Trank

Sebuah simphoni berupa dentingan logam yang diiringi percikkan bunga api terdengar menghiasi padang savana yang nampak tak berpenghuni. Disana, terlihat dua orang berambut pirang keemasan yang sedari tadi nampak saling beradu pedang

"Gerakanmu masih terbaca, Jeanne"

Salah seorang diantara mereka berkata. Sebuah pedang hitam dengan aksen berupa Rune Magic kuno berwarna merah darah dia gunakan untuk menahan tebasan pedang dengan bilah sewarna emas yang siap membagi dua tubuhnya kapan saja..

Dengan iris ruby yang terlihat bosan, laki-laki dengan penampilan seorang siswa kelas akhir itu mulai menambah tekanan pedangnya.

"Begitukah, Naruto-kun?"

Sebuah senyum simpul penuh makna terulas di paras manis nan cantik gadis bernama Jeanne itu. Dan sedetik kemudian, lonjakan aura suci yang termanifestasikan dalam bentuk kobaran api putih keemasan membungkus bilah pedang yang berada di genggamannya.

Jeanne lalu menambahkan tekanan pedangnya, membalas tekanan sosok yang dia panggil Naruto tadi sehingga membuatnya sedikit tersentak kaget. Naruto melompat mundur, membiarkan pedang terbalut api suci itu menyentuh tanah bekas dia berpijak.

Blarrr

Dan benar saja, sebuah ledakan bercampur kepulan debu tercipta ketika pedang berlapis api suci milik Jeanne bersentuhan dengan tanah.

Belum sempat bernafas lega, tiba-tiba insting Naruto menjerit, meneriakkan bahaya dari arah depannya. Dengan waktu yang begitu tepat, pemuda itu menangkis sebuah gelombang energi suci yang tiba-tiba muncul dari dalam kepulan debu bekas pijakannya tadi.

Pada awalnya hanya satu, lalu dua, setelah itu empat, dan begitu seterusnya. Setiap tebasan pedang milik Jeanne selalu menghasilkan gelombang energi suci dengan daya hancur cukup tinggi.

Namun, semua gelombang suci itu terpecah menjadi partikel-partikel cahaya layaknya kunang-kunang ketika bersentuhan dengan pedang Naruto yang kini terbalut oleh pendar tipis kehitaman

Tak berhenti disitu, Jeanne yang seketika sudah berada tepat didepan Naruto kembali mengayunkan pedangnya, mencoba melukai pemuda pirang itu sebelum tertahan oleh bilah hitam dari pedang milik Naruto.

"Reflekmu mengagumkan, Naruto-kun," puji Jeanne seraya menambahkan tekanannya. Layaknya tadi, api keemasan mulai berkobar ganas menyelimuti pedang Jeanne. Namun itu tak berlangsung lama sebelum kobaran api suci itu terurai oleh aura kehitaman yang terpancar dari pedang Naruto

"Kheh, mau mencoba lagi?" dengus Naruto bosan.

Naruto menambahkan aliran Mana pada pedangnya. Didetik itu juga, Rune Magic berwarna merah darah yang menghiasi bilah pedang hitam miliknya bersinar terang, sehingga membuat Jeanne yang dalam keadaan tak siap tiba-tiba terpental kebelakang beberapa puluh meter sebelum berhenti setelah berhasil menancapkan pedangnya di tanah sebagai tumpuan.

Naruto mengangkat pedangnya menggunakan tangan kanan, kemudian meletakkannya diatas pundak. Membuat posisi arogan dengan iris ruby yang memandang remeh kearah Jeanne yang nampaknya sedikit kaget atas tindakannya barusan. Wajar saja, karena salah satu kemampuan dari pedang hitamnya adalah memberikan tekanan mental kepada lawan jika senjata atau tubuh mereka bersentuhan dengan pedangnya, meski itu memerlukan Mana dengan jumlah yang tidak bisa dibilang sedikit

"Menyerahlah, Jeanne." Dua kata dengan nada datar dilontarkan Naruto untuk gadis dengan warna rambut yang sama dengannya.

Gadis itu hanya kembali mengulas senyum simpul ketika mendengar beberapa kata yang ditujukan untuknya. Perlahan, kobaran api putih keemasan kembali menyelimuti pedang dengan bilah emas itu, seiring dengan mengeratnya genggaman tangan Jeanne pada gegang pedang kesayangannya. Dan sesaat kemudian, Jeanne menghilang dalam sebuah kilatan putih sebelum muncul tepat didepan Naruto dengan pedang yang terayun vertikal.

'Huh?!'

Sedikit terkejut ketika mengetahui betapa cepatnya pergerakan dari Jeanne, Naruto lalu menahan tebasan itu menggunakan pedangnya yang dia posisikan secara horizontal

Krakk...Blarr !!

'Ugh'

Tanah yang menjadi pijakannya seketika amblas, membentuk sebuah kawah dengan kedalaman mencapai tiga meter ketika pedang hitamnya menahan tebasan Jeanne. Gelombang angin dengan skala yang cukup besar tercipta akibat bertemunya dua pedang dengan warna berlawanan itu.

Tak berhenti disitu Jeanne kembali menghilang, kemudian muncul tepat di titik buta Naruto dengan pedang terhunus. Namun, serangannya kembali berhasil ditahan Naruto sebelum dua remaja berambut emas itu sama-sama hilang dalam kilatan putih dan hitam

Duel jarak dekat kembali tak teralakkan. Namun, berbeda dengan yang tadi, kini yang terjadi hanyalah bertemunya dua kilatan berbeda warna yang diiringi oleh ratusan dentingan pedang tiap menitnya.

-o0o-

"Jeanne-chan telah berkembang"

Sebuah suara dengan nada lembut nan anggun mengalun dalam sebuah ruangan dengan interior yang begitu mewah. Disana, terlihat beberapa orang sedang menatap sebuah layar proyeksi yang terpancar dari sebuah bola kristal berwarna putih atau yang lebih sering disebut Orb

"Kau benar, Nee-sama. Gadis itu telah jauh berkembang semenjak Naruto membawanya kemari empat tahun lalu."

Menanggapi ucapan Neesama-nya, sosok laki-laki dewasa dengan rambut hitam raven sepundak juga nampak tak bisa mengalihkan pandangannya dari layar proyeksi yang menampilkan pertarungan antara Naruto dan Jeanne. Paras tampan dan dewasanya terlihat begitu tertarik ketika matanya disuguhi duel dari dua orang pendekar pedang tingkat tinggi.

Dewa badai dan laut dari Jepang, Susano'o no Mikoto

"Aku tak menyangka perkembangannya akan sepesat ini. Astaga, Jin! Apa yang telah istrimu ajarkan padanya?" tanya dewa itu pada sosok yang berdiri dibelakangnya dengan posisi kedua tangan diletakkan didalam saku serta tubuh yang disenderkan pada dinding ruangan.

Sosok yang dipanggil Jin itu hanya mengulas senyum kecil.

Toujou Jin, seorang pria dewasa dengan usia empat puluhan yang menjadi setengah naga setelah meminum darah serta memakan jantung dari salah satu naga mitologi Nordik, Fafnir.

"Istriku hanya mengajarkan apa yang telah dia ajarkan kepada Basara, dewa. Tidak kurang tidak lebih. Perkembangannya selama dua tahun ini adalah hasil murni dari setiap latihan berat yang dia lakoni, mungkin juga akibat darah exorcist dan penyihir hebat yang mengalir dalam tubuhnya." Pria dewasa itu lalu mengeluarkan sebelah tangannya, kemudian membenarkan posisi kacamatanya yang sedikit melorot.

"Namun, sedari tadi Naruto hanya nampak bermain-main. Bukan begitu dewi?"

Dewi itu menolehkan kepalanya. Kini terlihatlah paras jelita seorang wanita dewasa dengan rambut hitam tergerai indah hingga lutut. Balutan tubuh berupa kimono hitam dengan aksen bunga sakura menambah kesan anggun dan kharisma yang dipancarkan olehnya.

Sang dewi Matahari, pemilik gelar tertinggi dari Shinto, Amaterasu-Omikami

Bibir Amaterasu sedikit melengkung keatas, membentuk sebuah senyuman tipis sebagai reaksi atas pertanyaan yang dilontarkan oleh salah satu ksatria terkuatnya. "Kau benar, Jin. Naruto-kun bahkan belum mengeluarkan Balance Breaker dari Longinusnya." Dewi itu lalu mengalihkan pandangannya, kembali menatap kearah Jeanne yang terlihat mulai melambatkan ayunan pedangnya.

"Karena, jika Naruto-kun serius, dapat dipastikan aku sendiripun akan kesulitan melawannya"

-o0o-

"Ada apa, Jeanne?"

Naruto bertanya dengan senyuman remeh menghiasi wajahnya. Meski permainan pedang Jeanne harus ia akui sudah lebih dari kata mengagumkan untuk seorang gadis berusia delapan belas tahun, namun itu masih belum cukup untuk membuatnya lebih serius.

Seiring dengan beradunya bilah pedang mereka, Jeanne hanya dapat mengulas senyum kecil ketika mendengar tanggapan Naruto. "Statusmu sebagai murid dari dua pendekar pedang terhebat dari Shinto ternyata bukan omong kosong belaka, Naruto-kun."

Jeanne sadar jika tempo pertarungan mulai melambat-, atau lebih tepatnya dia memang sengaja melambatkan tempo permainan pedang mereka.

Dia tahu bahwa mustahil untuknya menang dari pertandingan ini hanya dengan saling mengadu bilah pedang dalam jarak dekat. Bisa bertahan selama dua puluh menit dalam tekanan ribuan-, atau bahkan mencapai kata puluhan ribu tebasan pedang milik Naruto saja sudah merupakan hal yang patut dibanggakan. Maka dari itu, setidaknya dia harus mundur dan menyusun ulang strategi bertarungnya.

Jeanne melompat mudur untuk menghentikan duel pedang mereka. Ayunan pedang dan juga pergerakannya sudah tidak bisa secepat tadi, seiring dengan menurunnya stamina miliknya. Gadis itu mengambil nafas cukup banyak sebelum dia harus kembali dikejutkan dengan kehadiran Naruto tepat didepannya.

Trankk

"Jangan lengah !"

Naruto mempercepat tebasannya, membuat Jeanne mau tak mau harus mengikuti gerakan Naruto. Ratusan dentingan pedang terjadi dalam satu menit sebelum akhirnya Naruto memustuskan untuk menyelesaikan sparring mereka di sore ini.

Kemampuan Jeanne sudah melebihi ekspetasi Naruto dan dia sangat puas dengan itu. Naruto tak mengharapkan Jeanne menang dari pertandingan ini, karena dia tahu bahwa Jeanne belum mampu untuk itu. Bukan bermaksud sombong, tetapi Naruto adalah murid khusus dari dua dewa pendekar pedang terbaik dari Shinto, Susano'o dan juga Yato yang mustahil ditandingi oleh sosok Jeanne yang sekarang.

Melihat sedikit celah dari pertahanan Jeanne, Naruto sedikit menunduk, lalu memutar tubuhnya berlawanan arah jarum jam dengan pedang yang dia genggam dengan kedua tangannya. Konsentrasi Mana cukup banyak Naruto alirkan pada pedangnya, bersamaan dengan bersinarnya Rune Magic yang menghiasi bilah hitam pedang itu.

"Dengan ini, selesai sudah"

Dengan cukup kuat, dan seiring dengan berputarnya tubuhnya, Naruto memberikan tebasan horizontal yang terarah pada bagian rusuk samping kiri Jeanne. Dan seperti dugaannya, tebasan itu berhasil Jeanne tahan, bersamaan dengan mledaknya gelombang angin akibat beradunya kedua pedang itu.

Namun, seketika Jeanne harus merasakan tubuhnya terpental begitu kuat, ketika secara tiba-tiba tekanan yang dia terima dari pedang Naruto meningkat secara drastis.

"Akhhh!!"

Dalam keadaan tengkurap tak berdaya setelah terpental ratusan meter, Jeanne harus kembali memuntahkan darah. Telapak tangan kanan ia gerakkan untuk menyentuh bagian bawah dada kanannya yang terasa begitu nyeri. Ah, mungkin organ dalamnya rusak

Jeanne meringis

Khh...Apakah cukup sampai disini? Apakah sparring mereka akan selesai seperti ini? Itulah yang ada dalam benak Jeanne. Gadis itu hanya mampu menggertakkan gigianya kasar. Lalu apa gunanya latihan selama dua tahun terakhir ini kalau bukan untuk berhasil mengalahkan Naruto?

Keinginan terbesarnya adalah membawa kembali seseorang yang sangat berharga dalam hidupnya dan hidup dari seorang Naruto. Namun, sepertinya keinginan itu masihlah menjadi angan-angan belaka ketika dia...yang sudah mengeluarkan segala kemampuan pedangnya bahkan masih tidak mampu untuk memaksa seorang Naruto untuk menggunakan Balance Breaker.

Dasar Lemah !!

Jeanne tertawa hambar. Namun, sekelebat ingatan tentang seorang gadis hetherecomia berambut hitam dengan bibir yang membentuk lengkungan senyum sadis melintas dibenaknya.

[Sebagai salah satu dari dua belas elite, kau masih terlalu lemah untuk menyamaiku, Jeanne Pendragon]

Sialan! Bahkan disaat seperti ini pun ucapannya kembali terngiang di dalam benak Jeanne.

'Kuh...sepertinya tak ada cara lain selain menggunakannya'

Jeanne menancapkan pedangnya diatas tanah sebagai tumpuan untuk berdiri. Disertai dengan lonjakan aura suci dari dalam tubuh yang menimbulkan hembusan angin pelan disekitarnya, Jeanne mulai mengangkat tubuhnya yang mulai diselimuti oleh pendar Mana putih keemasan

"Kau telah jauh berkembang selama dua tahun terakhir ini, Jeanne." Naruto bergumam pelan, lalu mulai menciptakan lingkaran sihir teleportasi dibawah kakinya. Namun, niat itu ia urungkan secara tiba-tiba instingnya berteriak ketika melihat gadis itu bangkit dari posisi tengkurapnya disertai dengan lonjakan aura suci yang cukup signifikan.

Jeanne mengangkat pedangnya dengan kedua tangan hingga melewati kepala. Sedetik kemudian, pedang itu mengeluarkan kilauan cahaya keemasan yang bersinar lembut, bersamaan dengan munculnya berbagai partikel cahaya sewarna yang memenuhi seluruh penjuru padang savana dalam radius beberapa puluh meter disekitarnya. Mengabaikan rasa sakit yang semakin mendera tubuhnya, nampaknya Jeanne hanya bisa berharap dengan serangan ini dia bisa memaksa Naruto menggunakan Balance Breaker.

'Indah sekali~'

Naruto sempat terbuai dengan keindahan alami yang dipancarkan oleh pedang Jeanne, sebelum gelombang angin skala besar menerpa tubuhnya hingga terseret beberapa meter kebelakang.

Sungguh, padahal jarak antara dirinya dan Jeanne terpaut begitu jauh, namun Naruto masih merasakan hempasan angin akibat pancaran energi suci dari gadis pemilik pedang dengan bilah emas itu.

Deg

'?!!'

Aura suci gila-gilaan seketika meledak dari dalam tubuh Jeanne yang diselimuti oleh fluktuasi Mana diatas taraf normal. Kilauan cahaya keemasan terlihat semakin terang terpancar dari bilah pedang Jeanne, bersamaan dengan rambut emas sepahanya yang bergoyang pelan. Iris violet gadis itu menatap kearah Naruto yang nampak masih berdiri tegak dengan iris ruby yang memandang heran kearahnya.

Ini buruk. Naruto dapat merasakan bahwa apapun hal ang akan dilakukan Jeanne adalah sesuatu yang berbahaya dan harus dihindari.

Merubah posisinya menjadi lebih siaga dengan kuda-kuda yang terpasang kuat, Naruto mengacungkan pedang hitamnya kearah Jeanne disertai dengan iris ruby yang bersinar tajam.

"Tunjukkan segala yang kau punya, Jeanne Pendragon!"

Dan senyuman kecil kembali terulas pada bibir tipis Jeanne

EX-

Jeanne melangkahkan kaki kirinya kedepan. Retakan kecil pun muncul dibawah tanah pijakannya. Bersamaan dengan itu, sebuah tebasan vertikal penuh Mana dia lancarkan kearah Naruto. Tak peduli akan resiko yang menimpanya, Jeanne mengerahkan segala yang dia punya dalam serangan ini.

'Dengan ini, aktifkanlah Balance Breakermu dan biarkan aku menang, Naruto-kun'

-CALIBUR !!

Lintasan cahaya suci dalam bentuk api putih keemasan dengan daya hancur yang begitu begitu tinggi melesat kearah Naruto, menghilangkan segala sesuatu yang berada dalam jangkauannya.

"Teknik baru kah? seperti Power of Destruction milik Bael," gumam Naruto pelan. Tak mau terbakar sia-sia, pemilik dari salah satu Longinus itu menancapkan pedang hitamya pada tanah.

Bayangan hitam tercipta meluas dari pedang Naruto yang tertancap. Dari bayangan itu, tercipta ribuan pedang hitam berbagai ukuran yang Naruto gunakan sebagai benteng pertahanan

'Na-nani?!'

Namun, Naruto harus menahan dirinya untuk tak terpekik kaget ketika mengetahui bahwa pedang-pedang nya bahkan tidak mampu menahan laju lintasan api suci milik Jeanne

Hee?! Serius ?! ribuan pedang hitam yang memiliki kemamuan untuk menyerap segala elemen suci dan cahaya bahkan tidak mampu menahan serangan Jeanne?

["Gunakan Balance Breakermu, master"]

Sebuah suara imut khas seorang gadis kecil berusia tujuh tahunan mengalun ditelinga Naruto. Sedikit menekuk alisnya, Naruto lalu membalas ucapan dari sosok yang memanggil dirinya 'master' itu dengan sedikit nada mengejek.'Hoo~ bangun juga kau, dasar anjing pemalas. Kukira kau akan tidur terus selama pertarungan.'

["Hmph! Cepat lakukan atau kau benar-benar musnah oleh api suci gadis Pendragon itu."]

'Ha'i Ha''i' Batin Naruto seraya mengulas seringai kecil.

Sepersekian detik sebelum lintasan cahaya itu mengenai Naruto, sebuah kekkai hitam kelam berbentuk setengah bola tiba-tiba membungkus seluruh bagian tubuhnya.

"Canis Lykaon Balance Break"

Naruto sempat berucap pelan sebelum kilauan cahaya keemasan menyelimuti kekkai hitamnya

Blarr

Lintasan cahaya itu tiba-tiba meledak setelah berbenturan dengan kekkai Naruto, menciptakan sebuah pilar cahaya keemasan emas dengan ukuran raksasa yang menyinari seluruh penjuru savana. Pilar itu terus meluas hingga diameter mencapai angka dua ratus sebelum cahayanya mulai meredup, menampilkan sebuah parit bekas lintasan dengan akhir berupa kawah berbentuk tabung.

'Cough'

Darah kembali dimuntahkan, Jeanne lalu terduduk dengan nafas yang begitu memburu. Keringat nampak membasahi seluruh bagian tubuhnya bersamaan dengan wajah cantiknya yang nampak biru memucat.

Swushh

Mendongakkan kepalanya, Jeanne dapat melihat sebuah pilar energi berwarna hitam dengan outline merah terpancar dari dasar kawah ciptaannya. Aura berat seketika tercipta menyebar dari bekas pancaran pilar energi itu.

Dan merasakannya membuat Jeanne mengulas senyum puas. Nampaknya dia sudah paham tentang apa ataupun siapa yang memancarkan pilar serta aura berat itu.

'Aku menang, Naruto-kun'

Sedari awal, hasil dari menang dan kalahnya pertandingan adalah ditentukan oleh aktif atau tidaknya Balance Breaker milik Naruto. Selama ini, dia tau hanya sedikit orang dari ras manusia yang bisa membuat Naruto mengaktifkan Balance Breaker dalam duel satu lawan satu. Sehingga, Jeanne menggunakan itu sebagai tolak ukur kemampuannya.

Naruto lalu menegakkan badannya, diiringi dengan nafas yang tak beraturan. Sungguh, dirinya amat sangat terkejut ketika merasakan betapa bahayanya serangan Ex-Calibur milik Jeanne, meskipun Naruto tau bahwa pedang itu hanyalah imitasi atau tiruan belaka.

Serangan itu...Naruto bersumpah bahwa itu adalah salah satu serangan berbasis Mana terkuat yang pernah dia terima dari ras manusia selama ini.

["Kau nampak buruk master"]

'Cih, urusai kuso-inu'

Sedikit mendecih pada suara itu, Naruto kemudian memunculkan pedang-pedang dari dinding kawah buatan Jeanne yang ia gunakan sebagai pijakan untuk melompat naik. Wajar saja karena kedalaman kawah ini mencapai angka lima puluh dalam satuan meter. Setelah merasa cukup, dia lalu mulai melompat pada pedang terdekat, dan begitu seterusnya hingga mencapai bibir kawah.

Sinar matahari sore dalam dimensi buatan itu menerpa dirinya. Kini terlihatlah sosok Naruto yang berdiri tegak dalam balutan pendar energi hitam tipis dengan sedikit outline kemerahan. Pakaian trainingnya terbakar habis, hanya menyisakan bagian bawahnya saja. Namun, yang paling menarik adalah terlukisnya Rune Magic kuno berwarna merah darah pada setiap bagian tubuh pemuda itu, begitu juga dengan iris rubynya yang nampak lebih bersinar dengan pupil hitam vertikal.

Night Celestial Slash Dog-, Balance Breaker dari Longinus dengan jiwa Inugami nampaknya telah diaktifkan Naruto.

Mode Balance Breaker dari Canis Lykaon dapat meningkatkan kekuatan fisik serta sihir milik Naruto hingga mencapai kata puluhan kali lipat. Karena itulah mengapa Naruto bisa selamat setelah terkena serangan yang menjadi kartu As milik Jeanne.

'Gi-gila?! Efeknya sampai separah ini?!'

Meneguk ludahnya kasar, Naruto dapat melihat parit raksasa berbentuk setengah tabung dengan lebar yang menurut perhitungannya sekitar lima belas meter dan titik terdalam mencapai tujuh meter tercetak jelas pada padang savana yang telah porak poranda itu.

["Aku tak ragu untuk mengkategorikannya dalam Ultimate-Tier master. Namun, cobalah lihat keadaan Jeanne disana, kurasa gadis itu kehabisan Mana."]

Malalui pupil vertikalnya yang menyipit, Naruto dapat melihat sosok Jeanne di ujung parit sepanjang ratusan meter itu sedang terduduk lemas. 'Kau benar. Sepertinya dia benar-benar kehabisan Mana.'

"Keluarlah, Jin," ucap pemuda berambut keemasan itu entah kepada siapa. Namun secara tiba-tiba mucul sebuah gumpalan hitam diatas kepala Naruto yang perlahan membentuk sosok anak anjing jenis siberian husky berbulu hitam-abu-abu dan putih dibagian bawah, disertai dengan mata berwarna merah menyala.

'Woof'

'A-anjing ini?!'

Pelipis Naruto sedikit berkedut kesal ketika mengetahui anjing yang merupakan jiwa Longinusnya itu malah duduk santai diatas kepalanya sembari menikmati pemandangan padang savana yang dihiasi oleh indahnya langit sore. "Turun dari kepalaku, baka-inu?!"

Sedikit menggonggong kecil, anjing itu lalu melompat turun dari kepala Naruto. Tak lama berselang, aura hitam menyelimuti tubuhnya selama beberapa detik. Setelah aura hitam yang menyelimuti tubuhnya menghilang, kini nampaklah Jin dalam wujud aslinya dengan bulu berwarna hitam pekat serta tinggi mencapai dua meter.

Tak menunggu lama, Naruto yang telah menonaktifkan Balance Breakernya, lalu menaiki punggung anjing-serigala itu.

Melalui lirikan mata, Jin bertanya kepada Naruto yang dibalas dengan anggukan oleh remaja itu. Dan seakan sudah paham maksud masternya, anjing bergelar Dog God itu menekuk kedua kaki depannya seraya menggeram pelan, kemudian melesat dalam blur hitam, meninggalkan hempasan angin serta retakan di tanah bekas pijakannya.

Dalam efek lambat, terlihat Jin sedang berlari dengan kecepatan tak normal menuju kearah Jeanne. Namun, dalam penglihatan mata manusia biasa, yang terlihat hanyalah sebuah blur hitam yang bergerak lurus. Hanya butuh beberapa detik sebelum Jin telah berdiri didepan Jeanne. Anjing itu kembali menggeram pelan sebelum kembali kebentuk kecilnya, lalu duduk diatas kepala Naruto.

"Na...Naruto-kun," ucap Jeanne dengan nada lemah. Mana serta stamina-nya benar-benar terkuras habis setelah melakukan teknik tadi. Bahkan untuk berdiripun gadis itu merasa tak mampu. Kuhh~ efek samping yang menyebalkan.

"Astaga~" Menghela nafasnya pelan, Naruto lalu mendudukkan dirinya disamping Jeanne. Begitu juga dengan Jin. Anjing kecil itu ikut turun dari kepala masternya, lalu mendudukkan diri tepat disamping paha gadis itu. Dia lalu menggosok kan tubuhnya pada paha kanan Jeanne seraya menggoyangkan ekornya kekanan dan kekiri disertai geraman lembut.

Tersentak kecil, gadis dengan iris amethyst berkilau itu menatap Naruto dengan pandangan bertanya. Dan seakan paham tentang apa yang dialami gadis yang duduk disampingnya, Naruto lalu menyandarkan tubuh bagian atasnya pada kedua tangan yang tertumpu dibelakang punggung, membuat posisi duduk senyaman mungkin sebelum menjawab pertanyaan Jeanne.

"Jin dapat memulihkan Mana setiap orang-maksudku setiap makhluk yang bersentuhan dengan tubuhnya." Tentu bukan hanya manusia yang dapat dipulihkan Mana-nya oleh Jin, melainkan semua makhluk hidup dengan sirkuit Mana didalam tubuhnya, layaknya malaikat, elf atau bahkan seekor naga.

"Souka," gumam pelan Jeanne. Bibir tipisnyanya membentuk lengkungan senyum kecil yang begitu menawan. Dia lalu menidurkan diri dengan alas berupa paha Naruto, sementara Jin dia angkat menggunakan kedua tangannya setinggi mungkin hingga kedua pandangan mereka bertemu.

Naruto hanya tersenyum maklum ketika pahanya yang terbalut celana training Jeanne gunakan sebagai bantal. Dia sama sekali tidak keberatan.

'Kau semakin kuat, Jeanne'.

Secara lembut Naruto mengusap pelan rambut panjang Jeanne dengan telapak tangan kanannya, namun sepertinya Jeanne tidak menyadari itu.

"Arigatou, Jin-chan," ucap Jeanne dalam lengkungan bibirnya.

'Woof'

Jin hanya menggonggong kecil sebagai balasan dari ucapan terimakasih dari Jeanne. Dia lalu melepaskan diri dari pegangan kedua telapak tangan gadis itu sebelum kedua kakinya depannya berpijak pada,-ehem dada Jeanne. Tak berhenti disitu, Jin malah membuat perilaku imut dengan menjilati kaki didepannya, seolah merasa tak bersalah atas apa yang sedang berada dibawah pijakannya

Melihat tingkah Jin malah membuat Jeanne semakin gemas. Sebagai rahasia, Jeanne memiliki kelemahan terhadap segala hal yang berbau imut. Dan kini dia disuguhi oleh sosok anak anjing lucu dengan raut polos sedang berada diatas tubuhnya? Tentu Jeanne tak bisa menahan diri untuk tidak memeluk anjing itu.

"Kawai~"

'Woof'

Naruto hanya melotot tak percaya ketika melihat anjingnya dipeluk oleh Jeanne. Bukan, Naruto sama sekali tak masalah ketika partnernya dipeluk orang lain. Yang menjadi masalah adalah posisi anjing itu yang kini sedang berada dalam belahan dada Jeanne. Bahkan Naruto dapat melihat dengan jelas tatapan mengejek yang diberikan oleh partnernya

'O-no-re?!'

Pandangan Naruto yang awalnya hanya tertuju kearah Jin mulai beralih pada setiap lekukan tubuh Jeanne yang terlihat jelas dibalik pakaian trainingnya. Terlebih lagi saat ini kepala gadis itu berada dalam pangkuannya. (A/N : Pakaian Jeanne sama seperti milik Mash di Fate/Grand Order)

Naruto harus akui, Jeanne merupakan salah satu gadis yang masuk dalam kategori cantik dari seluruh perempuan yang pernah dia temui. Mulai dari wajah manis khas eropa yang dibalut oleh kulit putih tanpa noda, iris violet indah, bibir pink tipis alami yang membuat semua lelaki tak tahan untuk mencoba mengecupya, serta jangan lupakan raut wajah bahagia dengan rona merah tipis yang menghiasi pipinya.

Sedikit kebawah, Naruto dapat melihat betapa indahnya garis tubuh yang dimiliiki Jeanne. Kulit putih tanpa noda yang dibarengi oleh proporsi badan yang begitu langsing ideal dengan dua buah dada dalam kategori besar namun kencang yang tercetak jelas dibalik pakaian hitam ketatnya. Sungguh, pemandangan yang begitu menggoda bukan?

Glek ?!

'A-ah, entah kenapa suasananya jadi panas begini?'

Melihat masternya yang hanya diam dengan wajah yang terarah pada setiap lekuk tubuh milik Jeanne membuat kilatan jahil di mata merah menyala Jin. Secara spontan anjing dengan panjang tak lebih dari tiga puluh senti itu melompat dari pegangan tangan Jeanne-membuat gadis itu terpekik kecil, lalu mendarat tepat di wajah Naruto guna membuyarkan lamunan masternya.

Naruto, yang pada dasarnya sedang fokus dengan pengamatannya pada tubuh Jeanne harus merelakan tubuhnya untuk terbaring di hamparan rumput ketika tiba-tiba Jin mendarat di wajahnya. Dengan jengkel remaja itu lalu menggengam tubuh kecil Jin dengan kedua telapak tangannya, kemudian mengguncang anjing kecil itu keatas dan bawah secara cepat seraya berucap "Apa yang kau lakukan anjing bodoh?!"

'Woof Woof'

"Pfftt... Ahahaha~"

Jeanne yang melihat pertengkaran konyol didepannya tak kuasa menahan tawa. Sungguh, melihat betapa ekspreksifnya Naruto kali ini sedikit membuatnya terhenyak, karena biasanya remaja beriris ruby itu lebih memilih untuk menjaga wibawanya, apalagi ketika berhadapan dengan para junior seperti dirinya.

Mendengar suara tawa merdu didekatnya membuat kedua sosok itu menghentikan pertarungannya. Ketika mendudukkan badannya, Naruto dapat melihat betapa cantiknya wajah gadis itu yang sedang tertawa bahagia.

Naruto tertegun sebentar, kemudian memasang pandangan lembut. Remaja itu menikmati setiap detik waktu berjalan dengan memandang sebuah tawa yang menghiasi wajah cantik Jeanne, sebelum suara yang hanya dapat dia didengar mengalun dikepalanya.

["Dia nampak begitu bahagia, bukan begitu master?"] seru Jin yang sedang duduk diatas pangkuannya.

Naruto menggeerakakn jemari tangan kanannya untuk membelai bulu halus yang menghiasi kepala Jin. 'Kau benar Jin, dan takkan kubiarkan kebahagiaan itu sirna akbat statusnya sebagai buronan para penyihir serta beberapa budak buangan gereja itu.'

Jin menggeram pelan, menikmati setiap perlakuan yang diberikan maternya.["Setelah tiga tahun menghentikan pencarian, akhirnya mereka mulai bergerak lagi huh?!"]

Naruto melepaskan elusannya terhadap Jin. Remaja itu membaringkan tubuhnya pada hamparan rumput dengan kedua telapak tangan sebagai bantal. Iris rubynya memandang langit berwarna jingga dari dimensi buatan yang baru saja ia gunakan untuk sparring dengan Jeanne, kemudian terpejam ketika merasakan angin sepoi sepoi berhembus pelan menerpanya. Hmm, mungkin dia nanti akan berterimakasih pada seseorang yang telah mengirimkan angin sore ini

'Kau benar, belum lama ini kera itu mengirimkan pesan pada Kaa-sama kalau kini mereka berada dalam naungan organisasi gila buatan Ophis untuk memulai pencarian dari artifak suci Avalon. Ha~ah, sungguh, aku tak habis pikir bagaimana otak tua penyihir gila itu bekerja sehingga dia menjadi bawahan Khaos Brigade.'

Naruto dapat medengar dengusan pelan dikeluarkan Jin sebelum anak anjing itu mengeluarkan suaranya. ["Hmph!, setelah mengetahui mereka mulai bergerak, apa yang akan kau lakukan master? Tentu tak mungkin bukan kalau Jeanne akan berada terus di Takamagahara."]

Naruto tersenyum kecil. Ingatan tentang betapa antusiasnya Jeanne ketika dirinya berjanji akan mengajak Jeanne berkeliling Kyoto kembali terngiang di kepalanya.

'Seperti yang kau katakan, Jin. Jeanne beserta yang lain tak mungkin terus berdiam diri di Takamagahara. Mereka butuh pengalaman di dunia luar. Hanya bermodal kekuatan tak akan membuat mereka bisa menang dalam pertarungan sesungguhnya. Apalagi mengetahui beberapa impian ataupun keinginan dari mereka'

[Aku pasti akan membanya pulang, Naruto-kun.]

[Impianku adalah menjadi seorang pendekar pedang terkuat, melebihi Naruto-senpai sekalipun]

[Akan kubuktikan pada sensei bahwa setengah elf sepertiku bisa terkenal di kalangan Supranatural]

[Meskipun diantara kalian hanya akulah yang berasal dari kalangan manusia biasa, namun akan kuperlihatkan apa yang seorang manusia biasa ini bisa lakukan]

'Aku harus membicarakan ini dengan Kaa-sama'

Jin melangkahkan keempat kaki kecilnya menuju dada Naruto, kemudian berbaring disitu. Mata merah menyala miliknya terpejam, mencoba mengkuti kegiatan yang dilakukan sang master.

["Lalu, apa yang akan kita lakukan, master? Tetap menjalankan misi dari dewi Amaterasu seperti biasa?"]

Dalam batin, Naruto mengulas senyum misterius ketika mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh partnernya.'Biarkan waktu yang mengungkap garis takdir yang akan kita lalui Jin. Lagipula aku masih memiliki urusan dengan bajingan yang telah membuat ibuku menderita. Juga dengan adik manisku yang masih berkeliaran diluar sana'

["Dendam itu tak akan padam, bukan begitu master?"] Tanpa diketahui, Jin mulai menampilkan seringainya, meski hanya dia simpan dalam batin, sama seperti Naruto.

Jujur saja, sebagai sosok yang telah menemani hidup Naruto, bahkan sejak pemuda itu baru saja mendetakkan jantungnya, Jin sangat paham betapa berat takdir yang dilalui massternya.

Mulai dari kehamilan yang tak diinginkan hingga berujung pada melayangnya nyawa milik sang Ibu yang bahkan baru saja selesai menyusui anaknya.

'Kheh, aku akan membuat bajingan itu merasakan apa yang dinamakan karma. Aku akan menyiksanya, terus dan terus. Hingga dapat aku pastikan, perasaan sesal yang begitu mendalam karena telah diciptakan akan terus terukir di hatinya.'

["Hmph! Kau berkata seolah-olah menyiksanya merupakan hal yang mudah, master. Ketahuilah, dia merupakan seorang yang bukan hanya bisa dibilang kuat, namun juga jenius."]

'Hee~ dan kau bicara seolah tak tau apa yang terjadi jika kita all-out, JIn'

Jin terdiam sebentar untuk mengingat beberapa memori pertarungan besar yang dia lakukan bersama masternya. Dan ingatan itu berhenti pada pertarungan yang belum lama ini mereka lakukan.

Itu terjadi sekitar enam bulan lalu ketika masternya yang sedang menjalankan misi solo secara tak terduga berhadapan dengan salah satu dewa yang dianggap superior dari barat. Dan parahnya lagi, dewa itu memiliki sifat yang bebal serta tidak bisa diajak negosiasi sehingga jalan pertarungapun tak terelakkan.

Dan apa yang Jin lihat pada saat itu ?

Kehancuran

Kehancuran yang tercipta pada seluruh mata memandang. Area pegunungan yang menjadi latar belakang pertarungan mereka hancur porak poranda layaknya sekumpulan bulu unggas yang diterpa oleh angin laut.

Mengenyahkan pemikiran masa lalunya, dewa anjing itu hanya kembali terdiam. Hmph! Bukannya sombong atau besar kepala, namun dalam hatinya, Jin sangat yakin bahwa saat ini masternya telah berhasil mencapai posisi manusia terkuat dari Shinto, atau bahkan dunia, menggantikan posisi dari Toujou Jin meski hasil dari pertarungan mereka yang sebenarnya belum diketahui.

["Lalu, bagaimana dengan adikmu master? Apa yang akan kau lakukan padanya setelah dua tahun pergi meninggalkanmu?"] Jin kembali bertanya pada Naruto, kali ini dengan nada yang lebih lirih serta halus, mengingat topik yang akan dibicarakannya sedikit sensitif.

Helaan nafas dikeluarkan Naruto ketika Jin menanyakan tentang adiknya. Seringainya pun menghilang, digantikan dengan sebuah raut wajah yang tak dapat diartikan.

Benar...sudah dua tahun ini dia berpisah dengan adik sekaligus kembarannya akibat suatu tragedi yang terjadi pada saat itu. Sebuah tragedi yang membuat sang adik menjadi membencinya.

[Aku sangat membencimu, Nii-san]

Ucapan itulah yang menjadi kalimat terakhir sebelum sang adik pergi meninggalkannya hingga saat ini. Bukan sebuah ucapan dari seorang adik kepada kakaknya, namun lebih kepada ucapan yang sarat akan kebencian, layaknya dari seseorang yang telah dikhianati oleh pasangan hidupnya.

'Aku akan menyeretnya pulang, tak peduli dia suka atau tidak. Dua tahun adalah waktu yang cukup lama untuk dia bertindak semaunya. Sekarang, gadis bodoh itu harus diberi pelajaran tentang betapa pentingnya arti tentang sebuah keluarga,' batin Naruto dengan perasaan kecewa yang amat dalam. 'Lagipula, aku tak ingin membuat Kaa-chan kecewa di alam sana.'

["Humph, kau masih menyayanginya master?"] Jin bertanya dengan nada tak suka. ["Setelah apa yang dilakukannya terhadapmu, kau masih menganggapnya sebagai seorang adik? Lupakah kau kalau dia hampir saja membunuhmu?"].

Jin sangat tidak menyukai gadis itu, tak peduli bahwa dia adalah adik dari masternya sekalipun. Namun, jika ditanya mengapa ? dia hanya akan menjawabnya dengan beberapa patah kata

Tidak tahu terimakasih

Gadis itu...tidak tahukah selama ini Naruto selalu berjuang untuk melindunginya dari ambisi balas dendam? Tidak tahukah dia alasan mengapa Naruto menyembunyikan identitas dari ibu mereka hanya agar dirinya tidak bertindak gegabah, mengigat betapa tinggi sifat sensitif yang dimilikinya? Sungguh, tak pernahkah terbesit dalam pikirannya bahwa semua itu Naruto lakukan hanya demi kebaikannya?

[Kau akan kuberi tahu jika sudah waktunya]

Dan buruknya lagi, setelah dirinya tahu tentang identitas dari orang tua mereka, dia malah meninggalkan Naruto. Mengatakan bahwa selama ini kakaknya telah tega membohonginya.

[Aku tak mengerti apa yang ada dipikiranmu sehingga tega melakukan hal ini terhadapku, Nii-san. Namun, setelah mendengar semua hal yang kau ceritakan, aku dapat menyimpulkan satu hal, bahwa-,

Kau tak berhak menyandingkan marga Kaa-chan disamping namamu]

["Grrr...bahkan dia malah memilih untuk memberontak bersama para pengkhianat itu, membunuh ratusan nyawa yang tak berdosa tanpa alasan yang jelas. Dia hanya berkoar-koar tentang dendam, mengatakan seolah dirinya yang paling membenci sosok-nya. Sungguh, demi namaku sebagai dewa anjing, dia tak pantas menjadi adikmu, master"]

Dan senyuman kecil terulas di bibir Naruto. Bukan senyum mengerikan seperti yang dia pasang tadi, namun sebuan senyum teduh yang begitu sarat akan kerinduan.'Tenanglah Jin, kita akan memberinya hukuman berat setelah berhasil menyeretnya pulang.'

Dan Jin hanya bisa menghela nafas lelah setelah mengetahui jawaban dari masternya.

["Humph, terserah saja"]

-o0o-

Setelah percakapan tentang sedikit masa lalunya usai, Naruto lebih memilih untuk tetap berbaring sembari mengistirahatkan badannya. Begitu juga dengan Jin yang telah kembali masuk dalam tubuhnya.

Meski tak mengantuk, namun suasana sore hari ini membuatnya merasa nyaman dan rileks, sebelum tak lama berselang, Naruto dapat merasakan sesuatu yang halus menyentuh permukaan kulit wajahnya.

Ketika membuka mata, Naruto sedikit terlonjak kaget ketika pandangannya dipenuhi dengan sebuah pemandangan indah berupa wajah seorang gadis cantik yang sedang tersenyum. Sungguh, senyuman yang begitu menawan.

Namun keterkejutan itu tak berlangsung lama sebelum pemilik Canis Lykaon itu membalas senyuman itu dengan sebuah pandangan lembut.

"Ada apa, Jeanne?"

Mengetahui Naruto telah bangun, Jeanne lalu menyingkirkan telapak tangannya dari wajah pemuda itu."Dewi Amaterasu memanggil kita, Naruto. Beliau menyuruh kita untuk segera pergi karena dimensi ini akan segera diperbaiki."

"Hmmm, Kaa-sama selalu disiplin, seperti biasa," Naruto hanya bergumam pelan, kemudian bangkit dari posisi tidurnya setelah mengetahui bahwa tempat berlatihnya akan mengalami perbaikan. Namun, ketika hendak melangkah menuju pintu keluar dimensi, dia harus dikejutkan dengan pekikan 'Kyah', lalu-

Hup

Naruto menangkap tubuh gadis disampingnya yang mendadak oleng ketika mencoba untuk berdiri.

"Kau ini~" gumam Naruto seraya mencubit kecil hidung Jeanne yang dibalas oleh kekehan pelan gadis itu. "Jin memang telah mengembalikan sebagian Mana milikmu, tetapi tidak dengan staminanya. Mattaku~ kenapa kau tak bilang dari tadi?"

Perlahan, Naruto memindahkan tubuh lemah Jeanne sehingga bersandar pada punggungnya. Setelah itu, kedua tangannya ia gunakan untuk memegang kaki Jeanne agar tidak jatuh terjungkang.

"Ehehe, maaf jadi merepotkanmu"

"Ma~ tak masalah." Naruto menggeleng pelan. Dia sama sekali tak merasa keberatan jika harus menggendong Jeanne sampai kembali ke tempat awal mereka masuk dimensi ini. Namun, tanpa disadari siapapun, rona merah sempat tercetak tipis di wajah Naruto

["Uhm, dada yang kenyal bukan, master?"]

'Urusai?!''

Remaja itu lalu menciptakan lingkaran sihir teleportasi berwarna kuning keemasan dibawah mereka.

"Umu, arigatou," cicit Jeanne pelan. Rona merah tercetak di pipi putih gadis itu karena kini, tubuhnya bersentuhan dengan tubuh bagian atas Naruto yang tak terbalut apapun.

-o0o-

"Jadi, bagaimana latihan kalian, Naruto-kun? Jeanne-chan?" tanya sosok perempuan dewasa dengan rambut hitam yang terurai hingga lutut. Sebuah senyum manis terpampang diwajah putihnya ketika melihat sosok Naruto beserta Jeanne yang berada dalam gendongannya muncul dari balik lingkaran sihir teleportasi.

"Mengagumkan seperti yang Okaa-sama lihat. Jeanne benar-benar bisa menyudutkanku hingga harus memakai Balance Breaker untuk bertahan dari serangannya Ultimate-Tier miliknya."

Naruto menjawab seraya berjalan mendekati sosok dewi yang dia panggil sebagai Okaa-sama itu. Iris rubynya bergulir pelan, menatap satu persatu sosok yang berada dalam ruangan tu selain sang dewi Matahari.

"Ah, dewa Susano'o dan... paman Jin? Lama tak bertemu," tukas Naruto setelah mengetahui siapa dua sosok pria dibelakang okaa-sama-nya

"Sore Naruto," jawab dewa penguasa laut dan badai dari Jepang itu dengan nada santainya. Iris onyx dewa itu memandang ramah pada seorang remaja yang telah diangkat menjadi putra oleh kakaknya.

"Ya, lama tak bertemu, sudah dua tahun bukan? Tak kusangka kau tumbuh semakin kuat Naruto." Jin membalas salam Naruto dengan senyuman tipis menghiasi wajahnya. Pria berkacamata itu berjalan mendekati Naruto, kemudian menepuk kepala milik remaja pemilik Longinus itu dengan pelan layaknya anak kecil. "Namun tentu saja, gelar sebagai manusia terkuat dari klan pahlawan masih tetap menjadi milikku hahaha," lanjut pria itu dengan tawa renyah yang terdengar begitu menjengkelkan ditelinga Naruto.

Klan Pahlawan, Sebuah kelompok besar yang berisikan manusia pemilik sacred gear ataupun pengguna sihir . Kedudukan mereka didunia supranatural sebagai prajurit mitologi Shinto disejajarkan dengan para Valkyre dari Vahalla ataupun pasukan demi-god dan grim reaper dari Olympus

Naruto hanya membalas tawa Jin dengan sebuah dengusan kecil."Mengatakan bahwa kau lebih kuat dariku? Astaga~ kurasa pikiranmu telah menua bersamaan dengan umurmu, paman, "lanjutnya dibarengi dengan lengkungan seringai kecil. Iris rubynya memandang sinis kearah orang tua yang mengatakan bahwa dia lebih kuat dari dirinya.

Mendengar ejekan Naruto hanya membuat Jin ikut tertawa kecil, dia sama sekali tak keberatan dengan itu. Pria itu hanya membalas ejekan Naruto dengan ikut memasang seringainya. "Ho~ lidahmu tajam juga ya, bocah sombong~"

Bersamaan dengan itu, aura berat mulai menguar dari Naruto dan Jin.

"Kheh, kau keberatan-,"

"A-ano," cicit Jeanne dalam gendongan Naruto. Nampaknya gadis itu mulai merasa tak nyaman tentang aura berat yang mulai menusuk tubuhnya. Terlebih lagi salah satu sumber dari aura tadi berdempetan langsung dengan kulitnya.

"Eh?"

"A-ah, aku lupa kalau masih menggendongmu Jeanne"

Blush~

Seketika dua aura tadi langsung menghilang tersapu angin. Pandangan mereka teralihkan pada sosok Jeanne yang hanya terdiam malu dalam gendongan Naruto

"Baiklah, aku akan segera mengantarmu pulang. Kau pasti merasa lelah bukan? Lagipula aku juga sudah lama tak ke rumah kalian," tawar Naruto yang hanya dibalas oleh anggukan kecil dari Jeanne. Pemuda itu lalu menciptakan lingkaran sihir teleportasi dibawah kakinya. "Kalau begitu kami pamit dulu, Okaa-sama, dewa Susano'o, dan...Pak tua-"

-Mari kita lanjutan urusan kita di lain waktu"

Bersamaan dengan itu, Naruto dan Jeanne menghilang sepenuhnya oleh lingkaran sihir teleportasi

"Ya, dan akan kujadikan anjing hitammu sebagai bahan kare untuk makan malam," jawab Jin sembari tertawa kecil. Pria tua itu nampaknya memiliki tanggungan yang harus diselesaikan dengan Naruto.

Tak lama berselang, suasana ruangan yang semula cerah seketika menjadi berat. Ketiga sosok yang berada didalam ruangan itu sama-sama memasang wajah serius dan dingin.

"Jadi, apakah hal penting yang membuatmu kembali Jin?"

Satu-satunya wanita dalam ruangan itu mulai berbicara. Suaranya menekankan ketegasan yang begitu mendalam, membuktikan kelayakannya untuk menjadi dewi dengan posisi tertinggi di ranah Takamagahara. Wajah dewasanya yang nampak begitu serius menatap Jin dengan pandangan dingin menusuk.

"Mereka mulai berulah lagi," jawab Jin dengan iris coklat yang berkilat tajam. Pria berkacamta itu mengeluarkan beberapa lembar foto beserta sebuah perekam suara kecil dari dalam saku celananya, lalu menyerahkan semua benda itu pada dewa Susano'o. "Itu adalah bukti-bukti yang kami kumpulkan selama sebulan terakhir ini. Dan incaran mereka kali ini adalah-,

-Seikiryuutei," potong dewa Susano'o dengan pandangan yang tak pernah lepas dari beberapa lembar foto yang dibawa Jin. Dewa dengan sosok pria dewasa itu lalu melemparkan lembaran foto itu keatas, dan seakan terjadi keajaiban, foto-foto itu melayang membentuk pola yang beraturan.

"Benar." Jin lalu mengarahkan tangannya pada salah satu lembar foto yang menampilkan sosok remaja berusia enam belasan yang sedang tersenyum ramah bersama dengan beberapa temannya."Remaja berambut coklat ini merupakan kaisar naga merah masa kini. Namun, sepertinya dia masih belum sadar akan Longinus yang berada didalam tubuhnya. Dengan kata lain, dia masih belum bangkit."

"Huh? Sungguh remaja yang malang,"

Pria pemilik gelar ksatria terkuat dari Shinto itu lalu mengarahkan tangannya kearah perekam suara berukuran kecil yang ikut melayang bersamaan dengan beberapa lembar foto mengenai pemilik jiwa Kaisar Naga Merah. Tak lama berselang, perekam suara itu terlihat sedikit bersinar sebelum mulai mengeluarkan suara rekaman yang berhasil di ambil

"Hari ini kita akan memulai pengawasan terhadap Hyodou Issei. Koneko mengatakan bahwa remaja mesum itu memiliki Sacred Gear ber aura naga, hampir sama dengan bidak baru milik Sona, Genshirou Saji si pemilik Vvitra yang baru saja direinkarnasikan dua bulan lalu"

"Aku juga telah membuat kesepakatan dengan Sona agar tak ikut campur dalam urusan ini. Jadi kita bisa bermain aman tanpa perlu takut kecolongan sedikitpun. Lagipula Kuoh adalah teritori milik Gremory dan Sitri, jadi dapat dipastikan takkan ada iblis lain yang berani mencampuri urusan kita, terlebih lagi dengan status kakakku yang menjadi Maou Lucifer sekaligus iblis terkuat di Mekai."

"Itulah rekaman yang berhasil Basara dapat setelah berhasil mengelabui salah satu budak Gremory, dewi, " tukas Jin seraya mematikan alat perekam suara dengan menggunakan sihirnya."Jadi, apa tanggapan anda, dewi Amaterasu, dewa Susano'o? Apakah kami harus bertindak dengan cara keras?"

Susano'o meletakkan kedua tangannya didepan dada secara bersilang. Pandangannya bergulir kearah sang kakak yang nampak belum bereaksi."Hmm, mereka terlihat mulai kelewatan, bagaimana jika teritori Kuoh kita ambil kembali, Nee-sama?" tanya Susano'o dengan iris onyx yang berkilat tajam disertai KI yang mulai merembes naik. Meski nadanya terdengar santai, namun KI yang menguar dari tubuh dewa itu membuktikan bahwa dia sedang dalam kondisi buruk.

Kaum iblis telah melewati batas kearogansian mereka. Dengan tanpa ragu heiress dari klan Gremory itu mengatakan kalau Kuoh adalah teritori iblis? Ini merupakan pelecehan terhadap mitologi Shinto yang notabenenya merupakan pemilik asli seluruh tanah Jepang dan sekitarnya.

Pada awalnya Shinto meminjamkan beberapa wilayah untuk ras iblis dengan tujuan sebagai simbol perdamaian, setelah konflik yang terjadi antara ras Yokai yang menjadi salah satu pilar Shinto dengan ras iblis sekitar sepuluh tahun lalu.

Namun, pinjaman tetaplah pinjaman. Dewi Amaterasu telah mengatakan kalau kaum iblis tidak boleh mereinkarnasikan manusia di Kuoh, apapapun itu alasannya, dan mereka telah menyetujui itu. Mereka hanya boleh mereinkarnasikan manusia yang telah kehilangan nyawanya,-atau dengan kata lain, manusia yang telah menjadi mayat..

Namun, dua bulan lalu, salah satu heiress ras iblis yang ditugaskan untuk menjaga kota Kuoh mulai melanggar kesepakatan dengan mereinkarnasikan seorang remaja SMA yang diketahui memiliki aura salah satu dari mantan Five Dragon King, Vvitra.

Mereka dengan mudahnya membuat alibi bahwa remaja itu telah tewas terlebih dahulu karena diserang oleh segerombolan preman, sehingga mereinkarnasikannya menjadi iblis bukanlah hal yang melanggar perjanjian.

Dan mereka pikir dewi Amaterasu percaya begitu saja? Tidak!. Semenjak dua tahun lalu Amaterasu sudah menaruh rasa tidak percaya kepada mereka. Lebih tepatnya setelah ras iblis mengirimkan dua heiress muda yang tak memiliki catatan pengalaman apapun untuk menjaga Kuoh.

Hingga pada akhirnya Amaterasu mengutus tiga orang dari klan pahlawan yang ditugaskan untuk memata-matai tingkah laku para iblis disana. Dengan maksud agar dirinya bisa mendapat informasi yang lebih terpecaya tentang keadaan wilayah yang dipinjamkannya, mengingat yang menjaga Kuoh hanyalah beberapa ekor iblis muda tanpa pengalaman.

Dan informasi apa yang Amaterasu terima dari tiga mata-matanya?

Remaja yang memiliki jiwa Vvitra itu telah terkena sihir mereka, mengatakan bahwa menjadi iblis adalah hal yang sangat menyenangkan. Mereka mengiming-imingi segala kenikmatan dunia agar remaja malang itu mau patuh dan tunduk. Bahkan, mereka tak ragu menawarkan tubuh mereka sebagai imbalan atas berubahnya remaja itu menjadi iblis.

Namun saat itu dewi Amaterasu memilih diam. Dirinya lebih memilih percaya pada mereka karena tak ingin menyulut konflik yang dapat mengakibatkan peperangan antar fraksi. Tidak, Amaterasu bukanlah sosok dewi yang gila perang layaknya Ares ataupun Sakra. Dia adalah sosok dewi yang cinta damai.

Dan kini mereka mulai berulah lagi. Mengincar seorang pemuda malang yang memiliki jiwa naga surgawi generasi terakhir, Draig? Amaterasu tak akan diam saja kali ini. Ras iblis secara tidak langsung telah melecehkan Shinto dan dia sangat tidak menyukai itu.

"Tidak, Susano'o," jawab Amaterasu sembari memejamkan mata setelah berungkali menghela nafas. "Itu terlalu berisiko mengingat kini kita sedang dalam masa damai. Memang, jika kita berperang melawan fraksi iblis, dapat dipastikan kemenangan berada di pihak kita."

"Tapi-,"

"Namun, bagaimana jika para mitologi ataupun fraksi lain ikut campur dalam perang kita?" Dewi itu lalu membuka kelopak matanya, menampilkan iris onyx yang begitu indah pada dunia. "Sebut saja Khaos Brigade. Organisasi itu pasti tak akan tinggal diam ketika mengetahui kita berperang. Apalagi para pemberontak klan Pahlawan yang berada dalam naungannya, mereka pasti akan memanfaatkan kesempatan ini untuk menghacurkan Shinto."

Jin dan Susano'o kemudian mengangguk paham atas penjelasan yang diberikan oleh dewi mereka. Memang benar, jika berperang sekarang, dapat dipastikan mitologi Shinto akan berada dalam ambang kehancuran mengingat betapa banyaknya pihak yang menginginkan peperangan terjadi. Di tambah lagi dua tahun lalu mereka kehilangan sepertiga dari anggota klan pahlawan akibat perang saudara.

"Jadi, apa keputusanmu, Nee-sama?"

Amaterasu hanya tersenyum membalas pertanyaan adiknya. Dewi itu lalu mengarahkan pandanganya kearah Jin. "Jin, kembalilah ke klan pahlawan. Katakan kepada para tetua kalau kini pendidikan militer diwajibkan untuk anak-anak. Meski begitu, jangan paksa mereka untuk berlatih terlalu keras, cukup beri mereka pelatihan secukupnya. Dan jangan lupakan motivasi serta berbagai macam hadiah agar anak-anak menadapatkan pendorong semangat."

Setelah selesai dengan perintahnya terhadap Jin, dewi itu mengalihkan pandangannya kearah sang adik.

"Dan Susano'o, mulai besok, sisa anggota dari dua belas elite akan berada dalam bimbinganmu serta Tsukoyomi. Tempalah mereka hingga menjadi ksatria berbakat layaknya Naruto-kun. Aku percayakan mereka pada kalian, oke?"

"Dimengerti, Nee-sama." Susano'o menundukkan kepalanya ketika menjawab perintah kakaknya. Mulai besok, dirinya akan diberi tanggungjawab untuk melatih para remaja berbakat dari akademi militer yang diberi julukan dua belas elite, termasuk juga Jeanne Pendragon.

"Jadi, apa ada yang-,"

"Maaf menyela, dewi," ujar Jin dengan sedikit menundukkan kepala. Dia tak mau lancang dengan langsung menyela setelah mendengar perintah yang dikeluarkan dewi-nya."Setelah mendengar penjelasan anda, saya berasumsi bahwa saya akan ikut melatih para anak-anak ataupun menjadi pengajar di akademi, apakah asumsi saya ini salah?"

Mendengar itu membuat Amaterasu tersenyum maklum. Suassana berat secara perlahan menghilang setelah keadaan mulai menjadi tenang."Tidak ada yang salah dengan asumsimu Jin. Minggu depan kau mulai kutugaskan untuk menjadi salah satu pengajar divisi satu unit tempur jarak dekat di Akademi militer"

Pria setengah naga itu kembali menegakkan badannya, kemudian memandang heran kearah sang dewi."Lalu bagaimana dengan Basara dan Mio yang berada di Kuoh? Apakah anda akan membiarkan mereka sendirian tanpa orang berpengalaman? Saya tau mereka itu kuat, dewi, sangat kuat malah, mengingat mereka juga anggota dari dua belas elite. Namun dalam hal pengalaman mereka masih terlalu minim sehingga tanpa kehadiran saya, kemungkinan untuk bertindak gegabah pun terbuka lebar."

Dewi itu tak melunturkan senyumnya ketika mendengar protes secara tak langsung yang dikemukakan Jin. Dengan tenang dia mengarahkan tangannya kedepan, dan sedetik kemudian muncul layar proyeksi sihir yang memuat data diri beserta foto seorang remaja tampan berambut pirang keemasan dengan iris ruby berkilat tajam yang sedang menunggangi seekor anjing-serigala raksasa berbulu hitam pekat dengan mata merah menyala.

"Aku akan mengirimkan putraku untuk menggantikanmu. Naruto-kun sudah memiliki puluhan pengalaman diluar sana. Kemampuan diplomasinya juga tinggi dibarengi dengan tindakan yang penuh perhitungan. Yang tertera pada layar proyeksi itu adalah data mengenai misi solo yang kuberikan pada Naruto-kun tanpa sepengetahuan kalian dalam dunia supranatural."

Dan mereka hanya bisa terkejut dengan mata membola tak percaya. Ucapan 'mustahil' dan 'tak mungkin' pun terus mereka lantunkan sembari melihat setiap larik misi yang menurut mereka terlalu tinggi atau bahkan mustahil tingkatannya untuk dilakukan oleh seorang remaja dengan usia tak lebih dari dua puluh tahun.

Naruto Uzumaki, 16 tahun. Misi : menyelamatkan putri terbuang Uther Pendragon yang menyimpan artifak suci Avalon dari kejaran satu kompi penyihir kelas S beserta satu komando Exorcist gereja. Status : sukses. Keterangan : membunuh tiga puluh diantara mereka dan kembali dalam keadaan luka sedang. (A/N : satu kompi beranggotakan 100 orang, satu komando 50 orang)

Naruto Uzumaki, 18 tahun. Misi : memata-matai para tetua serta tokoh klan pahlawan yang diduga akan melakukan kudeta. Status : sukses. Keterangan : berhasil membawa info tentang akan terjadinya perang saudara serta kembali tanpa dicurigai

Naruto Uzumaki, 19 tahun. Misi : membantu penyelesaian konflik wilayah antara fraksi Tepez dan Carmilia di Rumania. Status : sukses. Keterangan : kembali tanpa luka apapun meski sempat terlibat konflik dengan salah satu bangsawan vampir pihak Tepez

Dan yang paling mengejutkan

Naruto Uzumaki, 20 tahun. Misi : mengawasi gerak gerik aneh beberapa dewa Olympus yang terlihat melakukan pengintaian terhadap perairan laut Jepang, dekat dengan gerbang masuk Takamagahara. Status : gagal setelah bertemu oleh salah satu dewa yang secara bersamaan sedang berada disana. Keterangan : berhasil membunuh dewa itu serta kembali dalam keadaan luka berat setelah menggunakan mode terkuat dari Canis Lykaon.

"Satu tahun lalu, terukir sejarah baru dimana Olympus telah kehilangan salah satu pilar terkuatnya. Seorang dewa perang telah meregang nyawa ditangan pemuda pemilik Longinus yang membawa jiwa Inugami, Canis Lykaon. Kematian dewa itu masih menjadi rahasia yang hanya diketahui oleh pihak Olympus sendiri, beserta beberapa orang dari kita yang menjadi saksi atas terjadinya pertarungan besar antara setengah manusia melawan dewa"

Dewi Amaterasu bergumam pelan dengan senyuman indah terukir pada wajah cantiknya. Iris matanya tak bisa berhenti untuk bersinar kagum, ketika dirinya kembali membaca salah satu pencapaian tertinggi yang diraih oleh putra angkatnya.

"A-Ares telah tewas?"

"Ba-bagaimana mungkin?!"

.

.

And Cut-

Prologue selesai

Yo?! Apa kabar?

Fict baru? Yah, karena entah kenapa aku merasa gak mood buat ngetik TCNNL jadi malah ini yang keluar. Selain itu, aku juga lagi ada UAS selama dua minggu plus remidi. Dan anehnya, siswa yang nilainya bagus tetep disuruh ikut remidi, kan kampret. Ditambah lagi aku disuruh ngulangin laporan yang kubuat karena teman sekelompokku lupa nggak nulis hasil praktikumnya. Bagi anak kimia pasti paham betapa BAHAGIA nya nulis ulang sebuah laporan, NULIS oke?.

Oke, masuk ke pembahasan

Why DxD? Yah kalau kalian tanya gitu, aku akan menjawab jika 'Dunia DxD menarik untuk diotak atik' sehingga aku membuat fict ini. Sebenarnya aku dapet inspirasi dari beberapa fict karya para senpai, seperti The Irregular Dragon dan A Love for The Queen dari Ries Afiela senpai, juga To The End of The World karya si hitam senpai

Pair? Jangan tanya pair, karena itu akan terungkap seiring dengan berjalannya cerita, entah itu single ataupun harem, entah itu Jeanne atupun yang lain, karena masih banyak chara perempuan yang belum kutampilkan dsini. Namun, jika memang diharuskan untuk Harem, aku akan menambahkan sedikit drama untuk itu.

Naruto saat ini berusia dua puluh tahun, dengan tampilan seperti gilgamesh di F/SN UBW, sedangkan Jeanne delapan belas tahun. Jeanne berhasil diselamatkan Naruto ketika berusia empat belas tahun. Dan disini yang kuambil adalah Jeanne dari Fate series dan berada di Takamagahara, tak ada Jeanne yang ikut Cao-Cao.

Jeanne mempunyai impian dan juga keinginan. Keinginannya sudah disampaikan melalui dialog antara Jin dengan Naruto, yaitu berkeliling kota Kyoto. Sementara impiannya sudah tersirat pada molongnya saat duel dengan Naruto ataupun scane dialog Naruto dengan partnernya, Jin.

Ibu Basara? Adik Naruto? Ayah Naruto? Elite 12? Jeanne keturunan Pendragon? Banyak misteri yang akan terungkap seiring dengan berjalannya cerita.

Disini aku gak berpatokan dengan 10 strongest beings in the world, alias setiap mitologi punya dewa serta kekuatan tempur masing-masing, dan mereka belum pernah saling di adu. Jadi peringkat mereka belum pernah dibuat

Naruto membunuh Ares? Seberapa kuat Ares, atau...seberapa kuat Naruto? Maa~ untuk Ares, dia cukup terpandang mengingat statusnya sebagai dewa perang dari Olympus. Sementara Naruto, dia hanya kuat, bukan Godlike.

Bagaimanapun juga Naruto adalah manusia setengah darah yang akan kalah jika dihadapkan dengan Amaterasu, Naruto akan mati jika melawan Yondai Maou ataupun Four Seraph, Naruto akan hancur saat dihadapkan dengan tiga dewa superior dari mitologi Hindu ataupun Olympus, dan Naruto hanya akan seperti debu jika diadu dengan Three Dragon God

Dan juga, di sini Naruto dari klan Pahlawan. So, ucapkan selamat datang pada Shinmai Maou no Testament dan Fate series. Mungkin juga Noragami mengingat Shinto yang menjadi latar belakang Naruto.

Oke, hanya ini yang dapat kusampaikan

Mur4s4me out!