Celebrity Wedding

by

AliaZalea


2 minggu berlalu semenjak kepindahan Baekhyun dari rumahnya dan Chanyeol berharap bahwa Baekhyun tidak akan betul-betul menggugat cerai dirinya, tapi kemudian dia menerima surat dari pengadilan agama yang mengonfirmasi gugatan tersebut, dan dia tidak pernah merasakan patah hati sedalam ketika dia membaca surat itu. Baekhyun tidak mau mengangkat telpon darinya dan semua komunikasi yang dilakukan oleh Baekhyun kepadanya adalah melalui pengacaranya. Bahkan cek 100 juta won yang dikeluarkannya beberapa hari yang lalu itu masih juga belum dicairkan oleh Baekhyun, seakan-akan Baekhyun mau menghapus semua koneksi yang pernah ada diantara dirinya dan Chanyeol. Dia tahu kini bagaimana kesalahpahaman mengenai pembatalan kontrak dengan Baekhyun bisa terjadi. Semua itu karena Taeil, pengacara yang menerima telponnya, ternyata adalah seorang pegawai yang sudah dipecat secara tidak terhormat pada hari yang sama setelah menerima telpon itu. Karena kelalaiannya, Taeil sudah menyebabkan kerugian besar-besaran kepada salah satu klien dan klien itu kemudian menuntut ganti rugi. Kasus tersebut memang tidak ada sangkut-pautnya dengan Chanyeol, tapi Taeil yang merasa tersinggung atas pemecatan ini langsung angkat kaki dari kantor itu tanpa susah-susah melaporkan pembicaraannya dengan Chanyeol. Dan karena Chanyeol juga tidak mengonfirmasi ulang permintaannya, maka tidak ada orang yang tahu mengenainya sampai kontrak itu habis masanya. Ingin rasanya Chanyeol menyalahkan orang lain atas keadaan ini, tapi dia tahu bahwa satu-satunya orang yang sepatutnya disalahkan adalah dirinya sendiri.

Sebulan kemudian Chanyeol mendapati dirinya berada di dalam salah satu ruang pertemuan dipengadilan agama Seoul, menunggu hingga Baekhyun muncul. Inilah pertama kalinya dia akan bertemu lagi dengan Baekhyun setelah perpisahan mereka dan dia merasa gugup. Semalam dia pergi tidur dengan memeluk foto perkawinan mereka yang Baekhyun tinggalkan diatas night stand dikamarnya ketika dia pindah. Dia tidak pernah menyadari betapa sakralnya upacara pemberkatan. Itu bukan hanya sebuah upacara yang menyatakan bahwa mereka sudah menjadi sepasang suami istri yang sah, tapi juga menyatakan bahwa mereka terikat dengan satu sama lain untuk selama-lamanya.

Chanyeol harus mengangkat pandangannya dari lantai ketika melihat Baekhyun yang tampak super seksi dengan set atasan dan celana panjang berwarna putih gading dengan selendang coklat tua yang menyelubungi bahunya, tapi lebih dari itu, dia kelihatan glowing dengan kepercayaan diri dan suatu hal lain yang dia tidak bisa pastikan datang darimana. Oh my God, how is this possible?! Bahkan setelah perempuan ini menginjak-injak hatinya yang dia sudah persembahkan padanya diatas nampan emas, Baekhyun masih bisa mengundang reaksi yang sangat mendalam dari dirinya. Chanyeol melirikkan matanya kepada Yoon Doojon, panitera muda yang seharusnya menjadi mediator sesi konseling mereka, dan dia harus menahan diri agar tidak memukulnya karena dia dengan blak-blakan sedang menelanjangi istrinya, koreksi calon mantan istrinya, dengan matanya.

"Selamat pagi, Nona Baekhyun," ucap Doojon.

"Panggil aku Baekhyun saja," jawab Baekhyun sembari mengulurkan tangannya, menyalami Doojon dan menganggukkan kepalanya kepada Chanyeol sebelum dia duduk.

Chanyeol mencengkram lengan kursinya ketika mendengar Baekhyun mengucapkan itu. Bagaimana mungkin dia memperbolehkan laki-laki tidak dikenal memanggilnya dengan namanya saja? Di dalam kepalanya Chanyeol memaki-maki panitera yang sekarang sedang memberikan senyum sumringah kepada Baekhyun. Seakan-akan penyiksaannya belum cukup, Chanyeol mencium aroma stroberi yang dikenalnya itu dan dia mencoba mengatur pernapasannya agar tidak mendengus. Ini akan jadi 1 jam terpanjang dalam hidupnya.

Baekhyun duduk dengan tenang, mendengarkan kata-kata Doojon, yang menjelaskan tujuan sesi konseling ini. Dia memastikan bahwa tatapan matanya tertuju kepada Doojon, tidak kepada Chanyeol. Dia tidak berani menatap Chanyeol, takut bahwa suaminya bisa membaca apa yang ada di dalam hatinya pada saat itu. Baekhyun betul-betul merindukannya, dan ketika dia berhadapan dengan Chanyeol hari ini, yang ingin dia lakukan adalah melemparkan dirinya ke dalam pelukan Chanyeol, mengatakan dia mencintainya, dan bahwa dia tidak peduli apakah Chanyeol mencintainya atau tidak. Tapi dia tahu bahwa adalah kesalahan besar kalau dia melakukannya, terutama kalau melihat dari cara Chanyeol menatapnya beberapa menit yang lalu ketika dia menganggukkan kepala padanya. Chanyeol kelihatan seperti seseorang yang siap membunuhnya dengan hanya menggunakan kedua tangannya. Tentu saja Chanyeol marah besar padanya karena dia sudah menolak berbicara dengannya selama 6 minggu ini.

2 minggu pertama setelah kepindahannya kembali ke apartemen, perhatian media masih terlalu terfokus kepada berita tentang seorang selebriti dengan video panas mereka yang tersebar dipasaran hingga status pisah rumahnya dengan Chanyeol tidak tercium sampai seminggu setelah itu ketika seorang wartawan tabloid mengikutinya pulang ke apartemen bukannya ke rumah Chanyeol setelah jogging di Apgujeong dengan Jessica hari minggu pagi. Setelah itu media mendapat kabar bahwa dia sudah mengajukan gugatan cerai kepada Chanyeol, alhasil setelah itu fokus berita kembali kepada dirinya dengan Chanyeol. Sekarang dia tidak bisa pergi kemana-mana tanpa diikuti oleh wartawan yang menanyakan alasan kenapa dia menggugat cerai Chanyeol.

Ingin rasanya dia memberitahu kepada mereka semua bahwa alasan kenapa dia menceraikan Chanyeol adalah karena pernikahan mereka hanyalah sebuah kontrak, agar mereka semua puas dan meninggalkannya sendiri, tapi Baekhyun tahu bahwa kalau dia menyuarakan hal tersebut maka media akan semakin gila. Dia tidak tahu bagaimana dia akan berhadapan dengan keluarganya lagi setelah ini. Selama 6 minggu dia sudah berhasil menghindari mereka semua, tapi dia tidak bisa bersembunyi selamanya. "Apa ada hal-hal yang ingin Baekhyun-ssi kemukakan kepada Tuan Chanyeol? Mungkin hal-hal yang mengganjal didalam pernikahan yang tidak pernah dibicarakan sebelumnya?" tanya Doojon.

"Namaku Chanyeol, bukan Tuan Chanyeol. Tuan bisa memanggil istriku dengan namanya saja, aku yakin tuan juga bisa melakukan yang sama terhadapku," geram Chanyeol sambil menatap Doojon.

"Chanyeol," ucap Baekhyun dengan nada penuh peringatan.

"Oh, jadi sekarang kau mau bicara denganku? Setelah 6 minggu kau menolak mengangkat semua telpon dariku dan selama 20 menit ini bahkan menolak menatapku?" Chanyeol menatap Baekhyun tajam ketika mengatakannya. Dan dia menyumpah dalam hati ketika melihat rasa sakit yang tercurah dari mata Baekhyun.

"Mohon maaf, Doojon-ssi, aku perlu ke kamar kecil. Letaknya dimana ya?" tanya Baekhyun dan setelah mendapatkan instruksi yang jelas dari Doojon, langsung berdiri dan menghilang dari pandangan secepat mungkin.

Kedua laki-laki yang ditinggalkan di dalam ruangan saling tatap. Chanyeol kelihatan sudah siap membakar bangunan pengadilan agama dan Doojon kelihatan terhibur melihat permainan emosi pada wajah Chanyeol.

"Baekhyun-ssi masih cinta dengan Chanyeol-ssi, in case you are wondering," ucap Doojon tiba-tiba.

"Hah?"

"Baekhyun-ssi... dia masih cinta dengan Chanyeol-ssi."

Chanyeol berkata, "Oh ya? How do you know that? Are you psychic?" Chanyeol tahu bahwa dia terdengar seperti orang yang sedang merajuk, tapi dia terlalu kesal untuk peduli. Kalau dia bisa memilih, dia tidak akan menghadiri sesi konseling ini, karena ada banyak hal yang dia tidak sukai, salah satunya adalah kalau orang asing turut campur dalam urusan pribadinya.

Doojon hanya tersenyum simpul. "Aku sudah lama bekerja jadi mediator sesi konseling orang-orang yang akan bercerai, mungkin itu sebabnya aku bisa membaca gelagat mereka. Dari pengalamanku, biasanya sesi konseling akan lebih efektif kalau kedua belah pihak bisa lebih tenang ketika berhadapan satu sama lain."

"Bagaimana aku bisa tenang? Satu-satunya perempuan yang pernah aku cintai akan menceraikanku dan tidak ada satu hal pun yang aku bisa lakukan untuk mencegahnya."

"Ah... dugaan istriku ternyata benar." Chanyeol hanya menatap Doojon dengan bingung.

"Waktu Chanyeol-ssi menikah dengan Baekhyun-ssi, istriku yakin kalau kalian berdua menikah karena cinta, bukan karena untuk menutupi skandal Chanyeol-ssi dengan Irene-ssi. Istriku ngefans berat dengan Chanyeol-ssi dan dia agak-agak kecewa waktu tahu bahwa Chanyeol-ssi dan Baekhyun-ssi akan bercerai," jelas Doojon dengan tenang.

Chanyeol hanya bisa merengut memandang Doojon. Melihat reaksi Chanyeol yang kelihatan tidak percaya dengan kata-katanya, Doojon menambahkan, "Kalau Chanyeol-ssi masih cinta dengan Baekhyun-ssi, kenapa cerai?"

"Mungkin itu pertanyaan yang sepatutnya ditujukan kepada istriku. Dia yang menggugat cerai aku," balas Chanyeol ketus.

"Apa Baekhyun-ssi tahu kalau Chanyeol-ssi cinta padanya?"

"Tentu saja dia tahu, tapi dia tetap mau menceraikanku," teriak Chanyeol.

"Apa Chanyeol-ssi sudah bilang padanya?"

"Hah?" Chanyeol betul-betul tidak mengerti arah pembicaraan panitera satu ini. Dia jelas-jelas tidak memerlukan saran untuk menarik hati seorang wanita. Dia bisa dibilang punya gelar doktor di bidang itu.

"Apa Chanyeol-ssi pernah mengucapkan kata cinta kepada Baekhyun-ssi?" Jelas Doojon.

"Dia sudah menceraikanku sebelum aku bisa mengucapkannya. Setelah itu, kata itu sepertinya tidak penting lagi."

Tanpa Chanyeol sangka-sangka, Doojon mulai tertawa terbahak-bahak dan Chanyeol betul-betul tidak menghargai ditertawakan seperti itu. Dia sudah siap berdiri dan mulai mencari Baekhyun yang masih belum juga kembali dari toilet ketika mendengar suara Doojon yang memintanya untuk duduk kembali.

"Maaf, kalau aku lancang, dan aku tidak bermaksud menertawakan Chanyeol-ssi, tapi aku selalu menyangka bahwa dengan segala gosip menyangkut perempuan yang mengelilingi Chanyeol-ssi, maka Chanyeol-ssi akan lebih tahu tentang seluk beluk hati wanita daripada aku." Doojon mencoba membaca reaksi pada wajah Chanyeol, ketika menyadari bahwa artis laki-laki paling populer dan paling playboy se-Korea Selatan sedang mendengarkannya, dia melanjutkan, "Mereka berbeda dari kita, kaum laki-laki. Mereka lebih sensitif dan kalau mengambil keputusan mereka lebih menggunakan hati daripada akal sehat."

"What are you trying to say?"

"Mungkin tidak ada salahnya Chanyeol-ssi mengungkapkan apa yang Chanyeol-ssi rasakan terhadap Baekhyun-ssi dengan kata-kata."

Chanyeol menatap Doojon sorot tidak percaya, tapi kemudian dia sadar bahwa dia tidak pernah betul-betul mengungkapkan apa yang ada di dalam hatinya kepada Baekhyun. Mungkin laki-laki ini ada benarnya. Mungkin inilah yang dimaksud Baekhyun dengan "kepercayaan". Pengertian muncul pada benak hati Chanyeol ketika Baekhyun melangkah masuk ke dalam ruangan lagi.

"Maaf agak lama, aku tersesat," ucap Baekhyun dan kembali mengambil tempat duduknya. Kali ini Chanyeol menyadari bahwa Baekhyun menatapnya langsung ketika mengatakan itu, seakan-akan menantang Chanyeol untuk menuduhnya sedang menghindarinya sekali lagi.

Doojon memberikan senyuman penuh pengertian kepada Baekhyun sebelum berkata, "Chanyeol-ssi, Baekhyun-ssi, untuk setengah jam kedepan aku akan membiarkan kalian berdua membicarakan tentang ketidakcocokan kalian. Anggap saja aku tidak ada diruangan ini."

Baekhyun menatap Doojon seakan-akan memiliki tanduk, kemudian tatapannya beralih kepada Chanyeol. Mereka saling tatap selama beberapa menit, menunggu hingga yang lainnya memulai. Baekhyun baru saja membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu ketika dia mendengar Chanyeol mengatakan, "I love you."

Wajah Baekhyun langsung blank, sebelum dia berkata, "What?"

Tanpa disangka-sangka Baekhyun, Chanyeol berdiri dari kursinya beberapa detik kemudian dia sudah mendudukkan dirinya pada kursi disamping Baekhyun. "Kalau saja kau pernah ragu tentang perasaanku padamu, aku akan mengucapkannya sekali lagi. I love you. Aku tidak mengatakan ini sebelumnya bukan karena aku tidak cinta padamu, tapi karena aku menunggu saat yang tepat," jelas Chanyeol dengan setulus mungkin. "Aku tidak mau bercerai denganmu. Aku mau kau tetap jadi istriku, betul-betul jadi istriku, tanpa kontrak. Aku mau kita sama-sama karena kita memang tidak bisa hidup tanpa satu sama lain, bukan karena aku harus menyelamatkan karierku ataupun kau harus membuktikan sesuatu kepada keluargamu."

Chanyeol tidak percaya bahwa dia sedang menuruti saran Doojon, tapi dia tidak bisa mundur sekarang. Dan dengan penuh keyakinan, dia berkata, "Kau bilang padaku bahwa aku tidak akan bisa percaya pada orang karena aku tidak mengerti arti kata itu. Bagaimana kalau kau ajari aku artinya? Tunjukkan padaku apa maksudnya? Aku mau belajar darimu." Chanyeol menunggu dengan penuh antisipasi balasan dari Baekhyun, tapi apapun balasan yang dia tunggu-tunggu, ia benar-benar tidak siap ketika Baekhyun justru bangun dari kursinya dan tanpa permisi lagi langsung bergegas keluar dari ruangan. Meninggalkannya sendiri dengan Doojon yang menatap kepergian Baekhyun sambil geleng-geleng kepala.


Seminggu berlalu dan Chanyeol masih tidak mendengar kabar apa-apa dari Baekhyun. Awalnya dia masih bisa memaklumi reaksi Baekhyun yang melarikan diri dari hadapannya, toh dia bahkan sudah mengejutkan dirinya sendiri dengan kata-katanya. Tapi setelah beberapa hari Baekhyun masih tidak menghubunginya, Chanyeol mulai khawatir, dan tepat seminggu kemudian dia sudah putus asa. Meskipun Ibunya terus meyakinkannya bahwa Baekhyun akan come around dan memaafkannya, tetapi Chanyeol mulai kehilangan keyakinannya. Dia sudah tenggelam dalam pikirannya sendiri sehingga tidak menyadari bahwa ada seseorang yang sedang menunggunya diruang tamu ketika dia kembali dari makan malam dengan Ibunya, sampai dia melihatnya.

"Baekhyun?!" ucap Chanyeol dengan penuh keterkejutan, yang diikuti oleh kebingungan dan sedikit harapan.

Baekhyun kelihatan nervous selama beberapa detik, seakan-akan tidak tahu apakah dia harus mendekatinya atau tetap berdiri ditempat, akhirnya dia memutuskan berdiri ditempat dan dengan gugup meremas jari-jarinya. Melihat tingkah laku Baekhyun, Chanyeol langsung bergegas kearahnya.

"Are you okay? Is something wrong?" tanya Chanyeol was-was. Meskipun dia berdiri cukup dekat dengan Baekhyun, tetapi dia menghormati Baekhyun dengan tidak menyentuhnya.

"No, everything's fine," jawab Baekhyun. Kemudian, "Well, not exactly. Ada sesuatu yang mengganggu pikiranku dan aku harus menanyakannya padamu karena kau adalah satu-satunya orang yang bisa menjawab pertanyaanku ini."

Chanyeol mengangguk dan menunggu pertanyaan tersebut. "Aku minta maaf karena aku sudah datang tanpa diundang. Aku pikir kau ada di rumah makanya aku tidak telpon terlebih dahulu, tapi ternyata kau tidak ada di rumah. Aku tadinya mau langsung pulang, tapi Bibi Minah bilang kalau kau akan pulang sebentar lagi, makanya dia mempersilakan aku masuk dan membiarkan aku menunggu disini."

Baekhyun mengatakan ini semua sambil menatap wajah Chanyeol sehingga Chanyeol bisa melihat dengan jelas pergolakan emosi dari matanya. Oh yeah, she is nervous as hell, alright. Menyadari bahwa dia adalah satu-satunya orang yang mengeluarkan kata-kata selama beberapa menit ini, membuat Baekhyun ragu akan tujuan utama kedatangannya.

"Kau kelihatan capek, tidak apa-apa, aku tidak perlu menanyakan hal itu sekarang... or ever. It's really not that important. Aku bahkan tidak tahu kenapa aku datang kesini. I'm sorry, I'll... I'll just... I'm gonna go," ucap Baekhyun terbata-bata.

"Wait... don't go," teriak Chanyeol ketika melihat Baekhyun meraih tasnya dan siap untuk sekali lagi menghilang dari hadapannya. "Just tell me, kenapa kau datang kesini?"

Baekhyun kelihatan mempertimbangkan permintaan Chanyeol dan Chanyeol hampir yakin bahwa Baekhyun akan lari, tapi kemudian dia mendengar suaranya berkata, "Ibumu datang ke apartemenku beberapa hari yang lalu untuk menjelaskan tentang Taeil. Is it true that you cancelled the contract in October?"

Chanyeol mengangguk. Baekhyun kelihatan kebingungan dengan jawaban ini. "Would you sit down jadi aku bisa jelaskan semuanya?" pinta Chanyeol.

Baekhyun menggeleng sebelum kemudian terdiam. Dari wajahnya Chanyeol tahu bahwa dia sedang mempertimbangkan sesuatu dan dengan sabar Chanyeol menunggu. "Did you really mean what you said last week?" tanya Baekhyun setelah beberapa menit.

Chanyeol tidak perlu penjelasan lebih lanjut untuk tahu kata-kata yang mana yang dimaksud oleh Baekhyun. Chanyeol tahu bahwa ini satu-satunya kesempatan baginya untuk memperbaiki keadaan dan dia akan pastikan bahwa dia tidak blow this up. Dan dengan sehati-hati mungkin Chanyeol memosisikan dirinya tepat dihadapan Baekhyun dan setelah betul-betul menatap mata Baekhyun dia berkata, "Every word."

Mata Baekhyun terbelalak, tapi dia tidak mengatakan apa-apa dan sekali lagi Chanyeol berkata, "Aku betul-betul cinta padamu. Aku tidak tahu apalagi yang harus aku katakan atau lakukan agar kau percaya pada kata-kataku."

"You were withholding information from me. Information that I deserve to know," ucap Baekhyun pelan.

"I know," bisik Chanyeol dan mendekatkan kepalanya beberapa sentimeter kepada Baekhyun.

"Kau sudah mempermalukanku didepan keluargaku, orang kantorku, teman-temanku dan seluruh masyarakat Korea Selatan dengan kelakuanmu."

"I know." Kini bibir Chanyeol sudah menyentuh kening Baekhyun dan Baekhyun membiarkannya mengecupnya.

"Kau tidak pernah betul-betul memercayaiku dan membicarakan masalahmu denganku."

"I know. Aku memang brengsek..."

Baekhyun memotong kata-kata Chanyeol dengan, "Aku tidak pernah tahu kenapa kau tiba-tiba akan pergi begitu saja tanpa penjelasan kepadaku setiap kali kau perlu menjadi seorang superhero."

Tapi Chanyeol tak mau menyerah dan maju terus pantang mundur. "But I will stop being an ass if you give me a chance."

"Can you please stop kissing me and listen to what I'm trying to say," teriak Baekhyun.

Chanyeol menarik Baekhyun kedalam pelukannya dan berkata, "I'm listening."

Meskipun Baekhyun tidak membalas pelukannya, tetapi dia tidak mencoba melepaskan diri, dan Chanyeol mengambil kesempatan ini untuk menjelaskan. "Aku sadar bahwa aku memang ada isu kepercayaan. Itu mungkin karena selama ini semua orang tidak pernah menunjukkan asli mereka kepadaku. Bahkan orangtuaku. Denganmu, what I see is what I get, dan aku tidak biasa dengan itu, tapi percaya padaku waktu aku bilang bahwa aku mau belajar darimu agar bisa percaya pada orang. Aku janji untuk selalu jujur kepadamu, tidak peduli apa akibatnya."

"Apa jaminannya bagiku untuk memercayai omonganmu?" tanya Baekhyun sambil menjauhkan tubuhnya dari tubuh Chanyeol sebelum mendongak.

"There isn't any," balas Chanyeol sambil perlahan-lahan mengangkat tangan kanannya dan menyentuh pipi Baekhyun dengan ujung jari-jarinya. Ketika Baekhyun tidak menolak, dia membelai pipi Baekhyun dengan telapak tangannya. "Baekhyun, aku tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi, tapi aku akan berusaha sebisa mungkin mencegah hal yang sama terjadi lagi di masa yang akan datang. Yang aku minta darimu adalah kepercayaan bahwa aku mampu melakukannya."

Ketika Baekhyun masih kelihatan ragu, Chanyeol menambahkan dengan berat hati, "Kau akan selalu bisa menceraikanku lagi kalau aku tidak menepati janjiku."

"I don't think that's a good idea."

"Which part?" tanya Chanyeol dengan was-was.

"Bagian dimana aku selalu punya pilihan untuk menceraikanmu lagi kalau kau melanggar janji."

Melihat kebingunan pada wajah Chanyeol, Baekhyun menjelaskan, "Aku tidak mau pernikahan kita jadi seperti pernikahan selebriti, dimana mereka bisa dengan mudahnya kawin cerai. Kalau kau benar-benar mau menikah denganku, kau harus belajar apa artinya menjadi seorang suami. Kau harus mengomunikasikan apa yang ada didalam pikiranmu kepadaku, karena aku tidak bisa membaca pikiranmu. Aku hargai kalau semua keputusan yang kau ambil dibicarakan dulu denganku, karena itu akan memengaruhi kehidupanku. Dan kau tidak bisa tiba-tiba menghilang tanpa penjelasan apa-apa dan mengharapkanku mengerti semua tindakanmu. Yang jelas kau harus percaya padaku."

"Kalau aku berjanji memenuhi semua permintaanmu, apa kita akan mencoba untuk rujuk?"

"I will think about it," jawab Baekhyun.

Tanpa meminta izin dari Baekhyun atau memberikannya kesempatan untuk menolak, Chanyeol meraih kepala Baekhyun dan mencium bibirnya. Sewaktu Baekhyun terpekik karena kaget, Chanyeol meredamnya dengan mendesakkan lidahnya ke dalam mulut Baekhyun untuk merasakan kehangatan yang dia rindukan selama 2 bulan ini. Chanyeol hanya bisa menggeram ketika merasakan Baekhyun membalas ciumannya, awalnya dengan sedikit ragu, tapi kemudian Baekhyun mengangkat kedua lengannya dan melingkarkannya pada leher Chanyeol. Beberapa menit kemudian, dengan susah payah Chanyeol mencoba melepaskan bibir Baekhyun untuk menarik napas.

"Bisa tidak kau memikirkan itu sambil memindahkan barang-barangmu kembali ke rumah kita?" tanya Chanyeol.

"Don't push it," balas Baekhyun, dan meskipun nadanya terdengar tajam, tapi dia tersenyum ketika mengatakannya, memberi harapan pada Chanyeol bahwa Baekhyun akan mengiyakan permintaannya


Epilog.


Ketika mereka menapakkan kakinya pada teras rumah Kyungsoo pukul sebelas siang, halaman belakang sudah dipenuhi anak-anak kecil usia antara delapan hingga tiga belas tahun. Suara Katy Perry dengan lagu tentang kantong plastik berkumandang dari speaker tersembunyi. Taeoh yang sedang dikelilingi oleh teman-temannya langsung berlari menuju Chanyeol yang langsung berlutut memeluknya.

"Hey, kiddo," ucap Chanyeol.

Baekhyun melihat Kyungsoo menganggukkan kepalanya, menandakan bahwa dia sudah melihat Baekhyun tapi dia masih terlalu kesal pada Chanyeol sehingga enggan mendekat. Meskipun mereka sudah rujuk selama 6 bulan, keluarga Baekhyun masih belum bisa menerima Chanyeol lagi dengan tangan terbuka.

"Selamat ulang tahun Taeoh," ucap Baekhyun sambil menunduk dan memeluk keponakannya.

Untuk menyelamatkan Taeoh yang jelas-jelas kelihatan akan mati karena malu gara-gara dipeluk oleh bibinya, Chanyeol menyerahkan kado mereka. "Ini apa paman?" tanya Taeoh sambil buru-buru merobek kertas kado itu tanpa ada belas kasihan.

"Kau lihat saja sendiri," ucap Chanyeol sambil tersenyum melihat keantusiasan Taeoh.

Mata Taeoh terlihat berbinar-binar ketika menyadari benda mengilat yang ada di genggamannya. "Paman dengar kau mau belajar main baseball, ini helm yang akan melindungimu dari bola," jelas Chanyeol.

"Coba dipakai, bibi mau lihat," ucap Baekhyun. Dan Taeoh langsung mengenakan helm itu. Menyadari bahwa ukurannya pas sekali dengan kepalanya, dia langsung nyengir gembira.

"Terima kasih paman," ucap Taeoh.

"Sama-sama," balas Chanyeol.

Kemudian Taeoh langsung berteriak sambil berlari menuju Ibunya. "Ibuuuu! Aku dapat helm dari Paman Chanyeol."

Chanyeol berdiri dan mengulurkan tangannya, membantu Baekhyun melakukan hal yang sama. "Bagaimana menurutmu? Apa kado itu bisa memperbaiki imageku di depan keluargamu?" tanya Chanyeol.

Baekhyun hanya tersenyum. "I guess we'll just have to see."

"Mungkin kalau aku membuatmu hamil, mereka akan berhenti memikirkan untuk membunuhku setiap kali mereka melihatku. Toh mereka tidak akan mau cucu dan keponakan mereka grow up tanpa ayah."

Baekhyun terkikik. "They'll come around," ucap Baekhyun dan menggeret Chanyeol menuju orangtuanya.

"I don't think they will."

"Trust me, they will."

"Kenapa kau bisa yakin begitu?"

"Karena aku cinta padamu dan mereka tahu itu," balas Baekhyun.

Chanyeol langsung menghentikan langkahnya mendengar kata-kata itu. Baekhyun yang menyadari bahwa Chanyeol sudah berhenti dengan tiba-tiba, menolehkan kepalanya dan ketika melihat ekspresi kaget pada wajah Chanyeol dia bertanya, "What's wrong?"

"Itu pertama kali aku mendengarmu bilang begitu semenjak kita rujuk."

"Okay thats..."

"Yeol, are you okay?" tanya Baekhyun sambil menyentuh pipi Chanyeol dengan jari-jarinya dengan sedikit khawatir.

"I am now," balas Chanyeol sambil tersenyum bahagia. Mereka berjalan sambil bergandengan tangan menuju orangtua Baekhyun.

Selama Baekhyun sudah bisa memercayainya lagi sehingga mampu mengatakan cintanya, dia akan mampu berhadapan dengan apapun, sekumpulan macan dan singa sekalipun. Untuk Baekhyun, satu-satunya wanita yang dia sudah berikan hatinya sepenuhnya, dia akan rela melakukan apa saja.


END.


Akhirnya selesai juga fanfic ini!

Terima kasih buat teman-teman semua yang udah mau baca, fav, follow, dan kasih review untuk fanfic ini, dan bahkan kalian nunggu-nunggu fanfic ini di update huhu i love you guys!1!1!

22 November 2019 - 7 Maret 2020.