Halo, Na Jaemin?
Boleh aku menjadi penggemar rahasiamu? Katakan saja aku pengecut karena tidak berani menyatakan perasaanku. Tapi . . . Kau mengizinkanku 'kan?
- L.
Pagi itu Jaemin mengernyit heran mendapati sebuah kertas biru tertempel pada pintu lokernya. Namun ia tak ambil pusing; si pemuda Na melepas kertas itu lalu berjalan pergi setelah menutup lokernya.
Diujung sana terlihat seorang lelaki menatapnya dengan tatapan sedih. Bibirnya yang pucat memoleskan senyum yang tampak tidak bisa diartikan oleh siapapun.
Ketika punggung Jaemin menghilang, lelaki itu ikut pergi ke lain arah; membiarkan yang lebih muda berkutat dengan urusannya.