pemuda pirangnya tersebut.

"Lebih baik kita juga segera mencarinya, dan untuk Naruto-kun. Ia tahu apa yang saat ini ia lakukan, jadi kita tak perlu khawatir padanya." Akame memberitahu mereka semua yang dibalas anggukan oleh ketiganya.

.

.

"Begitu, aku paham. Jadi kalian murid akademi yang dikatakan oleh Jiraiya-dono itu?"

Kirito mengangguk. "Benar, kami sebenarnya sedang menjalankan quest sekarang. Tetapi pemimpin tim kami memutuskan untuk menjadikan desa ini sebagai tempat untuk mencari sedikit informasi dan beristirahat." Kirito berkata pada pria tua didepannya yang bisa dibilang merupakan kepala desa dari desa kecil yang mereka singgahi ini.

"Pemimpin kalian sepertinya memiliki banyak informan sampai mengetahui desa kecil yang jauh dari kehidupan di sekitar kerajaan seperti ini." Pria itu nampak terkekeh kecil sebelum memasang raut wajah serius.

"Memang benar, akhir-akhir ini desa kami sering mengalami penyerangan di malam hari oleh sosok hitam. Kami tak dapat melihatnya dengan jelas karena itu mereka kami namakan sosok hitam. Jadi aku minta maaf pada kalian karena tingkah wargaku, mereka menjadi sedikit terlalu waspada ketika kedatangan seseorang seperti kalian." Jelasnya.

"Tangan kananku yang merupakan seseorang dengan level 5 berhasil menangkap salah satu dari mereka dan mengintrogasinya. Dari hasil interogasi tersebut, dia mengatakan jika sosok penyerang itu melarikan diri dan bersembunyi di desa ini setelah mereka semua kalah ketika menyerang sebuah kelompok besar." Ia menarik nafas sesaat.

"Akibatnya, sebagian dari mereka ada yang terpisah seperti dirinya. Mereka tak punya pilihan lain karena jika mereka keluar dari desa ini, kemungkinan mereka akan terbunuh oleh kelompok tersebut." Pria tua akhirnya menyelesaikan penjelasannya.

Akame nampak berpikir dengan memegang dagunya menggunakan tangan kirinya. "Etto, maaf paman. Boleh kutahu dimana sosok penyerang yang berhasil kalian tangkap itu?" Akame mencoba bertanya padanya.

"Ini mungkin sedikit terdengar mengecewakan. Tetapi ia sudah mati dibunuh oleh tangan kananku akibat ingin melarikan diri. Aku takut jika mereka merupakan pengacau yang kalian maksud, jadi aku minta kalian semua berhati-hatilah." Jelasnya.

Keempatnya terdiam dan saling memandang satu sama lain, Akame menghela nafasnya pelan. "Sayang sekali kalau begitu." Ujarnya.

Padahal ia pikir dirinya bisa sedikit mengambil informasi lebih dalam dari penyerang tersebut. Karena dirinya yakin jika penyerang itu adalah salah satu dari beberapa yang berhasil selamat setelah menyerang markas utama organisasi mereka.

"Ngomong-ngomong, dimana pemimpin tim kalian?" Tanya Pria tua itu.

"Ah, dia berkata ingin sedikit berkeliling di desa sebentar." Yuuki kali ini mulai membuka suaranya setelah hanya diam memperhatikan Akame dan Kirito berbicara.

"Begitu rupanya. Yah, kalian juga sebaiknya berkeliling dan istirahatlah di desa kecilku ini. Jangan khawatir tentang penduduk, aku akan memberitahu mereka tentang kalian." Pria tua itu memberi mereka senyuman ramah.

Kirito dan yang lain menundukan kepala mereka untuk mengucapkan terima kasih padanya lalu berujar pamit untuk mencari Naruto.

.

With Naruto

Dengan Naruto sendiri, ia saat ini berada cukup jauh dari desa. Tepatnya berada di sebuah tempat yang merupakan pinggiran dari sebuah danau berukuran luas.

Pemuda itu nampak berjongkok dan menempelkan telapak tangan kanannya pada tanah dengan mata yang terpejam.

"Sepertinya apa yang Dulio katakan benar." Gumamnya pelan. Ia kemudian berdiri dan memandang danau didepannya. Sebuah danau yang bisa dibilang indah, tetapi menyimpan misteri yang tidak diketahui di dalamnya.

"Dan juga ada beberapa dari mereka yang tertinggal dan memilih bersembunyi di sekitar desa ini. Kheh, betapa menyedihkannya. Mungkin aku akan menunggu mereka menampakan diri lalu membunuh mereka." Ia kembali bergumam dengan memasang senyuman tipis tetapi mengandung maksud mengerikan.

Ini sedikit menjelaskan mengapa penduduk desa memandang mereka semua dengan waspada sekaligus takut. Itu disebabkan karena mungkin sikap warga yang mulai paranoid akibat serangan yang diterima menyebabkan mereka memandang kedatangan orang baru dengan waspada dan takut.

Untuk itu, ia memutuskan untuk 'membersihkan' desa ini terlebih dahulu lalu pergi untuk menjalankan tujuan quest ini yang sebenarnya. Naruto memandang danau di depannya dengan datar sebelum ia membalikkan badan lalu berjalan menjauh dari tempat itu.

.

"Itu dia." Kirito berkata sambil menunjuk Naruto yang berjalan kearah mereka sambil menguap lebar.

"Jadi, bagaimana?" Naruto bertanya pada mereka untuk memastikan.

Kirito lalu menjelaskan semuanya pada pemuda pirang tersebut membuat Naruto mengangguk paham.

"Kita akan bermalam disini dan menunggu mereka semua melancarkan aksinya. Setelah itu maksud dari quest ini akan terlihat." Ucap Naruto.

Kirito, Irina dan Yuuki mengangguk paham. Karena, dari apa yang mereka lihat isi gulungan quest Naruto kemarin. Tidak di jelaskan secara detail apa tujuan dan target dalam quest ini. Mereka juga memutuskan untuk tidak menanyainya karena Naruto mungkin sudah mengetahui hal itu.

"Akan lama untuk menjelaskan tujuan dan maksud dari quest ini pada kalian. Lagipula, sebentar lagi kalian akan mengetahuinya sendiri." Naruto berkata pada ketiganya setelah mengetahui apa yang di pikirkan ketiga teman kelasnya tersebut.

.

- Skip time -

At Night

Setelah mereka semua selesai beristirahat dengan makan malam dan sedikit tidur. Akhirnya malam pun tiba, Naruto dan yang lain saat ini berada di sebuah hutan yang letaknya tak jauh dari desa.

Mereka saat ini sedang menunggu sosok hitam yang disebut oleh kepala desa itu menampakan aksinya.

Pak!

"Ini sudah cukup larut, ayo kita bergerak." Naruto berkata setelah mematikan api unggun di depannya kemudian berdiri diikuti yang lainnya.

"Kirito, kau pergilah bersama Irina, dan Akame akan bersama Yuuki. Sedangkan aku akan berkeliling sendirian." Naruto melemparkan sebuah batangan besi kecil berwarna merah gelap pada Kirito membuat pemuda itu menatapnya.

"Alirkan mana milikmu pada benda itu jika terjadi sesuatu, aku akan segera menuju ke tempatmu setelahnya." Naruto menjelaskan tujuannya memberi benda itu. Ia tidak perlu memberikan Akame atau Yuuki benda yang sama, karena ia sendiri sudah yakin jika Akame lebih dari mampu menghadapi mereka semua.

"Tapi, apa tidak masalah jika kau bergerak sendirian?" Yuuki bertanya dengan gugup membuat Naruto menatapnya.

"Tak perlu khawatirkan diriku. Kalau begitu, kita bergerak sekarang." Dengan itu Naruto menghilang dalam sekejap dari pandangan mereka membuat keempatnya saling pandang.

"Hah, dia itu memang suka seenaknya." Akame berkata dengan lelah.

"Y-Yah, kau pasti kerepotan karena menjadi kekasihnya Akame." Ucap Kirito memberinya pandangan simpati membuat Akame memijit keningnya.

"Begitulah, tetapi itulah sifat yang kusuka dari dirinya. Oke, lebih baik kita segera bergerak, jangan lupa untuk saling melindungi." Ujarnya.

"""Yosh!""" Mereka membalas dengan serentak.

.

"Hei Kirito-kun." Tanya Irina.

"Apa?" Balasnya.

"Err, kenapa kau menyebutkan Naruto sebagai kekasih Akame? Memangnya mereka menjalin hubungan?" Irina bertanya dengan ragu padanya. Sebenarnya ia ingin menanyakannya pada Akame sendiri, tetapi karena takut memakan waktu. Ia mengurungkan niatnya dan lebih memilih untuk bertanya pada Kirito.

"Hmm, bagaimana menjelaskannya ya. Yah kau tau, menjadi teman dan bersama mereka dalam beberapa minggu di akademi membuatku menjadi yakin seperti apa hubungan mereka berdua. Terlebih lagi apa kau memperhatikan bagaimana sikap Akame setelah Naruto bergabung di akademi?" Ucapnya.

Irina memegang dagunya mencoba mengingat kembali. Sejujurnya, apa yang dikatakan Kirito memang tak salah. Setelah Naruto bergabung, ia sering melihat Naruto dan Akame hampir selalu menghabiskan waktu bersama. Entah itu dari pagi bahkan juga sampai waktunya pulang.

Awalnya ia mengira mereka hanya bersahabat atau mungkin teman/sahabat semasa kecil. Tetapi setelah mendengar perkataan Kirito tadi, apalagi Akame sendiri tidak membantahnya. Ia yakin jika mereka sudah menjalin hubungan jauh sebelum bergabung di Akademi Raizen.

"Kurasa kau benar." Irina mengangguk setuju.

"Dan kupikir mereka itu serasi!" Irina berkata dengan ceria membuat Kirito meliriknya dengan canggung karena perubahan sikapnya yang tiba-tiba itu.

Sret!

Ia segera merentangkan tangannya guna menahan langkah mereka. Irina menatapnya bingung. "Ada apa?" Tanyanya.

Kirito mengarahkan telunjuknya di depan bibirnya. "Ssst, aku mendengar suara aneh di sekitar sini. Ayo kita bersembunyi dahulu." Ia segera menarik lengan kanan Irina menuju semak belukar.

Ia menyingkirkan sedikit daun yang mengahalangi pandangannya dengan pelan lalu memperhatikan keadaan sekitar dengan waspada.

.

"Begitu, tak kusangka kalian punya hubungan. Kupikir kalian hanya bersahabat hehe." Yuuki tertawa kecil dalam perjalanan kecil mereka setelah ia dan Akame sedikit mengobrol untuk menghilangkan suasana sunyi disekitar.

Dari pembicaraan mereka, kita bisa mengetahuinya jika Yuuki menanyakan hal sama seperti yang Irina tanyakan pada Kirito. Diperkuat juga dengan Akame yang memiliki rona kecil di pipinya ketika membahas bagaimana hubungannya pertama kali dengan Naruto terbentuk.

Secara tiba-tiba, tatapan Akame langsung berubah menjadi serius, ia bergerak dengan ke depan Yuuki dan memunculkan pedangnya guna menahan puluhan benda tajam yang mengincar Yuuki.

Trang!

Akame menyiapkan pedangnya di depan sembari memandang tajam lingkungan di sekitarnya. Yuuki sendiri langsung ikut bersiaga dengan mengeluarkan pedang miliknya.

"Siapa disana?" Akame berujar dengan datar. Sebelum ia disambut kembali oleh banyaknya lesatan benda mirip seperti jarum tetapi sedikit lebih besar menghujani dirinya dan Yuuki.

Akame mengeratkan genggaman pedangnya sembari memasang kuda-kuda.

Sret!

"[Over Slash]" Bisiknya sebelum memutar badannya dengan anggun lalu menangkis puluhan benda tajam yang menyerangnya secara cepat.

Srek! Ctang!

Melihat hanya 1 benda tajam itu yang tersisa. Akame kemudian menggunakan bagian samping pedangnya guna menghentikan lajunya, setelah itu dirinya menghentakannya dengan kuat hingga benda tajam itu berbalik kearah dimana datangnya tadi.

Jleb!

"Gahh!"

Akame mendengar teriakan yang berjarak beberapa meter dari tempatnya. Ia menyipitkan matanya lalu berlari menuju asal suara tersebut.

"Ayo kita kejar!" Ujarnya pada Yuuki yang sedari tadi diam.

"O-Oke."

Di dalam sebuah semak-semak. Terlihat 2 sosok yang menggunakan jubah hitam sedang bersembunyi dari kedua gadis tersebut. Nampak salah satu sosok tersebut meringis kesakitan akibat terkena serangannya sendiri setelah Akame mengembalikannya pada mereka.

"G-Gadis sialan!" Umpatnya dengan kesal sembari memegangi bekas lukanya. Mungkin jika hanya jarum biasa itu tak masalah. Tetapi jarum yang mereka lemparkan itu mengandung sedikit racun yang melumpuhkan indera target.

"Lebih baik kita kembali ke tempat Bos untuk mengambil penawarnya." Temannya mencoba berbicara padanya yang dibalas anggukan. Ia sendiri tidak menyangka gadis itu ternyata bukan seorang warga biasa. Karena awalnya ia mengira mereka hanyalah gadis biasa di desa ini yang berjalan-jalan di hutan.

Srashh!

Mereka dengan sigap melompat mundur ketika semak-semak tempat mereka bersembunyi di tebas oleh Akame.

"Jadi kalian rupanya yang menyerang kami dengan jarum tadi." Akame berkata dengan datar dan memandang tajam mereka.

"Sial!" Temannya yang baik-baik saja dengan segera membopong temannya yang terkena racun lalu bergerak secepat mungkin untuk melarikan diri.

"Jangan berpikir kalian bisa lari dariku!" Akame berkata dengan dingin lalu mengejar keduanya diikuti oleh Yuuki yang juga berlari mengerjar Akame.

.

With Kirito and Irina

"Siapa mereka?" Gumam Kirito ketika melihat 3 orang pria berjalan kearah mereka.

"Jadi, apa rencana kita selanjutnya bos?" Salah satu dari mereka yang bisa di pastikan anak buahnya bertanya.

Pria dewasa yang di panggil Ketua nampak mengelus dagunya pelan mencoba berpikir. "Kita akan terus berada di desa ini sambil menunggu Leader kembali. Karena itu kita harus selalu mencuri makanan dari warga di desa ini." Ia akhirnya menjawab pertanyaan anak buahnya.

"Tapi, aku yakin hanya dengan mencuri saja kalian pasti tidak akan puas. Karena itu..."

"...Kita akan mencoba pembunuhan pertama kita disini!" Pria itu kemudian melemparkan jarum pada Kirito yang terkejut bersama dengan Irina.

Srak!

Mereka dengan cepat melompat dan menjaga jarak dari ketiga pria di depan mereka. Salah satu dari pria itu bersiul ketika melihat Irina.

"Hei bos, bisa kita tak membunuh gadis itu? Kurasa daripada membunuhnya, lebih baik kita menikmatinya." Ia menyeringai sembari menatap Irina yang memandangnya dengan sebutir keringat karena waspada.

Sang bos nampak mengelus dagunya lalu mengangguk sambil ikut tersenyum. "Khehe, sepertinya itu ide bagus." Balasnya. Mereka bertiga kemudian mengeluarkan pedang yang sedari tadi disarungkan. Salah satu dari mereka kemudian berlari kearah Kirito untuk menyerangnya.

Trang!

Kirito dengan segera menahan tebasan yang menuju kearahnya. Ia nampak beradu tenaga dengan pria itu.

"Sepertinya kau lumayan terlatih." Ucap penyerang itu memuji Kirito.

"Sayang sekali aku tak tersanjung sedikitpun oleh pujianmu." Kirito membalas dengan datar lalu menambah tenaganya, ia kemudian memiringkan tubuhnya lalu menyiapkan tebasan dari bawah yang menyebabkan pria itu sedikit terkejut.

"Hyaa!"

Trang!

"Bocah kecil yang sombong!" Geram pria itu setelah menahan serangan Kirito walau dirinya terseret beberapa meter akibat tebasan tadi.

"Kheh, pada akhirnya ia hanyalah bocah yang sok menjadi pahlawan. Cepat bunuh bocah itu lebih dulu!" Pria yang menjadi bos mereka segera memberikan perintah yang dibalas oleh seringaian.

"Tanpa kau beritahu pun aku akan membunuhnya bos!" Balasnya dengan seringai. Dengan itu keduanya segera melesat kearah Kirito dengan pedang di tangan mereka.

"Tetap di belakangku." Ucap Kirito pada Irina yang mengangguk sembari menatap tajam ketiga orang di hadapannya.

"Haa!"

Trang!

Kirito terus beradu tebasan dengan salah satu dari mereka lalu melompat mundur ketika temannya yang lain mencoba menyerangnya dari samping. Kirito lalu melesat kearah mereka dan mulailah perkelahian 2 melawan 1.

Ctang!

"S-Sialan kau-"

Sret! Duak!

Tak sempat melanjutkan umpatannya, salah satu dari mereka yang pedangnya terlepas nampak terluka dan terpental mundur karena Kirito memberinya tendangan.

Kirito dengan segera mengsaltokan tubuhnya ketika secara teman penjahat yang ia tendang tadi menebasnya dengan cepat.

'Sial, itu tadi hampir saja.' Pikirnya dengan waspada.

Kirito dengan segera melesat kearahnya dan menusukan pedangnya lurus kearah depan. Penjahat itu yang melihatnya mencoba menahannya tetapi ia dikejutkan ketika Kirito melompat keatasnya lalu mendarat dibelakangnya yang kemudian langsung menebasnya dengan cepat.

Jrashhh!

"Arghh!" Pria itu nampak berteriak kesakitan ketika menerima tebasa di punggungnya oleh Kirito.

'Kesempatan!' Pikirnya.

Ia lalu menyiapkan tebasan vertikal untuk serangan selanjutnya jika saja ia tidak terpental karena terkena pukulan oleh pemimpin penjahat itu yang sedari tadi diam menyaksikan.

Brak!

"Gahk!" Kirito memuntahkan sedikit punggungnya tertahan oleh sebuah pohon menyebabkan keretakan terjadi di batangnya.

'S-Sial, aku melupakan kehadirannya.' Pikirnya dengan kesal karena serangan tiba-tiba itu.

"Sepertinya kalian lengah." Ucap pria itu pada anak buahnya setelah ia memukul Kirito dengan kuat.

"Yah, itu tak akan terjadi dua kali." Balasnya lalu berdiri dengan keadaan baik-baik saja membuat Kirito dan Irina terkejut. Irina kemudian melihat sebuah botol kecil kosong yang tergeletak diatas yang bisa dipastikan jika itu merupakan ssbuah potion.

"Sial, jika mereka bertiga mempunyai potion, aku tak yakin bisa mengalahkannya. Terlebih lagi pemimpin dari mereka itu cukup kuat." Kirito berujar dengan pelan lalu berdiri dan berjalan menuju Irina sembari memegangi perutnya yang masih sedikit sakit akibat pukulan tadi.

"B-Bagaimana ini Kirito-kun?" Irina bertanya dengan khawatir. Ia sebenarnya bisa menggunakan pedang, tapi ia tak terlalu handal dan lebih ketipe support. Kalaupun ia memaksakan diri menggunakan pedang ia yakin dirinya akan langsung kalah.

Apalagi dalam jarak sedekat ini mengaktifkan rangkaian sihir pasti tidak akan sempat dan terlalu memakan waktu.

Belum Kirito menjawab, mereka di potong oleh suara berisik dari dalam hutan menuju kearah mereka membuat Kirito dan Irina semakin bersiaga.

Srak!

"Bos!"

Dugaannya benar jika yang datang adalah anak buah dari si penjahat yang menjadi dalang ketakutan warga di desa ini.

"Kau seperti habis di kejar monster." Ledek salah satu dari mereka.

"Ada apa dengan Daisuke?" Tanya sang bos melihat anak buahnya membawa anak buahnya yang lain dalam kondisi tak sadar.

"Sulit menjelaskannya-"

Bwossh!

Penjahat itu termasuk Kirito dengan segera melompat ketika bola api besar menerjang tempat mereka.

Tap!

Kirito menghela nafas lega ketika melihat Akame dan Yuuki muncul di depan mereka. Akame sendiri menodongkan ujung pedangnya pada mereka dengan tatapan tajam.

"Berhenti juga kau." Akame berujar dengan datar menatap kelima kriminal di hadapannya.

Sang bos nampak melirik anak buahnya yang baru tiba tadi. "Kau dikejar olehnya?" Tanyanya.

"Awalnya kami mengira mereka berdua warga biasa dan memutuskan untuk menyerangnya. Tetapi sepertinya mereka seorang gifter dan wizard." Jelasnya.

"Begitu, kini aku sudah mengerti kenapa Daisuke seperti itu." Ia kemudian memandang Akame dengan mata yang menyipit karena dirinya merasa familiar pada gadis itu.

Tunggu! Rambut hitam panjang, tatapan dingin dan tajam, serta warna mata merah! Tak salah lagi ia adalah gadis itu! Dirinya sangat yakin jika gadis itu adalah dia!

"K-Kau!? J-Jangan-jangan kau Akame The One Cut Killers?" Ujarnya gugup disertai keringat dingin.

Ia cukup tahu gadis di depannya. Gadis dari organisasi pembunuh bayaran yang tidak mempunyai ekspresi ketika menjalankan tugasnya. Serta gadis yang memiliki salah satu Gift berbahaya di dunia ini.

Akame menyipitkan matanya kembali. "Jika kau tau tentangku maka tak diragukan lagi kau dan kelompokmu lah pelakunya." Akame menatapnya dengan dingin membuat pria itu berkeringat dingin. Ia sadar jika kekuatannya saat ini belum cukup untuk menghadapi gadis itu. Ia hanya berharap pemuda 'pirang' yang juga berasal dari organisasi itu tidak ada bersamanya.

Akame melirik Kirito dengan datar. "Cepat beritahu Naruto-kun." Perintahnya dengan datar di balas anggukan.

Kirito mengeluarkan benda yang diberikan Naruto tadi lalu mengalirkan mana miliknya membuat benda itu bersinar cerah lalu menghilang membuat dirinya, Irina dan Yuuki terkejut.

"Jangan khawatir, itu menandakan dia sudah mengetahuinya." Akame memberitahu mereka membuat ketiganya mengangguk.

.

Naruto yang sedang duduk di salah satu atap rumah warga sembari memjamkan matanya kemudian membuka matanya perlahan ketika merasakan benda yang ia berikan pada Kirito kembali padanya.

"Begitu, jadi benar dugaanku." Gumamnya.

Ia berdiri lalu meregangkan tangannya dengan pelan guna melepas kaku sesaat.

"Saatnya berburu." Bisiknya memasang seringai tipis.

Sring!

.

"H-Hei bos, apa gadis itu benar-benar orangnya?" Salah satu anak buahnya berkata dengan takut.

"I-Itu pasti dia, aku yakin sekali." Balas sang bos yang juga menatap Akame dengan siaga. Dirinya yakin jika saja ia bertindak gegabah, nyawanya dan anak buahnya akan melayang sekarang. Ia tahu seberapa berbahayanya gadis itu dari yang dikatakan oleh pemimpin organisasi mereka.

"A-Apa yang harus kita lakukan?" Bisiknya pada sang bos.

Sang bos hanya meliriknya lalu kembali menatap Akame dengan sebutir keringat. "Kita harus lari darinya." Bisiknya yang dibalas anggukan oleh anak buahnya.

Sementara itu, Kirito, Irina dan Yuuki nampak memandang mereka dengan bingung. Entah kenapa semenjak kemunculan Akame, mereka sepertinya berubah menjadi takut dan waspada. Apa pernah terjadi sesuatu antara mereka sebelumnya?

Akame masih menatap kelima kriminal di hadapannya dengan datar. "Jika kalian berpikir ingin melarikan diri sebaiknya urungkan saja keinginan kalian." Peringat Akame pada mereka dengan datar.

"C-Cih! Seperti kau bisa mengejar kami saja sialan!" Salah satu dari mereka menggeram kesal akibat di remehkan secara tak langsung oleh gadis berambut hitam tersebut.

Namun, tatapan datar yang Akame berikan padanya malah membuatnya kehilangan kontrol emosinya dan memilih berlari untuk menyerangnya.

"Jangan meremehkanku sialan! Haa!"

"Berhenti! Jangan menyerangnya dengan gegabah-" Sang bos berusaha menghentikan anak buahnya yang bertindak ceroboh itu.

Brakk!

"Oyaoya."

Mereka semua kecuali Akame yang baru saja terkejut dengan debuman keras langsung mendengar suara yang muncul dari asap akibat debuman tersebut.

"Lihatlah lintah bodoh ini."

Mereka kemudian melihat pemuda pirang bermata merah menyala sedang menginjak tubuh pria yang tadi ingin menyerang Akame.

"K-Kau!" Sang bos nampak melihat pemuda itu dengan pandangan terkejut dan takut bukan main.

Sedangkan untuk Akame, Kirito, Irina dan Yuuki. Mereka menghela nafas lega ketika kedatangan Naruto.

"Hmm?" Naruto menaikkan sebelah alisnya ketika menatap pria itu.

Brak!

Secara tiba-tiba ia kembali menghantam punggung pria di bawahnya dengan kuat menciptakan kawah kecil di tanah.

Kirito, Irina dan Yuuki memandang Naruto dengan keringat jatuh karena tindakannya. Sedangkan untuk Akame, gadis itu menghela nafas kembali lalu menyarungkan kembali pedangnya.

"Sepertinya kalian para sosok hitam itu." Naruto berkata sembari memandang mereka dengan seringai tipis.

Sang bos yang melihat seringaian Naruto sontak sedikit melangkah mundur. Jujur, pemuda inilah yang paling tidak di harapkan kumunculannya olehnya.

Karena bisa dibilang ia puluhan kali lebih berbahaya dari Akame. Bahkan pemimpin mereka sendiri memilih untuk tak mencari masalah dengannya. Karena itulah setelah mendengar bahwa pemuda itu sedang tak berada di organisasi. Mereka langsung menyerangnya walau itu semua kesalahan besar karena menyebabkan banyak anggota mereka terbunuh dan sekarang terpencar untuk menyelamatkan diri.

Duak!

Naruto menendang pria mati yang sedang di injaknya pada keempat orang di depannya dengan kuat.

Mereka yang melihat itu dengan sigap menunduk untuk menghindari tubuh kaku teman mereka lalu memandang siaga dan takut pada Naruto.

"Kau terlalu berlebihan." Akame menarik sebelah pipinya pelan namun Naruto hanya diam dan masih memandang orang di hadapannya dengan senyuman tipis yang mengerikan.

"Apa mereka 'pelaku' penyerangan itu?" Naruto melirik sedikit kekasih berambut hitamnya.

"Mm, dilihat dari reaksinya setelah melihat kita berdua aku yakin jika dia dan kelima anak buahnya pelaku dari serangan itu." Akame mengangguk sedikit setelah mengucapkan itu.

"B-Bos." Bisik salah anak buahnya dengan takut setelah melihat teman mereka dibunuh tanpa usaha yang berarti.

"K-Kita harus lari." Balasnya dengan takut.

Buft!

Naruto dan yang lain melihat salah satu dari mereka melempar bom asap ke tanah sebagai pengalih perhatian untuk melarikan diri. Naruto melirik Yuuki yang masih memegang pedangnya.

"Hei Yuuki, kupinjam pedangmu sebentar." Tanpa menunggu Yuuki membalas, Naruto langsung mengambil pedang tersebut dari tangan mungil gadis berambut ungu itu lalu menghilang dari pandangan.

Jrashh!

Keempatnya bisa mendengar tebasan pedang yang mengenai tubuh dan teriakan seorang pria dari dalam asap sana.

Irina kemudian menggunakan sihir angin untuk menghilangkan asap yang menghalangi pandangan mereka. Kini mereka semua nampak terdiam ketika melihat beberapa orang tadi tewas di bunuh Naruto dan menyisakan bos mereka yang sekarang terluka parah bersandar di sebuah pohon sedang menatap Naruto dengan ketakutan yang luar biasa.

Irina dan Yuuki merasa sedikit mual melihat darah dan jasad mereka. Karena Naruto sepertinya menebas beberapa anggota tubuh penjahat itu. Sedangkan Kirito hanya memandang hal di depannya dengan sebutir keringat. Ia baru mengetahui sisi mengerikan Naruto dari kejadian ini.

Naruto menatap datar pria yang meringkuk ketakutan di bawahnya sembari menodongkan pria itu menggunakan ujung pedang milik Yuuki yang ia pinjam.

"Serangga yang menyedihkan." Naruto berujar pelan dengan iris merah yang sedikit bersinar menyebabkan pria itu semakin bergetar ketakutan.

"Hentikan Naru!" Akame berkata padanya dengan sedikit keras. Naruto melirik sedikit gadis melalui ujung matanya lalu menurunkan todongan pedangnya. Akame berjalan dan berhenti di sebelah pemuda pirang tersebut.

"Kita harus mengintrogasinya untuk mencari informasi karena bisa jadi ada beberapa orang lagi yang bersama mereka." Usul Kirito membuat Akame mengangguk setuju.

Naruto memejamkan matanya dengan pelan. 'Aku hampir lupa.' Pikirnya.

"Apa kau bisa menggunakan sihir itu padanya? Mentalnya pasti sedang kacau sekarang. Ini akan memudahkan kita untuk melihatnya memorinya." Ucap Naruto pada Akame yang dibalas anggukan oleh gadia itu.

"Sihir pembaca ingatan?" Tanya Kirito.

"Ah! Apa itu [Obliviate]?" Irina mengangkat suaranya secara tiba-tiba. Naruto menatapnya lalu mengangguk sebagai jawaban.

Kirito menggaruk sebelah pipinya, karena ia tidak tahu apa itu Obliviate. "Err, boleh kutahu apa itu Obliviate?" Tanyanya dengan canggung karena tatapan Irina dan Yuuki yang entah kenapa seperti memandangnya dengan sebutir keringat di dahi mereka.

"Maklumi saja kebodohannya." Naruto berkata dengan pelan pada kedua gadis di sebelahnya.

"Hei!" Kirito mencoba protes pada perkataannya.

"A-Apa kau tak pernah membaca buku tentang sihir support Kirito-kun?" Irina bertanya padanya.

Kirito menatapnya lalu menggaruk kepalanya dengan pelan. "Y-Yah, aku malas membacanya jadi aku tidak tau. Aku hanya tau beberapa saja, dan itupun bukan dari buku, ahaha." Ia tertawa canggung menyebabkan Irina dan Yuuki sweatdrop mendengarnya dan Naruto hanya memejamkan matanya lalu menoleh kearah Akame yang melihat keakraban ketiganya dengan senyuman.

Tak!

Naruto menggunakan bagian tumpul pedangnya untuk menghilangkan kesadaran pria itu lalu menatap Akame yang mengangguk padanya.

Akame menjulurkan tangannya ke depan kemudian terciptalah lingkaran sihir kecil disana yang terarah tepat di depan kepala pria itu.

Sring!

"[Obliviate]" Ucapnya pelan, kemudian memejamkan matanya untuk melihat ingatan pria tersebut. Kirito, Irina dan Yuuki memandang apa yang sedang dilakukan Akame dengan takjub.

"Baru kali ini aku melihat seseorang menggunakan Obliviate secara langsung." Ujar Yuuki dengan nada kagum di balas anggukan oleh Irina.

"Aku juga baru mengetahui jika Akame bisa menggunakannya. Mengingat betapa sangat sulitnya dalam menggunakan sihir ini." Balas Irina.

Beberapa menit kemudian, lingkaran sihir itu menghilang dan Akame kembali membuka kedua matanya.

Jleb!

Melihat Akame sudah selesai, Naruto langsung menusuk pria itu tepat di jantungnya membuat Kirito, Irina dan Yuuki terkejut dengan tindakan tiba-tibanya.

Naruto mengibaskan pedang dalam genggamannya ke samping guna menghilangkan bercak darah yang menempel di sisi pedang tersebut. Ia menghela nafas pelan kemudian mengembalikan pedang itu pada Yuuki yang merupakan pemiliknya.

"Ini, terimakasih." Naruto berkata singkat padanya.

"A-Ah, tidak masalah." Balas gadis mungil itu.

Naruto melihat daerah sekelilingnya yang terdapat beberapa mayat pria yang dibunuh olehnya tadi.

"Lebih baik kita pindah tempat dulu." Setelah mengatakan itu, ja berjalan ke tempat yang cukup jauh dari sana dan berhenti disebuah tempat dekat pinggiran sebuah danau.

Sret!

Naruto kemudian duduk bersandar di salah satu pohon yang ada dan memandang lurus kearah sungai dengan tatapan datar iris merah miliknya. Akame yang melihatnya kemudian berjalan untuk menghampiri Naruto diikuti oleh yang lainnya.

"Jadi, bisa beritahu apa yang kau dapatkan?" Pinta Naruto sembari memainkan batu kecil di tangannya lalu melemparkannya kearah danau. Akame kemudian duduk di depannya dan juga ikut bersandar disebuah pohon sambil ikut melihat danau. Kirito, Irina dan Yuuki juga ikut duduk di dekat keduanya.

"Sepertinya pria itu benar-benar dari kelompok penyerang tersebut. Ia dan beberapa orang terpisah dengan pemimpin asli mereka disini. Tetapi mereka masih bisa berkomunikasi melalui sihir dan saling mengirimkan informasi. Dia tampaknya mengikuti perintah pemimpin itu untuk menetap di desa ini sambil memantau apakah kita masih memburunya atau tidak." Akame menarik nafas sesaat.

"Sedangkan disisi lain, pemimpin mereka dan beberapa anak buahnya menghilang entah kemana disekitar desa ini dan mereka sudah mencarinya tetapi tidak ketemu. Pemimpin mereka menjelaskan bahwa ia berada di sebuah tempat asing yang memiliki bangunan dengan desain aneh diikuti oleh para penghuninya yang bermacam-macam juga. Ia mencoba keluar dan tidak pernah berhasil. Tetapi secara tak terduga ia menemukan apa yang mereka butuhkan untuk menyempurnakan 'alat' itu karena semua bahan yang mereka butuhkan ada di tempat itu semua." Akame menyelesaikan penjelasannya.

Naruto menarik nafas panjang. "Dengan kata lain, ia sengaja menetap disana untuk mengumpulkan bahan huh? Dilihat dari gerak-geriknya, sepertinya ia berniat kembali setelah 'alat' ciptaannya itu sudah selesai di buat." Naruto berujar dengan nada bosan membuat Akame menyipitkan matanya.

"Naru, apa kau tahu sesuatu tentang 'alat' yang mereka maksud?"

Naruto menoleh kearah Akame yang menatapnya dengan menyelidik.

"Aku-"

"Dan jangan berbohong." Akame berkata dengan datar. Membuat pemuda pirang itu menggaruk rambutnya sedikit.

"Jika kau ingin aku memberitahumu, kita harus memberitahu mereka semua terlebih dahulu." Balas Naruto sambil memejamkan matanya.

Kirito, Irina dan Yuuki terlihat saling memandang, sebelum Kirito mengangkat tangan kanannya mencoba bertanya. "Err, aku memang tak tau kemana arah pembicaraan kalian tapi, bisa kau jelaskan tentang organisasi yang kau sebut tadi?" Pintanya.

Akame menoleh kearah Naruto untuk meminta persetujuan darinya yang dibalas dengan anggukan pelan.

"Ini akan sedikit panjang." Gumamnya pelan.

"Pertama-tama, kalian pasti mengetahui bukan jika ada banyak organisasi di dunia ini?" Tanya Akame

Mereka bertiga mengangguk. "Maksudmu seperti organisasi yang menjual jasa mereka kepada pihak yang membutuhkan?" Tanya Yuuki.

Akame mengangguk. "Kurang lebih seperti itu. Walau ada banyak organisasi gelap lainnya di luar sana. Dan mengenai apa yang kujelaskan tadi, kelompok penjahat yang menyerang kita tadi juga berasal dari salah satu organisasi gelap." Jelasnya membuat mereka terkejut.

"O-Organisasi gelap?" Gagap Irina.

"Ini akan sedikit mengejutkan. Tapi, apa kalian pernah mendengar tentang sebuah organisasi yang terkenal karena selalu melakukan serangan mereka di 'malam hari' tanpa pernah gagal sedikitpun?" Akame mencoba bertanya pada ketiganya.

Kirito melipat tangannya dan mencoba berpikir dengan keras sebelum ia tersentak karena mengingat sesuatu. "A-Apa yang kau maksud adalah organisasi terkenal bernama Night Raid?" Ucapnya.

"A-Ah! Aku juga pernah mendengar organisasi itu dari para prajurit kerajaan. Mereka mengatakan jika organisasi itu sangat terkenal karena kemampuan anggota mereka yang sangat hebat." Sambung Yuuki.

"Tapi, untuk apa kau menanyakan itu?" Kirito menaikkan sebelah alisnya karena heran membuat Akame memandangnya sebelum menghela nafas pelan.

"Aku dan Naruto-kun merupakan anggota dari Night Raid itu." Jelasnya yang kali ini membuat ketiganya membulatkan matanya, terlebih lagi Kirito.

"Dan bukan hanya aku, Sheele, Kurome, Dulio, Chelsea, dan Leone juga berasal dari Night Raid." Ujarnya yang sekali lagi mengagetkan mereka.

Kirito bersandar dengan lelah pada pohon dibelakangnya. "Hah, jadi itu alasan mengapa asrama kalian diberikan secara khusus?" Tanyanya yang dibalas anggukan pelan oleh Akame.

"Jiraiya-dono melakukan itu untuk membuat murid dan warga sekitar tak curiga pada kami. Walau kelihatannya sangat mencurigakan dengan menempatkan kami di asrama itu, tetapi karena asrama itu sudah di tinggalkan lah menjadikannya tempat yang tepat untuk kami." Ia berkata dengan lelah.

"J-Jika memang begitu, kenapa kalian memilih untuk bergabung ke akademi? E-Emm, secara teknis kalian sudah kuat bukan?" Tanya Yuuki dengan gugup karena mengetahui keduanya berasal dari organisasi terkenal tersebut.

Mengingat Night Raid merupakan organisasi pembunuh bayaran yang menjual jasa mereka untuk mengeliminasi target yang di minta. Pastinya Akame sudah sering melakukan pertarungan dan levelnya pun dipastikan jauh lebih tinggi dari mereka.

Akame mengusap pelan pelipisnya sebelum memasang senyum canggung. "Y-Yah, pemimpin kami memutuskan untuk membebas tugaskan kami sementara waktu. Karena itu ia memasukan kami ke akademi, begitu juga dengan Naruto-kun walau awalnya dia menolak." Ucapnya.

"Hmm, aku menerimanya karena disini ada dirimu. Jika bukan karena itupun aku tak sudi melakukannya." Naruto yang sedari tadi diam mendengarkan akhirnya ikut dalam percakapan mereka.

Akame yang mendengarnya sedikit merona tipis sebelum berdehem pelan. "Kuharap kalian tak memberitahu siapapun mengenai identitas kami di sekolah." Pinta Akame memandang ketiganya dengan pandangan berharap.

"Hehe, tak perlu khawatir Akame-chan! Aku dan Irina bukan orang yang seperti itu kok!" Ucapnya memberikan Akame senyuman ramah membuat gadis itu tersenyum lega.

Kirito memandang Akame dan Naruto bergantian. "Err, kalian tidak akan membunuh kami bertiga kan?" Tanyanya dengan takut.

Ketiga gadis di sekitarnya memandang pemuda itu dengan sweatdrop. Naruto sendiri hanya meliriknya dengan malas.

"Membunuh orang bodoh sepertimu hanya membuang-buang tenagaku." Ucap Naruto malas membuat Kirito merasa sedikit tertohok karena ucapannya.

"Kalaupun benar begitu, kau mungkin sudah mati daridulu. Lagipula untuk apa aku mengajarkan healing magic padamu jika aku akhirnya membunuhmu?" Tambahnya.

Kirito menggaruk kepalanya lalu terkekeh canggung pada ucapan Naruto membuat pemuda pirang itu menarik nafas kasar.

"Sekarang aku akan menjelaskan maksud dari quest ini." Ucapnya sembari memandang mereka semua.

.

"Ohh begitu. Aku paham, jadi target kita adalah orang yang memimpin sebuah organisasi yang menyerang Night Raid tetapi gagal dan melarikan diri?" Kirito menatap keduanya.

"Kami, Night Raid tak pernah mencari masalah pada siapapun atau apapun. Tetapi, jika seseorang mencari masalah dengan kami, maka kami tak akan pernah membiarkannya selamat dengan mudah." Akame berkata dengan datar.

"Dan lagi, entah darimana mereka mengetahui markas utama kami. Hal itulah yang kami permasalahkan dan harus segera membereskan mereka semua." Tambahnya membuat semuanya kecuali Naruto tersenyum gugup.

"Lalu mengenai 'alat' itu..." Akame mengalihkan pandangannya pada Naruto yang saat ini tengah melipat tangannya masih dengan posisi bersandar. Ia nampak memejamkan matanya dan err, sepertinya ia tertidur? Mereka dapat mendengar dengkuran halus dari pemuda itu.

Ketiganya memandang sweatdrop pada Naruto, bukankah beberapa saat yang lalu ia baru saja berbicara? Dengan Akame sendiri, perempatan kecil tercipta di dahinya ketika melihat tingkah kekasihnya. Tangan kanannya bergerak untuk menarik telinga pemuda itu.

Sret!

Tetapi sebelum itu terjadi, Naruto langsung membuka kedua matanya dan menangkap pergelangan tangan Akame kemudian menarik gadis itu dalam pelukannya membuatnya merona.

"B-Baka! L-Lepaskan aku!" Pintanya dengan nada malu karena disini ada orang selain mereka.

Kirito melihat mereka berdua dengan sebutir keringat karena sejujurnya ia sudah sering melihat Akame dan Naruto seperti itu. Untuk Irina dan Yuuki, mereka juga ikut merona tipis melihat tingkah err, mesra keduanya.

Naruto menghela nafas pelan lalu melepaskan Akame membuat gadis itu segera duduk dan merapihkan pakaiannya yang sedikit kusut.

"Alat yang kusebutkan tadi adalah sebuah alat sihir." Jelasnya membuat mereka bingung.

"Alat sihir?" Mereka berkata dengan serempak.

"Alat yang cara penggunaannya menggunakan mana lebih tepatnya. Benda itu mempunyai fungsi hampir mirip seperti meriam. Hanya saja peluru yang ditembakkannya berupa sihir padat berskala besar. Semakin banyak mana yang dipasok, maka itu akan semakin kuat. Bahkan satu kota besar pun akan hancur jika terkena tembakan meriam sihir itu." Ucap Naruto.

Naruto mengulurkan tangan kanannya kesamping memunculkan sebuah lingkaran sihir kecil berwarna merah gelap.

"I-Itu.." Akame nampak terbata ketika melihat benda berbentuk aneh sekaligus unik yang dikeluarkan Naruto.

"Ini merupakan sebuah miniatur dari alat tersebut. Sepertinya serangga itu berani menyerang Night Raid karena menganggap alat sampah ini kuat. Ia juga berniat menembakan sebuah sihir padat menggunakan meriam itu tetapi gagal karena meriam tersebut meledak di tempat." Naruto memejamkan matanya dengan malas.

"Jadi karena itu mereka langsung panik dan terpecah?" Kirito bertanya.

"Mungkin saja, mereka terlalu menganggap superior benda sampah itu dan berpikir Night Raid akan musnah setelah terkena meriam mereka."

Kirito menghembuskan nafas lelah lalu meregangkan tubuhnya. "Jadi, apa quest ini bisa dikatakan selesai?" Tanyanya. Karena kelima pria itu sudah dibunuh oleh Naruto dan pemimpin asli mereka menghilang misterius, maka tak ada pilihan lain selain menganggap ini sudah selesai lalu melaporkannya ke akademi. Tetapi yang menjadi pertanyaannya, siapa yang meminta quest ini? Jika bukan pria tua yang menjadi kepala desa kecil ini lalu siapa?

Naruto menyeringai tipis mendengar ucapan Kirito. "Lebih tepatnya, bahkan quest ini baru saja akan dimulai." Balasnya yang membuat pemuda itu bingung.

"Lagipula kita juga belum bertemu dengan orang yang meminta quest ini." Tambahnya.

"Kita akan mencari pemimpin mereka lalu membunuhnya serta menghancurkan meriam itu. Karena benda itu juga bisa dikatakan benda yang mengancam kerajaan dan mungkin dunia." Akame memberitahu padanya.

Kirito mengangguk lemah lalu menguap. "Ngomong-ngomong aku ingin bertanya pada kalian. Apa Raja Pendragon sudah mengetahui tentang kalian?" Tanyanya dengan penasaran, begitu juga dengan Irina dan Yuuki yang sama penasarannya. Karena tidak mungkin Kerajaan akan membiarkan seseorang seperti mereka masuk begitu saja di Kerajaan ini.

Akame mengangguk pelan. "Yah lagipula pemimpin kami sudah lama mengenal Raja Pendragon, bisa dibilang mereka mempunyai hubungan yang baik. Dan tentu saja pemimpin kami juga awalnya meminta izin padanya untuk memasukan kami di akademi yang ada pada kerajaan miliknya." Jawab Akame.

"Lebih baik kita berangkat sekarang." Naruto memotong pembicaraan mereka lalu bangkit dari posisinya sambil memandang danau.

"Menurut yang dikatakan Akame tadi, pemimpin mereka dikatakan menghilang secara misterius tetapi pada kenyataannya tidaklah seperti itu." Naruto kemudian membalikkan tubuhnya.

"Apa maksudmu?" Kirito bertanya dengan bingung.

"Katakan dengan jelas Naru!" Tuntut Akame membuat pemuda itu membuang nafas pelan.

"Sudah kukatakan sebelumnya saat kita sampai disini. Desa ini bukan tujuan utama kita, karena desa ini hanya sekedar 'jalur' perantara saja." Naruto melihat keempatnya masih bingung dengan apa yang ia katakan.

Naruto berjalan melewati mereka dengan tangannya yang menggesturkan mereka untuk mengikutinya. Keempatnya saling memandang sebelum berlari kecil untuk menyusul pemuda itu.

.

Unknown Place

"Hei kacamata! Apa sudah ada kabar dari Raiga?" Seorang dalam sebuah ruangan di suatu tempat misterius nampak berbicara pada pria berambut kuning yang mengenakan kacamata.

"Belum. Sepertinya ia sedang tidur saat ini." Balasnya.

Pria yang bertanya itu terlihat mengelus dagunya. "Begitu, sampaikan padaku jika dia sudah mengabarimu." Perintahnya yang dibalas anggukan. Pria berambut hitam kemudian berjalan menjauh kedalam lorong kecil yang ada di ruangan tersebut.

'Khukhukhu, dengan alat yang akan kusempurnakan ini. Kalian akan hancur kali ini, Night Raid sialan!' Batinnya sembari memasang seringai kejam.

.

With Naruto

Terlihat Naruto dan timnya berada di ujung hutan yang dibatasi oleh danau. Keempatnya lalu memandang Naruto dengan bingung.

"Untuk apa kita kesini?" Kirito yang sedari tadi menahan diri bertanya akhirnya melepaskannya. Tetapi Naruto hanya diam tak membalasnya.

Naruto memejamkan matanya sesaat lalu mengarahkan lengan kanannya kearah danau di depannya. Dari ujung tangannya keluar sebuah aura merah gelap yang turun menuju perairan.

Ia kemudian menurunkan suhu dalam mana miliknya sehingga membekukan perarian yang terkena aura sihirnya tadi dan menciptakan sebuah jalan cukup lebar diatas permukaan danau yang membeku.

Naruto kemudian berjalan ketengah danau meninggalkan keempatnya. Mereka memperhatikan dengan bingung apa yang dilakukan oleh pemuda itu.

"Apa yang kalian lakukan? Kemarilah." Ucapnya datar.

Mereka mendengarnya tersentak lalu dengan segera berjalan menuju Naruto yang berdiri diatas permukaan beku tersebut.

"Aku tau kalian bingung tapi, ini akan menjawab kebingungan kalian semua." Jelasnya.

"Karena, disinlah jalur yang kumaksud itu." Tambahnya dengan singkat.

Sring!

Naruto mengarahkan tangan kanannya kedepan lalu seketika munculah lingkaran sihir berwarna merah gelap berdiameter sekitar 2 meter di depan Naruto.

Zrung!

Lingkaran sihir itu lalu bersinar cerah memaksa mereka untuk menutup mata karena silaunya cahaya yang dihasilkan. Setelah beberapa saat kemudian cahaya itu menghilang dan kini terlihatlah sebuah portal merah dihadapan mereka.

Semuanya memandang terkejut dengan kemunculan portal itu. Terutama Akame sendiri, apa Naruto menyembunyikan sesuatu darinya?

Naruto berjalan menuju portal itu lalu berhenti setelah setengah badannya masuk, ia menoleh ke samping dimana semuanya masih diam melihatnya.

"Ayo masuk." Katanya.

Mereka saling pandang kembali lalu mengangguk kemudian berjalan masuk menuju portal itu sehingga hanya Naruto saja yang tersisa. Melihat semuanya masuk, Naruto kemudian menjentikan jarinya membuat permukaan danau yang membeku itu kembali mencair lalu dirinya masuk kedalam portal untuk menyusul mereka.

Zrung!

Akame dan ketiganya akhirnya tiba disebuah tempat asing dan aneh yang belum pernah mereka kunjungi dan lihat sebelumnya.

"T-Tempat apa ini?" Kirito berkata dengan terbata melihat tempat yang tak jauh berbeda dengan perkotaan di kerajaan Pendragon. Hanya saja, desain arsitektur yang dimiliki tempat aneh ini begitu unik dan asing di matanya.

"E-Entahlah." Balas Irina yang sama bingungnya, ia sedikit memandang takjub tempat yang cukup indah ini.

Tap!

Mereka kemudian mengalihkan pandangan mereka pada Naruto yang baru saja tiba di sebelah mereka.

"Menikmati apa yang kalian lihat?" Tanyanya.

"H-Hei Naruto, tempat apa ini?" Kirito bertanya sambil memandang pemuda itu.

Naruto menatapnya kemudian berjalan dan memposisikan dirinya di depan mereka semua.

"Biar kuperkenalkan pada kalian semua. Sebuah kota misterius yang tidak memiliki tempat di dunia karena kota ini berada dalam dimensi yang berbeda. Kota yang berisikan dimana monster, iblis, malaikat, manusia dan lainnya, hidup berdampingan sehari-hari."

"Dan tempat itu bernama...

"...Hellsalem's Lot City."

And cut...

.

Play ED Song : Haruka Tomatsu - Yume no Sekai

.

TBC

.

Note :

Gimana kabar kalian? Oke aja ya gua harap wkwk. Dan seperti yang gua bilang di sebelumnya, TA udah nyampe ke Arc baru (Arc berapa ya? Lupa gua). Dimana Arc itu akan memperlihatkan aksi Naruto di kota dari anime sebelah ini dikarenakan suatu kejadian.

Mungkin chapter ini sedikit kerasa garing menurut kalian, dan gua ga bisa nyalahin itu karena gua juga sedikit ngerasa gitu awokaok. Awalnya juga gua pengen lanjut ke TUS karena entah kenapa pas abis ngetik ch 2 jadi kegihan sendiri gua.

Tapi ya, berhubung ini udah lama ga gua urus. Jadi gua pilih up ini dulu. Barangkali mungkin ada juga yang masih nunggu fict TA, ya siapa yang tau.

Untuk yang udah review fav foll, gua ucapin terimakasih seperti biasa, begitu juga sama yang masih nunggu fict ini up. Next up gua udah pastiin itu pasti TUS. Tapi waktunya, gatau kapan aokwoaoa. Gua juga ga bahas review dulu disini, sorry ya! Dan untuk yang review gua pake akun, gua bales lewat pm aja. Karena disini nanti kebanyakan (Ini aja udah banyak njeng).

Yaudah lah segitu dulu, jangan lupa jaga kesehatan biar ga kena...IYKWIM. Doain juga semoga wabah ini cepet ilang sebelum lebaran, dan doain juga saudara kita yang kena cepet di sembuhin dan untuk para korbannya yang udah meninggal semoga di terima disisi-Nya. Aamiin.

Oke, Adios! Byebye!...

#DiRumahAja #StayHome #StaySafe...and

#WashYourHands..., Akwkaowka.