Halo - halo! Jumpa lagi ya... Untung gak sampai lama aku bisa update lagi.

Senang sekali bahwa aku masih dinanti banyak pembaca. Bahkan mereka menjawab dengan sangat antusias sekali dan aku merasa senang bahwa tulisan kecilku yang lain mampu membawa inspirasi untuk Author baru lainnya. Aku juga masih belajar jadi harap belajar bersama-sama.

Berkaitan dengan Fiksi satu ini yang ditanyakan oleh banyak pembaca aku ingin bicara sesuatu. Fiksi ini memang harem tapi kalian tidak akan mendapati harem yang klise dimana banyak tokoh jatuh cinta dengan mudahnya. Tidak. Aku tidak ingin menyajikan itu. Aku selalu mencoba membuat kisah romance yang bisa menghibur dan meskipun ini fiksi harem, kuharap romance yang kurangkai bisa juga menghibur. Kalian juga akan mendapati bagaimana cinta dalam sekali pandang atau cinta yang bersemi seiring waktu. Meskipun fiksi ini bertajuk Harem tapi Naruto kurasa akan menentang bahwa dia memang punya harem hingga dikejar-kejar... Yah bisa kalian bayangkan sendirilah. Untuk Sakura Elf-pun porsi Romance dimana dia jatuh cinta pada Naruto ada waktunya pada Arc tersendiri. Aku telah meletakkan pondasinya agar romance Naruto dan gadis Elf itu ada. Itupun sama dengan Gabriel atau gadis lainnya.

Terima kasih untuk RevanovSithLord yang selalu perhatian padaku dan menanyakan kabarku. Aku baik-baik saja kawan. Terus dukung aku ya. Untuk para Author sepuh-sepuh lainnya yang sempat membaca tulisan receh ini kuharap kalian terus menulis dan bimbing kami ya.

Untuk author-author baru, terima kasih sudah menyajikan fiksi-fiksi baru yang segar. Aku membaca kisah kalian meski aku jarang berkomentar tapi aku bisa katakan ide kalian selalu segar. Mungkin ini masih tahap awal tapi kuyakin kalian pasti bisa membuat satu kisah besar nantinya.

Semoga fanfiksi Indonesia terus berkarya. Terutama untuk fandom Naruto x Highschool DxD.

Ps: Aku belum tahu mana yang harus aku update selanjutnya tapi itu bisa kisah Naruto-Hera atau Naruto dengan Danmachi.

Ps: Kisahku adalah kisah pelan. Jadi jangan minta tambah word ya. Terlalu cepat kisah aku nantinya kalau banyak word-nya. Seperti kataku di awal, nikmati saja kisah pelan ini.

.


.

Naruto meminta kepada Sakura agar dia bisa menunda untuk mengantarkan Elf itu pulang kerumahnya karena adanya permintaan yang mendadak dari Scathach dan Gawain padanya kemarin dan dia menyanggupi permintaan dari Scathach dan Gawain itu.

Hal itu dimintanya ketika pagi hari setelah Sakura bangun dari tidurnya dan menemuinya di bawah. Duduk pada satu meja dengan ditemani kopi untuk dirinya dan teh untuk Sakura, Naruto mengutarakan permintaannya pada gadis Elf itu yang kemudian dijawab dengan anggukan oleh gadis Elf tersebut. Naruto bahkan juga memberikan kebebasan pada Sakura untuk melakukan apapun yang dia mau bahkan dia juga akan tetap menyukupi kebutuhan Sakura sampai Naruto mengantarkannya kembali pada tempatnya tinggal dahulu. Dia melakukan itu karena dia merasa tidak enak pada gadis Elf tersebut apalagi telah berjanji padanya.

Gadis Elf itu mengangguk begitu saja.

Tapi ketika Naruto bertanya apa yang mau dilakukan oleh Sakura, jawaban yang dia terima adalah hal yang membuatnya cukup terkejut.

Sakura merasa dia telah berhutang budi padanya. Gadis Elf itu berkata dirinya terlalu baik sampai mau seperti itu padanya yang hanya seorang mantan budak tanpa ada keinginan balik apapun dan karena itu Sakura ingin setidaknya untuk membalas kebaikannya dengan menjadi berguna untuk Naruto.

Sebenarnya Naruto tidak pernah masalah dengan itu. Jika kau ingin menolong seseorang, tuntaskan hingga selesai. Itu adalah yang dia lakukan selama ini tapi Sakura, gadis Elf itu begitu kukuh ingin membalas budi dan membantunya dalam menyelesaikan permintaan Scathach dan Gawain meski Naruto tidak bisa bercerita tentang permintaan mereka lebih lanjut padanya karena itu adalah rahasia kerajaan. Naruto sempat bercerita dia ada permintaan dan Sakura ingin membantu permintaan yang diterima Naruto.

Naruto tentu saja menolaknya. Dia hanya ingin agar gadis Elf ini hidup sewajarnya saja tanpa mengerti apa itu dunia yang Naruto jalani. Apa yang akan dijalani Naruto ketika menerima permintaan Scathach sudah jelas bisa dia perkirakan dimana tangannya akan berbasuh dengan darah kembali. Dia sudah siap dengan itu tapi apakah gadis Elf ini siap?

Tentu saja tidak karena Naruto melihat gadis Elf ini sebagai gadis Elf biasa. Tidak lebih dan tidak kurang.

Tapi Sakura masih ngotot. Keras kepala. Gadis Elf itu bahkan sampai menggunakan taktik yang sangat tidak Naruto sukai.

Dia menangis memohon dan Naruto selalu akan merasa kalah dengan itu. Apalagi tatapan memohonnya itu begitu penuh dengan pengharapan.

Tapi Naruto memantapkan dirinya dan tetap menolaknya. Dia hanya berkata kemudian jika Sakura bisa membantu nona Yasaka mengelola penginapan yang dipunyai wanita itu sampai Naruto benar-benar selesai. Dia melihat wajah kekecewaan yang begitu besar setelah itu tapi Naruto berkata jika Sakura ingin membalas budi Naruto cukuplah gadis itu menyapanya setiap kali dia kembali ke penginapan dan memasak sesuatu untuknya.

Sakura lalu menyanggupi itu untuknya dan Naruto telah lega akan hal itu.

Gadis itu tidaklah harus sampai seperti itu padanya karena dia benar-benar tulus melakukan apa yang harus dia lakukan.

Terkadang Naruto tidak mengerti bahwa apa yang dilakukannya selalu memberi dampak yang jauh lebih besar dari yang terkira.

Lalu sekarang dalam perjalanannya, Naruto berjalan menuju ke suatu tempat dimana itu adalah tempat dimana dirinya dan Scathach juga Gawain saling bertemu pertama kali, mereka meminta agar Naruto menemui mereka pada tempat yang sama.

Dia melihat Scathach duduk pada sebuah batu. Tongkatnya diletakkan pada sampingnya.

Mungkin karena mendengar dirinya datang, Naruto melihat Scathach menoleh padanya, memberikannya senyuman.

''Tuan Naruto, kau datang lebih awal.''

Dia melihat Scathach mengangkat tangannya. Lingkaran sihir berwarna coklat muda kecil muncul dan berputar dan Naruto bisa mendengar gemuruh kecil dibelakangnya. Dia menoleh dan sebuah kursi dari tanah yang naik seolah memintanya untuk duduk.

Biru Azure menatap merah Ruby dan Naruto mengangguk kemudian. Dia kemudian duduk karena Scathach sudah menyediakan tempat duduk untuknya. Tidak sopan juga rasanya jika dia menolak tawaran itu.

''Anda sudah dari tadi?'' Tanya Naruto.

''Baru sebentar.'' Jawab Scathach yang mengambil tongkat sihir yang tadi disandarkannya disebelahnya. Wanita itu mengetuk tongkatnya dua kali ke tanah dan Naruto merasakan energi yang kemudian melingkupi mereka berdua.

Sebuah penghalang.

''Tidak ingin ada orang yang menguping pembicaraan kita bukan?'' Kata Scathach dan Naruto menyetujui itu.

''Dimana tuan Gawain?''

''Dia sedang ada urusan penting. Maafkan aku tapi tuan Michael yang ingin datang harus berhalangan karena ada sebuah tugas yang mendadak. Dia tidak bisa menemuimu di tempatnya karena itu akan membuat banyak orang lain berpikiran macam-macam.''

''Begitukah?'' Naruto mengerti akan hal itu. Politik dan cara bekerja mereka. Bangsawan yang akan memulai kudeta atau bahkan yang tidak sependapat dengan Michael tentu akan melihat bagaimana Michael Asteria bisa membuatnya bekerja sama dengannya dan itu akan membuat mereka yang berada pada sisi yang berlawanan dengan Michael pasti waspada.

Michael Asteria ingin tetap menyembunyikan hubungannya dengan Naruto untuk saat ini.

Cukup pintar.

''Jadi... Apa tugasku?'' Naruto bertanya secara langsung. Dia tidak suka bertele-tele.

Scathach yang mendengarnya berkedip. Mungkin dia menyangka Naruto akan berbasa basi dahulu tapi sepertinya wanita itu salah.

Naruto bukan orang yang seperti itu.

''Tidak bisakah kita bicara hal ringan dahulu sebelum ke menu utama tuan Naruto?''

Naruto menggeleng. ''Aku tidak pernah suka pembukaan.''

''Astaga... Anda itu orangnya suka sekali serius sejak awal. Tidak kusangka demikian. Kupikir anda akan berbeda.''

''Berbeda maksud anda?''

''Banyak hal.'' Kata Scathach. ''Anda walau punya kekuatan sebesar itu bahkan tidak sombong dan selalu rendah hati. Anda bahkan selalu membantu yang kesusahan pada kerajaan ini.''

''Ah... Jadi anda memata-matai diriku? Kupikir itu menjelaskan kenapa aku selalu merasa diawasi.''

''Kami tentu akan selalu memastikan apakah orang yang ingin kami rekrut atau bekerjasama dengan kami punya kredibilitas yang baik. Dan ketika aku bisa melihat itu semua maka akan kulakukan tuan Naruto. Anda orang yang baik.''

''Jika kau bisa melakukan itu lalu kenapa tidak melakukannya pada jajaran ksatria yang satu jajaran denganmu nona Scathach? Dan jangan katakan aku baik nona. Anda tidak mengenalku sebaik itu.''

Jika kau menyaksikan berapa banyak yang telah kubunuh kau mungkin akan mengatakan hal yang lainnya.

Hal lain yang selalu didengar sejak dirinya kecil.

Iblis.

Naruto meringis mengingat itu lagi. Itu kenangan yang tidak pernah mengenakan sekali. Ironis sekali bagaimana iblis yang selalu mereka panggil justru yang menyelamatkan nyawa penduduk desa jauh lebih banyak dari yang mereka kira meski dia harus memenggal banyak nyawa untuk melakukannya. Jika saja dia sudah menyerah akan kemanusiaannya, tentang apa yang dipegang teguh hatinya mungkin Naruto sudah menjadi orang gila.

Hanya apa yang dipegang teguh dirinyalah yang membuatnya masih bertahan. Seperti seseorang yang berpegang teguh pada rakit yang digunakan untuk mengarungi sungai, itu adalah apa yang masih menjaga Naruto.

''Aku hanya mengatakan dari apa yang kulihat selama ini tuan Naruto. Jika itu masih belum cukup kupikir bisakah aku mengenal anda jauh lebih lagi agar aku mengerti anda?'' Scathach tersenyum dalam senyuman yang mengandung artian lain. Maksud tersembunyi yang tertangkap oleh mata Naruto dan Naruto membalasnya dengan menunjukkan wajah tidak sukanya. Sepertinya Scathach mengerti itu. ''Aku hanya bercanda tuan Naruto.''

''Aku sulit mempercayai itu.'' Jawab Naruto yang membuat Scathach tertawa kecil renyah.

Naruto tidak mengerti kenapa Scathach tertawa akan jawabannya.

''Anda sangat-sangat menarik tuan Naruto. Berbeda dengan kebanyakan orang. Aku menyukai itu.'' Scathach berkata lagi sesuatu yang Naruto mendengus. Dia tidak menjawab lagi karena dia tidak ingin bertele-tele seperti ini.

''Ah, maafkan aku jika itu membuatmu tidak nyaman tuan Naruto.''

''Jika kau sudah selesai membual maka bisakah kau langsung saja? Jika kau masih ingin membual maka aku akan pergi dari sini.''

Naruto berkata dengan wajah dan nada yang serius dimana itu sepertinya berefek dimana Scathach kini memandangnya cukup lama sebelum tersenyum lagi.

''Tentu tuan Naruto. Tentu.'' Kata Scathach. ''Maafkan aku tadi tapi baiklah aku akan bicara serius sekarang. Tentu anda sudah mengerti bagaimana situasi kerajaan ini bukan?''

Naruto mengangguk. Kerajaan ini dalam keadaan gawat.

''Tuan Michael ingin agar dia bisa fokus menghadapi persoalan tahta lebih dahulu. Itu artinya bagaimana para pewaris itu harus diawasi dan dilihat. Tuan Michael ingin mencoba menguji ketiga putra putri raja.''

''Lalu?''

''Tuan Michael kemudian menyerahkan bagian penyelesaian kudeta bangsawan kepada tuan Gawain dan aku juga jajaran lain yang dipercaya tuan Michael. Nona Grayfia salah satunya.''

''Aku pernah bertemu dengannya.''

''Oh benarkah? Dimanakah anda bertemunya?''

''Anda tidak perlu tahu itu kurasa. Anda bisa bertanya langsung pada nona Grayfia jika ingin tahu.'' Kata Naruto yang membuat Scathach cemberut.

Naruto mengabaikan hal itu dan menunggu Scathach bicara lagi setelah melihat Naruto adalah orang yang tidak bisa diajak bercanda sepertinya. Bukan tidak bisa hanya saja mungkin Scathach belum bisa membuat Naruto nyaman saja.

''Tuan Gawain mengumpulkan catatan siapa saja bangsawan yang terlibat dan bagaimana anggota Round Table ada yang mengikuti kudeta yang akan terjadi. Mengingat anda adalah petualang yang punya kemampuan seperti Assasin dimana anda bilang itu adalah kebanyakan kemampuan anda, tuan Gawain ingin memanfaatkan kekuatan anda untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut lagi tentang rencana para bangsawan yang ingin melakukan kudeta. Kapankah mereka akan melakukan tindakan mereka itu lebih tepatnya.''

''Hanya mengumpulkan informasi? Tidak ada yang harus kubunuh?''

''Tidak. Karena tuan Gawain melihat bagaimana sikap anda selama ini, tuan Gawain berpikir anda tidak pernah menyukai membunuh sesama manusia.''

Naruto memang tidak menyukainya kecuali memang manusia itu pantas menerimanya.

''Untuk saat ini hanya itu yang dipinta tuan Naruto. Bisakah anda melakukannya?''

''Berapa waktu yang kupunya?''

''Kami berharap informasi itu dalam seminggu. Tapi mengingat bagaimana bangsawan-bangsawan itu juga memiliki Assasin yang bekerja dibawah mereka, kami berharap anda lebih hati-hati dan setidaknya dalam dua minggu paling lambat.''

Dua minggu ya? Naruto bisa melakukan itu dalam waktu kurang seminggu sebenarnya. Tapi jika itu yang diminta oleh mereka maka Naruto hanya bisa menyanggupinya. Dia tidak takut dengan Assasin lainnya karena Naruto percaya akan kemampuannya sendiri.

Justru Naruto pikir merekalah yang mungkin harus berhati-hati dengannya. Naruto selalu berpikir jauh kedepan daripada yang kebanyakan orang pikirkan.

Naruto mengangguk untuk menjawab misi yang diterimanya ini. ''Jadi siapakah yang harus kutuju dari daftar bangsawan yang sudah disiapkan nanti?''

''Siapa saja boleh tapi kurasa anda bisa memulainya dari yang paling brutal.'' Kata Scathach yang membuat alis Naruto naik dalam tanda tanya.

''Bangsawan ini terkenal kejam dan suka bertindak seenaknya. Kerajaan sebenarnya sudah ingin menindaknya tapi bukti kejahatan mereka tidak pernah bisa ditemukan. Mereka juga punya para Assasin yang sangat berbahaya dibawah tangan mereka. Harap berhati-hati. Jika anda berhasil dengan yang ini maka bangsawan lain akan punya kesempatan yang besar.'' Jelas Scathach yang menatap sangat serius kepada Naruto.

''Anda akan menyusup ke bangsawan Silvaria.''

.


.

Kuroka berjalan diantara lalu lalang orang yang berada pada jalanan yang sama dengannya. Jalanan ini cukup padat dan meskipun begitu, Kuroka melalui jalan ini dengan cukup leluasa.

Pikiran Assasin ini kini hanya tertuju pada satu tempat. Sebuah Gereja yang berada pada ujung distrik ini. Tinggal berbelok dari ujung jalan sana, Kuroka kemudian menemui Gereja yang ditujunya.

Itu hanyalah Gereja biasa, tapi Gereja itu biasanya ramai. Hanya hari ini saja terlihat sepi. Gereja itu juga merangkap sebagai panti asuhan bagi mereka yang ditinggal oleh orang tua mereka. Kuroka kemudian berjalan memasuki Gereja itu dari pintu depan. Suara khas dari derit engsel besi yang dibuka menemani Kuroka ketika membuka pintu Gereja. Dari pintu Gereja itu kemudian perhatian yang berada didalam tertuju padanya dari salah satu biarawati yang ada yang kemudian berjalan menuju ke arahnya.

''Selamat pagi.'' Biarawati yang masih muda itu menyapa dengan ramah. ''Ada yang bisa saya bantu?''

''Aku mencari nona Asia Argento. Apakah dia ada?''

''Oh nona Asia masih berada dibelakang. Mungkin sedang bermain dengan anak-anak.'' Kata Biarawati muda yang berada pada hadapan Kuroka saat ini. ''Sedang ada keperluan apa ya dengan nona Asia?''

''Aku membawa pesan dari seseorang untuknya. Bisakah aku menemuinya untuk menyampaikan langsung pesan ini?''

''Oh tentu saja!'' Biarawati muda itu tersenyum. ''Silahkan ikuti saya kalau begitu nona...''

''Panggil saja aku Kuroka.''

''Baiklah nona Kuroka, mari ikuti saya.'' Biarawati muda itu mulai berjalan dan Kuroka mengekor dibelakangnya. Kuroka melalui dua lorong Gereja dan Biarawati muda tadi membawanya pada halaman hijau belakang gereja dimana banyak anak-anak bermain. Sekumpulan anak-anak lainnya tengah duduk pada bawah pohon dengan seseorang biarawati muda tengah berada di tengah. Dia seolah sedang bercerita sesuatu.

Kuroka yang melihat biarawati itu tertawa senang lalu meringis dalam hatinya.

Biarawati yang harusnya selalu bersih tenyata kedua tangannya berlumur darah. Kuroka tidak mengerti kenapa Assasin ini mengambil biarawati sebagai pekerjaan untuk menyembunyikan pekerjaan aslinya. Hal ini jelas merusak citra biarawati itu sendiri.

''Nona Asia, ada orang yang mencarimu.'' Biarawati muda yang tadi menunjukkan jalan kepada Kuroka menghentikan biarawati yang tengah bercerita di tengah anak-anak.

Biarawati yang Kuroka tahu bernama Asia Argento itu kemudian melirik pada Kuroka. Lirikan itu disertai dengan tanda tanya.

Kuroka yang melihat itu kemudian maju. Assasin itu kemudian berkata pesan yang harus disampaikan kepada biarawati cantik dengan mata hijau mengkilap yang memandangnya.

''Tuan Issei memerlukanmu nona Asia.''

Mungkin Kuroka tengah salah lihat atau apa tapi wajah biarawati muda yang yang seharusnya cantik dan tanpa dosa itu berubah kemudian.

Mata hijau mengkilap itu kemudian meredup dan Kuroka melihat ekspresi lainnya.

Asia Argento, wajah biarawati muda itu mengeras dan terlihat marah.

Dan hanya Kuroka yang melihat itu semua.