BLASPHEMY
Genre: Action, Adventure, Thriller, History Fiction
~.~ A SEMYOTIKA FANFICTION ~.~
Disclaimer:
Naruto milik M.K
Highschool DxD milik Ichiei Ishibumi
Summary:
Peradaban merupakan sebuah istilah yang memiliki banyak arti, peradaban adalah budaya, peradaban adalah seni, peradaban adalah ide, peradaban adalah manusia itu sendiri. Namun satu hal yang pasti, peradaban tidak bisa dibangun oleh satu golongan manusia tertentu yang merasa dirinya paling benar. Manusia harus saling terhubung untuk bisa mencapai tingkat peradaban yang lebih kompleks. Sayangnya koneksi adalah satu hal yang sulit dibangun di dunia ini.
~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~
Arc. Journey to The West
Chapter 1
Perang adalah perwujudan dari ego terdalam setiap manusia. Keinginan untuk harta, wilayah kekuasaan, bahkan penyebaran pengaruh dan keyakinan. Seperti ungkapan homo homini lupus, manusia adalah serigala bagi sesama manusia. Mereka akan mengorbankan apapun untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Seperti yang terjadi sekarang, perang terus terjadi di Land of Frank (Prancis). Perang ini terjadi karena bangsawan yang menguasai daerah Burgundy di Prancis alias Duke of Burgundy ingin menyatukan daerah kekuasaannya dengan Britania. Hal ini dilatar belakangi oleh silsilah Duke of Burgundy merupakan keturunan bangsa Anglo-Saxon yang membentuk kerajaan Britania.
Raja Charles IV sebagai penguasa Prancis tentu saja tidak tinggal diam. Sebagai reaksi atas niat Duke of Burgundy, Raja Charles memerintahkan boikot atas daerah Burgundy selama hampir setahun. Hal ini membuat daerah itu menjadi kacau, roda ekonomi sulit berputar, hingga kelaparan.
Namun Duke of Burgundy tidak kehilangan akal menghadapi boikot yang dilakukan oleh Prancis, dia mengirim surat kepada Raja Arthur yang berisi tentang keinginannya menjadikan Burgundy sebagai daerah kekuasaan Britania. Tanggapan Raja Arthur atas keinginan Duke of Burgundy adalah mengirimkan armada ekspedisi yang dipimpin oleh 2 Knight of Round Table yaitu Sir Tristan dan Sir Gawain.
Karena tidak mengira bahwa Britania akan ikut campur, prajurit Prancis lengah hingga akhirnya armada yang dipimpin oleh dua orang Knight tertinggi di Britania itu bisa mencapai Burgundy dan membangun basis militer disana. Keberadaan pasukan Britania di Prancis ini kemudian memicu berbagai konflik, hingga akhirnya tensi dua kerajaan itu mencapai titik tertinggi dalam puluhan tahun terakhir.
Pihak Prancis yang merasa Britania telah menyerang wilayahnya kemudian mengirimkan pasukan, sementara itu pihak Britania yang jumlah perbekalannya terbatas harus menjarah kota-kota di sekitar daerah Burgundy agar bisa bertahan dari gempuran pasukan Prancis.
"TUHAN BERSAMA KITA! MARI BERTEMPUR DENGAN SEGENAP HATI! KITA AKHIRI PEENDERITAAN INI DENGAN MENGUSIR WILD HUNT DARI TANAH KITA!" Suara teriakan yang terdengar menggema dari atas bangunan gereja kota Orleans, bendera kerjaan Prancis yang dia bawa berkibar dengan kencang terhembus oleh angin pagi seolah mewakili semangat penyerangan pasukan Prancis terhadap pasukan Britania yang menduduki kota itu.
Sekilas penampilannya sama seperti ksatria pada umumnya, namun jika dilihat lebih teliti maka si pembawa bendera Prancis dalam penyerangan itu adalah seorang ksatria wanita. Ksatria wanita di kerajaan Prancis adalah suatu hal yang langka, karena mereka diharuskan mengabdi pada seorang bangsawan dan juga kerajaan. Saat ini hanya ada satu ksatria wanita yang masih aktif mengabdi, julukannya adalah Jeanne d'Arc.
Masih di atas bangunan Gereja, Jeanne d'Arc menjalankan tugasnya sebagai pembawa bendera dalam penyerangan ini. Mengobarkan semangat pasukan sembari mengamati pergerakan musuh dari bangunan paling tinggi di kota Orleans. Tidak perlu waktu yang lama hingga akhirnya pasukan Prancis berhasil mengusir pasukan Wild Hunt dari Orleans.
"Lady Jeanne! Pasukan Wild Hunt telah melarikan diri!" Ujar seorang prajurit yang ada di bawah bangunan Gereja Orleans. Dari atas Gereja itu, Jeanne bisa melihat beberapa korban baik baik dari pasukannya maupun pasukan Wild Hunt. Pertempuran kali ini berlangsung cepat karena memang tujuannya adalah untuk merebut kembali kota tempat pasukan Britania mencari perbekalan.
"BAGI PASUKAN MENJADI DUA, KUMPULKAN SEMUA ORANG YANG GUGUR DAN SEGERA BANGUN PERTAHANAN DI SEKITAR ORLEANS!" Perintah terakhir Jeanne sebelum akhirnya turun dari atap Gereja Orleans dan kembali masuk ke hutan belantara, menuju perkemahannya. Baru saja memasuki hutan, Jeanne langsung memijat pelipisnya. Rasa kantuk yang tiba-tiba menyerang akibat kelelahan kini mulai berdampak pada tubuhnya.
'Tidak boleh, aku tidak boleh terlihat lemah dihadapan mereka.'
Jeanne d'Arc adalah pemimpin pasukan délivrance yang bergerilya di dalam hutan untuk mengintai pasukan Wild Hunt sekaligus mengambil alih kota yang menjadi tempat pasukan Britania mengumpulkan perbekalan. Jeanne dipilih menjadi pemimpin pasukan atas dasar rekomendasi dari bangsawan yang dia abdi, Jeanne mengabdi pada salah satu kerabat Raja Charles IV. Itu artinya seberapa bagus kinerja Jeanne akan menjadi tolak ukur bagi tuannya untuk mencapai kursi Raja menggantikan Charles IV.
Setelah agak lama berjalan, Jeanne akhirnya sampai di perkemahan yang menjadi tempat bagi pasukannya untuk bermalam. Jeanne langsung masuk ke tendanya untuk mengistirahatkan tubuhnya sejenak, dia tidur dengan posisi duduk yang menandakan dia boleh dibangunkan untuk keperluan mendesak.
"Lady Jea...! Lady Jean...! Lady Jeanne...! Ada utusan dari Istana yang ingin bertemu dengan anda." Bersama dengan panggilan itu, Jeanne d'Arc langsung membuka matanya dan berdiri dengan posisi tegak menghadap ke orang yang memanggilnya. Kini di depannya ada beberapa orang yang dia kenal sebagai pegawai istana kerajaan Prancis, para gelandangan politik yang suka menjilat kekuasaan Raja.
"Kuharap kalian tidak diikuti oleh pengintai Wild Hunt dalam perjalanan kemari." Ujar Jeanne mulai membuka percakapan. Dia kembali duduk diatas kursinya untuk menghilangkan pusing karena langsung berdiri setelah bangun tidur.
"Lady Jeanne D'Arc, jasamu telah banyak membantu rakyat dan kerajaan Prancis. Setelah berhasil merebut kota Orleans sesuai rencanamu, aku perintahkan kau dan pasukanmu kembali ke Ibukota." Kata salah satu dari dua utusan istana yang membacakan isi perkamen yang merupakan perintah Raja Charles IV.
"Anda adalah prioritas, Lady Jeanne. Anda akan ikut bersama kami, sedangkan pasukan anda akan menyusul secepatnya." Imbuh utusan istana lain yang menutup ruang debat bagi Jeanne.
"Baiklah, aku akan pergi sekarang juga." Setelah diam sebentar, akhirnya Jeanne memutuskan untuk ikut bersama utusan istana. Di pikirannya saat ini, Jeanne memikirkan alasan kenapa Raja Charles IV memintanya untuk kembali ke Ibukota. Padahal peran pasukannya sangat penting untuk melemahkan pasukan Wild Hunt.
~.~ Time Skip ~.~
Butuh perjalanan dua hari satu malam bagi Jeanne dan utusan istana untuk sampai ke Ibukota kerajaan, Paris. Sebagai satu-satunya ksatria wanita di era sekarang, tentu bukan hal yang berlebihan bagi Jeanna d'Arc jika dia pikir akan disambut oleh penduduk Ibukota setelah lama bergerilya di hutan.
Ketika baru memasuki gerbang Ibukota, Jeanne yang saat itu berada di dalam pedati langsung disoraki. Sorakan itu bukanlah pujian seperti saat menyambut pahlawan, melainkan makian sampai mengutuk.
"DASAR PENYIHIR!"
"WANITA SESAT!"
"PEMUJA SETAN!"
Bukan hanya makian dan kutukan, namun lemparan batu, kerikil, kayu, sampai makanan busuk juga dilempar mengarah kepadanya. Jeanne d'Arc, satu-satunya ksatria wanita di era sekarang hanya bisa terdiam di bangku penumpang pedati yang dia naiki.
Ketika pedati itu berhenti berjalan, sekelompok prajurit langsung menghampirinya dan menodongkan senjata. Jeanne yang tahu jika dia harus keluar segera bangun dari posisi duduknya. Ketika dia keluar, yang pertama dia lihat adalah sebuah tiang gantung yang menjulang tinggi di pusat kota Paris. Di depan tiang gantung itu ada tiga orang berpakaian Uskup yang nampaknya akan menjadi pengadil.
"Pembacaan hukuman, Xenovia Quarta!" Dengan kedua tangan yang terikat ke belakang, Xenovia dipaksa untuk menunduk.
"Namaku adalah Jeanne d'Arc! Itulah nama pemberian tuanku!"
"TAPI TUANMU TELAH MATI! TIDAKKAH KAU MELIHATNYA!" Sahutan dari sang Uskup itu membuat Jeanne alias Xenovia memeriksa ke sekelilingnya namun dia tidak melihat keberadaan tuannya. Hanya ada satu lagi tempat yang mungkin tapi Xenovia sendiri tidak mau melihat tempatnya, yaitu ada di tiang gantungan yang tepat ada di depannya.
"Xenovia Quarta, mengaku mendapat pendengaran dari roh kudus, meneliti sihir, dan berboho..."
"Tuan... Tuan Edward... TUAN EDWA..." Teriakan Xenovia ketika melihat tubuh tuannya tergantung di pusat kota Paris langsung berhenti ketika salah beberapa penjaga memukulnya untuk diam.
"XENOVIA QUARTA, NAMAMU SEBAGAI JEANNE D'ARC TELAH DICABUT. UNTUK MENEBUS DOSAMU, KAU AKAN DIBAKAR HIDUP-HIDUP BERSAMA MAYAT TUANMU!" Setelah mengatakan vonis Xenovia sejelas-jelasnya, sang uskup langsung pergi meninggalkan pusat kota Paris diikuti oleh dua lainnya. Sementara itu Xenovia akan ditahan di penjara, sebelum dieksekusi keesokan harinya.
~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~.~
Disclaimer: ini adalah fanfic History Fiction, jadi jangan gunakan fanfic ini untuk patokan sejarah meski saya ngambil banyak materi dari sejarah.
AN:
Saya sebel, sama cerita yang asal comot dari anime/manga/film/game lalu di cetak pake mesin fotokopi yang bernama ffn. Kenapa mesin fotokopi? Karena mesin itu mengubah sesuatu yang berwarna jadi hitam putih doang. Cuman sama garis-garisnya.
Kali ini mencoba gak terikat jumlah word, asal cerita sesuai target yaudah jadilah 1 chapter itu.
FAQ:
-Jeanne d'Arc kok jadi Xenovia? Jeanne d'Arc itu nama julukan, aslinya emang Xenovia Quarta. Btw... saya gak pernah deskripsiin Jeanne disini itu pirang.
-Jadi nama-nama lain yang terkenal dalam sejarah itu juga julukan dong? Gak seenteng itu, perlu diliat porsinya juga. Kebetulan Jeanne ada yang cocok, gak lucu kan kalo Sir Tristan dan Sir Gawain itu nama aslinya Sirzech dan Michael?
-Ini rip-offnya fate? Enggak. Fate itu lebay, tapi masih saya tonton juga sih. Fanfic ini dibuat oleh anti super power super power club.
