Life

Saat kesadaran datang padanya, ia terpaku diam. Terkejut, karena entah bagaimana, ia yang seharusnya tidak bisa terbangun lagi, kembali terbangun. Tubuh bagian belakangnya merasakan sensasi khas rerumputan, jemari tangannya bergerak menggenggam, rumput dan tanah tercengkam di dalamnya. Saat angin mulai menyentuh tubuhnya dan suara mulai terdengar, ia tahu. Tahu bahwa ini bukan mimpi.

Ia membuka mata.

Ia tidak terkejut hal yang pertama ia lihat adalah langit biru yang tertutupi daun-daun rumbai hutan. Ia tidak juga terkejut bahwa ia sama sekali tidak mengenakan pakaian. Yang membuatnya terkejut adalah Chakra ditempat ini.

Ia mengangkat satu tangan, mengalirkan sedikit Chakra, dan mulai melambaikannya dengan perlahan. Memang tidak bisa terlihat, namun tangan yang ia lambaikan terhambat pergerakannya, rasanya tidak berbeda dengan ketika menggerakkan tangan di dalam air. Berat dan menghambat.

Chakra di tempat ini intensitasnya sungguh luar biasa. Benar-benar berbeda dengan Chakra yang biasa ia rasakan di Elemental Nation. Tapi, bahkan dengan hanya merasakannya di kulit saja ia bisa tahu bahwa ada yang benar-benar salah dengan Chakra di sini.

Cukup untuk itu.

Pertama, ia harus menemukan tepatnya berada di mana ia. Cara paling mudah untuk mengetahuinya dimana ia berada adalah dengan mengunjungi pemukiman terdekat. Di dalam hatinya ia tahu bahwa ia tidak mungkin masih berada di Elemental Nation, berada di antara teman-temannya, terbukti dengan Chakra yang sangat berbeda ini. Tapi layaknya semua manusia, ia masih mengharapkan hal yang tidak mungkin itu.

Ia membangkitkan tubuhnya, menyilangkan kedua kaki, menyilangkan kedua tangan di depan dada dan kembali menutup mata. Perlahan ia membuka setiap tanketsu di tubuhnya, mengalirkan Chakra keluar sembari ia membuka mata. Tidak lama, semua tanketsu-nya terbuka, Chakra-nya mengalir di udara dan ia mulai bisa merasakan hal-hal di sekeliling dirinya.

Ia bukanlah seorang Sensor hebat seperti Karin, setidaknya tanpa bantuan Sage Mode dan Kurama, tapi dengan intensitas Chakra seperti di tempat ini, bahkan ia pun bisa mengimbangi Karin. Tanpa waktu yang lama, ia dapat merasakan sebuah pemukiman, kota, tidak jauh dari tempat ia berada.

Ia membuka mata, berdiri dan mulai menggerakkan badannya. Merasakan getaran dari setiap sendi yang lama tidak bergerak, akhirnya bergerak. Menarik napas panjang dan membuangnya dalam satu hentakkan, ia mengangkat satu tangan dengan jari membentuk sebuah handseal.

"Henge."

Kepulan asap yang keluar jauh lebih besar dari yang biasa ia ingat, namun hasil nya tetap memuaskan. Matanya melihat tangan yang masih membentuk handseal, kulit yang seharusnya coklat telah berubah menjadi putih, hampir pucat malah. Tangan yang sama berkerak ke atas untuk meraih rambut dan menarik sehelai ke bawah, tidak lagi pirang yang telah biasa ia lihat, rambutnya kini berwarna hitam familiar. Matanya turun ke bawah, melihat kaos hitam dan celana panjang menutupi tubuhnya. Pakaian yang ia kira akan sesuai dengan tempat yang akan ia tuju.

Puas dengan apa yang ia lihat, ia menggerakkan satu kaki ke depan, lalu menekuk kedua kakinya. Kemudian dengan satu loncatan besar, ia pergi menuju tujuannya.

XxXxX

Tempat ini sangat berbeda dengan Elemental Nation.

Sembari ia berjalan, kakinya ia tapakkan dengan keras, tumpuannya bergetar namun tidak retak ataupun hancur. Tidak seperti jalanan di Elemental Nation, jalan di tempat ini terbuat dari berbatuan yang tidak ia kenal. Kepalanya ia gerakan ke sana kemari, dengan perlahan agar tidak menarik perhatian. Manusia di sini, selain pakaian dan cara berbicara dan juga wajah, tidak memiliki perbedaan dengan Manusia yang ia kenal. Itu adalah hal yang paling membuatnya lega, karena ia tidak akan tahu apa yang akan ia lakukan jika ia berada di tempat tinggal para Demon.

Dari sekian banyak hal yang ia lihat, hal yang mungkin paling menarik perhatiannya adalah kotak kecil yang nampaknya dimiliki dan dipakai oleh semua orang di sini. Ia tidak tahu tepatnya apa guna dari kotak kecil itu, tapi yang pasti Manusia di sini nampaknya bisa mengajak berbicara kotak-kotak kecil itu. Huh, alat itu akan sangat berguna di Elemental Nation, bisa menjadi teman saat melakukan misi solo.

Sekarang, tempat yang ia ingin capai adalah perpustakaan. Ia sudah tahu dimana tempatnya, sekarang adalah bagaimana untuk mendapatkan informasi di sana dengan cepat. Dan ia sudah mendapatkan cara itu.

Ia bergerak ke arah sebuah lorong gelap, setelah memastikan tidak ada yang melihat, ia mengangkat kedua tangan dan membentuk handseal.

"Tajuu Kage Bunshin no Jutsu."

Empat hari, dua ratus Bunshin dengan Henge, tiga penjaga perpustakaan yang kebingungan dan satu sakit kepal besar kemudian, ia tahu hampir semua informasi tentang dunia ini. Setidaknya yang ada di dalam buku.

Tata dan nama di tempat ini sangatlah berbeda dengan yang biasa ia kenal. Nampaknya Manusia di tempat ini sudah hampir memetakan semua lokasi di dunia ini, terbukti dari peta yang jauh lebih besar dibandingkan peta Elemental Nation. Tempat ini juga memiliki jauh lebih banyak negara dibandingkan tempatnya dulu, yang artinya lebih dari ratusan pemerintah memperebutkan kendali di dunia ini.

Untungnya, ia tidak berakhir di negara yang sedang berperang, tapi disebuah negara yang cukup damai. Jepang adalah nama negara dimana ia sekarang berada dan Kuoh adalah nama kota yang, kemungkinan besar, akan ia tinggali. Untungnya, atau anehnya, bahasa yang digunakan oleh penduduk di sini tidak jauh berbeda dengan bahasa yang ia gunakan di Elemental Nation. Akan sangat menyusahkan bila ia harus mempelajari bahasa baru di sini.

Fakta bahwa ia sama sekali tidak menemukan buku tentang Chakra, atau bahkan buku yang menyebutkan Chakra, entah kenapa sama sekali tidak mengejutkannya. Mungkin karena tidak ada pengguna Chakra inilah alasan kenapa Chakra alam di tempat ini begitu melimpah.

Menemukan temannya tidak ada di sini juga tidak mengejutkan. Tentu, rasanya sangat menyakitkan saat ia menyadari hal itu, tapi dari dalam hati ia sudah tahu bahwa kemungkinan ia bisa bertemu dengan mereka lagi sangat kecil. Ia akan merindukan mereka, akan merasa kehilangan mereka saat malam dan akan terus ingin bertemu dengan mereka, tapi ia akan tetap bergerak maju. Ia akan terus melihat kebelakang, namun ia akan terus bergerak maju ke depan.

Karena bagi Uzumaki Naruto, diam dan bersedih bukanlah sebuah pilihan.

XxXxX

Tubuh ini sangat asing. Bagaimana para mortal bisa terbiasa bergerak dengan dua kaki, ia tidak tahu. Tapi, ia tidak tahu berapa lama ia akan berada di sini, karena itu ia harus belajar beradaptasi.

Beradaptasi. Heh, ia sudah mulai berpikir seperti para mortal.

Mengesampingkan pikirannya yang mulai berpikir seperti mortal, ia kembali melihat 'mortal' yang sejak tadi ia awasi. Dia bergerak seperti mortal biasanya, bertingkah seperti mereka, bahkan nampaknya berpikir seperti mereka. Jika ia tidak mengikutinya sejak awal, bahkan iapun akan susah membedakan dia dengan para mortal.

Tapi ia sudah mengawasi makhluk satu ini. Ia telah merasakan bagaimana makhluk ini memanipulasi energi murni, menggunakan energi tersebut untuk merubah wujud, dan menyaksikan dia menggandakan diri menjadi ratusan tanpa kesusahan sedikit pun. Hal itulah yang meyakinkannya kalau makhluk ini bukan seorang mortal. Tidak ada mortal di Dunia ini, seberapa kuat apapun mereka, yang bisa menggandakan diri seperti apa yang mahkluk ini lakukan. Bukan hanya energi yang banyak harus dihabiskan, menggandakan diri juga memberi beban pada pikiran seseorang. Beban yang tidak akan bisa ditahan oleh seorang mortal.

Tapi makhluk ini... Dia melakukannya tanpa ragu dan efek yang ia terima sangatlah kecil. Ia menyeringai besar, dengan kemampuan seperti itu, makhluk ini pastilah sangat kuat. Ohh, pasti akan sangat menyenangkan bertarung dengan makhluk ini. Dia mungkin akan memberi perlawanan yang selama ini ia cari.

Tapi ia harus menahan diri, waktunya untuk bertarung akan datang nanti. Sekarang, yang harus ia lakukan adalah menunggu dan melihat efek seperti apa yang akan dibawa oleh makhluk ini.

Ini akan sangat menyenangkan!