Disclaimer:

Naruto: Masashi Kishimoto

Re: Creators: Daiki Kase

.

.

.

Pairing: Naruto x Altair

Rating: T

Genre: romance/fantasy/scifi

.

.

.

Ost cerita ini:

Daybreak by Ayumi Hamasaki

.

.

.

Altair, The Guardian Angel

By Hikasya

.

.

.

Chapter 3. Akhir yang tidak diharapkan

.

.

.

Yukisa Altair adalah seorang pencipta Kecerdasan Buatan yang diakui kehebatannya di dunia. Karena ada seseorang yang iri dengan kehebatannya, maka seseorang itu melakukan rencana untuk menabrak motor yang dikendarai Naruto, yang waktu itu, sedang mengantarkan Altair pulang ke rumah setelah makan malam bersama.

Kecelakaan itu terjadi pada saat malam hari, motor yang dikendarai Naruto tiba-tiba dihadang oleh seseorang yang melayangkan katana pada bagian depan motor Naruto. Naruto yang menghentikan motornya dengan cepat, terkesiap bersama Altair.

"Kyaaa!" teriakan Altair terdengar sangat keras menggema di jalanan raya yang sepi. Ia beserta Naruto terjatuh usai motor mereka dihancurkan oleh pria yang aneh. Kemudian tiba-tiba lagi, dari arah yang tidak terduga, sebuah mobil menabrak mereka hingga mereka tidak sadarkan diri.

Kejadiannya begitu cepat. Mobil yang menabrak, langsung lari meninggalkan mereka yang tergeletak tak berdaya di jalanan.

Kaki Naruto digilas mobil hingga mengakibatkan keretakan, sedangkan Altair ditabrak dua kali hingga tewas di tempat. Sampai sekarang, pelakunya tidak ditemukan oleh pihak kepolisian. Pelakunya seperti menghilang ditelan bumi.

Insiden kelam itu, tidak akan pernah dilupakan Naruto. Kini, enam bulan berlalu, ia sudah menamatkan sekolahnya. Rencananya ia akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang ada di kota Konoha. Tapi, kemurungan melandanya lagi karena malaikat penjaga telah pergi meninggalkannya.

Di kamar yang hening, ia mengurungkan dirinya. Sibuk mengutak-atik sebuah program yang ada di komputer. Kushina yang memperhatikannya dari balik pintu kamar yang terbuka lebar, merasa sedih.

"Naruto."

Naruto menoleh. Kushina datang mendekatinya.

"Sampai kapan kamu harus menghabiskan waktu di kamar ini? Sebaiknya kamu pergi jalan-jalan keluar sana," lanjut Kushina lagi.

Naruto berwajah suram dengan sorot mata yang meredup. "Aku tidak akan pernah kemana-mana sebelum bertemu Altair si malaikat penjagaku."

"Itu mustahil. Kamu tidak akan bisa bertemu dengannya. Dia adalah Kecerdasan Buatan yang hidup di dunia digital."

"Tapi, waktu itu, Ibu bilang aku bisa bertemu dengannya lagi."

"Ibu bilang begitu supaya kamu tidak sedih lagi."

Kushina berwajah kusut. Naruto termangu lalu menundukkan kepalanya. Tubuhnya bergetar pelan, menahan air mata yang sebentar lagi jatuh ke Bumi ini.

"Apa ... Salah ... Jika aku mencintai seorang gadis yang tercipta sebagai Kecerdasan Buatan? Mungkin terdengar sangat aneh, tapi aku serius dengan perasaanku. Ibu, katakan kalau aku masih waras karena mencintainya," ungkap Naruto dengan nada yang serak. Ia duduk di kursi yang berada di dekat meja belajar.

"Itu tidak salah, nak," ucap Kushina yang memegang bahu Naruto dengan erat. "Kamu memang pantas mencintainya karena dia sangat mirip dengan Yukisa Altair."

"Karena itu, aku ingin bertemu dengannya dan menyatakan perasaanku ini. Memang terdengar gila, tapi aku akan mencoba untuk mencarinya di dunia digital itu."

"Bagaimana caranya kamu mencarinya?"

Kushina penasaran. Naruto yang termasuk sebagai murid yang sangat cerdas saat bersekolah di sebuah SMA teknologi, pandai membuat berbagai macam program dan game. Kelaknya, ia bisa menjadi Game Master yang andal.

"Aku sudah menciptakan sebuah program yang bisa memungkinkan aku bisa masuk ke dunia digital. Diperkirakan Altair berada di game yang aku mainkan tempo dulu, karena itu, aku akan mencoba mencarinya ke sana."

"Wah, itu hebat, Naruto!"

"Ya. Tinggal sedikit selesainya, Ibu."

"Ibu doakan, semoga kamu cepat menyelesaikannya dan secepatnya juga kamu menemukan Altair."

"Terima kasih. Aku sayang Ibu."

"Ibu juga sayang padamu."

Kushina memegang puncak rambut Naruto. Laki-laki berambut pirang itu tersenyum.

"Ibu pergi dulu ya. Mau memasak buat makan siang. Nanti Ibu panggil kamu kalau makanannya sudah siap ya," kata Kushina yang bergegas pergi.

"Iya, Bu," balas Naruto yang mengangguk patuh.

Kushina pun berlalu. Pintu kamar tertutup dengan pelan. Naruto kembali melanjutkan kegiatannya untuk merancang program yang sedikit lagi akan selesai.

.

.

.

Keesokan harinya, Naruto tersenyum senang karena program hasil rancangannya sudah selesai. Dengan perasaan yang bahagia, ia mencoba program tersebut.

Ia telah memberitahukan hal ini pada Kushina. Wanita berambut merah itu mengizinkannya untuk pergi mencari Altair yang diperkirakan ada di game yang dimainkannya, tempo dulu itu.

Pada pukul 7 malam, usai makan malam, Naruto menghadap ke komputer. Ia duduk di dekat meja, kesepuluh jarinya dengan gesit memainkan tombol-tombol yang tertampil di keyboard. Mata saffir birunya melototi layar komputer yang bercahaya putih.

Program yang diciptakannya bekerja sesuai dengan harapannya. Program yang merupakan sebuah portal untuk masuk ke dunia digital telah terbuka lebar.

PIP!

Terdengar suara menyerupai mesin ketika program telah terhubung ke dunia digital itu. Memunculkan pusaran lubang bercahaya tepat di layar komputer itu.

WHUOOONG!

Suara yang berisik terjadi ketika pusaran lubang bercahaya bergerak dengan cepat. Menimbulkan angin yang cukup kencang.

"Aku berhasil!" teriak Naruto yang sangat senang. Tangannya pun bergerak perlahan-lahan untuk menyentuh pusaran lubang bercahaya yang tertampil di layar komputer.

CRRRT!

Terjadi kilatan energi yang membuat angin berhembus semakin kencang sehingga membuat rambut dan pakaian Naruto berkibar-kibar seperti bendera, saat tangan Naruto bersentuhan dengan portal pusaran lubang bercahaya.

Tiba-tiba...

PAAATS!

Cahaya putih yang sangat terang menyelimuti tempat itu. Sangat menyilaukan mata.

Naruto masuk ke dalam pusaran lubang bercahaya. Menyedotnya dengan cepat menuju ke dunia yang dicarinya.

Perpindahan antar dimensi berlangsung hanya beberapa detik, Naruto pun terjatuh ke sebuah tempat yang asing.

BRUK!

Ia pun terkapar dengan posisi tertelungkup. Wajahnya mencium bau khas rerumputan hijau yang segar.

"Aduh, sakitnya!" keluh Naruto yang berusaha bangkit dari acara terkapar. Ia mendongakkan kepalanya untuk melihat pemandangan sekitarnya.

Langit biru cerah terbentang luas, lengkap dengan beraneka ragam awan yang berjalan berdampingan. Beberapa pohon rindang berdiri secara terpisah. Padang rumput yang sangat luas, menjangkau area pandangan. Lalu, di ujung garis cakrawala sana, terdapat pegunungan yang berwarna biru dengan menara kecil di baliknya.

"Dimana ini?" Naruto berdiri lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru.

Tidak ada siapa-siapa. Yang terasa hanyalah hembusan angin semilir yang menerpa dirinya sehingga rambut dan pakaiannya melambai-lambai. Kesunyian hadir untuk menemaninya.

"Ini bukan tempat yang ada di game itu."

Naruto bergegas melangkah menuju ke arah yang digerakkan hatinya. Ia sendiri tidak tahu harus pergi kemana untuk mencari Altair.

Matanya terus bergerak untuk mencari Altair. Ia berharap bisa menemukan seseorang yang kebetulan lewat di padang rumput ini, namun tidak ada seorang pun yang terlihat di sini.

Altair, kamu ada dimana? Aku ingin bertemu denganmu, batin Naruto.

Sudah lama ia berjalan. Pegunungan biru itu semakin lama semakin dekat, menampakkan wujud yang sebenarnya.

TRAPS!

Langkah Naruto berhenti ketika menemukan seseorang yang berjalan dari arah yang berlawanan darinya. Sosok seorang gadis yang berpakaian militer. Rambut dan pakaian gadis itu melambai-lambai karena dimainkan angin.

Naruto membeku di tempat. Hatinya menjerit senang karena sudah bertemu dengan orang yang dicarinya.

"A-Altair!"

Gadis yang dipanggil Altair, berhenti berjalan. Ia terkesiap ketika mengetahui Naruto ada di hadapannya.

"Na-Naruto."

"Altair! Aku berhasil menemukanmu!"

Naruto berlari menghampiri Altair. Ia memeluk Altair dengan erat. Altair mengerutkan keningnya.

"Kenapa kamu bisa sampai ke sini?"

"Aku bisa ke sini karena menggunakan program perpindahan dimensi. Makanya kita bisa bertemu lagi di sini."

"Itu tidak mungkin. Aku ini manusia digital, dan kamu adalah manusia nyata."

"Tapi, perasaanku ini nyata untukmu."

"Apa maksudmu?"

Naruto melepaskan pelukannya. Ia menatap mata Altair lekat-lekat sembari menggenggam tangan Altair.

"Aku ... Mencintaimu, Altair."

"Hah?"

Mata Altair membulat sempurna. Ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Naruto.

"Ka-Kamu mencintaiku? Ta-Tapi, itu tidak mungkin, kan?"

"Tidak ada yang mustahil di dunia ini, kan? Aku percaya kita ditakdirkan untuk hidup bersama."

"Tidak!"

Altair melepaskan tangan Naruto dari tangannya. Ia pun langsung berlari meninggalkan Naruto.

"Altair!" Naruto mengejar Altair.

"Jangan ikuti aku!" Altair menoleh dan menyerang Naruto dengan serangan gelombang angin yang terbentuk dari senjatanya yang menyerupai Biola.

WHUUUSH!

Serangan Altair sukses mengenai Naruto. Laki-laki berambut pirang itu terpelanting jauh ke belakang karena didorong gelombang angin yang sangat kuat.

"Aaah!" Naruto berteriak sangat kencang. Tubuhnya pun mendarat dan terseret beberapa meter di rerumputan.

Altair sudah menghilang dalam sekejap mata. Naruto yang merasa kesakitan pada sekujur tubuhnya, mendongakkan kepalanya untuk memandang lurus ke depan.

"Altair," tetesan air bening seperti kristal mengalir di sudut mata birunya. "Aku mencintaimu. Aku tidak akan menyerah untuk membuktikan cinta ini padamu."

.

.

.

TAMAT

.

.

.

A/N:

Ada yang setuju nggak kalau cerita ini ditamatin aja atau dilanjutin ke sekuelnya?

Kalo nggak ada yang review sih, ya, saya putusin aja untuk nggak melanjutkannya.

Sekian sad ending untuk three chapter story ini.

Terima kasih banyak untuk yang baca, mereview, menfavorit, dan men-follow cerita ini.

Tertanda

Hikasya.

Cerita ini sukses ditamatkan pada hari Rabu, 13 Februari 2019