Naruto © Masashi Kishimoto

Upeti untuk NaruNaru. Iseng dibuat karena belakangan lagi kangen sama masa-masa produktif yang pernah terlewati /sad.


Dari sekian banyak hal yang ia sukai dari Kakak tercintanya, hanya satu yang menjadi favoritnya; Kakaknya adalah tipe cowok yang pintar dalam memanjakan seseorang, khususnya Naruko.

Akan jadi hari yang amat menyenangkan saat mereka bersama, dalam peluk hangat akan dirasa oleh Naruko dari sisi belakangnya, dengan senyum, dengan tawa, mengiringi senja yang kian menutup hari yang penuh akan makna.

Ini menyenangkan, sekaligus menghangatkan.

Naruko selalu berkata pada sang Kakak tercinta bahwa ia selalu ingin diperlakukan seperti ini. Setidaknya, setiap sore jika andai kata setiap waktu tak mampu.

Duduk di halaman rumah, satu kursi untuk berdua (Naruko yang duduk di pangkuan Naruto), berteman dengan dua teh hangat di atas meja di sebelah mereka. Menatap senja, menatap langit dunia, menyadari bahwa waktu terus berjalan hingga sadar bahwa hari ingin berganti.

Naruko senang dengan hal itu. Hanya itu.

Toh, Naruko tidak meminta lebih meskipun ia bisa mendapatkan apapun dengan memaksa Kakaknya untuk melakukan apapun yang ia inginkan. Apapun, bahkan hal gila semacam menjadi budak Naruko selama sehari bisa jadi Naruto turuti, selama perintah itu Naruko yang meminta.

Maka ketika esok hari tiba, Naruko akan memaksa Kakaknya untuk melakukan hal seperti biasa; seperti kemarin sore. Kedua tangannya yang terlatih akan siap untuk menyediakan dua cangkir teh hangat di atas nampan, saat setelahnya Naruko menemukan Kakaknya menyiapkan kursi dan meja kecil di halaman rumah.

Naruko akan tesenyum saat setelah ia menaruh nampan di atas meja, ada Naruto yang tersenyum lembut padanya dengan gestur tangan yang mengajaknya duduk di pangkuannya. Naruko berseri. Ia takkan ragu untuk menghampiri. Ia takkan malu pada siapapun untuk langsung secepatnya naik di atas kedua paha Kakaknya untuk sekadar duduk dan bersandar pada saudara tertuanya itu. Ia takkan pernah sebahagia ini sebelumnya.

Ini membuatnya bahagia, meski kadang sepatah dua patah kata muncul dari Naruto yang kadang membuat mood-nya sedikit menurun semacam; Kamu udah besar tau. Enggak malu gitu duduk di pangkuan Kakak?

Bibirnya melengkung ke bawah, diikuti dengan dua jari memaksa untuk mencubit kulit. Naruto mengerang kesakitan, dan tentunya itu membuat Naruko sedikit merasa puas (Kakaknya kadang memang mampu membuatnya merasa kesal sendiri).

"Sakit tahu!"

"Makanya, jangan ngomong."

"Kamu ini .…"

"Kenapa, enggak suka?"

"Bukan gitu. Apa gak bisa gitu sesekali tampil manis anggun bukan galak kayak gini?"

"Terus?"

"Terus apanya?"

"Terus kalo aku bertingkah seperti apa yang Kakak pingin, Kakak mau apa?"

"Ya enggak apa-apa. Itung-itung Kakak gak susah ngadepin kamu."

Naruko mencubit Naruto lagi. Iya, lebih sakit dari yang sebelumnya.

"Oouuch! Sakit woy!"

"Ngeselin ih!"

"Makanya, jangan kasar-kasar sama Kakak."

"Kakak sendiri yang—"

—dan kala Naruko menoleh ke belakang, akan ada bibir yang siap untuk mengecupnya. Satu kedip mata memberi arti, saat Naruko sadar bahwa itu bukanlah ciuman yang biasa mereka lakukan ketika malam tiba; terlalu singkat. Meskipun begitu, Naruko menikmatinya.

Naruto melepasnya ciumnya, tersenyum, lalu memeluk Naruko erat-erat. Sesekali menyesap aroma tubuh Naruko melalui tengkuk, bahu hingga punggung diikuti dengan pergelangan tangannya yang enggan untuk lepas dari tubuh Naruko.

Naruko menyukai perlakuannya, amat sangat.

"Besok-besok, jadi gadis yang manis gih. Entar Kakak manjain lagi."

"Iyaa .…"

Dalam hatinya, mungkin mengubah kepribadiannya untuk Kakaknya bukanlah sebuah pilihan yang buruk.

"Kak."

"Iyaa?"

"Besok, peluk aku lagi ya?"

Naruto tertawa karenanya.

Ia ingin dimanja Kakaknya lagi~