Fate/Zero Redemption

.

.

Disclaimer : Masashi Kishimoto dan Type Moon. Saya hanya meminjam karakter kepemilikan beliau tanpa berniat mendapatkan keuntungan materi sekalipun. Begitu pula dengan para karakter lain yang saya pinjam. Semua pemilik Owner-nya masing-masing.

Presented By : The Red Saber-Mordred

Rating : M (For Safe)

Pair : Apa masih perlu dipertanyakan?

Genre : Action, Fantasy, Supernatural, Magic.

Warning : Typo, OOC, HumanNaru!, Bahasa tidak Baku, Alternative Reality, and Etc.

Inspirated By: Fate: Zero Hour Redux by Rein Hellfire

.

.

Summary

Titik awal, titik dimana cerita dimulai, Heavens Fell keempat. Sebuah kisah tentang para master, para ksatria dan pahlawan. Kisah yang akan menjadi legenda, kisah sedih, yang akan berakhir dengan tragedi, tragedi baik atau buruk. Semuanya akan di tentukan dari jalannya peperangan.

.

.

Opening Theme : FUNKY MONKEY BABYS - Ato Hitotsu

.

.

Chapter 1 Prologue

.

"Biar ku tanya sekali lagi. Kau ingin aku berpartisipasi dengan perang?"

"Secara bahasa bisa dibilang begitu."

"Perang di sebuah kota? Dengan banyak warga sipil disana yang ingin hidup damai?"

"Iya."

"Perang dengan tidak ada kemenangan dalam beberapa ratus tahun terakhir ini?"

"Tepatnya sekitar 200 tahun yang lalu."

Pemuda yang bertanya menatap dengan tatapan maut ke arah pria tua yang menjawab pertanyaannya. "Vampir tua, apa kau sudah gila, ku katakan padamu sekali lagi aku tak ingin mengikuti perang ini."

"Aku tidak di diagnosis gila, tapi kau bisa menyebutnya demikian tergantung darimana kau memandangku, tetapi ketahuilah dengan command seals yang ada pada tangan kananmu itu membuatmu mau tidak mau harus mengikuti perang ini."

Pak tua yang di panggil Vampir itu tersenyum tipis, lalu melanjutkan perkataannya.

"Tak selamanya perang itu buruk, Naruto, ini adalah perang ke empat dalam memperebutkan holy grail. Mungkin dengan adanya dirimu, persaingan perang selama ini akan terbayarkan. Bukankah, kau ingin kembali ke tempat asalmu?"

Pemuda yang bertanya tadi, Naruto, berdehem. "Tapi, kau tahu kan, Zelretch-sensei, aku tak ingin mengikuti perang lagi, sungguh, aku tak ingin melihat banyak kematian lagi, lagi dan lagi."

Pemuda berambut pirang, Uzumaki Naruto, tingginya sekitar 173 cm. Tak begitu tinggi memang, dengan rambut pirang runcing dengan dua poni membingkai pipi seperti ayahnya, Namikaze Minato, dan punggung tegak lurus bagai panah yang kuat seperti pedang baja. Postur tubuhnya terbangun dengan baik, tak berlebihan, lebih mirip dengan seorang pelari. Memiliki bola mata sebiru langit yang menari tanpa awan.

Tiga guratan seperti kumis kucing menjadi ciri khasnya dan yang paling mencolok dari dia, tepat pada pipinya yang agak kecoklatan. Bisa dibilang dia cukup tampan, mungkin bisa lolos dalam seleksi model di majalah ternama.

Saat ini dia sedang berdiri, tangan di saku, mengenakan setelan pakaian hitam sepenuhnya.

"Maaf akan itu, tapi kau harus tetap mengikuti perang ini, karena mau bagaimana pun nasib dunia bahkan dipertaruhkan jika cawan itu jatuh ke tangan yang salah."

Orang lain, Kischur Zeltrech Schweinorg, atau bisa dipanggil Zeltrech, adalah pria tua yang merupakan seorang vampir, rambut beruban dengan jenggot abu-abu. Dia memiliki mata merah delima, seperti kebanyakan vampir lainnya, dan mengenakan pakaian kimono hitam dengan tongkat di tangan.

Dia adalah vampir dengan identitas asli; ancestor of the dead apostle, and master of true magic Second, Kaleidoscope.

Alis Naruto mulai berkedut, dia sedikit kesal. "Vampir tua, kau tahu aku tidak akan bisa bertarung dengan banyak warga seperti itu, aku tak ingin membahayakan banyak orang. Berperang atas dasar untuk memperebutkan Cawan Suci, ini adalah ide yang buruk, belum lagi jika para Magus lainnya terlibat sudah pasti akan memakan banyak korban."

"..."

Naruto berpikir, kemudian menghela napas. "Beri aku alasan yang pasti dan meyakinkan akan mengapa kau memintaku, murid mu ini untuk bertarung dalam perang ini."

"Sebuah ... Permintaan, itu adalah hadiahnya jika kau berhasil memenangkan peperangan ini."

Menaikan alisnya sejenak sebelum kemudian mengeluarkan suara cukup keras dengan tangan mengacung kedepan, menunjuk ke arah Zeltrech.

"Apa?! Sebuah permintaan? hanya itu saja."

"Tidak," Zeltrech berdehem sebentar, mencoba melegakan tenggorokan yang terasa gatal. "Ini lebih tepat disebut sebagai keinginan, bisa dibilang keinginan apapun darimu akan dapat terkabul, apapun itu."

Naruto terdiam, mencoba menyerap pehaman yang di dapatnya dari perkataan Zeltrech tadi.

"Begitu yah ... Jadi seandainya jika orang lain mendapatkan itu dan mencoba untuk melakukan kejahatan maka akan terkabul juga?"

"Secara teknis, bukan, mistis begitu."

"Bahkan jika sampai pada permintaan yang mustahil? Maka akan dapat dikabulkan?" tanya Naruto sekali lagi.

"Ya, bahkan bisa dikatakan bahwa mukjizat apapun yang kau minta yang mencapai kata mustahil akan bisa terealisasikan."

"..."

Melihat Naruto hanya diam tanpa suara tak ayal membuat sang vampire, Zeltrech, menyeringai tipis. "Jadi, apa sekarang kamu sedang mempertimbangkannya, Naruto muridku?"

Naruto tersenyum, senyum sedih, tepatnya senyum yang memilukan. "Tidak, aku tidak akan menyesalinya. Karena pada akhirnya aku berhasil membuat duniaku menjadi lebih baik. Yah ... Perubahan yang membawa kehidupan menjadi lebih baik."

"Setelah berjalan di jalan yang penuh darah itu? Bukankah kau bisa mengubahnya? Buatlah agar semua kerugian menyakitkan itu takkan pernah terjadi."

Kembali kepada senyum memilukannya, pemuda pirang itu menggelengkan kepala. "Jika demikian yang aku lakukan, itu sama saja dengan aku menghina mereka, menghina perjuangan mereka. Aku tak menyesalinya, dan aku tak memiliki keinginan yang ingin ku capai saat ini."

Zeltrech berjalan pelan di karpet merah pada rumah batu batanya. Dia berjalan pelan, mengelilingi pemuda itu, pemuda yang menyembunyikan kesedihannya.

"Lalu apa yang mendasari mengapa command seals terlukis sempurna di tanganmu."

Naruto diam, memandang kebawah, ke tempat karpet merah berada. "I-itu ..."

"Itu tandanya kamu telah di pilih, dan mengapa grail sampai memilihmu? Apa kau tahu alasannya?"

Naruto tetap diam, namun kini tangan kanannya ia angkat dan memperlihatkan tanda semacam pola pedang berwarna merah. Tanda yang telah muncul sekitar tiga hari yang lalu, tepat pada saat dia sedang mandi, tanda itu muncul dari ketidakadaan.

Zeltrech diam-diam melirik ke arah command seals di tangan Naruto, kemudian vampir tua itu tersenyum tipis lagi lalu mengatakan beberapa patah kata yang cukup membuat seorang Naruto kembali mengadahkan kepalanya. "Grail tak akan memilihmu kecuali ada sesuatu yang kamu inginkan, terutama keinginan yang sangat besar dan berasal dari batinmu sendiri."

Setelah mendengar perkataan gurunya, Naruto, pemuda itu melemparkan arah pandangan mata biru lelah ke arah gurunya, Zeltrech.

"Yah aku tahu ... Sebenarnya aku memiliki dua keinginan yang sangat ... sangat ingin ku capai. Aku ingin membawa perdamaian yang sesungguhnya ke dunia ku, aku ingin kembali ke sana, ke kampung halamanku. Meskipun ku tahu, bahwa kembali kesana hanya kan memberikan kenangan yang menyakitkan untukku."

Zeltrech mendengar apa yang pemuda pirang itu inginkan, rasanya ada rasa bangga dalam diri vampir tua itu karena telah menjadi guru dari pemuda yang hebat.

"Kau ingin bertemu dengan mereka lagi bukan?"

Naruto tahu siapa yang di maksud oleh vampir tua itu, kata mereka tersebut mengacu pada dua orang yang paling berharga baginya. Orang tua Naruto itu sendiri, Minato dan Kushina, sumpah, Naruto dari dulu semenjak masih berada di Elemental Nations ingin sekali merasakan bagaimana rasanya kasih sayang orang tua, hanya saja ia tak bisa merasakannya, karena Minato dan Kushina pada saat itu, saat kelahirannya telah meninggal karena melindunginya, melindungi dirinya yang masih bayi dari serangan sang siluman rubah, Kyuubi.

Naruto tersenyum, agak lemah dan lusuh kalau di lihat.

"Tentu akan sangat menyenangkan jika itu sampai terjadi ... Tapi aku tak mau, karena aku tak ingin menganggu mereka yang telah damai di alam sana. Mereka erlalu berharga bagiku ... Meskipun aku tak sempat merasakan bagaimana hangat peluk dari mereka."

Vampir tua itu tetap dengan kegiatannya, mengelilingi Naruto, namun dia juga mendengar apa yang Naruto ucapkan. Bagi Zeltrech yang telah mengetahui semua kisah hidup dari mantan shinobi pirang itu, kisah hidup itu sungguh sangat memilukan untuk di dengar, bahkan untuk Vampir tua seperti dirinya sekalipun.

Vampir tua itu mendesah pelan, kemudian memancing Naruto dengan kata-katanya.

"Kau tahu, cawan suci mampu menghidupkan orang yang telah mati, bukan? Bahkan jauh lebih baik dari teknik Ninja yang kau beri nama Edo Tensei itu."

Keheningan datang melanda menyebabkan suasana senyap beberapa menit. Api pada sekitar tungku pada cerobong asap masih membakar kayu, menyebabkan hangat datang menolong pada malam yang dingin ini. Kedua pria berbeda usia ini saling memandang dalam sunyi, permata biru yang menusuk bertemu merah delima yang menyala dalam malam.

Hingga pada akhirnya si pirang menyerah dan mulai berbicara.

"Baiklah, akan ku ambil tindakan itu, aku kan melakukannya." Dia lalu menghela nafas. "Hei pak tua ... Kau terlalu pintar memanipulasi perasaan orang lain, dan lain kali aku kan hati-hati denganmu."

Zeltrech hanya tertawa kecil, lalu mengambil sebuah kotak hitam yang terbuat dari kayu berukuran sedang pada meja kayu yang sudah ia siapkan.

"Itu hanya secuil kecil dari kehebatanku ..." Zeltrech lalu memberikan kotak itu, sedanngkan Naruto menerimanya dengan sebelah alis terangkat. "Ini katalis, ambilah dan jangan lupakan mantera yang ku ajarkan padamu tadi."

"Begitu ... Baiklah dan terima kasih, Zeltrech-sensei."

Dan dengan sebuah kilatan emas kuning, pemuda pirang itu menghilang.

Zeltrech hanya menghela nafas menatapi kepergian pemuda pirang itu. Ini sudah berulang kali terjadi, dan dia sudah terbiasa akan itu.

"Semoga kau beruntung, aku hanya bisa berharap akan kemenanganmu, dan agar kau bisa menemukan bagian lain dari hatimu."

.

.

.

Berbicara tentang okultisme, teori tentang dimensi yang mengatakan bahwa ada 'kekuatan' dari luar dunia ini.

Tentu merupakan awal dari semua hal. Itu adalah harapan tertinggi dari semua magus ... Tempat Tuhan, Akashic Records , catatan awal dan akhir dari semua hal yang menciptakan segalanya di dunia ini.

200 tahun yang lalu, ada orang-orang yang melakukan eksperimen eksekusi di tempat itu di luar dunia ini. Einzbern, Makiri, Tohsaka. Disebut 3 keluarga awal, dan apa yang mereka rancang adalah reproduksi Cawan Suci, subjek dari banyak tradisi. Mengharapkan bahwa pemanggilan Grail akan mewujudkan keinginan, tiga keluarga magus menawarkan seni rahasia mereka hingga akhirnya dapat mewujudkan wadah mahakuasa, Holy Grail yang konon katanya dapat mengabulkan segala permohonan dan doa.

Namun ... Grail itu hanya bisa mengabulkan keinginan satu orang. Sampai pada saat kebenaran itu diketahui, ikatan kerjasama dicuci oleh darah dalam konflik yang berkepanjangan.

Itu adalah awal dari 'Perang Cawan Suci', 'Heaven's Feel'.

Sejak saat itu, sekali setiap 60 tahun, Grail dipanggil lagi di tanah timur jauh, kota Fuyuki di negara Jepang. Kemudian, Grail memilih 7 orang magus yang memiliki kekuatan untuk dapat mengambilnya, dan mendistribusikan sejumlah besar prana di antara mereka, untuk memungkinkan kemungkinan pemanggilan Roh Pahlawan yang disebut Servant. Kesimpulannya adalah, akhir dari pertempuran sampai kematian tiba, akan memutuskan yang mana dari ketujuh magus yang paling cocok untuk menerima Grail.

Begitulah cerita sebelum nasib yang sama datang kepada pemuda pirang yang sedang duduk di meja. Dia menatap puas lingkaran pemanggilan yang ia buat di tengah-tengah apartemennya yang sederhana. Dia tinggal sendirian di situ, menjalani hidup normal seperti kebanyakan manusia dari dunia ini, dunia baru yang ia tempati sekitar satu tahun setengah yang lalu.

Meskipun dia tahu, dia tahu bahwa dia tak bisa di klasifikasikan sebagai manusia yang sesungguhnya sekarang. Dia adalah mantan shinobi, sedangkan ini adalah dunia dengan dimensi yang beda dari tempat asalnya. Alasan sebab mengapa ia bisa ke sini adalah karena wanita itu, Dewi Kelinci Kaguya Otsutsuki, yang sempat menyedot dirinya ke dalam salah satu retakan dimensi yang Dewi itu buat sebelum akhirnya Dewi itu dikalahkan dan di segel oleh dia dan sahabatnya, Sasuke Uchiha.

Aneh dan tak bisa di percaya memang, namun inilah kenyataanya.

Naruto pada saat pertama kali hadir di dunia ini berada di sekitar hutan yang cukup rimbun, di sanalah vampir tua itu menemukannya, tergeletak terbaring tak berdaya. Dan pada akhirnya ketika Naruto siuman ia sempat terkejut, sumpah ia terkejut mengetahui bahwa dirinya masih hidup. Hingga berbulan-bulan pun berlalu. Naruto mempelajari dunia baru ini dan mecoba hidup normal seperti yang lainnya. Kerja part time pada sebuah kaffe dan menjadi murid didikan dari vampir tua itu.

Entah mengapa pemuda pirang ini jadi teringat akan kisah masa lalunya. Naruto menggelengkan kepalanya dari pikiran yang menyedihkan ini. Dan mulai berdiri menghampiri lingkaran pemanggilan seraya menatap tepat pada jam di dinding. Setelan pakaian yang ia gunakan semuanya berwarna hitam, entah alasan apa yang membuatnya selalu berpakaian gelap saat ini.

"Sudah hampir waktunya. Tengah malam adalah saat yang paling tepat untuk melakukan ritual ini, saat itulah sirkulasi sihirku akan sampai puncaknya."

Dia mempelajari sihir dari Zeltrech, dan untungnya dia cukup berbakat.

Naruto berjalan pelan menuju meja tadi, lampu telah di matikan, kemudian pemuda itu meraih kotak hitam yang gurunya berikan tadi, membuka perlahan hingga ia sedikit terkejut akan apa yang ada di dalam kotak tadi.

Itu adalah sebuah sarung, sarung pedang tentunya. Lebih detai lagi mengacu pada pedang lebar dari Eropa, Great sword. Jika di jelaskan secara spesifik adalah, pedang suci yang di berikan kepada King Arthur oleh Lady of Lake. Dan sarung pedang ini ... merupakan peralatan mewah yang terbuat dari emas dan di hiasi dengan enamel bitu yang tampak lebih seperti harta daripada sebuah senjata. Harta yang menunjukan martabat yang mulia layaknya sebuah mahkota. Sebuah tulisan magis pada bagian tengahnya menunjukan pada kenyataannya bahwa itu bukan buatan sembarang tempaan manusia pandai besi biasa. Melainkan sebuah senjata konseptual yang tercipta dari agungnya jelmaan sihir, Avalon. The ever-distant Utopia.

Pemuda itu merenung, ini adalah salah satu yang terindah dari yang pernah matanya pandang.

Neruto berjalan pelan membawa sarung pedang itu, melewati lingkaran pemanggilan yang terbuat dari darah yang di tempel pada lantai. Hingga akhirnya ia sampai, sampai pada sebuah altar yang telah ia persiapkan sedari tadi.

Sebenarnya, Zeltrech telah lebih dahulu mendapatkan Avalon dibandingkan Einzbern, mereka menggalinya di Cornwall dan untungnya pak tua yang merupakan guru dari si shinobi pirang yang menemukan sarung pedang legendaris dan memberikannya pada Naruto, muridnya.

Dia kemudian berjalan lagi, kali ini berhenti tepat di hadapan lingkaran pemanggilan dan juga altar tempat sarung pedang indah tadi berada.

"Yosh ... Saatnya mulai."

Saat itu tepat tengah malam, 00:00. Satu bulan sebelum perang Cawan Suci Fuyuki keempat dimulai. Di sebuah apartemen di Tokyo, Jepang. Yang menjadi tempat tinggal sekaligus markas sementara dari magus sekaligus shinobi bernama Uzumaki Naruto.

Mantera mulai di lantunkan. Lingkaran yang ditarik oleh darah kini mulai memancarkan sinarnya.

"For the element silver and iron. For the foundation, stone and the Arcduke of contracts. For the ancestor, my great master, Schweinorg ... Close the gate of cardinal directions. Come forth from the crown and follow the forked road leading to the kingdom. Fill, fill, fill, fill. Repeat fime times. But when each is filled, destroy it ... Set."

Tekanan udara mulai terasa meningkat. Bahkan Naruto bisa merasakan prana dalam tubuhnya melonjak melalui sirkuit sihirnya, mengalir seperti sungai hingga terasa semakin kuat. Desas-desus kekuasaan mulai muncul dan berdering menuju telinga yang sensitif. Avalon mulai bersinar, seolah bisa merasakan akan kembalinya seorang penguasa.

"My will creates your body and your sword creates my destiny. If you heed the Grail s call and obey my will and reason, then answer me!"

Naruto menganggap dirinya tak memiliki keinginan dan tak mempunyai penyesalan. Nyatanya itu salah, mungkin dia sendiri tak tahu mengapa, dia tak tahu mengapa dia memiliki keinginan itu, dan dia tak tahu mengapa dia memiliki penyesalan juga. Dia sudah menjalani kehidupan yang cukup berat dan okay dia tak akan menyesalinya. Dia janji.

"I hereby swear, that I shall be all the good in the world ... That I shall, defeat all evil in the world. You seven heavens, clad in these three great words of power of come forth from the circle of binding ... Guardian of scales."

Dan dengan cahaya yang menyilaukan, dalam sekejap pandangan menjadi memutih. Dan semua telah selasai tinggal menunggu hasilnya.

Asap mengepul dari lingkaran pemanggilan, Naruto menatap dengan mata menyipit serta satu tangan di sekitar dahi untung mengelap keringat.

Sosok siluet ramping terlihat samar-samar. Masih belum jelas. Namun sosok itu mulai berbicara.

"Jadi ... Apakah anda yang menjadi master saya?"

Dia yang jujur, angkuh, dan mengasihi. Senyumnya selembut dan secerah matahari pagi.

Dia yang penuh rasa peduli. Mencintai semua kebaikan dan percaya akan keadilan.

Meskipun dia membenci pertentangan, dia tak tertandingi saat memegang pedang. Pedang yang bersinar, yang menumpas kesalahan di dunia dan membinasakan segala kejahatan.

-Dongeng sang Pahlawan.

A/N:

Dan inilah proyek baru saya, saya harap bisa di terima oleh senpai dan reader sekalian. Lagipula saya suka menulis. Bagian prolog masih merupakan pengenalan cerita, jadi maaf jika masih pendek.

Saya merubah gaya penulisan saya, saya harap senpai bisa nyaman dengan yang sekarang.

Sekarang saya bertanya pada reader sekalian, lebih baik fic mana yang akan saya utamain. Apakah The King Incarnation, Fate: The True King of Heroes, atau fic baru ini, Fate/Zero Redemption. Well saya akan usahkan yang terbaik saja, karena saya gak berani janji. Sekian dari saya, trims..

Mordred, out..