[ J'ai peur si je te blesse ]

POLARIS


" In this universe, I choose to stay with you."
_ • _

Dalam sekejap mata ia dapati tubuhnya telah dalam dekapan pria dengan mata sewarna lautan.

Hembusan nafas hangatnya mengantarkan ribuan jarum tak kasat mata pada hatinya yang terluka, mematikan setiap jengkal saraf dalam tubuhnya.

Tak ada yang berani bersuara, enggan untuk menyudahi rengkuhan yang tanpa keduanya sadari begitu mereka dambakan. Walau dalam ketidakpastian hubungan yang dimulai dari tatapan yang saling berbalas.

Kedua lengan sang pria melingkar ditubuh Baekhyun, sementara miliknya lemas disisi tubuhnya.

Berusaha mati-matian menahan air mata yang memaksa turun.

Jika ia kembali menangis, maka Chanyeol telah berhasil menumbangkan pertahan terakhirnya terhadap sang pria Demaury.

Isakan tertahan dalam rongga dada seiring tak terbendungnya lagi bulir air mata kala pelukan sang pria yang semakin erat.

Temaram lampu jalanan jadi saksi betapa keduanya begitu merindukan kehadiran satu sama lain. Sulit untuk mengakui fakta bahwa pada akhirnya, hati telah saling berlabuh pada dermaga terakhir setelah sekian lama berlayar.

Untuk Chanyeol. Baginya, kehangatan yang Baekhyun berikan padanya sungguh berbeda.

Satu kehangatan yang selama ini ia rindukan, yang selama ini ia nanti.

Hadirnya Baekhyun seakan mengubah presepsinya akan dunia, akan cinta yang dahulu adalah sebuah tekanan untuk menjadi sosok yang cukup normal untuk dicintai. Karakteristik seorang pria yang mampu menjaga hati pasangannya, tanpa melukainya baik disengaja maupun tidak.

Namun dengan keadaannya, ia sadar betul bahwa ia tak sesempurna itu.

Ia tak memenuhi kualifikasi dasar sebagai sosok pria yang mampu mengandalkan logika agar jalan pikirannya selurus jalan bebas hambatan.

Keadaan yang memaksanya untuk terus bergantung pada obat-obatan yang harus ia konsumsi setiap harinya.

Keadaan yang membuatnya seringkali bertanya pada dirinya sendiri, pantaskah aku mencintai? Atau pantaskah aku dicintai?

Sekali lagi, Chanyeol telah memastikan diri bahwa perasaan yang ia rasakan bukanlah rasa semu belaka, melainkan cinta yang selama ini ia harapkan untuk dapat ia rasakan sendiri.

Karenanya, ia bulatkan tekad untuk mengatakan isi hatinya pada lelaki manis dalam dekapannya.

"Aku mencintaimu, Baekhyun."

.

Jemari saling bertautan, langkah sepasang anak adam terdengar pelan ketika menaiki tiap anak tangga menuju tempat tinggal Baekhyun.

Bukan keputusan bijak bila membiarkan Chanyeol yang notabennya tengah dalam keadaan tidak baik ini terlalu lama ditengah dinginnya malam, diperburuk dengan hujan salju yang kian lebat.

Tak punya pilihan lain selain membawa sang pria Demaury untuk naik keatas dan menghabiskan malam bersamanya, lagipula ia tak sampai hati membiarkannya kembali ke apartemennya di situasi yang buruk seperti ini.

Baekhyun membuka pintu depan perlahan, hanya sedikit terbuka untuk dirinya mengintip kearah dalam. Dari tempatnya berdiri ia melihat lampu kamar tidur Julia telah padam yang itu berarti wanita itu telah tidur.

Memberikan isyarat pada Chanyeol untuk tidak bersuara sembari melepaskan alas kaki masing-masing. Ia meletakkan miliknya kembali ke rak sepatu sementara milik Chanyeol ia bawa masuk kedalam kamar tidurnya.

Ia mempersilahkan tamunya untuk duduk, "Apa kau sudah makan malam?" tanya Baekhyun.

Pria dihadapannya hanya menggelengkan kepalanya.

"Tunggu disini, akan ku buatkan kau roti lapis dan susu hangat."

Pelan ia buka kembali pintu kamarnya, berjingkat ia menuju dapur untuk membuatkan si pria Demaury makan malamnya.

Temaram lampu tak menghalanginya untuk menyiapkan makan malam sederhana untuk Chanyeol yang tengah menunggunya. Dan tak sampai 15 menit ia pun kembali dengan nampan berisi sepiring roti lapis dan segelas susu putih hangat.

Meletakkannya diatas meja, memunggungi Chanyeol yang kala itu hanya dia sembari memperhatikan setiap gerak tubuh Baekhyun.

"Makanlah selagi masih hangat, dan jangan lupa habiskan susunya."

Chanyeol berdiri tepat dihadapan Baekhyun, meraih pundaknya kemudian ia peluk tubuh yang lebih kecil darinya seraya berucap, "Terima kasih."

Keadaannya kacau sebelum ia bertemu Baekhyun.

Pikirannya tidak karuan, rasa sakit di kepala membuatnya tak stabil dan tak terkendali. Kalau bukan karena rasa rindu dan rasa yang begitu kuat bahwa ia membutuhkan Baekhyun, mungkin saja ia tak akan bertahan dan hidup sampai sekarang.

"Terima kasih untuk segalanya. Entah apa yang akan terjadi padaku jika kita tak saling bertemu."

Perasaan hangat menyebar keseluruh dada, menghantarkan kepercayaan bahwa hari esok akan lebih baik dari hari ini. Memberikannya satu semangat bahwa Chanyeol tak seburuk yang ia bayangkan.

Lambat-laun Chanyeol akan semakin terbuka dengannya, setidaknya ia akan mampu menghadapi masalah yang kiranya akan datang di masa depan akibat dari apa yang tengah Chanyeol derita.

Bukan perkara mudah untuk membangun sebuah kepercayaan pada seseorang yang pada dasarnya adalah seorang yang asing. Namun kemudian cinta yang akhirnya memberikannya jalan untuk mencintai apa adanya pria yang tengah mendekapnya.

"Jadi, apa tadi itu dapat ku katakan sebagai pernyataan cinta, hm?" suaranya sedikit jenaka, rupanya Baekhyun mencoba mencairkan suasana haru yang melingkupi keduanya.

"Ya, begitulah."

"Kalau begitu, apa boleh aku jawab pernyataan cintamu tadi?" pertanyaan balik dari Baekhyun membuat Chanyeol membelalakkan bola matanya.

Ia menarik diri dari pelukan agar kedua tangannya mampu mencengkeram pelan kedua bahu Baekhyun, "Sungguh? Katakan, katakan balasannya sekarang."

"Nanti, jika roti lapis dan susu itu sudah kau habiskan. Okay?"

Tanpa banyak bicara, Chanyeol segera menyambar roti lapis isi ham diatas piring dan menghabiskannya hanya dalam beberapa menit. Kemudian menyusul segelas susu putih hangat yang habis dalam satu tegukan, "Sudah. Jadi?"

"Astaga, untung kau tidak tersedak gelasnya."

Baekhyun menarik pergelangan tangan kiri Chanyeol, mengarahkannya untuk duduk diatas matras, "Jika memang kau mencintaiku, maka aku tak punya pilihan lain selain membalasnya, bukan?"

"Harusnya aku senang mendengarnya, tapi kenapa aku merasa sedih, ya?"

"Memangnya kenapa? Apa aku salah."

Chanyeol menghela nafasnya sebelum menjawab, "Tidak, kau tidak salah. Hanya saja, kau terdengar terpaksa?"

"No, jangan salah sangka, Chanyeol. Aku hanya ingin menggodamu saja tadi. Tapi aku sungguh ingin membalasnya, karena aku juga mencintaimu."

.

Pagi rupanya datang lebih lama, padahal waktu telah menunjukkan angka 7 namun langit tak kunjung cerah. Masih cukup gelap untuk dikatakan pagi.

Mungkin karena musim dingin, malam jadi lebih panjang dari biasanya. Ditambah suhu yang menyentuh titik beku sejak beberapa hari yang lalu.

Libur musim dingin didepan mata, tak lama lagi. Awal bulan Desember hingga akhir bulan Februari adalah waktu yang tepat untuk menghangatkan diri didalam rumah atau berkunjung ke tempat-tempat yang suhunya lebih hangat.

Baekhyun yang lebih dulu bangun dari tidurnya, mendapati sebuah lengan melingkar diperutnya dari arah belakang. Hembusan nafas hangat terasa ditengkuk.

Oh, jika bukan karena kelas yang harus ia hadiri, sudah pasti ia lebih memilih untuk menghabiskan waktunya bersama Chanyeol.

Perlahan Baekhyun membalikkan tubuhnya, berusaha untuk tidak membangunkan Chanyeol. Hingga akhirnya ia berhasil pada posisi barunya, menghadap langsung pada wajah terlampau rupawan Chanyeol Demaury.

Netranya menghabiskan cukup lama waktu memandang tiap lekuk wajah kekasihnya. Memujinya dalam hati, memuji rupa dari Chanyeol.

Dan entah sudah berapa kali ia mengucapkan kata tampan dalam hati bak tengah melafalkan mantra.

"Jadi kau lebih suka melihatku diam-diam saat aku tidur?"

.
.

- - to be continued - -

.
.

Please do read this

Note :

Untuk chapter ini agaknya memang pendek ya, désolé (sorry)

Okay then itu aja, hope y'all like it.

Stay safe and healthy!

.
.
Salut!
.
-axxnans