Summary:

Bagaimana ceritanya jika Hashirama dan Madara terlempar ke masa depan akibat salah satu jutsu Mangekyo Sharingan yang belum dikuasai Madara?

Sebelumnya:

"Rikudo: Chibaku Tensei!"

Jutsu tersebut berhasil dilakukan.

Dataran di sekitar mereka mulai terangat dengan Kaguya menjadi titik inti Chibaku Tensei. Jutsu tersebut semakin membesar hingga hamper menyamai ukuran bulan.

Kaguya; seorang wanita keturunan Ootsutsuki yang memercayai bahwa umat manusia cukup kuat untuk melawan Ootsutsuki-Ootsutsuki lain sehingga menyerahkan dirinya untuk Kembali disegel oleh reinkarnasi dari keturunannya sendiri.

Berbeda dengan sebelunya, kini tampak senyum kepuasan pada wajah sang dewi kelinci sebelum ia menutup mata dan tersegel Bersama zetsu hitam untuk selamanya.

Author's Note :

Kembali mengingatkan. Madara edo-tensei saya sebut 'Madara (ET)', sedangkan Madara remaja akan saya sebut 'Madara' seperti biasa.

Hashirama edo-tensei akan tetap saya sebut 'Shodaime' dan 'Hashirama' untuk Hashirama muda.

Mungkin nanti menyesuaikan, namun pasti akan saya bedakan. Arigato gozaimasu~


.-~[•••••]~-.

Masa Depan?!

Story by elemenkayu19

Disclaimer: Naruto belongs to Masashi Kishimoto

Rating : T

Genre: adventure & friendship, with a little bit of drama-romance

Don't Like, Don't Read

Enjoy,


Chapter 14

Suasana tampak hening di tempat berlatarkan langit hijau dan tanah kemerahan tersebut.

Hashirama & Madara, tim 7, lima kage dan para edo-tensei sibuk dalam pikiran mereka masing-masing sembari melihat bongkahan lingkaran yang semakin membesar di hadapan mereka.

"Uhm, minna?" panggil Obito segera menyadarkan kembali para manusia di tempat itu untuk segera berlindung saat tanah di bawah mereka mulai terangkat.

Menerima anggukan, Obito dan Kakashi segera mengaktifkan kamui untuk Kembali ke dimensi asal mereka.

•••

Di waktu yang hampir bersamaan.

Suara gemuruh sulur-sulur kayu yang melepaskan ikatan pada setiap manusia di bumi dan mulai kembali ke dalam tanah menjadi akhir dari Mugen Tsukuyomi.

Para aliansi shinobi yang mulai tersadar dari mimpi mereka tampak linglung sebelum atensi mereka tertuju pada dua pusaran yang mulai terbentuk di dekat pangkal pohon dewa.

"Swoosh!"

"K-kalian?"

"Woahh!" "Kita menang!"

Suasana kembali riuh akibat sorakan bercampur tangis bahagia para shinobi pada sekelompok 'penyelamat' di hadapan mereka.

Sosok-sosok yang disebut hanya dapat tersenyum dan melambaikan tangan mereka, turut bahagia dalam kemenangan pertarungan ini.

Namun semua kembali hening saat melihat keberadaan Madara (ET) yang bersedekap tangan dan Obito yang tampak sedikit ketakutan pada para pasukan aliansi yang kembali dalam posisi bertarung mereka.

Sebelum sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, Madara dan Hashirama segera maju kedepan dan membentangkan tangan mereka.

"Mereka bukan lagi musuh!" teriak sang Uchiha muda yang tentu disambut raut penuh keraguan oleh para shinobi di hadapan mereka.

"Mereka memiliki andil dalam mengakhiri perang ini!" lanjut sang Senju muda.

Raut keraguan mulai pudar dari sebagian besar wajah para aliansi shinobi, dengan beberapa yang masih tampak tidak percaya.

Setelah kelima kage memberi penjelasan, seluruh pasukan aliansi shinobi akhirnya kembali ke posisi siaga mereka.

•••

"Apa rencana kalian selanjutnya?" tanya Tsunade pada Hashirama dan Madara muda di hadapannya.

"Sepertinya kami harus kembali ke waktu asal kami," balas Madara kemudian.

Keengganan tampak jelas di wajah sang Senju dan Uchiha muda tersebut.

Bagaimana tidak? Antara tetap tinggal di dunia yang -mulai- damai ini atau kembali ke masa-masa penuh peperangan bukanlah suatu pertanyaan yang sulit dijawab.

"Kalian tidak bisa tetap di masa ini," ucap Tobirama yang menambah penekanan pada perkataan Madara.

"Iya, iya. Ayo Madara!" balas datar Hashirama pada sosok sang adik yang kini tampak lebih tua darinya itu.

"Sebentar," balas sang Uchiha sembari mendekati sosok edo-tensei Izuna.

"Izuna," panggil Madara pada edo-tensei sang adik.

"Aku paham, nii-san. Kuharap kau tetap mengabulkan permintaan terakhirku," jawab Izuna dengan senyuman tulus di wajahnya.

Tak dapat berkata-kata, Madara hanya dapat mendekap sosok di hadapannya sembari mengangguk perlahan.

"Aku tidak akan membunuh Tobirama," gumamnya yang tentu dibalas senyuman yang semakin lebar dari Izuna dan belalakan mata dari sang senju berambut putih.

"Selamat tinggal, nii-san."

"Sampai jumpa, otouto."

"Kuharap kau tidak menyusulku terlalu cepat," gurau Izuna yang hanya dibalas seringaian oleh Madara.

Merasa puas dengan perpisahan mereka, Madara segera mendekati Hashirama dan mengaktifkan Mangekyo Sharingan-nya.

"Mangekyo: Jikugan Ninjutsu!" seru sang Uchiha menyebutkan jutsunya.

Sebuah rangka Susano'o kebiruan tahap pertama segera menyelimuti sang Uchiha dan Senju sebelum berputar cepat sebelum akhirnya menimbulkan ledakan cahaya yang sangat terang hingga memaksa para shinobi di tempat itu melindungi mata mereka.

"Mereka kembali," gumam Shodaime yang dibalas anggukan singkat Madara (ET) dan beberapa shinobi lainnya.

•••

"Obito?" panggil Kakashi pada -mantan- rekan satu timnya itu.

"Hm?" balas singkat Obito yang masih sedikit tidak fokus atas kepergian Madara dan Hashirama muda.

"A-apa kau ingin pulang?" tanya sang Hatake dengan raut wajah penuh harapan dan kerinduan.

"Kompleks Uchiha telah hancur karena serangan Pain. Kau bisa tinggal di tempatku, meski mungkin sedikit sesak jika ditinggali dua orang. Atau kita bisa membeli apartemen bersama dengan dua kamar jika kau ingin," lanjut Kakashi lagi, tidak membiarkan Obito memberi alasan untuk menolak.

Sang Uchiha hanya dapat tersenyum miris pada -mantan- rivalnya tersebut.

"Kakashi, A-aku tidak pantas untuk kembali ke desa itu. Setelah melepaskan kyuubi, berusaha menghancurkan Konoha, membunuh Minato-sensei,"

Melihat pengakuan Obito yang penuh rasa penyesalan tentu membuat hati Kakashi dan Minato berdenyut nyeri.

Mereka bedua telah cukup paham. Paham kalau Obito hanyalah sosok kelewat baik hati yang terluka lalu dimanfaatkan dengan iming-iming 'kedamaian' oleh Madara (ET).

Well, sang Uchiha senior bahkan hanya pion dari Zetsu. Jadi Kakashi dan Minato memahaminya, dan -mungkin- juga mulai sedikit memaafkan mereka.

"Obito," gumam Minato menatap sendu sosok di hadapannya.

"A-aku, mohon maafkan aku!" seru Obito sembari menunduk 90 derajat menghadap para aliansi shinobi yang sedari tadi hanya memerhatikan dalam diam.

"Mungkin hanya ada satu cara untuk menebusnya," lanjut sang Uchiha sembari menyatukan kedua tangannya membentuk segel ular. Beberapa pasang mata di tempat itu tampak membelalak; merasa familiar dengan segel tangan untuk jutsu level tinggi yang akan dirapal dengan taruhan nyawa sang Uchiha.

"Gedo: Rinne Tensei no Jutsu!"

Obito meneriakkan jutsu tersebut dengan lantang sembari memfokuskan seluruh chakra yang ia miliki pada rinnegan di mata kirinya.

"H-hei!"

"Obito!"

Jangankan para pasukan aliansi, Madara (ET) bahkan tak dapat menyembunyikan raut keterkejutannya melihat aksi tiba-tiba Obito.

Sang Uchiha berhasil merapal jutsu terkuat dari rinnegan tersebut sebelum ada yang sempat mencegahnya.

Tak berselang lama, sosok perwujudan raja kematian yang bahkan lebih besar dari paska serangan Pain di Konoha muncul di tengah-tengah pasukan aliansi shinobi.

Sosok tersebut kemudian menyebarkan garis-garis hijau ke seluruh area pertempuran dari mulutnya yang terbuka lebar, menyelimuti seluruh jasad shinobi yang telah gugur dengan cahaya kehijauan khas ninjutsu medis.

Bahkan keempat Hokage dan Madara edo-tensei entah bagaimana juga terselimuti cahaya kehijauan tersebut.

Semua orang makin membelalakkan mata saat melihat para rekan seperjuangan mereka yang mulai bangkit dari kematian; Hyuuga Neji salah satunya.

Sayangnya sorot berbeda tampak jelas di wajah Kakashi dan sang Yondaime Hokage; Namikaze Minato.

Mereka berdua segera berlari mendekati sosok sang perapal jutsu yang kini tampak tersungkur pucat dengan darah yang mengalir dari mata kirinya.

"Obito!"

Kakashi tak dapat lagi menahan air matanya yang mulai mengalir dan menetes pada tubuh sang sahabat yang terbujur lemas di pangkuannya.

"M-mengapa kau melakukannya?" sentak sang Hatake pada sosok di pangkuannya tersebut.

"Maaf Kakashi, Minato-sensei. uhuk! Kuharap kalian tidak terlalu cepat menyusulku," gumam Obito yang mulai kesulitan bicara akibat darah yang keluar dari mulutnya.

Merasa kembali tak berdaya, Minato hanya dapat tersungkur di samping kedua -mantan- muridnya tersebut. Tangan sang Namikaze menyentuh lengan kedua anak didiknya sembari pasrah pada tubuhnya yang mulai terselimuti cahaya kehijauan.

Air mata yang tak dapat lagi terbendung akhirnya mengalir dari sepasang sorot biru sang Namikaze.

"K-kakashi, kupercayakan sekali lagi sharingan-ku kepadamu," gumam Obito sembari menjulurkan tangannya menyentuh sebelah pipi sosok di hadapannya sebelum jatuh terkulai lemas beberapa saat kemudian.

"Obito?" panggil sang Hatake saat melihat cahaya mulai meredup dari sorot mata sosok di pangkuannya.

"Medis! Godaime-sama, Sakura, siapapun, tolonglah!"

Teriakan parau sang surai perak terdengar jelas di tengah keheningan seluruh shinobi di tempat itu.

"H-hei! Ini tidak lucu Obito. Bangunlah," ucapan getir Kakashi bahkan mampu menyentuh empati banyak shinobi di sekitar mereka.

"Kakashi," panggil Minato sembari merengkuh pundak sang anak didik berambut perak yang mulai bergetar menahan isak tangisnya.

"O-Obito?"

Merasa panggilannya tidak akan terbalas, Kakashi hanya dapat mengeratkan dekapannya pada sosok sang sahabat yang telah terbujur kaku dalam pangkuannya.

Kakashi membiarkan air matanya mengalir semakin deras, menangisi kepergian salah satu sosok yang ia sayangi untuk yang kedua kalinya.

Para shinobi yang melihat adegan miris tersebut hanya dapat menundukkan kepala mereka, memberi penghormatan terakhir pada sang Uchiha.

"Sayonara, Obito."

END


A/N:

Halo minna~ Bagaimana kabar kalian? Semoga readers-tachi tetap sehat di tengah masa pandemi ini.

Okay, okay. Author mengakui kalau ending fic ini terasa sedikit memaksa.

Author menyadari adanya ketimpangan kekuatan karena terlalu banyak karakter yang terlibat dalam pertarungan melawan Ootsutsuki, apalagi setelah Obito dan Madara (ET) kembali ke sisi terang sehingga konflik yang terjadi tidak terlalu berasa 'wah'.

Karena itu author memutuskan untuk mengakhiri fic ini dengan dengan ending yang tidak terlalu menyenangkan, hehe.

Entah bagaimana, fic MadaHashi ini malah berakhir dengan Obito sebagai pahlawan utamanya.

Jadi, gomenasai minna~

~[••]~

Seperti pengumuman sebelumnya, fic -yang penuh kekurangan- ini ingin author segera tamatkan sehingga dapat membuka lembaran-lembaran cerita baru dengan plot yang lebih menarik, logis dan konflik yang lebih menantang pula.

Dan akhirnya setelah 1 tahun, 4 bulan dan 4 hari, fanfiction "Masa Depan!" author nyatakan TAMAT.

Terima kasih atas segala support yang readers-tachi berikan hingga saat ini. Apresiasi sebaik mungin author berikan bagi kalian semua yang telah setia mengikuti perjalanan fic ini dari chapter awal hingga akhir.

The last but not least, jangan lupa beri tanggapan, kritik dan saran kalian sehingga author dapat mengkoreksi diri dan membuat fanfiction yang lebih baik di kesempatan berikutnya.

Ingat untuk jaga jarak, sering-sering cuci tangan, gunakan masker dan #BacaFanfic dengan tetap #DiRumahAja.

As always, arigato gozaimashita~

Author,

09 Juni 2020