Demon Slayer Belongs to Koyoharu Gotouge

.

A/N : Ikut meramaikan kapal GiyuuTan sebagai jimat dua kesayangan author semoga baik-baik saja waktu lawan muzan. Mohon maaf kalau belum sesuai ekspektasi dan salah ketik di sana-sini. Authornya tobat nulis angst, semoga kalian suka dengan yang fluffy-fluffy bejat begini.

Happy Reading!


Giyuu dengan ocha di tangan tengah menikmati jeda istirahat dari misi. Dia ingat sebelum ini bertemu dengan Tanjiro, anak itu menyapanya.

"Tomioka-san!"

Suaranya yang periang membawa warna sendiri mengisi misinya hari ini. Diperhatikan lagi, Tanjiro memanggilnya tidak hanya dengan suara periang yang membuat Giyuu bertambah semangat.

"Tomioka-san?" Ketika bertanya, suara anak itu tidak terlalu keras, menyiratkan keingin tahuan tanpa menghilangkan wajah menggemaskannya. Membuat Giyuu rela mengajari anak itu apapun. Matanya akan membulat, diikuti wajah takjub kepada setiap hal baru yang dilakukan oleh Giyuu.

"Tomioka-san." Kali ini, yang diingat oleh Giyuu adalah nada anak itu yang datar menenangkan, digunakan Tanjiro di akhir sebuah kalimat. Tidak seperti Kocho yang memiliki nada sengaja menyindirnya, suara Tanjiro menyiratkan rasa hormat yang dalam pada Giyuu. Tidak ada alasan bagi Giyuu untuk tidak nyaman di sekitar anak itu. Sepanjang hidupnya jadi pemburu iblis, hanya kehadirah Tanjiro yang bisa diterimanya sebagai pendamping misi. Bersama pilar lain (sekalipun ditugaskan dalam satu tim) Giyuu memilih berpencar. Akhirnya misinya terasa solo. Tanjiro lain. Tidak akan Giyuu biarkan Tanjiro bergerak sendiri di dalam pengawasannya. Tidak ada yang boleh melukai anak itu.

Giyuu mengangguk setuju. Mau seperti apapun Tanjiro memanggilnya, suaranya selalu membuat Giyuu merasa lebih baik, lebih tenang, dan lebih berani. Jemarinya mengetuk-mengetuk gelas, memutar berulang-ulang berbagai versi suara Tanjiro di dalam kepalanya. Dahinya berkerut, merasa ada yang kurang.

Tunggu, sepertinya aku melewatkan sesuatu …

Ada satu cara lagi Tanjiro menyebut namanya.

"Ahn, Tomioka-san." Suara itu mengalun lembut. Tidak terlalu keras karena biasanya tertutup oleh tangan atau kain agar apa yang mereka lakukan tidak diketahui orang lain. Nadanya akan tercekat di suku kata terakhir karena Tanjiro merasakan sesuatu dalam dirinya yang perlu dilepaskan. Itu adalah suara yang Tanjiro keluarkan saat mencapai kenikmatan tertingginya.

Wajah memerah itu, peluhnya, dan mulut yang tak berhenti menyerukan namanya …

"Puaskan aku, Tomioka-san."

Giyuu tersedak, ocha di tangannya tumpah. Dia tidak akan bisa menjalani misi dengan mudah jika kepalanya berisi ingatannya tentang Tanjiro dan aktivitas mereka semalam.

- End

Mind to review?