Chapter 2

Matahari telah muncul dari timur, menandakan bahwa pagi telah menjelang menggantikan malam yang sudah berpindah ke belahan bumi yang lain. Burung-burung berkicau merdu dan udara sejuk yang menyapa hidung untuk dinikmati setiap orang yang telah beraktifitas di pagi hari.

Seperti halnya Naruto saat ini, kehidupannya telah berubah. Ia sekarang bisa menikmati masa-masa remajanya dengan bersekolah seperti remaja yang lainnya.

Tetapi apakah normal jika saat kau melewati lorong untuk menuju ke kelas, malah disambut dengan seseorang yang berniat melukaimu atau bahkan membunuhmu? Dan yang lebih parahnya lagi pelaku itu adalah seorang gadis?

Mungkin jika Naruto memperkosa gadis itu lalu meninggalkannya setelah ia puas akan terdengar masuk akal jika gadis itu berniat membunuhnya. Namun jika dipikir-pikir, Naruto hanyalah ingin berteman dengan gadis itu. Walau dengan paksaan tentunya.

Dan kini insting Naruto telah siap memberitahu akan bahaya dari arah belakang.

Suara langkah kaki yang terdengar seperti orang yang sedang berlari terdengar jelas di telinga Naruto.

Den saat langkah kaki itu sudah dekat. Naruto dengan cepat menghindar ke kanan.

Di sisi lainnya, Akeno telah berlari kearah Naruto yang ada di depannya. Dia telah menyiapkan pisau cutter yang dipegang di tangan kanannya.

Dengan cepat Akeno memberi tebasan diagonal ke Naruto. Namun hal itu bisa diantisipasi oleh Naruto dengan gerakan yang simpel.

Hal itu tentu saja membuat gadis itu kaget, dan akhirnya kehilangan keseimbangan walaupun Akeno masih bisa menahan tubuhnya untuk tidak terjatuh, tetapi ia tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya itu. Ia menoleh ke belakang, menatap Naruto tajam...

"Kenapa kamu bisa menghindarinya?!"

Sebuah pertanyaan dan tatapan tajam diberikan kepada Naruto. Sedangkan Naruto, ia terlihat tenang...

"Karena waktu di sekelilingku berjalan setengah lebih lambat dari biasanya."

Tidak percaya? Tentu saja! Mana mungkin ada orang yang bisa melakukan hal itu.

"Apa? Bo-Bohong!"

"Jelas saja bohong, mana mungkin itu bisa dilakukan"

Kesal? Itu pasti! Kau merasa kesal pada seseorang dan orang itu berbohong kepadamu, tentu saja itu membuat kesal.

"Beraninya kamu mempermainkanu! Takkan ku maafkan!"

Menyiapkan kembali pisaunya, bersiap untuk mebebas Naruto kembali. Namun hal itu terhenti saat Naruto berkata...

"Lalu, apa kau tidak merasa bersalah karena mencoba menusuk teman sendiri tanpa alasan yang jelas?"

"Hal itu belum terjadi, jadi aku tidak bersalah"

Apakah harus menunggu sebuah tagedi terlebih dahulu baru kau merasa bersalah? Orang macam apa itu? Itulah yang dipikirkan Naruto.

Sepertinya dalam aturan hukum perempuan ini tidak ada yang namanya "percobaan pembunuhan"

Merasa terus diperhatikan, Akeno merasa risih. "Apa yang kau lihat?!"

"Tidak, bukan apa-apa"

Akeno memasukkan kembali pisau itu, dan berbalik menuju kelasnya dengan perasaan kesal tentunya.

"Lihat saja nanti"

•••

"Padahal kamu batu saja pindah kesini, tapi langsung terlibat masalah, ya?"

Rias tak habis fikir dengan pemuda pirang yang ada di depannya ini. Entah itu kesialan atau apa, ada seorang gadis yang ingin melukaimu tanpa alasan yang jelas itu bukanlah hal yang baik.

Naruto sekarang telah duduk di bangkunya yang terletak di pojok belakang dekat jendela, dihadapannya ada rias yang sedang bertanya sambil menopang dagu, dan sakurang yang berdiri di samping kanan bangku Naruto.

"Aku tidak terluka, dan tidak juga merasa terganggu"

"Kamu terlalu cepat mendekatinya, naruto-kun. Apa kamu tidak merasa ada penghalang di sekitarnya saat mendekatinya?"

Rias menasehati Naruto dengan, err... Memijat-mijat kaki Naruto dengan kakinya, mencoba menggoda Naruto, mungkin.

"Mana kutahu". Ucap Naruto

"Suatu hari nanti, kelambananmu itu bisa membunuhmu, lo" Rias mengatakan hal itu dengan kaki yang masih memijat atau lebih tepatnya mengelus-elus kaki kanan Naruto dan jujur saja, itu membuat Naruto risih.

Hancur sudah kesabaran Naruto, ia sudah merasa sangat kesal kali ini, dengan cepat ia mengeluarkan buku pelajarannya dan menaruh dimeja cukup keras dan menarik kakinya kearah belakang agar tidak bisa dijangkau oleh kaki Rias.

Merasa ada hal aneh di bawah, sakura dengan pelan memiringkan kepalanya sampai ia bisa melihat kaki Naruto dan rias, tetapi yang dilihatnya adalah kedua pasang kaki tersebut terlihat tenang seperti tidak terjadi apa-apa.

Setelah itu bel pun berbunyi menandakan pelajaran akan dimulai.

•••

"Bacalah buku ditempat yang terang" itulah salah satu dari ajaran Shisou.

Naruto kini sedang berada di taman sekolah. Ia duduk di kursi taman sambil membaca buku. Teriknya matahari tak dihiraukan oleh Naruto, namun lama kelamaan ia merasa kalau panas matahari kali ini cukup membuat keringatnya menetes.

Naruto mendengar ada suara dari belangan dan saat dia menoleh, ia melihat seorang gadis loli berambut putih yang sedang tidur terlentang di bawah pohon rindang dengan buah apel yang terlihat sudah dimakan satu gigitan.

Naruto berjongkok di samping gadis itu, mengamati setiap leku- maksudnya setiap gerak gerik gadis itu. Apakah gadis ini mengalami keracunan karena memakan buah apel seperti yang ada di film? Atau dia pingsan? Naruto terus mengobservasi tentang keadaan gadis itu namun ia mengetahui jawaban tersebut ketika angin berhembus.

"Begitu ya, ternyata disini tempat yang nyaman dan sejuk".

Naruto bergumam, ia menyadari bahwa tempat ini benar-benar bisa membuat orang tidur terlelap. Naruto menikmati angin dengan mata terpejam menghadap keatas. Lalu pandangannya kembali menatap gadis itu kembali, wajah yang terlihat polos, imut, dan damai. Tanpa sadar seulas senyum terlihat di wajah Naruto.

"Dasar gadis aneh"

•••

Naruto kembali membaca buku sambil menyenderkan tubuhnya ke batang pohon. Suara erangan yang imut terdengar di telinga Naruto, ia menolehkan kepalanya melihat gadis yang tertidur tadi.

Gadis itu bangun dan mengucek matanya dengan imut. Lalu ia berjalan sambil memakan kembali apelnya tanpa mengetahui keberadaan Naruto yang ada dibelakangnya.

Naruto terus melihat gadis itu, mengikuti dari belakang tanpa gadis itu sadari. Sedangkan gadis bernama Koneko itu terus berjalan mengelilingi taman dan berhenti di tepi sebuah kolam.

Koneko merogoh sakunya, mencari-cari benda yang setidaknya berguna untuk bisa dia gunakan.

"Ketemu!"

Koneko merasa senang karena telah menemukan benda yang dia inginkan, sebuah makanan ikan mungkin? Atau sebuah roti? Entahlah namun benda yang dibawa Koneko memiliki bungkus berwarna hijau dengan gambar udang.

Koneko dengan senang memberi makanan ikan-ikan yang ada di kolam. Naruto yang melihat hal itu hanya diam mengamati dengan tubuh bersender pada batang pohon.

"Dia memberi makan ikan supaya gemuk?" fikir Naruto.

"Wah! Ada monster!"

Monster? Di dalam sebuah kolam ada monster? Apa Koneko sedang mengarang atau hanya bercanda? Monster macam apa yang ada di dalam sebuah kolam ikan? Pertanyaan-pertanyaan terus terlintas di dalam pemikiran Naruto.

Dengan antusias Koneko mencari sebuah ranting kayu. setelah menemukannya dengan cepat ia kembali ke pinggir kolam dan mencoba mengambil "monster" yang dibilang Koneko tadi yang ternyata seekor lobster.

Koneko mencoba meraih lobster itu dengan ranting yang dia dapatkan. Namun hal itu belum cukup untuk bisa menggapai lobster yang berada di tengah kolam itu.

Melihat Koneko yang terlihat kesulitan, Naruto berinisiatif untuk membantu Koneko.

"Oii, jangan sampai jatuh ke kolam"

Perkataan frontal Naruto membuat kaget Koneko, dengan cepat Koneko menoleh kebelakang. Namun naas tangannya tergelincir.

Dengan sigap Naruto meraih kerah belakang Koneko agar tidak jatuh kedalam kolam. Naruto mengangkat Koneko seperti anak kucing yang sedang dibawa ibunya.

"Hem ringan juga, beratmu pasti tidak lebih dari 40 kilo"

"Turunkan aku ... "

Koneko merengek minta diturunkan, "Oh maaf", Naruto meminta maaf.

"Terima kasih sudah menolongku" Koneko berterima kasih dengan nada yang agak parau? Mungkin efek dari bangun tidurnya tadi.

"Tidak usah berterimakasih, aku cuma melakukan apa yang menurutku harus kulakukan".

Mendengar itu, Koneko mengangguk mengerti dan berbalik untuk meninggalkan Naruto. Namun Koneko berhenti di langkah keempatnya ketika Naruto memberhentikannya.

"Oi tunggu, kenapa kau mencoba menghindari ku?"

Ucapan Naruto membuat Koneko gugup, lalu menoleh ke belakang. Naruto melangkah mendekati Koneko lalu berjongkok sedikit untuk menyesuaikan dengan tinggi Koneko.

"Apa kau ingat namaku?" Naruto bertanya untuk memastikan apakah Koneko masih mengingat namanya.

"Namikaze Naruto, kan?"

"Benar, panggil saja aku Naruto"

Koneko memalingkan wajahnya, malu untuk melihat wajah Naruto lebih lama. "Aku malu memanggil dengan nama depanmu"

"Kalau begitu, kau boleh memanggilku sesukamu" Naruto mencoba menyakinkan Koneko bahwa dia adalah orang yang baik.

"Kalau begitu, ... Onii-chan!"

"Yah, boleh-boleh saja"

Setelah bisa menyakinkan Koneko, Naruto mengajari cara menangkap lobster, dan mengajarkan Koneko tentang sifat den kesukaan hewan lobster. Dan juga mengajari cara mengucapkan lobster agar tidak disalah artikan menjadi monster.

Tak terasa hari mulai sore, Naruto dan Koneko telah selesai dalam menangkap lobster. Koneko tidak sabar ingin memelihara lobster itu di aquarium miliknya. Tak lupa sebelum berpisah, Koneko berterima kasih kepada Naruto.

"Terimakasih sudah mau main denganku hari ini. Monster ini ..., Maksudku lobster ini akan kubawa pulang!"

"Jangan lupa kasih makan, ya"

Naruto menasehati Koneko agar tidak lupa untuk memberi makan lobster itu.

"Ha'i, aku mengerti" Koneko berbalik dan pergi meninggalkan Naruto, namun baru empat langkah, Koneko berbalik lagi dan memberikan Naruto buah apel yang dari tadi Koneko pegang. Lalu setelah itu Koneko segera berlari pulang ke asrama dengan wajah ceria.

Naruto memandang sejenak buah apel itu, lalu tak lama kemudian memakannya. Naruto menyadari ada seseorang yang sejak tadi memperhatikannya dari atap sekolah, dan saat ia menoleh ke atap sekolah, ia melihat Akeno yang juga melihat dirinya dari atas.

Keduanya saling bertatapan satu sama lain, lalu tak lama Akeno memutuskan tatapan itu lalu pergi dari atap sekolah.

"Namikaze Naruto ... Aku tidak akan pernah mau menerima keberadaanmu".

•••

Hari telah berganti, di pagi ini seperti biasa Naruto berjalan di lorong sekolah menuju kelasnya dan seperti kemarin, Akeno mencoba hal yang sama seperti kemarin dan lagi-lagi berhasil dihindari oleh Naruto.

Akeno terus menerus mencoba berulang-ulang untuk bisa sekedar menggores bagian tubuh Naruto, namun sayang Akeno lengah dan kehilangan keseimbangan sehingga ia jatuh dengan posisi, ehm... Nungging.

"Kyaa.. "

BRUKK

Putih, itulah yang dilihat Naruto dan empat gadis yang ada dibelakang Naruto, siapa lagi kalau bukan Rias, Koneko, Irina, dan Sakura.

Akeno menyadari kalau posisi jatuhnya cukup memalukan dan dengan cepat ia membenarkan roknya agar menutupi bagian putih(celana dalam) miliknya.

Irina hampir kelepasan untuk tertawa, dan dengan cepat ia menutup mulutnya. Namun itu disadari oleh Akeno dan dihadiahi tatapan tajam olehnya.

Ditatap dengan tajam seperti itu, Irina terlihat gugup dan mencoba melihat teman-temannya, tetapi yang dilihat adalah temanya berbicara berpasangan seperti Naruto yang berbicara dengan Sakura dan Rias yang berbicara dengan Akeno, hal itu membuat Irina panik dan bingung.

Akeno mulai berdiri dan meninggalkan mereka berlima, hal itu membuat Irina merasa lega karena dia tidak ingin dijadikan pelampiasan atas kegagalan Akeno melukai Naruto.

"Ho-Horror sekali, tatapan macam apa itu?"

Suara Irina membuat keempat remaja menolehkan pandangannya ke arah Akeno yang sudah pergi ke kelas.

"Aku yakin kamu bakal dapat pembalasan berdarah darinya, IrinaRina"

Perkataan dari Koneko membuat takut Irina, dan dengan cepat Irina berkata...

"Jangan bilang begitu dong, Koneko!"

Koneko hanya tersenyum cerah dan mengatakan, "Selamat menyaksikan"

"Jangan berkata begitu, baka" sungut Irina.

•••

Setelah pembelajaran selesai, kini Naruto berada di dalam ruangan kepala sekolah untuk menanyakan tentang hal yang terkait dengan gadis yang selama ini mencoba melukai(membunuh)nya.

"Aku yakin dia hanya takut karena ada seseorang yang mengusik wilayahnya. Sampai sekarang, hanya beberapa orang saja yang bisa diterima olehnya"

Serafall mengatakan hal itu agar Naruto mengetahui sifat dari Akeno dan untuk menghindari dari adanya tindakan ceroboh dari Naruto dengan mencoba dekat dengan Akeno misalnya.

"Jadi, bagaimana aku mengatasi masalah ini?

Naruto ingin segera menyelesaikan masalah ini secepatnya, ia tidak mau setiap pagi dihadiahi sebuah tebasan oleh gadis itu.

"Kamu harus cari tahu sendiri"

Serafall memang tidak mengetahui bagaimana cara agar bisa dekat dengan Akeno, maka dari itu pilihan yang tepat adalah mencari tahu sendiri.

"Jadi, apa kamu sudah terbiasa dengan kehidupan sekolah normal?"

Serafall mencoba untuk mengalihkan topik pembicaraan agar tidak mengungkit masalah yang terjadi antara Naruto dengan Akeno.

"Belum, entah mengapa rasanya aku tidak bisa tenang seperti sedang menyamar menjadi seorang pelajar"

"Bagiku kamu malah terlihat menikmatinya"

Naruto mungkin menikmatinya, namun dia masih ragu dalam hal ini. "Aku memang menikmatinya, namun saat aku melihat bayangan diriku tersenyum di jendela, aku merasa seperti aku yang sekarang bukan diriku"

Naruto menatap seacngkir kopi yang sedari tadi ia pegang, dan melihat pantulan dirinya di dalam cangkir yang berisi kopi itu.

"Aku yakin nantinya kamu akan terbiasa"

Serafall mencoba menyemangati Naruto agar Naruto tidak terpuruk kedalam masa lalu.

•••

Saat ini Naruto berada di pinggiran lapangan sekolahan, setelah keluar dari ruang kepala sekolah, Naruto berkeliling untuk sekedar melihat-lihat bentuk sekolah nya itu dan berhenti di pinggir lapangan sekolah.

Naruto memandang langit yang terlihat cerah, dengan awan putih yang bergerak mengikuti angin yang akan membawanya kemanapun hembusan angin pergi. Naruto masih berfikir tentang segala hal yang ada di dalam sekolah ini apakah bisa membuatnya berubah atau ada hal yang membuatnya tidak bisa melupakan masa lalu.

Tiba-tiba sudah ada seseorang yang sudah berdiri di samping kirinya. Naruto menoleh dan melihat Koneko yang juga menoleh kearahnya.

"Ada perlu apa denganku?"

Naruto ingin mengetahui apa maksud dari Koneko yang sejak tadi berada disampingnya. Dan hanya dibalas senyuman imut oleh Koneko dan berkata, "Tidak apa-apa kok".

"Begitu ya"

Merasa Koneko tidak memiliki urusan dengannya, Naruto segera berbalik meninggalkan Koneko.

Koneko yang melihat Naruto pergi mengikutinya hingga sampai Naruto dan Koneko sampai di sebuah taman.

Mereka pun menghabiskan waktu siang mereka dengan mendengarkan sebuah cerita dari Naruto.

•••

Keesokan paginya, terlihat tiga remaja yang berjalan bersama-sama. Mereka adalah Naruto, Koneko, dan Rias.

Ketiga remaja itu berbincang bincang ringan, seperti...

"Sejak kapan kalian terlihat akrab?"

Rias memandang sedikit tidak percaya kepada Koneko dan Naruto yang terlihat akrab. Bukannya aneh tapi Koneko terkenal takut kepada orang yang baru saja ia temui, tetapi Naruto dalam beberapa hari saja bisa berteman dengan Koneko. Itu adalah sebuah rekor baru untuk Naruto.

"Yahh, semua terjadi begitu saja"

Naruto menanggapi pertanyaan Rias dengan enteng. "Pasti akan jauh lebih baik lagi kalau kamu bisa akrab dengan Akeno, naruto-kun" Rias menambahi.

"Meskipun begitu, dia masih menjaga jarak dariku" Naruto masih agak bingung dengan pemikiran Akeno.

Rias ingin menanyakan sesuatu pada Naruto, namun niatnya terhenti karena rias melihat seorang wanita kantoran berambut pirang di depan gerbang yang sedang bersendar pada kap mobil sport berwarna kuning dan melambaikan tangan kearah mereka. Lebih tepatnya kearah Naruto.

"Ne, Naruto. Apakah dia kenalanmu?" Ucap Rias sambil menunjuk wanita pirang yang ada di depan gerbang sekolahan. Naruto yang melihat itu hanya facepalm.

"Haii"

Samar-samar terdengar suara dari wanita itu yang terlihat menyapa seseorang. "Aku tidak mengenalinya" Naruto menjawab pertanyaan Rias.

"Haii Naruto!"

Rias yang mendengar perkataan dari wanita itu, dan rias merasa kalau wanita itu mengenali Naruto.

"Padahal dia memanggil namamu lo, Naruto-kun"

Rias tidak enak membiarkan seorang wanita yang terlihat memanggil manggil namun dikacangin. Maka dari itu rias berinisiatif untuk memberitahu Naruto lagi.

Naruto yang mendengar perkataan rias hanya menggumam pelan " Cihh dia itu... "

"Rias, temani Koneko dan masuklah duluan"

Naruto menyuruh rias untuk pergi bersama Koneko agar tidak terlibat dengan permasalahan yang mungkin akan merepotkanya.

Setelah rias dan koneko masuk ke dalam sekolahan, Naruto menghampiri wanita pirang yang berada di depan gerbang itu.

Naruto mendekati wanita pirang yang sedang bersendar di mobil sport berwarna kuning miliknya. Wanita itu menyapa Naruto...

"Hai! Sedang menikmati hidup sebagai seorang pelajar, ya?"

Wanita itu terlihat basa-basi mencoba menyapa Naruto "Begitulah. Lalu, untuk kau kesini?"

"Sikapmu itu selalu saja dingin, ya" wanita itu bukannya menjawab pertanyaan Naruto malah mengomentari Naruto. Wanita itu mendekati naruto dan berbicara dengan menunjuk-nunjuk dada Naruto.

"Apa kamu betah menjalani hidup sebagai murid normal di sekolah normalmu ini?"

Setelah berbicara, wanita itu berbalik dan mendekati mobilnya kembali. "Untuk saat ini tidak ada masalah, kalaupun ada pasti karena kau yang seenaknya datang kesini", Naruto menjawab pertanyaan dari wanita pirang itu.

"Kalau begitu, hari ini aku pulang saja"

Wanita itu membuka pintu mobil dan dihadiahi wajah bingung Naruto. "Oi ada apa ini? Apa kau kesini cuma melihatku saja?"

"Bukankah begitu. Kalau soal pekerjaan, aku tinggal meneleponku saja"

Wanita itu ingin memasuki mobil namun niatnya terhenti saat ia teringat akan sesuatu. "Ah aku baru ingat! Di perjalanan kesini kamu melewati perbatasan dengan berjalan kaki, kan?"

Wanita itu terlihat kesal, "padahal aku sudah susah payah membelukanmu tiket kereta!"

Naruto yang mendengar keluhan dari wanita itu mendengus pelan, lalu berkata...

"Kau sendiri tahu kalau aku benci kereta, kan?"

"Tapi mana ada orang bodoh yang berjalan sejauh 200 kilometer cuma gara-gara hal itu?!"

Wanita itu terlihat sangat kesal, pasalnya sudah susah payah dibelikan tiket kereta, malah orang yang dibelikan tiket berjalan kaki sejauh ratusan kilometer hanya karena alasan membenci kereta? Wanita itu masih melanjutkan kekesalannya...

"Bahkan gara-gara itu kamu juga ditahan polisi! Dan akulah yang harus kena marah sama para pemimpin, tahu!"

Wanita itu telah mengeluarkan semua unek-unek nyaman hanya dibalas tatapan datar oleh Naruto, menyadari arti tatapan itu, wanita pirang dengan wajah kesal itu bisa mengartikan bahwa tatapan itu...

"Hei! Berhentilah menatapku sambil berfikir 'ya ampun, wanita ini merepotkan sekali!' "

"Kau ini esper, ya? Kenapa kau bisa tahu apa yang sedang kupikirkan?" Naruto takjub dengan perkiraan wanita itu yang tepat sasaran, sedangkan wanita itu merenggut kesal plus sebal. "Aku nangis loh nanti!"

"Jangan begitu, kuakui memang akulah yang salah jadi, maafkan aku Say"

Mendengar permintaan maaf dari Naruto, wanita itu mendengus senang, "Baguslah kalau kamu sadar. Ya sudah, nanti aku hubungi lagi"

Wanita itu akhirnya masuk kedalam mobil dan melaju dengan kecepatan kencang meninggalkan Naruto.

Wanita yang memiliki nama asli Yasaka, dan sering dipanggil Say oleh Naruto dan Shisou nya. Memang Shisounya lah yang menamakan panggilan Yasaka menjadi Say, namun Naruto mengikuti apa yang biasanya dikatakan oleh Shisounya. Mungkin itu sebagai bukti bahwa Naruto begitu menghormati Shisounya.

•••

Setelah urusannya dengan Yasaka selesai, Naruto kembali ke kelasnya. Saat ia membuka pintu, dia dihadiahi tatapan menyelidik dari empat orang siswi yang terlihat cemburu? Entahlah mungkin mereka ingin mengetahui siap wanita yang ia temui di depan tadi.

Naruto melangkah ke kursinya dan dihadang oleh Rias dengan pandangan penuh selidik dan cemburu?, "Ne, siapa wanita berambut pirang tadi?"

Rias bertanya sambil menggoyangkan pipinya. Naruto memandang Rias, lalu memandangi gadis-gadis lain yang menjadi teman se asramanya satu persatu.

Setelah itu, Naruto hanya mengatakan "waliku, dan juga bos ditempat kerja sambilan ku" dengan nada tenang.

"Jadi kamu sudah bekerja ya? Tanya Rias.

Naruto berjalan kembali ketempat duduknya yang tadi sempat berhenti karena rias yang menghalangi jalan.

"Terus, apa pekerjaanmu?" Rias masih ingin mengetahui tentang semua hal yang berkaitan tentang Naruto. Naruto yang duduk menjawab pertanyaan Rias sekenanya...

"Sulit untuk menjelaskannya secara singkat, intinya aku menyingkirkan 'sampah' , kemudian ditugaskan ke banyak tempat untuk 'bersih-bersih', sebut saja pekerjaan kotor".

Mendengar hal itu, rias masih penasaran dengan beberapa hal, iapun mendekati Naruto dan duduk di kursi yang ada didepan bangku Naruto yang terlihat kosong. "Jadi, wanita pirang tadi juga kerja bersih-bersih?" Tanya Rias.

"Benar, tapi tugasnya lebih ke memberikan perintah, dengan begitu tangannya tidak kotor. Sudah puas bertanya?" Jawab Naruto atas perkataan Rias tadi.

Rias masih ingin bertanya dan pertanyaan itu masih bersangkutan tentang wanita berambut pirang tadi. "Ne, masih ada hal penting yang belum kutanyakan. Soal hubunganmu dengan wanita itu, pastinya dia bukan pacarmu kan?"

Rias bertanya dengan pandangan menyelidik seakan ingin mendengar sebuah jawaban yang baik. Seperti dia bukan pacarnya Naruto misalnya.

"Tentu saja bukan"

"Oh ngomong-ngomong, apa yang kamu lakukan sebelum pindah kesini?"

Rias penasaran dengan apa yang Naruto lakukan sebelum pindah ke sekolah ini. Naruto terdiam sebentar, mengamati setiap murid yang ada di kelas. Terlihat setidaknya empat orang yang ikut penasaran dengan pembicaraan ini. Merasa itu bukanlah masalah, Naruto menjawab...

"Sebelum pindah kesini, bagaimana yaa ..., Bisa dibilang aku menumpang"

"Menumpang?"

"Aku bukan dirawat oleh kerabatku, tapi dirawat oleh wanita baik hati yang lebih tua dariku"

Pernyataan Naruto memberikan banyak pertanyaan dibenak Rias. "Terus, orang itu wanita pirang barusan?"

Naruto menyanggah, "bukan, dia teman si wanita itu. Dia merawatku karena wanita yang satunya sudah meninggal"

Rias cukup terkejut dengan perkataan Naruto yang terlihat tidak tahu terimakasih itu. "Kamu jahat banget ya ..."

"Dia mempekerjakan ku layaknya anjing sebagai ganti balas budiku padanya. Jadi, tidak ada alasan kata-kata ku harus dikritik"

Rias dibuat pusing oleh jawaban dari Naruto, rias mengusap jidatnya beberapa kali dengan tangan kirinya, "Ya sudahlah".

Rias mengakhiri percakapan itu, dan pergi ke bangkunya karena pelajaran akan segera dimulai. Sedangkan Naruto, dia memperhatikan Irina yang sejak tadi mendengarkan percakapannya dengan Rias.

Merasa diperhatikan, Irina salah tingkah, "A-Apa yang kaulihat?!".

"Barusan kau menguping, ya?"

Mendengar pernyataan Naruto, Irina mulai panik dan dengan cepat menyanggah Naruto dengan gaya tsundere...

"Bu-bukan berarti aku tertarik sama kamu, ya! Ja-jangan buat aku dengar cerita anehmu lagi, soalnya itu mengganggu tahu!"

Melihat tingkah Irina yang lucu, Naruto tersenyum kecil dan menyahut perkataan Irina...

"Akting tsundere yang bagus, Irina". Naruto memberi jempol dengan tingkah Irina yang sudah lebih baik dari sebelumnya. Hal itu membuat Irina malu, dengan wajah yang memerah serta suara yang gugup...

"Ja-jangan mengejekku!"

•••

Sore telah menjelang, Naruto kini sudah berada di depan asrama. Ia ingin segera mandi untuk menyegarkan badannya.

Saat Naruto sudah memasukkan kuncinya, instingnya berteriak menandaka ada bahanya yang berasal dari belakang.

Dan benar saja, dibelakang Naruto terlihat Akeno yang sudah menyiapkan pisaunya bersiap menebas vertikal Naruto.

Dengan gerakan cepat Naruto berhasil ngehnetikan tebasan itu dengan menangkap pergelangan tangan Akeno hingga pisau itu terjatuh.

Akeno kaget karena serangannya berhasil ditangkap dan tambah terkejut pula kerena Naruto memandangnya dengan wajah dingin.

Hal itu membuat Akeno ketakutan dan tanpa sadar ia mundur dua langkah. Naruto menyadari kalau Akeno ketakutan dengan tatapannya, pandangannya melunak. Iapun menatap datar Akeno...

"Maaf, karenaendadak aku tidak bisa menahannya" Naruto mencoba untuk menenangkan Akeno yang terlihat shock.

Akeno menggenggam tangannya yang tadi ditahan oleh Naruto dengan gemetar. Naruto sadar kalau Akeno masih takut dengannya, lalu ia mengambil pisau Akeno dan berkata...

"Akeno, aku bukanlah musuhmu. Aku berjanji untuk tidak akan menyakitimu, jadi berhentilah membuang-buang waktumu"

Naruto mengatakan sebuah janji untuk menyakinkan Akeno kalau ia tidak akan berbuat buruk padanya." Awasi saja aku dan putuskan sendiri apa ucapan ku ini benar atau tidak"

Naruto mendekati Akeno, lalu memberikan pisau Akeno yang tadi sudah Naruto ambil. "Setelah itu kau masih punya kesempatan kalau kau mau menikamku setelahnya.

Ucapan akhir Naruto membuat Akeno tenang kembali. Akeno mengambil pisau yang diberikan naruto. Setelah itu, Naruto berbalik untuk masuk ke kamarnya. Namun dicegah dengan pertanyaan dari Akeno...

"Aku punya pertanyaan untukmu".

Naruto berbalik menghadap Akeno kembali untuk menjawab, "kalau bukan soal kelemahan ku, akan kujawab"

"Justru itulah yang mau kutanyakan"

"Kalau begitu sayang sekali"

Mendengar penolakan dari Naruto, Akeno menatap Naruto tajam, "suatu hari nanti, aku bersumpah akan membongkar kelemahanmu" Akeno telah bersumpah dan itu pasti akan dia lakukan.

"Kalau begitu, berusahalah sebaik mungkin, Akeno"

Mendengar nama depannya yang dipanggil, Akeno agak kesal "Ano ne, bisa tidak jangan seenaknya memanggil dengan nama depanku?!"

"Kalau ingin menjalin pertemanan, bukannya harus dimulai dari panggilan nama? Kalau begitu, aku akan memanggilmu dengan nama margamu"

Mendengar hal itu Akeno mulai melunak, "kalau begitu salam kenal, Namikaze-kun"

Akeno berbalik menuju tangga yang terhubung dengan lantai dua. Naruto yang mendengar hal itu tersenyum tipis dan menjawab ucapan salam perkenalan dari Akeno...

"Ya ..., Salam kenal juga, Himejima".

•••

Chapter 2 End

Halo-halo senpaiii.. bertemu lagi denganku Arslan. Kali ini aku mengupdate kilat(menurutku).

Banyak sekali yang PM mengenai alurnya yang sama persis dengan grisaia. Memang untuk bisa membuat alur yang sudah kutata dalam pikiranku, aku haruslah menyelesaikan konflik Naruto dengan para Heroine.

Penyelesaian masa lalu teman-teman harus Naruto lakukan. Belum lagi masalah masa lalu Naruto sendiri. Maka dari itu mungkin beberapa cahpter kedepan akan sama persis dengan alur grisaia.

Maaf senpai kalau memang cukup buruk, tapi aku menghargai kritikan kalian. Semua kritik atau flame? Telah ku baca dan tidak bisa membalas satu per satu.

Oke hanya segitu yang bisa aku sampaikan, semoga para senpai bisa terhibur dengan FIC ku ini.

Arslan Out~ Wohoo

Bersatu kita teguh, Bersama kita party•

28-04-19