(6) Pendekatan yang gagal

"Dua hari yang lalu terjadi sebuah insiden di markas pusat gereja Vatikan, tiga dari tujuh pecahan Excalibur telah dicuri."

Gadis yang mengenalkan diri sebagai utusan gereja itu bersuara, Xenovia dan Irina mereka dikirim untuk merebut kembali tiga pecahan Excalibur yang dicuri. "Di hari itu tim terkuat kami mengejar sang pelaku dan menemukan seorang iblis..."

"...siapa pun itu, ini tidak ada hubungannya denganku maupun Anggota peerageku!"

Potong Rias, jelas dari nada bicara gadis cantik itu, ia tidak menyukai kedatangan mereka menemui dirinya, yang seolah-olah mereka menuduh dan mengintrogasi dirinya.

"Dengarkan penjelasanku dulu, Gremory!"

Xenovia pun juga ikut berbicara dengan nada yang sama, "Iblis yang kami temukan mengatakan bahwa pencurinya merupakan seorang malaikat jatuh, dari ciri-ciri yang disebutkan kami pun telah mengetahui dalang dari pencurian ini. Setelah menyelidiki lebih lanjut, pelaku pencurian kebetulan berada di kota ini, jadi maksud kedatangan kami adalah meminta izin padamu selaku pemilik tempat ini."

Rias tercenung sesaat, jika memang pelakunya bersembunyi di kota yang ia awasi ini, ada kemungkinan ia pun akan terlibat konflik ini, tapi jika ia bergerak tanpa izin dari para pemimpin iblis bisa-bisa masalah ini akan menimbulkan perang kembali, tch aku bingung harus melakukan apa, pikir rias.

"Itu tidak menjadi masalah bagi kami!" Di saat ia bimbang, sebuah suara mengintruksi dari arah belakang, ia melihat Sona berdiri tepat di pintu masuk ditemani dengan sang wakil. "Asalkan masalah kalian tidak berdampak buruk bagi kami, namun jika ini berlanjut dan melibatkan pihak iblis, maka kami tidak akan segan ikut campur dan bahkan menghabisi kalian."

Lanjut Sona kemudian, ia berjalan mendekati sofa tempat dimana para tamu dari gereja itu duduk, "Ya, itu terserah kalian. Yang penting kalian membiarkan kami bergerak di kota ini."

Bahkan sebelum Sona sempat duduk dua utusan gereja itu langsung berdiri dan membungkukkan kepalanya, "Kalau begitu kami permisi!"

Rias mengangguk pelan, sebelum menoleh ke arah Sona menuntut penjelasan lebih lanjut dari heiress Sitri tersebut. "Lupakan mereka, ini soal bidak knight mu. Seseorang menemukannya dan membawa pada kami dalam keadaan penuh luka, dan dari orang tersebut aku mengetahui beberapa informasi."


Dua hari yang lalu...

"A-apa?" Arthur hanya memasang senyum sinis saat mendengar perkataan Naruto. Menikahi adikku katanya, bahkan hingga napas ini berhenti aku tidak akan membiarkan siapapun menikahi adik manisku, siapa pun tidak boleh menikahi adikku yang manis ini, pikir Arthur.

Arthur berbalik dan berjalan menjauh dari Naruto, merasa cukup Arthur pun menurunkan tubuh Le Fay dan menyandarkannya pada sebuah batang pohon besar, sebelum menciptakan rune sihir yang membentuk sebuah barrier untuk melindungi adik manisnya. Merasa telah aman, Arthur pun kembali berjalan mendekati Naruto, sebuah seringai tersungging di wajahnya, di saat ia berhenti berjalan lingkaran sihir penyimpanan pun terbuka di sisi Arthur dan memuntahkan sebuah pedang yang mengandung energi sihir yang sangat kompleks.

Bahkan makhluk setara Naruto pun langsung memasang raut serius saat pedang itu muncul dan tergenggam di tangan Arthur.

"Setelah mendengar ucapanmu tadi, entah kenapa saat ini aku benar-benar ingin membunuhmu. Asal kau tahu, Le Fay tidak akan ku izinkan menikah, apalagi dengan seorang iblis seperti, bangsat!" Genggaman Arthur makin mengerat pada pedang miliknya, sebelum berlari dengan kecepatan penuh menerjang ke arah Naruto.

Pancaran energi pedang tersebut makin menguar, tidak ingin mengambil resiko Naruto pun langsung melantunkan sebuah mantra yang di ajarkan oleh Ophis. "Shield!"

Trank, Kedua mata Arhur melebar di saat tebasan miliknya di tahan oleh sesuatu. Sebagai seorang ahli pedang dari keturunan Pendragon, Arthur pun mampu menggunakan beberapa sihir meski tidak seahli Le Fay, tentu saja dengan mantra penguat tubuh miliknya, di tambah dengan kekuatan Caliburn, ia yakin tebasan miliknya tadi dapat memotong baja sekalipun.

Arthur kembali menyeringai, menyadari musuhnya tidak sesederhana penampilannya. Regenerasi cepat, dan kemampuan sihir yang luar biasa, ia harus hati-hati saat berhadapan dengan iblis yang satu ini.

Caliburn dalam genggaman Arthur bercahaya seketika, dan di saat itu pun Arthur langsung menebaskannya kembali ke arah Naruto.

Slash, dua saphire Naruto membola, di saat sihir pertahanannya dapat di tembus dengan mudah, dan berakhir dirinya yang kembali terbelah oleh tebasan pedang Arthur. Saphire Naruto mengkilat, menunjukan ketertarikannya pada pertarungan kali ini, sekejap kemudian tubuh Naruto kembali menyatu, aura demonicnya pun semakin menguar dan di detik itu juga pukulan berlapis api emas Naruto luncurkan tepat ke wajah Arthur.

Tank, Arthur selamat dari mautnya, di saat ia berhasil menangkis pukulan milik Naruto dengan Caliburn, merasa terpojok Arthur pun melompat mundur dan mengambil jarak dari Naruto.

Arthur kembali menggertakan giginya, merasa tidak berdaya saat berhadapan dengan iblis sekelas Naruto. Memikirkan kembali di saat pedangnya mengeluarkan dentingan ketika menangkis pukulan Naruto, sebenarnya seberapa kuat orang ini, pikir Arthur frustasi. Naruto hanya tersenyum di depannya, seakan mengejek dirinya, dan entah kenapa ia menyesali keputusannya memprovokasi iblis seperti Naruto.

"Pedang milikmu luar biasa, Arthur-san. Kau kenal dengan Shiva?" Arthur hanya diam mendengar ucapan Naruto, seingatnya Shiva merupakan seorang dewa dari mitologi hindu. "Bahkan dewa sekelas Shiva tidak dapat menembus sihir pertahananku tadi," Arthur meneguk ludahnya seketika, 'O-orang ini pernah bertarung dengan dewa Shiva, oh tidak aku akan mati di sini.' Pikir Arthur dengan tangan bergetar.

Naruto hanya tersenyum melihat reaksi Arthur, itu merupakan hal yang wajar baginya. "Namun pedang milikmu berhasil menembus pertahananku, oh bukan tapi melewatinya, dengan kata lain pedang itu memiliki kemampuan memotong ruang. Aku benarkan, Arthur-san."

Arthur hanya diam tidak bergeming, mengetahui musuhnya berhasil selamat setelah bertarung dengan Shiva membuat semangat bertarungnya menghilang, bahkan setelah ia memikirkan nasip Le Fay untuk dijadikan motivasi tetap saja itu mustahil. Ia akan mengiklaskan adik manisnya dibawa pergi oleh Naruto untuk dijadikan pemuas nafsu oleh iblis tersebut.

"Sebenarnya aku sangat tertarik dengan senjata atau benda yang dapat membelah ruang seperti pedang mu itu, Arthur-san. Ada yang ingin diteliti oleh kelompokku, dan benda semacam itu sangat dibutuhkan. Namun karena kau merupakan kakak dari gadis pilihanku, aku akan melupakan kejadian ini." Ujar Naruto sambil tersenyum, tatapannya jatuh pada Le Fay yang tertidur pulas di belakang Arthur.

"Sebaiknya kau menyimpan pedang tersebut, atau masalah yang lebih besar dariku akan menghampirimu. Sedikit informasi, sebelum kau muncul aku melihat seorang malaikat jatuh terbang ke arah barat, kalau tidak salah ia memiliki telinga runcing, di tambah rambutnya hitam sepunggung, dan yang lebih penting ia memiliki lima pasang sayap di punggungnya. Sepertinya dia lah pencuri yang kalian maksud." Naruto menjeda kalimatnya sesaat dan kembali menatap La Fay, "Kalau begitu aku pergi, sampaikan salamku pada adikmu, Arthur-san. Katakan padanya, Naruto Phenex menyukainya!"

Kemudian Naruto lenyap di telan lingkaran sihir.

Bruk, Arthur berlutut seketika. Napasnya tersenggal, keringat dingin membasahi punggungnya, hari ini ia bertemu dengan seorang iblis yang setara dengan seorang dewa. Bahkan iblis tersebut tertarik dengan adik manisnya, "Aku harus bertambah kuat, agar Le Fay tidak jatuh pada iblis seperti dia." Gumam Arthur dengan tatapan lembut ke arah Le Fay, meliahat raut wajah adiknya di saat tidur membuat perasaan intimidasi tadi lenyap seketika.


"Jadi begitu," Mengingat hal ini menyangkut pencurian pecahan Excalibur, Michael sang pimpinan tertinggi surga memutuskan untuk langsung turun tangan. Saat mendengar penjelasan dari Exorcist muda di depannya berbagai macam kemungkinan terlintas di kepalanya, untuk itu ia langsung memberi perintah pada Exorcist muda tersebut.

"Perintahkan Xenovia, Irina, dan adikmu untuk pergi ke kota Kuou. Secepatnya kita harus merebut kembali Excalibur yang di curi."

Arthur tersentak mendengarnya, Le Fay manisnya ikut dalam misi ini, apalagi ia sendiri tidak diikutkan, membuat ia cemas akan keadaan Le Fay nantinya. "Michael-sama, bisakah saya juga ikut dalam misi ini. Secara musuh yang akan kita hadapi adalah seorang jendral malaikat jatuh, ini sangat berbahaya mengutus para Exorcist muda."

Bantah Arthur. Michael hanya tersenyum singkat mendengarnya, "Dirimu juga seorang Exxorcist muda, Arthur-kun."

Arthur menggeleng cepat, bersikeras dengan pendapatnya, "Tapi jika jumlahnya ditambah, peluang keberhasilan kita semakin bertambah."

"Tidak, keputusanku sudah bulat. Kau memiliki misi lain, yang harus kau urus, apalagi ini misi rahasia yang jangka waktunya akan panjang, ku harap kau menyanggupinya dan rela berpisah sementara dengan Le Fay." Ucap Michael dengan senyum mengejek, melihat wajah merah dari bawahannya merupakan hiburan tertentu bagi dirinya.

Mengingat penjelasan dari Arthur, Michael tidak memiliki pilihan selain bertindak sebelum terlambat. Ia tahu siapa iblis yang baru saja di hadapi Arthur, dan tentang kekuatan iblis tersebut ia juga yakin tidak akan berdaya jika berhadapan dengannya. Apalagi saat mengetahui sebuah kelompok misterius yang dijelaskan iblis tersebut, ia harus mengambil tindakan untuk menyelidiki tujuan kelompok itu.

"Lagi pula aku mengenal Azazel, aku yakin tindakan Kokabiel bukan perintah langsung darinya. Tentu saja ia juga akan mengirim seseorang untuk mengurus masalah ini, dan jangan lupakan keberadaan kelompok iblis di kota Kuou. Jadi kau tidak perlu mencemaskan hal ini, fokus pada misi yang akan ku berikan padamu nantinya."

Mendengar alasan dari Michael, tidak ada pilihan lain selain mengikuti instruksi dari Archangel tersebut, "Saya mengerti Michael-sama."


Sebagai seorang ahli sihir dari keluarga Pendragon, Le Fay memiliki berbagai macam mantra yang telah ia kuasai. Mulai dari sihir penyembuh, penyegel, pelumpuh, element, dan bahkan banyak lagi yang mampu Le Fay lakukan, tidak terkecuali sihir menyembunyikan keberadaan.

Sihir ini mampu menghilangkan aura, bau, dan bahkan pancaran mana, membuat Le Fay dapat menyusup sesuka hatinya dan mengumpulkan informasi.

Dan di sinilah dia, tepat di dekat gudang terbengkalai kota Kuou. Di balik tembok ia berdiri sambil mengaktifkan sihirnya, ia mengamati pertarungan antara iblis dan seorang Exorcist liar. Pertarungan yang sedari awal tidak seimbang itu akhirnya berakhir dengan kekalahan sang iblis, sebagai pengamat ia pun telah mendapatkan informasi bahwa sang Exorcist liar itu memiliki salah satu pecahan Excalibur yang dicuri. Tentu hasil pertarungan pun telah ditentukan sedari awal, mengingat iblis lemah akan pedang sejenis Excalibur.

Namun sebelum Exorcist liar itu membunuh iblis berambut pirang itu, ia pun pergi begitu saja, mungkin seseorang memerintahkan dia untuk mundur terlebih dahulu.

Tanpa menunggu lama, Le Fay berlari menujub sang iblis yang terbaring lemah, dan memberikannya pertolongan. Hanya sedikit sihir penyembuh, sebelum Le Fay membawa pria tersebut pada sekolompok iblis yang kebetulan tengah berpatroli malam ini.


Malam pun berlalu, dari kejauhan Naruto menatap lekat pada sosok gadis bersurai pirang yang akhir-akhir ini membuat dirinya susah tidur. Hidup lama dengan sosok seperti dewa Shiva membuat beberapa sifat dan pemikiran tertanam pada diri Naruto, tentu saja salah satunya adalah persoalan cinta.

Ia sendiri sebenarnya tidak yakin perasaan yang ia rasakan saat ini, berawal dari dirinya yang mengagumi teknik sihir gadis tersebut, hingga perasaan aneh pun muncul di hatinya. Dikarenakan dirinya yang penasaran, ia pun terus mengikuti dan mengamati gadis tersebut, bahkan dia pun sampai di kota ini hanya karena ingin mengamati gadis itu lebih lama lagi.

"Tapi kalau diperhatikan, Le Fay-chan manis juga." Entah sejak kapan ia juga menyematkan suffiks '-chan' pada gadis tersebut, namun satu hal yang ia ketahui perasaan ini semakin tumbuh besar seiring berjalannya waktu. Naruto memasang senyum tipis sesaat, sebelum menghilang karena lesatan larinya di luar batas wajar. "Mungkin berkenalan dan sedikit mendekatinya, merupakan awal yang bagus."

Saat ini Le Fay berkeliling di pusat kota, mengenakan dress selutut berwarna putih-hitam, membuat pesona cantik dirinya semakin terekspos, ditambah topi putih lebar yang menutupi kepala pirangnya, penampilannya benar-benar membuat beberapa remaja pria melirik ke arahnya. Dalam misi di kota ini, dirinya hanya berperan sebagai pendukung bagi dua temannya, lebih tepatnya ia hanya akan beraksi di balik layar sambil mengamati tindakan teman-temannya, dan akan ikut membantu di garis depan jika hal mendesak terjadi.

Alasan itulah yang membuat Le Fay bisa bersantai saat melakukan misi kali ini, ia hanya akan menunggu hasil dari teman-temannya selepas semua informasi telah lengkap ia kumpulkan, dan menurut strategi yang mereka susun, malam inilah saatnya mereka beraksi.

Berbeda dengan dua teman lainnya, ia memutuskan untuk berkeliling kota dan menikmati waktu liburannya sebentar, secara di markas pusat ia tidak memiliki waktu seperti ini, apalagi sampai berkeliling kota menikmati masa mudanya.

Tepat setelah Le Fay menembus kerumunan dan ingin masuk ke sebuah restoran, ia melihat seorang pria berpakaian kasual dan bercelana jeans hitam yang tengah tersenyum padanya, rambut pirang pemuda itu yang disisir rapi menambah kesan tampan tersendiri bagi Le Fay, sesaat ia pun terpana saat melihat senyum pemuda tersebut.

"Tidak kusangka akan bertemu Le Fay-san di kota ini, konnichiwa!"

Le Fay berjalan mendekati pemuda tersebut, ia menggali kembali ingatannya tentang pemuda ini, seingatnya ia belum pernah bertemu pemuda setampan dia sebelumnya. "Konnichiwa! A-no, apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Pemuda di depannya mengerjabkan matanya beberapa kali, di saat Le Fay memasang ekspresi imut sambil meletakan telunjuknya di dagu, hal itu membuatnya ingin sekali mencubit gemas pipi gadis tersebut.

"Hehehe, maaf sebelumnya aku belum sempat memperkenalkan diri. Namaku Naruto Phenex,"

"Naruto Phenex?" Sekilas nama itu terdengar seperti marga milik Iblis, dan raut wajahnya menjadi serius di saat mengingat ia pernah bertarung dengan kakaknya melawan seorang iblis yang memiliki regenerasi luar biasa, dan ia berasumsi pemuda di depannya inilah iblis tersebut.

"Tungu dulu Le Fay-san!" Naruto berteriak panik di saat melihat ujung jari Le Fay mengeluarkan rune kecil di sana, "Aku bukan musuhmu Le Fay-san, lagian waktu itu hanya terjadi kesalahpahaman, aku juga memberikan beberapa informasi pada kakakmu."

Manik Green Le Fay mengecil di sana, seolah meragukan penjelasan dari Naruto. "Kalau begitu mau apa kau datang ke kota ini?" Tanya Le Fay sinis.

"H-hanya ingin mampir, ya hanya ingin mampir." Le Fay masih memasang ekspresi ragu saat mendengar alasan Naruto, ia pun menyadari ada sesuatu yang aneh pada pemuda itu. "Kenapa kau terlihat gugup begitu?

"Eh? Hahaha," Naruto hanya tertawa canggung, serius nih cewek nggak peka amat! Naruto menjerit dalam hatinya. Mata Le Fay semakin menyipit saat melihat gelagat Naruto makin aneh, tanpa ia sadari wajahnya bergerak maju ke arah Naruto.

Naruto melangkah mundur, keringat dingin mencucur dari dahinya. "I-ini hanya reaksi alami saat aku berbicara dengan orang yang kusukai!" Ucap Naruto tanpa sadar.

Le Fay mengerjabkan matanya beberapa kali, menatap kosong ke arah saphire Naruto. Menyadari ucapan bodohnya itu, langsung saja Naruto menutup mulutnya dan menghilang dari tempat itu dalam sekejap, meninggalkan Le Fay yang masih menatap kosong tempat tersebut.


Note's : Tidak pernah terbayangkan oleh saya bakal update telat begini, rencana untuk update tiap hari hanya menjadi kebohongan belaka, dan saya ingin meminta maaf soal hal itu. Namun setelah melihat pembaca cerita ini semakin menurun entah kenapa saya kehilangan minat, apa cerita ini boring amat hingga pembaca kehilangan minat untuk membacanya?

Ya untuk hari ini hanya segini yang mampu saya persembahkan, saya harap pembaca sekalian belum kehilangan minat pada cerita ini. Terus support sang penulis agar cerita ini semakin berkembang dan bertambah baik kedepannya.


Naruto berlutut dengan napasnya yang tersenggal. Ia tidak menyangka berbicara dengan Le Fay rasanya ia baru saja bertarung dengan Ophis secara All-Out, benar-benar menguras mentalnya. Kalau keadaannya seperti ini, ia harus menemui Shiva dan berkonsultasi pada dewa tersebut, secara dewa itu sedikit ahli mengenai wanita, mungkin dewa itu nantinya akan memberikan sedikit arahan bagaimana caranya menaklukan hati wanita.

Ya dia harus menemui dewa mesum tersebut.