Disclaimer : Not Own Anything

Genre : Adventure and Etc

Pair : Naruto x (?)

Warning : Semi-Canon, Typo(s), Miss-Typo(s), OOC(s), and Etc.

Summary : Uchiha Naruto, seorang Jinchuriki Bijuu ekor sembilan sekaligus pemilik Kekkai Genkai berupa mata terkutuk [Sharingan]. Kehidupan lamanya berlahan berubah setelah seorang wanita datang tanpa permisi dan membuat hidupnya semakin berarti_"Hei tu-tunggu tunggu, aku tidak melakukan sesuatu yang bejad kepadamu sumpah, demi nyawaku yang siap melayang jika kau melemparkannya!"

Prolog

Wus!

Satu kali menapak, seorang remaja 16 tahun melesat dengan kecepatan tinggi menerobos hutan yang begitu lebat di wilayah perbatasan Hi no Kuni. Rambut merah jabrik dengan rambut bagian depan jatuh ke bawah sebagai poni menutupi mata sebelah kanan melambai melambai terkena belaian lembut dari sang angin.

Mata dengan iris violet indah menatap lurus ke depan dengan pandangan menusuk dan datar seakan siap menelanjangi siapa saja. Remaja tersebut menggunakan pakaian berupa celana panjang berwarna biru yang mana, pada bagian paha kirinya terdapat dua buah lilitan perban, mungkin sebagai assesorisnya.

Dan tentang pakaian bagian atas, dia hanya menggunakan jaket putih bersih lengan panjang dengan kerah jaket yang sedikit tinggi, hingga menutupi lehernya. Sepatu Shinobi biru sebagai mana identitas sebagai Shinobi selalu melekat, kemudian ikat kepala terdapat lambang dari salah satu desa terkuat di Element National, Konohagakure yang mana, hanya membedakan coretan horizontal pada bagian tengah lambang. Symbol sebagai seorang Missing nin.

Sring!

Trank! Trank! Trank!

Merasa ada sesuatu yang mendekat. Dengan reflek terlatih, remaja itu mengambil sebuah pedang berupa katana sepanjang kurang lebih 80 cm. Namun yang membedakan dari katana biasa, katana remaja itu terlihat lebih gelap, dan gagang katana terdapat lambang pusaran air cukup besar.

Setelah mengeluarkan katananya, dia berhenti berlari sebelum tangan Naruto bergerak lincah menangkis beberapa shuriken yang bersiap melukainya. Semua shuriken jatuh tanpa mengenai sedikitpun remaja itu, beruntung seni berpedang yang dia miliki tidak terlalu buruk.

Beberapa detik kemudian, 5 orang tak di kenal muncul dari berbagai arah yang mana, mereka menggunakan pakaian sejenis pakaian dari kesatuan Anbu dengan topeng terdapat lambang desa Sunagakure. Desa berada di Kaze no Kuni, Desa dalam gurun pasir.

"Hunter nin Sunagakure?" Ucapannya sangat lirih, bahkan bisa di katakan ini bukan lah cara yang benar untuk berucap. Kata katanya lebih mengarah ke kategori sebuah desisan kecil. Matanya menatap datar ke arah semua Hunter nin Sunagakure tanpa terpengaruh oleh hawa intimidasi yang di keluarkan beberapa Hunter nin Sunagakure jelas mengarah kepadanya.

"Uzumaki Uchiha Naruto, seorang Shinobi 16 tahun sekaligus Missing nin rank A dengan bayaran 3.000.000 Ryo. Sebuah pencapaian yang membanggakan untuk seorang pemuda pengkhianat sepertimu."

Ucap pemimpin Hunter nin yang mungkin remaja bernama Naruto perkirakan memiliki usia 30 tahun, atau lebih. Mendengar ucapan Pemimpin Hunter nin di depannya tidak membuat Naruto terkejut. Wajar, walau debutnya sebagai Missing nin tidak begitu lama, tapi mengingat apa yang dia lakukan membuat satu buah desa merasa mendapat kerugian besar untuk kekuatan militer mereka.

"Apa mau kalian?" Ujar Naruto dingin. Jujur, ini bukanlah kepribadian aslinya, namun yang namanya manusia pasti bisa berubah kapan saja mereka mau, dan tentu dengan adanya alasan yang kuat. "Menyerah atau kami paksa." Balas si pemimpin Hunter nin di sertai KI bisa membuat Shinobi sekelas High Cunnin bergetar ketakutan.

Tanpa di sadari siapapun, sudut bibir Naruto tercipta lengkungan kecil menandakan sesuatu. "Kita akan menghajar mereka?" Melalui Link yang terhubung dengan sang partner, Naruto menutup matanya untuk berkomunikasi yang mana, para Hunter nin kira Naruto sudah pasrah. Namun, betapa salahnya mereka.

"Lakukan dengan cepat dan efisien. Jangan gunakan kekuatan yang berlebihan sampai membuat undangan kecil untuk Anjing kampung penjaga perbatasan." Ujar sang partner. "Wakatta, akan ku lakukan, Kurama." Yah Kurama, atau yang di kenal sebagai Monster Bijuu ekor sembilan (Kyuubi) adalah satu satunya sahabat dan keluarga yang Naruto miliki sampai saat ini. Meski Naruto bisa saja memberikan mereka pelajaran tanpa meminta saran dari Kurama. Tapi, dia bertarung bukan 1 vs 5. Tapi 2 vs 5

"Sepertinya aku, sangat kalian remehkan di sini yah?" Ucap Naruto, membuat para Hunter nin di depannya penuh dengan gelak tawa. Naruto tidak peduli jika dia di remehkan, justru baguslah bila begitu. "1 melawan 5, sudah di tentukan hasilnya bocah. Mendapatkan gelar Missing nin rank A ku kira hanya sebuah kesialan bagimu, mengacalah nak. Menyerah di sini, dan kau tak perlu harus merasakan apa itu rasa sakit."

Sring!

"Melawan kalian, aku tidak perlu mengotori barang berhargaku dengan darah menjijikan kalian. Majulah. akan ku hancurkan kalian beserta kesombongan itu." Ujar Naruto, menyiapkan kuda kudanya setelah memasukan pedang kesayangannya ke tempat semula.

Tak berselang lama dari detik itu. Salah satu Hunter nin melesat maju di ikuti oleh teman temannya dengan menyerang Naruto dari berbagai arah. Hunter nin yang pertama maju, kemudian mengeluarkan tantonya dan melakukan tebasan vertikal berniat membelah Naruto.

Remaja Uchiha itu dengan sigap menarik sebelah kakinya membuat tebasan vertikal hanya mengenai udara kosong depan dada. Naruto sadar, bukan hanya satu musuh saja yang dia hadapi, maka dari itu...

Swus!

Sesaat sebelum sebuah tebasan Tanto dari titik buta hampir mengenai Naruto, dia terlebih dahulu menggerakkan kakinya ke dahan kayu dan menendang kaki Hunter nin di belakangnya membuat keseimbangan Hunter nin itu goyah lalu kemudian, Naruto memanfaatkan momen itu untuk melakukan serangan balasan.

Bogeman mentah mendarat di dagu Hunter nin yang berniat menyerang Naruto dari titik buta, membuatnya terlempar ke arah salah satu pohon besar di sana. Tak henti dari situ, Naruto menghilang dalam kecepatan tinggi, kemudian muncul di depan Hunter nin yang tampak melebarkan kedua matanya terkejut.

Bagaikan pembunuh berdarah dingin. Tangan Naruto yang di selimuti oleh percikan percikan petir menembus leher Hunter nin itu tanpa memberikan sedikit waktu untuk sekedar berteriak. Berurusan dengan Naruto, sama saja Mati!.

Semua Hunter nin melihat itu membulatkan mata mereka, MONSTER! Tepat yang ada di benak mereka. Tak ada rasa bersalah, tak ada keraguan dan tidak ada penyesalan setelah membunuh. Bahkan, Naruto dengan sangat paksa mencabut tangannya membuat kepala si Hunter nin hampir terjatuh dari leher.

"Lemah! Kalian semua sangat lemah. Sebuah penghinaan bagiku, dengan kalian memberikan tatapan membunuh itu padaku. Kalian terlalu naif seakan aku adalah mereka, kebanyakaan Nuke nin yang kalian hadapi." Ucap Naruto, dingin menusuk ke tulang belakang Hunter nin Hunter nin di depannya.

"Si-Sialan! Serang bersama sama, dia tak mungkin bisa menghindarinya." Ketua Hunter nin Sunagakure bergetar, bahkan Tanto yang dia pegang bergetar secara bersamaan dengan tangan sudah berkeringat akan ketakutannya.

Walaupun tampak ragu, tetapi Hunter nin yang tersisa melesat tanpa berfikir lebih panjang apa yang terjadi kedepannya. Di balik wajah tenangnya, terdapat seringai tipis tanpa satupun menyadari seringai itu, kecuali panternya tentu saja.

Dan di detik kemudian. Pergerakan ke empat Hunter nin berhenti beberapa meter di depan Naruto. Mata keempat Hunter nin tampak membulat sempurna penuh akan keterkejutan. Naruto menghela nafas panjang, kemudian melangkah pelan ke depan sampai melewati empat Hunter nin yang mengincar kepalanya.

"Jaa Sayonara... Fuuton : Kamikaze!"

Jrasss!

Setelah Naruto mengucapkan Jutsunya. Ke empat tubuh Hunter nin terpotong menjadi bagian bagian kecil membuat hujan darah membanjiri area pertempuran, tidak ini hiburan bagi Naruto. Jika berpikir Naruto sakit, salah. Kesalahan besar dengan mengubah remaja berhati bagaikan Malaikat menjadi Shinigami, atau iblis berhati dingin dan penuh akan kemurkaan, entah apa penyebabnya.

"Nee kenapa kebanyakan musuh yang kita hadapi begitu meremehkan kita, Kurama? Apakah mereka bodoh, atau pura pura menjadi bodoh? Aku tidak mengerti." Ucap Link Naruto seraya berjalan santai menelusuri hutan Hi no Kuni setelah pertarungan (pembantaian) yang mengharuskan dia melakukanya.

"Pada dasarnya, manusia itu makhluk yang unik, Naruto. Jika kau bertanya kenapa mereka meremehkanmu, sifat naif mereka sangat besar, hingga mencapai batas, mamandang rendah apa saja yang di depannya. Kau termasuk orangnya." Balas Kurama. "Aku meremehkan musuhku, namun tidak dengan omong kosong. Setidaknya sebelum kita menjadi seperti ini, kau pun sama bukan?, Kurama."

"Aku yang membenci manusia sejagad raya bisa menjadi partner seorang manusia tengik seperti dirimu, Dasar, aku kecolongan." Naruto tertawa renyah tanpa menghentikan langkahnya menuju ke arah kawasan Kaze no Kuni. Sebagai seorang Nuke nin sekaligus pengembara, dia sama sekali tidak memiliki tujuan kemana dia akan melangkah. Dia berjalan atas kendali kakinya, bukan pikirannya, kemanapun dia melangkah. Berarti tempat itu adalah tujuan akhir Naruto, sampai mencari tujuan lain. Yah setidaknya untuk saat ini.

"Nee Kurama. Apakah aku terlihat jahat, dengan mengkhianati Desa kelahiran ku, sekaligus Desa yang di lindungi oleh Kaa Chan dengan nyawanya sendiri? Tetapi, setelah mendengar perkataan Kaa Chan untuk terakhir kalinya, entah kenapa aku ingin sekali menjadi peran antagonis dari sebuah cerita." Ujar Naruto setelah beberapa kepingan memorinya dia ulang kembali.

"Jahat atau tidak, bukanlah pilihan. Uzumaki Sara, mantan dari ratu kerajaan Rouran sekaligus ibumu, dia mencoba menjadi peran protagonis dan Jutsu di anggap sebagai Antagonis. Ingatlah Naruto, dia mengorbankan nyawanya untuk melindungimu, bukan Konoha. Dia maju di barisan depan setelah kelahiran dirimu, tubuhnya yang lemah dengan gigih melawanku saat diriku di kendalikan oleh Genjutsu sialan itu. Jika para Tetua busuk tidur di balik ranjang empuk mereka, dan pemimpin desa hanya bisa memandang dari jauh, tetapi tidak dengan ibumu." Naruto tersenyum pahit, Kurama walau seekor monster pembenci manusia, tapi hatinya bisa membedakan huruf a dan b. Justru manusia yang seharusnya mengerti, bahkan tidak mampu membedakan sebuah sampul dan isi buku, sungguh miris.

Dia mengeratkan genggaman tangganya untuk meredam getaran emosi kapan saja meledak. Meski Naruto sudah mendengar cerita insiden kelahiran Naruto dari Sang ibu saat Naruto berusaha mengendalikan Cakra Kyuubi beberapa bulan yang lalu. Tetapi, saat dia berfikir untuk melindungi Konoha, sebuah peninggalan nyata yang di hasilkan dari setiap tetes keringat ibunya untuk melindungi, hatinya bimbang, apakah dia harus memilih putih atau hitam.

"Jujur saja, sampai sekarang aku masih sangat membenci segala yang berhubungan dengan Uchiha dan mata bangsat mereka. Tapi pengecualian untuk ayahnmu. Ah mau mendengar cerita pendek?" Naruto menaikan satu alisnya bingung. Dia memang sudah mengetahui siapa ayah kandung, seorang Uchiha murni tanpa blasteran dari darah manapun. Tetapi, tentang siapa sosok ayah sebenarnya, dia belum tahu sampai sekarang.

"Seperti yang kau ketahui sampai sekarang, kebanyakan anggota Clan Uchiha memiliki sifat merendahkan pada siapapun, sifat dingin mereka begitu menyebalkan, sampai ingin sekali aku mencakar cakar wajah tembok mereka." Naruto tertawa kecil, yah itu memang benar. "Lalu kenapa kau tidak melakukan padaku, Kurama? Bukankah aku seorang Uchiha, walau hanya setengah?" Ujar Naruto menantang.

"Sudah ku bilang, ini pengecualian untuk ayahmu. Kau memiliki kepribadian sama seperti ayahmu, Uchiha Kenji, mungkin dia anomali yang datang 100 tahun sekali. Uchiha rasa Uzumaki yang perlu kau ketahui, Naruto. Dia sama sepertimu dulu, bersifat bodoh di balik kecerdasannya yang mengerikan, Prodigy Uchiha bahkan kekuatannya bisa di katakan seimbang atau lebih dari Yondaime Hokage, Namikaze Minato." Ucap Kurama, menghentikan ceritanya. "Jujur, selain Sara yang merupakan Jinchuriki ke duaku sekaligus Manusia yang ku percayai, Kenji tak jauh berbeda dari Sara dan kau mewarisi kepribadian kedua orangtuamu, sungguh beruntung sekali." Lanjut Kurama, membuat Naruto tersenyum kecil. Meski dia hidup tanpa kasih sayang orang tua sejak kecil, tetapi kecerdasannya di atas rata rata membuat Naruto menjadi seperti ini.

"Kau tahu..." Naruto mengerutkan alisnya menunggu kalimat sambungan yang Kurama gantung. "Aku merasa sedikit menyesal telah membunuh kedua orang tuamu, Kenji meninggal karena melindungimu dan Sara dari serangan Bijuudama. Sara mengorbankan nyawanya untuk menggunakan Shiki Fuujin di akhir Cakra yang dia miliki. Tck, kedua orang tuamu benar benar merepotkan kau tahu."

"Kau sudah berada dalam tubuhku sepanjang hari, kau pasti mengerti setiap perasaanku, Kurama. Saat diriku masih Genin, terbesit rasa benci karena mereka tidak ada di sisiku seperti anak anak yang lain, aku iri. Sungguh, jikapun aku bertemu dengan mereka, ingin sekali ku bakar mereka menggunakan Jutsu Katon terkuat ku. Namun, semuanya berubah saat aku mendapatkan sebuah fakta, bahwa orang yang selama ini ku anggap brengsek dan bajingan adalah sosok Pahlawan terlupakan."

"Para bajingan tetua Konoha menutupinya bukan? Mereka sungguh brengsek dan menyatakan jika yang mengalahkan Kyuubi adalah mereka, yang tidur di balik ranjang."

"Biarkan mereka berjalan sesukanya. Lagipula, orang tua itu tidak bisa menyembunyikan bangkai busuk selamanya. Dan yang menjadi tujuan utamaku saat ini adalah, menghancurkan mainan milik Danzo sampai ke akar akarnya." Ujar Naruto. "Dia orang tua yang sangat licik, melindungi Konoha dengan melakukan misi misi gelap. Kau ingin menghajarnya?" Tanya Kurama.

Naruto menggeleng pelan, "Tidak, aku tak akan menghajarnya, tetapi membunuh orang tua brengsek itu akan lebih menyenangkan." Membunuh Danzo, Naruto mempunyai beberapa alasan kuat untuk membunuhnya, tidak peduli dia tetua Konoha atau bahkan jika Konoha melindunginya, kan Naruto kejar bahkan jika harus menghancurkan tanah kelahirannya.

"Jika itu tujuanmu, lakukan dengan tarian indah, Naruto. Nyawa di bayar nyawa, darah di lunasi darah. Aku sedang tidak mempengaruhimu seperti apa yang di lakukan oleh Rakun bodoh pada Jinchuriki nya. Aku akan mengikutimu kemanapun tujuannya, itulah Janji yang ku ucapkan sebelum akhir khayat Ibumu." Naruto tersenyum tipis. Menurut cerita dari Kurama, selain Naruto, ibunya juga Jinchuriki terbaik yang Kurama miliki. Sou, tak perlu heran kenapa makhluk memiliki gelar Bijuu terkuat itu bisa jinak.

"Tapi ngomong ngomong, benda kecil yang jatuh dari atas langit itu apa?" Dengan tampang bodohnya, Naruto menunjuk sesuatu yang jatuh dari atas ketinggian sebelum matanya sedikit melebar. "Ehhhhhhhh itu manusia, bagaimana bisa manusia bisa jatuh dari langit, sialan!" Tanpa berfikir panjang, Naruto mengalirkan Cakra pada kakinya sebelum melesat melompati satu dahan ke dahan lain menuju benda jatuh itu.

Grab!

Menangkap dengan sempurna, dia- Naruto menggendong manusia di depannya dengan bridal style kemudian kembali menapak ke dahan lain dan seterusnya sampai mengerem sebelum kaki Naruto menyentuh tanah, mengerem pada batang pohon besar di sana.

Menurunkan figur manusia itu dari gendongan ya, dia memposisikan kepala orang asing di depannya pada batang pohon untuk membiarkan tubuhnya di paksa untuk duduk. Dengan sebuah Jutsu pengobatan seadaanya, cahaya hijau menyelimuti telapak tangan Nuke nin A Rank itu, kemudian di arahkan pada dada sosok yang baru saja dia selamatkan.

"Bagaimana bisa dia terjatuh dari langit? Untuk berfikir dia terlempar karena sebuah pertarungan, seharusnya dia sudah sekarat sekarang. Kurama, apa pendapatmu tentang ini." Detak jantung yang bisa Naruto rasakan normal, sangat normal dia rasa. Walaupun pakaian biru silver yang orang itu kenakan sudah rusak di beberapa bagian.

"Ada banyak kemungkinan yang terjadi. Astaga, sejak kapan kau mau menolong seseorang di depanmu?" Ucap Kurama, bosan. Atau lebih tepatnya tidak percaya. Naruto yang dia kenal setelah kejadian, adalah Naruto yang dingin, Naruto yang mempunya prinsip 'kau adalah kau, aku adalah aku' dan sekarang dia melihat Naruto melakukan keterbalikan dari kepribadiannya. Mukjizat.

"Tidak, aku tidak berfikir apa apa tentang balasanmu, Kurama." Ucap Naruto, kemudian kembali menggendong orang bergender perempuan di depannya. "Kau akan mengobatinya?"

"Hanya sekedar menolong. Jika ku tinggalkan dalam keadaan seperti ini, kemungkinan besar terjadinya hal hal yang tidak di inginkan mendekat persentase yang ke 70. Atau mungkin saja dia akan menjadi temanku di masa depan, jangan berfikir yang tidak tidak. Tapi hati kecilku berkata."

"Apa kau yakin tentang ini? Kau seharusnya lebih mencurigai seseorang yang baru saja kau kenal, tapi ah terserah kau saja, setelah ini. Kita akan melanjutkan perjalanan kita ke Sunagakure bukan? Atau kau memiliki tujuan lain?"

"Pertama, jika dia berniat buruk kepadaku, aku hanya perlu membunuhnya. Kedua, tujuan kita tetap sama, lagipula, meski kita pergi sekarang, sudah dapat di pastikan proses pengambilan Bijuu sudah berakhir. Bukan begitu?"

"Hm. Dan dapat di pastikan juga, si Kazekage akan tewas, lalu apa yang kau nantikan?" Tanya Kurama bingung. Sebenarnya, tujuan awal mereka ke Kaze no Kuni adalah, melihat adegan seru antara Konoha dan organisasi Akatsuki. Dan kenapa Naruto bisa tau? Tentu, meskipun dia telah keluar dari Konoha, dia tidak berniat tertinggal oleh informasi terkini Konoha, mungkin bisa di katakan untuk persiapan.

"Saa~ kau akan tahu sebentar lagi, Kurama. Dan yang menjadi prioritas ku saat ini adalah, menolong wanita ini."

"Umh~.. Apa, apa yang terjadi?" Perempuan berusia 20 tahunan berlahan terbangun dari tidurnya dengan kepala yang dia pegang. Pusing yang teramat sangat harus membuatnya sedikit meringis menahan denyut denyut sakit di kepalanya.

Dia mengedarkan pandangannya ke segala arah, hanya ada beberapa obor sebagai penerangan yang jika di lihat langsung olehnya, dia bisa menebak ini adalah gua. Berbagai macam pertanyaan langsung memasuki kepala perempuan itu, bagaimana bisa dia ada di sini?. D-Dan kenapa pakaiannya robek di beberapa bagian intimnya.

"Kau sudah bangun, Sleeping Beauty? Wow itu lebih cepat dari yang ku kira." Itu suara Naruto, membuat perempuan itu memasang postur siaga dan mengedarkan segala pandangannya ke seluruh penjuru goa. Dia tidak dapat melihat apapun kecuali remang remang cahaya yang minim.

"Kau tak perlu memasang postur siaga di sini bukan? Ya ampun, wanita itu misterius!" Lagi lagi, si perempuan hanya bisa mendengar sebuah suara tanpa adanya sosok dari sumber suara itu. "Tak perlu banyak bicara, tunjukan dirimu.?" Katanya katanya sungguh dingin, ya meskipun Naruto tidak mempermasalahkan sih.

"Oii! Apakah kau tidak bisa mengikuti arah dari sumber suara? Atau tidak sama sekali, bukankah itu sangat tidak bagus untuk seorang Kunoichi, atau tidak. Ah pakaian yang kau kenakan sangat aneh, sampai membuatku ragu apakah kau Kunoichi atau warga biasa. Umh maksudku, pakaian panjangmu itu pasti menggangu saat sedang bertarung, bukan?" Kepala perempuan itu mulai peka. Dia mengalihkan pandangannya ke bagian atap goa, menurutnya suara tadi dari atas.

"Yo! Kau cukup peka juga ya, dan ap-woaa!... Kau menyerangku, dasar tidak tau diri." Tepat, setelah si perempuan memalingkan wajahnya ke atas, tanganya terbungkus oleh es dan di detik kemudian sebuah Borr yang terbuat dari es dia lempar ke arah Naruto yang berdiri dengan posisi terbalik. Namun dengan reflek yang begitu baik, dia melompat ke bawah, 5 meter di hadapan perempuan itu.

Sedangkan si perempuan, dia melompat ke sisi lain gua dengan tatapan tajam dan dingin mengarah ke Naruto. "Kau, bejad sialan. Berani beraninya melakukan hal hal menjijikan dengan menyentuh tubuhku saat sedang tidak sadarkan diri, cari mati kau ya!" Ucapnya sangat dingin, di sertai aura menusuk tulang mulai menguat dari dalam tubuhnya, tetapi Naruto tak berpengaruh akan hal tersebut.

Naruto mendengar itu, hanya memasukan jari kelingking ke telinga seakan dia tuli, tidak mendengarkan spekulasi sembarangan dari perempuan tak tahu diri itu. "Haaa!?... kau mendapatkan fakta itu dari mana? Jangan menilai sembarangan seakan mengatakan aku seorang laki laki hidung belang, dasar nenek sihir." Ujar Naruto tak peduli, namun sungguh. Kepekaan Naruto untuk lebih mengerti perasaan wanita sangat buruk, hingga membuat lawan bicaranya kesal.

Cetak!

Pyarr!

"Woyyy! Kau tak perlu langsung menyerangku, bukan? Snow White San! Apalagi dengan tombak es itu." Ujar Naruto, setelah menghindari tombak es siap melubangi tubuhnya. "Kurama?" Lain di real, lain pula di Link. Dia menghubungi sang partner untuk menanyakan sesuatu.

"Hai, sensasi ini sama seperti si iblis Moryuu yang kita habisi beberapa minggu yang lalu, aura nya yang di dominasi oleh warna hitam, sama seperti Moryou namun lebih kuat!" Jelas Kurama, membuat mata Naruto memancing. "Apa ini buruk? Sepertinya situasi ini, bukanlah keberuntungan ya?"

"Apapun yang kau hadapi, berhati hatilah. Dia bukan manusia biasa, atau aku ragu menyebutnya manusia dengan aura sehitam itu." Jelas, aura hitam terlalu kuat untuk tidak di rasakan Naruto, seorang Shinobi pemilik sensor tajam. Kenapa Naruto tidak merasakan aura itu saat si perempuan sedang tertidur? Karena, saat seseorang sudah kehilangan kesadarannya, seluruh aura atau Cakra atau sejenis apapun itu akan terasa nertal, bahkan untuk Shinobi sensor sekalipun.

"Hai Hai, kau tidak perlu mengkhawatirkanku. Aku bisa saja membunuhnya detik ini juga?" Ujar Naruto, kemudian mematikan sambungan Link antara dirinya dan Kurama.

"Snow White San?" Lagi lagi, nada dingin yang di keluarkan ya. "Hai, aku tak mengetahui namamu, jadi untuk sementara aku akan memanggilmu Snow White San. Apakah kau keberatan?" Ucap tenang Naruto, tidak sedikitpun terimindasi oleh aura dingin itu.

"Terserah untuk seseorang yang sebentar lagi mau mati." Energi putih semacam es menguar lebih kuat lagi dari tubuh perempuan tersebut sampai membuat goa hitam menjadi putih es. "Maaf saja nona, aku tidak memiliki jadwal untuk mati di tangan seorang perempuan."

Mata abu abu perempuan itu, sedikit melebarkan matanya saat ucapan Naruto yang dia rasa ada di depan, sudah berpindah tanpa dia selesai berkedip. Itu sungguh cepat. Dengan gerakan yang cepat, dia menoleh ke samping terdapat Naruto tengah menebaskan pedangnya ke arah leher perempuan itu.

Trank!

Crack!

Sebelum bilah tajam bersiap menebas lehernya, Shield es tipis seperti kaca tiba tiba tercipta dari lantai es ciptaan perempuan tersebut untuk menahan serangan cepat dari ninja pengkhianat Konoha itu. Walau Shield es nya sudah retak di berbagai sisi.

Naruto sendiri, melihat tebasan ya di gagalkan oleh penghalang tipis, langsung melompat mundur sebelum salto beberapa kali untuk menjauh. Mata violetnya memandang tenang perempuan itu, meskipun jujur, dia sedikit terkejut pedang peninggalan ibunya yang terkenal tajam, setajam Kusanagi no Tsurugi tidak bisa menembus pertahanan itu.

'Kekuatan es yang mengerikan, aku tidak tau siapa dia. Lengah sedikit saja, sudah pasti kematian akan mendatangiku!' Batin Naruto, kemudian menghela nafas dan kembali meletakan Uzu no Ken di tempatnya semula.

"Hahh!?... Wanita dan ego mereka yang menyebalkan." Desis Naruto pelan, sangat pelan hingga menyerupai sebuah bisikan.

Naruto mengangkat kedua tangannya ke udara. "baik, akan ku berikan jawaban memuaskan bagaimana bisa kau berada di sini, dan menyelesaikan kesalahpahaman di antara kita." Wanita itu memincingkan matanya. "Kalau begitu, jelaskan!" Dengan dingin.

"Sejujurnya, aku tidak mempunyai banyak waktu untuk berbicara omong kosong di sini, ataupun berbasa basi denganmu. Jadi, ku harap kau mendengarkannya dengan baik, tanpa harus membuatku mengulanginya lagi, mengerti?" Wanita itu hanya diam. "Sampai sekarang, aku tak mengetahui namamu siapa, dan asalmu dari desa mana. Namun yang pasti, aku menemukanmu terjatuh dari ketinggian dan membawanya kesini. Hanya itu, lalu tentang pakaian mu yang robek dan menuduhku melakukan sesuatu yang jahat padamu, tanyakan pada dirimu sendiri. Bagaimana bisa terjadi!"

Wanita itu memandang Naruto dengan tatapan sulit di mengerti. "Apakah bisa ku pegang ucapanmu?." Naruto membalas dengan mengangkat kedua bahunya. "Aku tak peduli mau kau percaya atau tidak, kau tahu. Menjagamu selama beberapa jam ini sudah membuang waktu berhargaku, namun apa yang ku dapat? Balasan terima kasih pun tidak." Ucap Naruto dingin, kemudian membalik tubuhnya untuk pergi meninggalkan wanita tersebut masih memproses kata kata Naruto.

"Grayfia Lucifuge." Naruto menghentikan langkahnya lalu melirik wanita itu dari bahunya. "Kau mengatakan sesuatu?" Tanya Naruto.

"Namaku Grayfia Lucifuge, kau bisa memanggilku Grayfia jika kau mau. Dan terima kasih telah menolongku." Wanita yang sekarang bisa di panggil Grayfia memiliki usia sekitar 20 tahunan, walau sebenarnya usia perempuan itu sudah lebih dari 100 tahun.

Naruto membalik tubuhnya memandang Grayfia datar. "Grayfia? Nama yang aneh, tapi setahuku marga di belakang nama sangatlah jarang di miliki, katakan padaku. Kau berasal dari desa mana? Ya setidaknya dengan ini, kau bisa menganggapnya sebagai balas Budi." Tunggu- sebenarnya di manapun Grayfia tinggal, bukan urusannya. Jadi, kenapa dia menanyakan hal ini?

Sedangkan Grayfia sendiri, dia sedikit memiringkan kepalanya. 'Desa, nama yang langka, sebenarnya apa yang terjadi? Dari ingatan terakhir yang ku miliki, aku hanya mengamati gerbang Teleportasi yang Old Saran ciptakan untuk menyerang pertemuan 3 Fraksi. Selain itu, dia manusia, tak ada manusia memiliki kecepatan seperti itu.' Yang di maksud dia adalah Naruto. Seraya menggigit ibu jarinya, Grayfia menyerahkan seluruh kesadarannya untuk berfikir. Bagaimana bisa dia berada di tempat yang asing?.

"Apa kepalamu terbentur sehingga tempat tinggalmu sendiri tidak tau?" Tak ada respon dari Grayfia yang sedang berfikir, dia tahu itu hanya dengan melihat raut wajah perempuan yang beberapa saat yang lalu ingin membunuhnya.

"Hahhhhh!?..." Entah kenapa, di cuekin terasa menyakitkan. Meski Naruto sendiri tahu Grayfia membutuhkan waktu.

"Grayfia San. Aku akan melanjutkan perjalananku. Semoga hari harimu menyenangkan. Dan sampai jumpa!" Peduli setan. Urusannya jauh lebih penting dari pada memperhatikan wanita merepotkan di depannya.

"Tunggu, kau belum memberitahukan namamu. Setidaknya dengan ini, kita impas!" Bukan itu yang di pikiran Grayfia. Ada maksud tersembunyi, namun itu hanya Grayfia yang tau. "Tidak, memberi tahukan namaku sama saja membunuh diriku berlahan lahan. Ada banyak kemungkinan jika kau menjadi musuhku, dengan sebuah nama. Kau bisa mengetahui apapun yang bersangkutan dengan ku secara mudah, jadi maaf bila mengecewakanmu!"

Di dunia Shinobi, informasi secuil apapun tentang kemampuan musuh bukanlah hal yang sepele. Bayangkan, jika tadi Naruto memberi tahu namanya dengan mudah, Naruto berfikir Grayfia akan mencari segala sesuatu yang berhubungan dengan Naruto, baik latar belakang, ataupun kemampuan Naruto. Itu sama sekali tidak bagus.

"Hei bukankah aku sudah memberitahu namaku, kau curang!" Kesal, tentu saja. Meski bisa di tutupi menggunakan wajah datarnya, tapi jika di perhatikan baik baik, kerutan pada wajah Grayfia menunjukan perempuan pemilik marga Lucifuge itu menunjukan kekesalan yang nyata.

"Katakan sesukamu, merepotkan." Baru saja Grayfia akan melangkah maju, Naruto sudah menghilang menggunakan Shunshinya ke suatu tempat dia rasa jauh dari tempat ini.

"Haahh!... Melewati Dimensi yah. Hanya itu yang bisa ku simpulkan saat ini, tetapi bagaimana Great Red tidak menyadari tamu asing ke wilayahnya. Ini membuatku semakin penasaran."

Bruk!

Dengan keras, Grayfia kembali duduk di atas sebuah batu besar tempat sebelum dia menyerang Naruto. Kepalanya sakit memikirkan itu semua, di tambah Grayfia tidak mengetahui satupun informasi tentang dunia ini, dunia tempat para manusia pemilik kekuatan selayaknya makhluk supranatural.

'Pertama yang perlu ku lakukan saat ini adalah mencari informasi, tapi dari mana aku akan memulai?'

[Scane 2]

"Sensei, berapa lama lagi kita mencapai tujuan?" Ucap remaja memiliki warna rambut pirang ke emasan pada sang guru. Dia Namikaze Menma, anak pertama Yondaime Hokage. "Tidak akan lama, mungkin satu hari satu malam kita akan segera sampai ke markas Akatsuki." Hatake Kakashi kali ini menjawab.

"Haruskah selama itu sensei? Kenapa kita bergegas dalam kecepatan penuh kita?" Menjadi menggertakan giginya. Dia sudah tahu, sahabat nya Sabaku no Gaara di tangkap oleh Akatsuki setelah masa pelatihan ya selama 3 tahun bersama Jiraiya. Marah? Tentu, siapa yang tidak marah bila teman berhargamu bisa tewas kapan saja.

"Jika kau melakukan itu, sama saja menyerahkan nyawamu secara percuma, Menma Kun." Menma mendecihmendengar penuturan seorang Nenek yang berlari melompati dahan dahan pohon tidak jauh dari posisinya sekarang. "Lagi pula, sebentar lagi hari mulai gelap. Sangat beresiko jika kita tetap melanjutkan perjalanan." Tampal Kakashi kemudian.

"Bukan hanya ancaman yang musuh berikan. Energi kita akan terbuang sia sia sebelum bertarung. Kita membutuhkan Sakura sebagai ninja medis kita, dia harus memiliki Cakra yang cukup untuk menghadapi berbagai situasi yang menyulitkan." Lanjut Kakashi. Sebagai ninja penuh dengan pengalaman, tentu saja Kakashi susah faham betul dunia luar seperti apa. Banyak kemungkinan mengerikan yang terjadi, dia harus berfikir jernih untuk menghadapinya.

"Sensei, apa musuh kita sangat berbahaya?" Tanya Sakura penasaran. "Untuk sekarang, aku tak bisa memprediksikan musuh kita, namun yang pasti tetaplah berhati hati." Jika Kazekage Gaara bisa di kalahkan, mungkin musuh yang Kakashi hadapi kali ini tidak main main.

"Sepertinya kita selesaikan obrolan hari ini, bersiaplah menghadapi kemungkinan besar di depan kita." Ujar remaja berkulit pucat dengan senyum palsu menjengkelkan. Kakashi menganggu, dia setuju dengan remaja itu, ada seseorang di depan mereka, apapun itu. Ini membuang waktu mereka.

"Apa itu musuh?" Tanya Sakura mewakili Menma yang sebenarnya ingin bertanya. "Kemungkinan besar, iya. Waspadalah kalian." Kakashi memperingati muridnya meskipun pandangan ninja peniru itu menatap tajam ke depan.

Ke lima Shinobi itu merogoh kantung ninja masing masing untuk mengambil kunai yang ada. Untuk Sai, dia sudah menyiapkan Tanto kecilnya yang kebetulan dia letakan di punggungnya, sedangkan nenek Chiyo mengeluarkan gulungan sebagai media bertarung ala Kugutsu.

Seperti dugaan awal Sai, tak lama setelah mereka berlari. Seorang yang sama sekali belum mereka kenal duduk di salah satu dahan pohon dengan kaki kanan dia tekuk ke atas dan kaki kiri di biarkan jatuh ke bawah. Orang itu menggunakan jubah coklat berhodie yang menutupi sebagian wajahnya.

"Lima anjing kampung berkeliaran di sore hari, tidak buruk." Sosok itu mendesis pelan namun cukup di dengar oleh 5 Shinobi di hadapannya. Untuk saat ini, Kakashi bisa menebak jika orang di hadapannya memang berniat untuk melakukan pertarungan, hodie yang menutupi wajah tersebut membuat Kakashi mengerutkan sebelah alisnya.

'Aku merasa mengenali suara, tetapi siapa?' Ujarnya dalam hati. "Apa kau salah satu kelompotan yang menculik Gaara?" Menma berucap dingin dengan tatapan mengintimidasi yang pekat. Namun, tidak terpengaruhi oleh sosok itu.

"Atas dasar apa kau menuduhku, bocah?" Ujarnya tenang membuat Menma semakin menggertakan giginya. "Kau menghalangi jalan kami dan memberikan tanda tanda jika kau memang menginginkan pertarungan, sudah jelas kau musuh, kau berhubungan dengan penculikan Gaara." Tambah Menma lagi membuat sosok itu tertawa miring.

"Penculikan Jinchuriki Ichibi itu bukan masalahku. Bergabung dengan organisasi rendahan itu, tak ada dalam kamusku." Menma semakin mengeratkan genggaman tangannya. Anak Yondaime Hokage itu tidak langsung percaya, musuh tetap musuh.

"Jika kau tidak memiliki hubungan dengan ini, kenapa kau menghalangi jalan kami?" Ujar Kakashi masih tenang. "Well anggap saja aku memiliki sedikit konspirasi dengan kalian, lagipula jikapun kalian berjalan sekarang, Jinchuriki itu tak kan selamat!" Ucap sosok tersebut tertawa kecil.

"Darimana kau tahu brengsek!" Teriakan marah Menma justru membuat sosok berjubah itu tertawa miring. "Kau tak perlu tahu bocah. Kalian bisa pergi, namun dengan mengalahkanku tentu saja." Yang lain hanya diam menyimak pembicaraan. Bagi mereka, Kakashi dan Menma sudah cukup untuk menjadi lawan bicara.

Kakashi beserta ke empat rekannya memasang posisi waspada saat orang itu berdiri memandang ke lima Shinobi dari Konoha dan Suna dengan tatapan datar menusuk dari balik hodie yang dia kenakan.

Wush!

Semua orang kecuali Chiyo dan Sai mematung dalam keterkejutan mereka saat orang di depannya membukanya tutup hodie yang menampilkan remaja memiliki warna rambut merah darah. Mereka tentu saja mengenali remaja ini, tidak hanya kenal, remaja ini adalah bagian dari mereka.

"Naruto/Naruto San/Naruto Kun!." Ujar Kakashi, Menma dan Sakura sangat terkejut. Namun, keterkejutan mereka semakin bertambah saat Naruto menunjukan mata kutukan Sharingan level 3 di kedua mata nya. Mata menyebarkan teror ketakutan bagi yang menatapnya langsung.

"BAGAIMANA KAU MEMPUNYA SHARINGAN, NARUTO." Teriak Kakashi meminta penjelasan. Selama ini, Kakashi hanya mengetahui jika Naruto seorang Uzumaki bukan Uchiha. Dia juga tahu latar belakang Naruto, seorang anak berusia 5 tahun yang di adopsi oleh Yondaime Hokage sebagai saudara Menma.

"Dari mana katamu? Untuk seorang pencuri sepertimu sangatlah tidak pantas untuk bertanya bagaimana aku memiliki Sharingan. Pencuri tetaplah pencuri, tak peduli kau mengatakan Sharingan itu pemberian sahabatmu." Dingin, ini bukanlah Naruto yang mereka kenal selama ini. Naruto itu Shinobi Hyperaktif yang memiliki cita cita sebagai seorang Hokage.

Mereka tentu tahu jika Naruto dan Menma memiliki impian yang sama sampai membuat persaingan bersih antara saudara tiri itu. 2 tahun setelah Menma menjalani latihan bersama Jiraiya di luar desa, Menma mendengar sebuah kabar yang membuat anak Yondaime Hokage itu merasakan perasaan yang sama seperti saat Sasuke meninggalkan desa.

Naruto pergi dari Konoha tanpa bisa di cegah oleh satu orangpun. Menma bertekad, dia akan berlatih dengan sungguh sungguh untuk menjadi kuat dan membawa Uchiha Sasuke dan saudara tirinya ini pulang.

Kakashi sama sekali tidak tersinggung oleh ucapan pedas Naruto karena itu kebenaran. Kakashi menarik nafasnya dalam dalam sebelum menghembuskan secara berlahan. "Beruntung aku menemukan mu di sini. Aku ingin bertanya satu hal padamu, Naruto. Atas dasar apa, kau meninggalkan Konoha?"

Tanya Kakashi. Naruto tersenyum datar. "Tak ada dasar apapun untuk pertanyaanmu, Kakashi. Semua yang ku lakukan ini semata mata hanya keinginan pribadiku, ahh berhubungan juga dengan Sharingan." Jawab Naruto membuat Kakashi kembali terdiam dalam keheningan.

"Kau sungguh berbeda dari Naruto yang ku kenal. Sebenarnya, apa tujuanmu, Naruto." Desis Kakashi pelan. "Tujuanku? Terlalu simple untuk di jelaskan menggunakan kata kata. Dan sebaiknya kalian lebih memikirkan Jinchuriki Ichibi itu, bukan?"

Insting Naruto berteriak keras saat sebilah Tanto bersiap memotong kepalanya dari belakang. Sai menggunakan kecepatannya muncul di belakang Naruto saat remaja itu tengah berbicara dengan Kakashi dan Menma.

Naruto memblok Tanto Sai dengan gerakan anggun tanpa berpindah posisi dari tempatnya berdiri. Melihat Sai kembali melancarkan tebasan ya, Naruto mengayunkan Uzu no Ken dari samping kemudian menebas kepala Sai setelah tebasan Sai berhasil dia tahan. Merasa usahanya untuk menyerang Naruto diam diam gagal, Sai kembali melakukan Shunshin ke tempat sebelumnya dia berdiri.

"Seharusnya kau mengucapkan permisi sebelum menebas. Tidakah itu mengundang kematian mu. Tapi lupakan, menarikan dengan tarian kalian."

Bersambung...

Uhuk! Saya kembali hadir dengan keserakahan saya dalam menulis. Satu Fanfic terlantarkan, buat Fanfic lagi. Maunya apa coba, ku bunuh orang ini. Ha'i, hanya sedikit menumpahkan emosi dan di jadikan bahan bacaan.

Prolog dengan 4 - 5K word cukup menyulitkan. Dari sini, saya berfikir jika dari Dragon x Dragon ke Naruto Universe akan terasa aneh dan janggal, tetapi siapa tahu sebelum di coba, bukan begitu?

Grayfia, Hanya Grayfia yang saya pilih di sini untuk menemani Naruto, yah walau di prolog Grayfia tidak akan bersama Naruto untuk sementara, tapi kedepannya saya bisa membuat keturunan Lucifuge ini ke berbagai pihak. Yang pasti, seperti judul Fanfic ini. Grayfia akan tetap bersama Naruto.

Ide kemunculan Fanfic ini ada saat saya menonton Anime Gate, entah apa hubungannya, ide itu tiba tiba saya pikirkan lebih jauh sebelum memutuskan untuk menulis. Sampai jumpa di Chapter depan, selamat tahun baru walau saya mengucapkan ini terasa sangat terlambat.