Lala-chan ssu and val pururin proudly present

It's Like Beauty and the Beast

Pair: AoAka

Rated: Kembali ke T sebenernya tapi yaaahh...

Disclaimer: Mau saya nangis darah dan jadi demon slayer juga Kurobas hanya milik om Fujitada

Warning: AU, OMEGAVERSE, TWIN!BOKUSHI ORESHI, BAHASA CAMPUR ADUK BAKU-GAUL, GAJE, ABAL, OOC, NISTA, DLL DKK

Note: Disini Shiori masih hidup dan Masaomi sayang sama oreshi

DLDR

~~oo00oo~~

Chapter 7:They Love Each Other

~~oo00oo~~

Pagi itu, akhirnya Akashi dan Aomine kembali masuk kelas seperti biasa. Aomine langsung duduk di tempatnya, di samping jendela, dan menatap langit dengan bosan. Sementara Akashi? Ia langsung dikerubungi semua murid.

"Akashi-kun, apa kau baik-baik saja?"

"Sakit tidak?"

"Apa yang kau rasakan?"

"Hey, apa Aomine melakukannya dengan baik?"

"Siaaall, Aomine! Kau beruntung sekali!"

Akashi gelagapan hendak menjawab semua pertanyaan teman-temannya. Aomine sendiri hanya melirik ketika namanya disebut.

"Ah, aku baik-baik saja. Aku sudah biasa mengalaminya. Kalau soal sakit, hanya sedikit saja kok. Dan aku tak berkewajiban menjawab pertanyaan itu."

Aomine melirik ke arah Akashi. Dari luar, ia nampak baik-baik saja. Namun Aomine tahu Akashi sedikit memaksakan diri untuk ke sekolah karena selama seminggu ia tak masuk sekolah dan urusan klub ia serahkan pada Momoi.

"Aromamu masih tercium manis. Aku iri pada Aomine yang bisa melakukannya dengan omega secantik dirimu." Ujar seorang alpha yang dahulu menanyakan apakah Akashi sudah memiliki mate atau belum.

Oke, sudah cukup.

"Oi, kau."

Sontak semua murid yang mengerubungi Akashi menoleh kepada Aomine. Sontak murid-murid beta yang mengerumuni Akashi langsung menjauh sedangkan murid alpha menegang. Pasalnya, Aomine mengeluarkan aura alpha yang amat sangat mengintimidasi.

"Kalian sadar tidak kalian membuat dia tidak nyaman?" semua nada bicara Aomine diberi penekanan. "Lebih baik tinggalkan dia sendiri atau kupenggal kalian."

Suasana kelas langsung tegang. Untungnya bel masuk berbunyi berbarengan dengan wali kelas mereka yang memasuki ruang kelas. Semua murid pun kembali ke tempat duduk mereka dalam diam. Akashi melirik Aomine dan membisikkan terima kasih. Namun hanya dibalas lambaian tangan yang menandakan bukan masalah.

Akashi tersenyum. Ia lalu kembali memperhatikan pengarahan wali kelas mereka.

~~oo00oo~~

Aomine merasa tatapan Generasi Keajaiban lainnya benar-benar aneh.

Kali ini, Aomine hanya makan siang bersama dengan para tim basketnya. Akashi sedang memiliki urusan dengan Momoi mengenai klub, jadi dia meminta Aomine bergabung dengan tim basketnya saja untuk hari itu. Tapi kenapa dia malah dipelototin?!

Biasanya juga dia ditatap kayak gembel gak mandi lima tahun sih, tapi sekarang lebih parah.

"Apaan sih lo semua liat-liat gue? Gue tau gue ganteng, nanti boleh minta tanda tangannya!" sembur Aomine yang kzl diliatin.

"GEER LU, PANTAT PANCI!" Kagami balas nyembur.

"Kagami-kun gak usah ngegas. Makin keliatan begonya." Celetuk Kuroko.

"Noh, dengerin noh! Lo tuh bego!" ledek Aomine.

"Kagami-kun itu bego. Kalau Aomine-kun goblok."

"Tetsu, bangsat lu."

"Sepertinya kau santai sekali seminggu ini, Aomine." Ujar Midorima. Aomine mendengus.

"Kalau ini soal jomblo, gua gak mau denger sumpah. Bosen." Kata Aomine.

"Maksudku bukan itu, nodayo! Menurut jadwal hari ini kelas kalian kebagian ujian matematika!" Midorima sewot.

"EH WHUANJENG SUMPAH LU?!" Aomine kalap dan merombak tasnya.

"Bukannya kau diajari oleh Akashicchi, Aominecchi?" tanya Kise.

"Heehh...Mine-chin diajari omega? Kau gak punya harga diri, ya?" tanya Murasakibara malas.

"Haaa?! Apa maksudmu?"

"Habis alpha kan memegang kontrol atas omega. Omega itu kasta yang jauh lebih rendah dari alpha. Tapi kau malah memperlihatkan omega lebih baik daripada alpha. Menyedihkan ah." Komentar Murasakibara datar.

Suara meja yang digebrak membuat seisi kantin menoleh ke sumber suara. Pelaku penggebrakkan meja tentu saja adalah Aomine. Aomine menatap Murasakibara gahar sementara yang ditatap hanya balik menatap dengan malas.

"Murasakibara, jika kau bicara begitu lagi soal Akashi," Aomine memicing. "Aku pasti akan menghajarmu."

"Kenapa marah? Itu kan kenyataan. Omega lebih rendah daripada alpha. Sejak dulu sudah begitu. Dan aku tak peduli itu mate Mine-chin atau apa, di mataku semua omega harusnya lebih rendah."

Aomine geram. Ia langsung tanpa berpikir panjang meninju wajah Murasakibara, membuat semuanya shock di tempat.

"Oi, oi, Aomine! Hentikan!" Kagami buru-buru menahan tangan Aomine yang tadinya hendak menghajar Murasakibara lagi, begitu pula dengan Kise. Midorima langsung bangkit dan hendak menengahi.

Namun, Midorima kalah cepat. Murasakibara sudah membalas pukulan Aomine lebih keras lagi. Keributan pun tak terelakan. Bahkan Kagami dan Kise juga menjadi korban sikutan dan hantaman demi memisahkan mereka berdua.

"Brengsek kau, Murasakibara!"

"Aku tidak salah, tahu!"

"Tak akan kumaafkan kau!"

"Siapa peduli!"

"DAIKI! HENTIKAN!"

Tangan Aomine yang hendak meninju wajah Murasakibara sekali lagi berhenti di udara. Ia merasakan sebuah tubuh mungil memeluknya dari belakang. Aroma manis strawberry langsung menyapa indera penciumannya.

"Sei..." Aomine berkata lirih. Akashi semakin mengeratkan pelukannya.

"Apa yang kau lakukan?! Hentikan ini! Aku tak suka kau berbuat begini!"

Aomine melepaskan Murasakibara, lalu berbalik menatap Akashi. Iris birunya menatap matenya dengan tajam.

"Akashi, dia baru saja mengolok-olokmu!" seru Aomine tak terima. Akashi hanya merengut.

"Itu bukan masalahmu, Daiki. Berhenti berbuat begini! Ini hanya akan menyusahkanmu!"

Aomine terdiam mendengar ucapan Akashi. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya.

"Jadi...maksudmu kau tidak apa-apa, membiarkan orang lain merendahkanmu?" tanya Aomine dengan nada rendah.

"Bukan begitu—"

Belum sempat Akashi selesai berbicara, Aomine berjalan melewatinya.

"Ayo ke kelas, Seijuurou."

Akashi tahu, bila Aomine menyebut namanya, Aomine sedang amat sangat kesal.

Akashi hanya bisa menunduk dan mengikuti Aomine dalam diam. Setelah mereka pergi, suasana kantin terasa bebas lagi dan semua kembali ke kegiatan mereka, meski agak canggung.

~~oo00oo~~

Akashi dan Aomine duduk di bangku masing-masing. Aomine enggan membuka percakapan, sedangkan Akashi sungkan memulai percakapan. Padahal biasanya mereka selalu duduk berdempetan dan membicarakan banyak hal. Atau kalaupun mereka diam, Aomine akan bersandar pada Akashi dan membiarkan Akashi membelai rambutnya.

Keheningan ini membuat Akashi menderita.

"Ne, Akashi-kun."

Akashi menoleh kepada ketua kelas 1-D. Seorang perempuan beta dengan rambut dikepang dan kacamata tebal. Gadis itu tersenyum sambil memeluk buku catatannya.

"Anu, ini soal festival sekolah lusa nanti. Waktu itu kau tak masuk, jadi aku tak bisa mendiskusikannya denganmu." Ujarnya. Akashi mengangguk. Festival sekolah ya. Memang festival sekolah Teikou selalu digelar secara besar-besaran. Seluruh kelas berpartisipasi tanpa kecuali, berbagai pementasan, stand makanan, serta acara-acara hiburan lainnya menyemarakkan festival sekolah Teikou.

"Apa ada yang bisa kubantu dengan acara kelas lusa?" tanya Akashi. Ketua kelasnya pun membuka buku catatannya.

"Kelas kita nanti akan mengangkat tema maid and butler cafe. Dan kami sudah memilih kandidat yang akan kami jadikan maid, butler, lalu membagi menjadi koki dan bagian hiasan." Jelas ketua kelas. Akashi mengangguk.

"Lalu? Apa aku ditempatkan di bagian hiasan?"

"Bukan. Voting kelas sepakat kau akan menjadi maid."

Akashi nyaris terjungkal dari kursinya.

"A-ah, aku jadi maid..." Akashi mengembalikan wibawanya. "Tapi, kenapa aku?"

"Tidak apa kan? Kau memenuhi syarat, dan semua orang di kelas juga setuju." Ujar sang ketua kelas. Akashi pun hanya menghela napas.

Ia melirik ke arah Aomine. Ia yakin sang mate mendengar pembicaraan mereka. Namun Aomine tak menggubris. Seolah tak peduli. Akashi mencengkram celananya di bagian lutut diam-diam. Ia menghela napas dan tersenyum pada ketua kelasnya.

"Baiklah. Aku mau." Perkataan Akashi membuat sang ketua kelas nampak senang. Yah, tak apalah. Hanya sehari. Lagipula di sekolah lamanya tak ada acara seperti ini.

"Oh, satu lagi. Para maid wajib menggunakan kostum kucing jadi kau akan menggunakan ekor dan nekomimi."

Akashi auto menyesal.

~~oo00oo~~

"Kyyaaa! Sei-chan manis sekaliii!"

Akashi menunduk dan wajahnya memerah. Kedua tangannya menggenggam roknya seolah menutupi pahanya yang terekspos. Akashi mengenakan seragam maid berenda-renda warna putih, dengan paduan apron berwarna merah dengan pita di bagian dada. Terdapat ekor kucing di bagian belakang tubuhnya dan kuping kucing di kepalanya. Kakinya dibalut stocking putih dan sepatu hitam, menambah keimutannya.

Seluruh alpha pun menelan ludah dan melirik-lirik Akashi yang kini tengah didandani oleh Momoi. Polesan make up natural membuat Akashi kian cantik. Semua alpha, kecuali Aomine.

Aomine sendiri ditempatkan sebagai butler. Rambut pendeknya yang biasanya dibiarkan kini digel supaya sedikit rapi. Pakaian butler yang berupa vest suit berwarna gelap, dipadukan dengan kemeja putih dan celana bahan hitam. Kakinya dibalut oleh sepatu pantofel mengilap. Seharusnya butler mengenakan jas, namun Aomine protes bahwa rasanya panas. Jadi ia menanggalkan jasnya dan hanya mengenakan vest suit dan kemeja lengan panjangnya ia lipat hingga siku, menampilkan lengannya yang berotot dan atletis. Tangannya ditutupi sarung tangan putih, membuat Aomine terlihat lebih dari sekedar butler biasa.

Akashi terus menatap Aomine yang seolah tak peduli. Akashi tahu mengapa Aomine marah. Selama ini Aomine menghormatinya sebagai omega, tapi Akashi malah bersikap seolah ia tak menghargai perbuatan Aomine itu. Akashi salah, ia ingin meminta maaf. Tetapi Aomine malah menghindar.

"Nah, Sei-chan. Lakukan seperti yang kuajarkan kemarin ya. Kau pasti bisa!" Momoi menyodorkan papan promosi kafe kelas mereka lalu mendorong Akashi ke luar menuju lorong. Di lorong, suasana sangat ramai dengan orang lalu lalang. Akashi menelan ludah, lalu mengangkat papan promosi setinggi mungkin lalu berteriak

"SEMUANYAAA~~ DATANGLAH KE MAID AND BUTLER CAFE KELAS 1-D~~"

Akashi melotot sedikit ke arah Momoi. Momoi malah mengangkat jempolnya sambil tersenyum. Akashi menghela napas, menerima nasibnya.

"K-KALIAN HARUS DATANG YAA~~NYAAANN~~~"

~~oo00oo~~

Kafe kelas 1-D sukses laris manis. Kafe mereka tak pernah sepi pengunjung, bahkan ada yang rela mengantre demi memasuki kafe itu. Selain makanannya yang enak, tentunya mereka datang karena sesuatu hal yang lain.

"Neko-chaann~~ kami sudah mau pesan nih~"

"Iyaa, sebentar nyaan~"

"Akashi neko-chan, kau manis sekali!"

"T-terima kasih. Aku senang, nyaan~"

"Neko-chaann! Tolong siapkan minumankuu!"

"B-baiklah, aku kesana~~"

Semua murid kelas 1-D berdecak kagum. Nampak Akashi begitu piawai melayani tamu. Dan tentunya ia dipanggil kesana kemari. Mereka tahu Akashi cantik dan manis, namun ini semua melebihi ekspektasi mereka. Semua pengunjung festival mulai dari murid Teikou sampai orang luar berbondong-bondong datang.

Padahal Akashi sendiri baru selesai mengalami heat. Aroma feromon masih menempel di tubuhnya, dan nampak Akashi sedikit kelelahan. Ya, tenaganya memang belum pulih sepenuhnya. Namun hal itu justru membuat feromon Akashi tercium lebih manis. Membuat orang-orang ketagihan.

Akashi seketika menjadi candu massal.

"Yo, Akashi!"

Akashi menoleh ke sumber suara. Rupanya anggota Generasi Keajaiban. Ditambah Kuroko nampak mengenakan sebuah kain putih.

"Wah, kalian juga datang." Akashi tersenyum lalu memasang pose kucing. "Aku senang sekali, nyaan~"

Seketika, seluruh pengunjung yang melihat kena Love Shot

"Boleh catatkan pesanan kami? Omong-omong, kau cocok memakai pakaian itu." Puji Kagami. Akashi tersenyum senang.

"Terima kasih, Kagami-kun. Oh ya, Kuroko-kun. Kenapa pakaianmu begitu?" tanya Akashi.

"Kelasku membuat pertunjukan Rumah Hantu. Tapi sepertinya mereka tak sadar aku pergi."

Hening

"Baiklah, jadi kalian mau pesan apa?" Akashi tersenyum, mengalihkan pembicaraan.

"Aku mau vanilla shake."

"Sup kacang merah saja, nodayo."

"Aku mau cheesecake, ssu!"

"Oh, aku pesan cheeseburger, hotdog deluxe, cheese sandwich, cheesedog, french fries, special ham sandwich, dan egg sandwichnya!"

"Aku mau semua kuenya"

Akashi mencatat semua pesanannya, lalu menyerahkannya ke bagian penyiapan makanan. Kemudian, Akashi pun diminta melayani pelanggan yang baru datang.

Namun bersamaan dengan itu, beberapa pelanggan juga memanggil Akashi. Akashi mempersilahkan pelanggan yang baru datang untuk duduk, lalu menghampiri salah satu pelanggan.

"Ada yang bisa ku—"

"Oi, aku memanggilnya duluan!"

"Jangan mengganggu! Salahmu sendiri!"

"Neko-chan, urusi kami saja! Tinggalkan mereka!"

"Anu, hotdogku—"

"Ne, neko-chan kemarilah~~"

"Ah, tunggu..." Akashi langsung gelagapan. "S-satu per sa—"

Seketika, tangan Akashi ditarik menuju dekapan Aomine. Akashi membelalakkan mata sementara keributan langsung mereda. Iris biru Aomine memicing, lalu ia menyeret paksa Akashi keluar dari stand kelas mereka. Aomine tak menghiraukan teriakan Momoi memintanya kembali dan minta maaf.

Aomine dan Akashi berjalan menjauhi kelas. Melewati lorong yang ramai dilalui orang. Aomine terus merangkulnya sepanjang perjalanan.

Hati Akashi menghangat. Ia segera menyandarkan kepalanya ke bahu Aomine

~~oo00oo~~

"Sudah dibilang kau itu tak boleh terlalu lelah."

"Aku baik-baik saja, Daiki."

"Ssht. Diamlah."

Aomine meninggalkan Akashi duduk di taman yang rindang. Tak lama, Aomine kembali membawakan minuman dingin dan dua bungkus hotdog. Akashi menerimanya sambil mengucap terima kasih dengan lirih. Ia mulai makan sementara Aomine meminum minumannya lebih dulu.

"Daiki, maaf."

"Kenapa kau minta maaf padaku? Tak ada yang menyalahkanmu kalau kau butuh istirahat."

"Maksudku bukan itu." Ujar Akashi. Suasana di sekeliling mereka hiruk pikuk, namun Aomine mendengar nada penyesalan dari suara Akashi.

"Kemarin...maaf karena aku tak menghargai perbuatanmu." Ujar Akashi. Aomine mendengus lalu mengelus rambut Akashi.

"Kau itu. Yang harus kau beri permintaan maaf bukan aku, tapi dirimu sendiri." Kata Aomine. Akashi mengerjap tak mengerti.

"Kau merendahkan dirimu sendiri. Bukankah harusnya kau meminta maaf pada dirimu?" tanya Aomine. Akashi menunduk, lalu menganggukkan kepalanya sedikit.

"Bagus kalau kau mengerti." Ujar Aomine. Mereka pun memakan makan siang mereka dalam diam.

"Sei."

"Ya, Daiki?"

"Acara puncak pentas nanti sore..." ujar Aomine. "Ayo kita nonton bersama."

Akashi membulatkan matanya. Namun ia kembali tersenyum.

"Tentu!"

~~oo00oo~~

Seperti yang sudah diduga, bagian panggung saat acara puncak pentas seni sangat ramai. Semua menyaksikan penampilan teman-teman satu sekolah, mulai dari drama, trik sihir, band, dance, situasi komedi, stand up comedy, dan lain sebagainya.

Aomine merangkul bahu Akashi agar mereka tak terpisah. Di sebelah Aomine, para anggota Generasi Keajaiban tengah menonton penampilan band. Yang menyanyi? Tentu saja Kise. Dengan sedikit bayaran uang, Kise mau menjadi vokalis band sekolah tersebut. Mendengar jeritan para fangirl, jelas sekali klub band melakukan strategi yang tepat.

"Kise-kun sangat populer ya." Akashi terkekeh. Aomine mendengus.

"Dia hanya tebar pesona!" gerutu Aomine.

Penampilan musik berakhir. Seluruh penonton bertepuk tangan dengan riuh. MC pun naik ke panggung.

"YAK! ITULAH PENAMPILAN DARI GROUP BAND KYANGEN KAMYU!" tepuk tangan penonton makin riuh sementara Aomine merengut

Namanya alay bat Gusti...

"KALAU BEGITU, SEKARANG YANG KITA TUNGGU-TUNGGU! HASIL DARI VOTING YANG SUDAH DIGALAKAN SEJAK SEMINGGU YANG LALU, TEIKOU BEST COUPLE DISINGKAT TBC! MANA TEPUK TANGANNYA GENKS?!" tepuk tangan pun kembali bergemuruh.

Nama acaranya emang Teikou Best Couple Disingkat TBC. Jangan kaget.

"Sepertinya kalian sudah tidak sabar lagi, ya. Baiklah! Akan kami bacakan nominasinya!"

Aomine menguap. Ia tak pernah tertarik dengan bagian ini. Ia hanya menunggu acara penutupan. Hal seperti penghargaan pasangan terbaik tak begitu penting untuknya.

"...DAN PASANGAN LEGENDARIS KITA YANG MUNCUL BAGAIKAN KOMET! TIBA-TIBA DATANG, TIBA-TIBA BUCIN! DARI KELAS 1-D, AOMINE DAIKI DAN AKASHI SEIJUUROU!"

Aomine nyembur sedangkan wajah Akashi merah padam. Bagaimana mereka bisa mausk nominasi?! Tidak ada yang tahu tentang ini!

"YAK JUMLAH SUARANYA TERUS BERJALAN!"

WAIT KOK TAU-TAU UDAH ITUNG HASUK VOTE AJA?!

Aomine panik sedangkan wajah Akashi semakin memerah. Terutama ketika bar di atas foto mereka berdua—yang entah didapat darimana—semakin naik dan naik dan naik dan akhirnya—

"DAN KITA SUDAH MENDAPATKAN PEMENANG TEIKOU BEST COUPLE DISINGKAT TBC TAHUN INI! YAITU ADALAAAAAHH... AOMINE DAIKI DAN AKASHI SEIJUUROU!"

Seluruh murid pun bertepuk tangan. Aomine kebingungan setengah mati. Terutama ketika mereka diseret menuju panggung.

"Oy, aku harus apa?!" Aomine makin panik.

"PIDATO! PIDATO! PIDATO!"

"NYATAIN CINTAAA!"

"CIUM! CIUM! CIUM!"

"LEMON! LEMON! LEMON!"

Bhah tukang es lemon lewat.

"BACOOOOD!" Aomine berteriak keras. Semua pun mingkem.

"Eeehh... Sei."

"Ya, Daiki?"

Aomine menelan ludah. Ia tak pernah mengatakan hal romantis pada Akashi di depan umum—ya terus selama ini lu ngapain di depan Kisedai, goblok—. Aomine menghela napas lalu menatap matenya dalam.

"Kau tahu? Waktu umur kita sepuluh tahun. Saat pertama kita bertemu. Di detik aku melihatmu, sejak saat itu segalanya di hidupku hanya tentang dirimu."

Wajah Akashi memerah. Ia menunduk, menahan air matanya. Entah karena malu atau terharu.

"Tak peduli, meski orang lain menganggap omega itu rendahan. Di mataku kau adalah permata terindah yang terlalu agung. Kau bahkan mengubah hal yang seharusnya biasa menjadi luar biasa."

"Astaga, Daiki—"

"Tolong," Aomine memotong. "Izinkan aku melanjutkan." Akashi pun mengangguk.

"Hal-hal yang kau sukai, caramu bicara, berjalan, bahkan hal-hal kecil seperti caramu mengedipkan mata, astaga Sei. Kau membuatku mencintaimu lebih dalam."

"Aku tak peduli tentang hal lain. Mau dunia hancur atau damai, atau perintah lainnya, aku hanya ingin kau bahagia."

Daiki meraih tangan Akashi. Ia berlutut dan mencium punggung tangan Akashi, membuat penonton bersorak.

"Aku mencintaimu, Sei." Ujar Aomine. "Sejak dulu, sekarang, dan untuk seterusnya."

Air mata meleleh dari kedua iris Akashi. Akashi mengangguk dan terisak.

"Aku juga...mencintaimu, Daiki. Alpha terbaik yang bisa kuminta."

Akashi menunduk, lalu mencium bibir Aomine. Sorakan yang lain tak mereka pedulikan. Di mata mereka hanya ada satu sama lain. Senyuman terulas di bibir mereka.

Ya, asal mereka saling mencintai. Segalanya tak penting bagi mereka

Karena mereka bahagia

~~~END~~~

*MEWEK* HUWAAAAHHH MANTAP JIWA

HAI READERS GA NYANGKA FIC INI CEPET ENDING ya nyangka sih soalnya si val pururin udah bilang. Cuma buat dramatisir aja kok *dibuang*

Okee bales review dulu~~

val pururin BUDAYAKAN AHOMINE BUCIN! AHOMINE BUCIN HARUS DILESTARIKAN HUWAHAHAH INI DAH LANJUUTT GIMANA BROOO

yak, segitu dari saya. Terima kasih khususnya pada val pururin yang rela nunggu ampe malem karena ngetik saya secepat siput, terima kasih pada emak bapak yang pasrah anaknya ga nurut pas disuruh tidur, dan terima kasih kepada kalian yang setia membaca dan mereview. You're all the best

so, RnR?

p.s: sebagian yang Aomine bilang diambil dari lirik Boy With Luv. HAYOOO SADAR GAAAKK *apaansih*