Chapter: 1
Maaf jika masih banyak typo(s) atau kesalahan yang lain seperti cerita yang melenceng dari summary atau judulnya.
Warning: Seperti biasa Rate: M for Lemon scene/Not for under 21 years old/Woman rape man/ Milf rape man/ Femdom inside/Typo(s)/Gaje/Humor garing/ETC.
The character of Naruto is not mine, but this story is mine
Let the story begin...
Suatu hari yang cerah di dalam kamar sebuah apartemen yang didominasi warna orange yang terletak di kota Konoha...
Seorang pemuda berparas tampan dengan surai kuning seperti matahari terlihat baru membuka kedua kelopak matanya. Pemuda tersebut mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam iris berwarna safir biru miliknya.
Setelah ia merasakan cahaya yang masuk kedalam kedua irisnya telah cukup, pemuda tersebut terlihat mengalihkan pandangan iris biru safirnya ke arah jam dinding yang terlihat menempel di salah satu dinding kamarnya.
'Sepertinya aku bangun kesiangan.' Ucap sang pemuda tersebut dalam hati saat iris biru safirnya melihat jam dinding kamarnya yang menunjukkan pukul 10:43 waktu setempat.
Setelah puas memandang jam di dinding kamarnya, pemuda tampan dengan surai kuning ini terlihat mendudukkan dirinya di bagian tepi kasur tempatnya beristirahat.
"Untung saja ini hari minggu." Ucap sang pemuda pada dirinya sendiri sambil mengusap wajah tampannya yang terlihat masih kusut. "Jadi aku tidak perlu khawatir atau takut untuk datang terlambat ke sekolahku yang peraturannya ketatnya bukan main." Lanjut pemuda tersebut masih pada dirinya sendiri.
Pemuda ini adalah Naruto. Dia adalah seorang pemuda tampan dengan usia 16 tahun. Dia tinggal sendirian di sebuah apartemen berukuran minim yang terletak di pusat kota bernama Konoha yang berada di teritoria negara Jepang. Dia tinggal sendirian di apartemennya bukan karena dia tidak punya saudara. Dia tinggal sendirian disini karena dia ingin hidup mandiri dan tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya atau kakak perempuannya yang selalu memanjakannya. Tapi entah apa yang telah menimpa kehidupan pemuda berparas tampan tersebut, tiba-tiba sifat sang pemuda yang awalnya ceria langsung berubah menjadi sedikit tertutup. Bahkan pada para sahabatnya sendiri.
Untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, pemuda tersebut bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran ternama yang terletak tidak jauh dari apartemennya. Bukan hanya bekerja sebagai seorang pelayan, dia juga bekerja sebagai guru privat bahasa asing untuk sebuah keluarga ternama di kota tempatnya tinggal.
It's my life, it's now or never... I a'int gonna live forever
Tiba-tiba lagu it's my life dari Bon Jovi terdengar memecahkan keheningan di kamar sang pemuda yang tidak lain adalah Naruto. Suara tersebut berasal dari hp smartphone sang pemuda yang terlihat terletak di atas sebuah meja yang berada tepat di samping kasur sang pemuda.
"..." Naruto terlihat mengangkat sebelah alisnya saat telinganya mendengar ada bunyi dari smartphonenya yang saat ini berada tepat di depannya dengan posisi terbalik.
'Kira-kira siapa ya yang menelpon?' Ucap Naruto dalam hatinya sambil mengulurkan salah satu tangannya yang memiliki warna tan eksotis.
"Hinata chan?" Ucap Naruto pada dirinya sendiri dengan nada pelan setelah ia membalikkan smartphonenya untuk melihat nama sang penelepon yang terpampang di layar smartphonenya.
Tanpa pikir panjang, pemuda tersebut langsung menutup panggilan tersebut dan menaruh smartphonenya kembali ke tempat tadi ia mengambilnya dengan posisi yang sama sebelum ia mengambilnya.
Setelah itu, pemuda tersebut terlihat berjalan menuju sebuah pintu yang berada di sudut kamar tempatnya dengan handuk yang ia taruh di pundaknya.
Beberapa menit kemudian...
Naruto telah keluar dari tempat yang berada di sudut kamarnya dengan handuk yang terikat di pinggangnya. Rambut kuning jabrik pemuda tersebut terlihat masih meneteskan beberapa tetesan air ke lantai kamarnya yang berukuran tidak begitu luas tersebut. Ia terlihat berdiri diam disana selama beberapa saat.
Setelah beberapa saat berdiri dalam diam, Naruto terlihat melangkahkan kedua kakinya untuk mendekati sebuah lemari yang berada tepat diseberangnya.
It's my life, it's now or never... I ain't gonna live forever
Gerakan tangan Naruto yang sedang memilih baju langsung berhenti saat suara ringtone hp smartphonenya menyapa telinganya kembali. Ia langsung mengambil baju serta celananya secara acak dan langsung berjalan menuju tempat smartphonenya berbunyi.
"Halo?" Ucap Naruto langsung mengangkat panggilan smartphonenya tanpa melihat nama sang pemanggil dengan nada suara yang ia buat sedingin mungkin. Ia terlihat menjepit benda berukuran sekepal tangan orang dewasa tersebut menggunakan pundak serta bagian samping wajahnya. Setelah itu, pemuda tersebut terlihat berusaha mengenakan celana panjang yang tadi ia ambil dari lemari pakaiannya.
"Halo, Naruto kun." Jawab suara seorang perempuan yang berada di seberang telepon dengan nada yang terdengar ramah sekaligus berwibawa.
"Oh... Ka-Kaguya sensei." Ucap Naruto dengan nada yang terdengar sedikit terkejut setelah suara sang penelepon menyapa telinganya. Awalnya pemuda tersebut berpikir jika yang menelepon dirinya saat ini adalah seorang perempuan yang tadi meneleponnya yang tidak lain adalah Hinata. Maka dari itu ia menjawab panggilan tersebut tanpa melihat nama sang pemanggil terlebih dahulu.
"Apa kau sedang sakit, Naruto kun?" Tanya suara perempuan yang berada di seberang telepon dengan nada suara yang terdengar khawatir.
"Tidak kog, Kaguya sensei." Jawab Naruto yang saat ini terlihat berusaha mengenakan sebuah kaos berwarna putih dengan corak tribal yang terlihat melintang di bagian belakangnya. "Apa ada yang bisa saya bantu?" Lanjut pemuda berparas tampan tersebut bertanya pada sang pemanggil setelah ia selesai mengenakan pakaian lengkap.
"Jika tidak sakit, kenapa tadi suaramu terdengar lemah?" Tanya sang penelepon yang tidak lain adalah Kaguya.
Kaguya sendiri merupakan salah satu guru yang mengajar di tempat Naruto bersekolah. Ia adalah seorang perempuan cantik berkulit putih pucat dengan usia sekitar 40 tahunan. Ia adalah sosok guru yang cantik, sederhana, sekaligus baik hati. Akan tetapi, para murid di sekolah Naruto menganggapnya sebagai sosok guru yang menakutkan karena iris putihnya yang tanpa pupil dan cara berpakaiannya yang selalu menutup hampir seluruh tubuhnya. Padahal Kaguya sudah menjelaskan berkali-kali pada para muridnya jika ia berpakaian demikian itu dikarenakan kulitnya yang sangat sensitif pada sinar ultraviolet yang berasal dari matahari. Tapi sepertinya para muridnya tidak ada yang mengindahkan hal tersebut karena mereka sudah terlanjur takut pada Kaguya. Di sekolah tempat Naruto belajar, Kaguya mengajar di mata pelajaran bahasa Inggris.
"Aku baik-baik saja, Kaguya sensei." Jawab Naruto dengan suara yang ia buat sebaik mungkin untuk mengusir nada gugupnya karena rasa bersalahnya. Ia merasa bersalah karena pemuda tersebut berpikir jika berkata dengan nada dingin pada orang yang lebih tua terutama jika dia adalah seorang guru adalah sebuah perbuatan yang sangat kurang ajar dan tidak patut.
"Oh... Ok, if you said 'you're fine'(Baiklah, jika kau bilang kau baik-baik saja)." Jawab Kaguya dari seberang dengan penekanan pada kata bahasa Inggris yang ia ucapkan. "By the way(ngomong-ngomong)... Bisakah kau datang ke tempat sensei hari ini?" Lanjut perempuan yang berada di seberang telepon dengan bahasa campuran yang sepertinya menjadi ciri khasnya.
"Untuk apa, sensei?" Tanya Naruto mencari kejelasan dari sang penelepon. Ini memang bukan kali pertama Naruto disuruh untuk datang ke tempat guru dengan paras cantik dan berkulit putih tersebut. Dulu ia pernah disuruh datang ke tempat senseinya tersebut untuk membantunya menata rak buku yang ada di kediamannya yang bisa terbilang megah untuk ukuran orang yang sederhana seperti Kaguya.
Hal ini seolah sudah biasa untuk Naruto. Bukan hanya Kaguya yang sering meminta tolong pada pemuda tersebut. Guru-guru yang lain pun juga sering meminta sang pemuda untuk membantu mereka ketika hari libur seperti sekarang. Seperti minggu lalu saat Sarutobi Asuma yang merupakan guru kimia di sekolah tempat Naruto meminta sang pemuda untuk menemaninya bermain shogi.
"Aku ingin meminta tolong padamu untuk menemaniku berbelanja kebutuhan sehari-hari." Ucap Kaguya memberitahu sang pemuda tujuannya. "Bisakah?" Lanjut perempuan cantik dengan surai putih tersebut bertannya pada Naruto.
"Hai'." Jawab Naruto singkat dengan nada ramah.
"Ok, sensei akan tunggu kedatanganmu di rumah." Ucap Kaguya dengan nada ramah yang menjadi ciri khas dirinya. "Seperti biasa ya, Naruto kun." Lanjut Kaguya setelah itu ia baru mengakhiri panggilannya.
Oh ya, para guru yang meminta bantuan pemuda tampan bersurai kuning tersebut akan selalu memberi imbalan pada sang pemuda jika urusan yang mereka minta tolong telah selesai.
Pasti kalian bertanya-tanya kenapa para guru sering meminta bantuan pada Naruto? Para guru yang meminta bantuan pada Naruto rata-rata adalah para guru yang belum memiliki keluarga atau masih single. Biasanya mereka meminta pemuda tersebut untuk membantu mereka menata dokumen, bersih-bersih rumah dan sebagainya. Setelah selesai membantu mereka, para guru tersebut akan memberi imbalan kepada Naruto berupa uang atau kebutuhan makanan untuk pemuda tampan tersebut.
Lalu kenapa harus Naruto? Bukan murid yang lain? Itu dikarenakan Naruto adalah salah satu murid yang pandai di sekolahnya sekaligus murid yang terkenal ramah dan memiliki hubungan yang dekat dengan para sensei di sekolahnya dibanding dengan murid yang lain. Ditambah lagi stamina Naruto yang memang bisa terbilang besar sehingga kadang para guru tersebut tidak jarang meminta bantuannya untuk melakukan pekerjaan berat seperti memindahkan barang, dan lain-lain.
"Affarmative(Dimengerti)." Jawab Naruto yang lebih mengarah pada dirinya sendiri sambil menaruh smartphonenya kedalam kantong celana panjang yang ia kenakan saat ini.
"Hah..." Naruto langsung menghembuskan nafas panjang setelah ia menaruh smartphonenya di dalam kantong celana yang ia kenakan saat ini. "Untung saja yang meminta bantuanku tadi adalah Kaguya sensei. Coba kalau Anko sensei..." Ucap Naruto pada dirinya sendiri. Setelah itu, pemuda tersebut terlihat merinding dengan sendirinya saat ia mengingat nama salah satu guru yang juga pernah meminta bantuannya tersebut.
"Hah... Apa yang aku pikirkan sih?" Tanya Naruto pada dirinya sendiri sambil menggelengkan kepalanya. Setelah itu, ia terlihat langsung melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamarnya.
It's my life, it's now or never... I ain't gonna live forever
Saat Naruto sudah berada di luar apartemennya, lagi-lagi smartphone Naruto berbunyi menandakan ada seseorang yang meneleponnya.
'Siapa lagi sekarang?' Tanya Naruto dalam hatinya saat telinganya mendengar suara smartphonye berbunyi lagi.
Kali ini ia melihat nama sang pemanggil terlebih dahulu sebelum ia mengangkat panggilannya.
"Panjang umur sekali orang ini..." Ucap Naruto saat iris biru safirnya melihat nama 'Anko sensei' terpampang di layar smartphonenya yang masih berdering.
Naruto terlihat bimbang saat melihat nama salah satu senseinya yang saat ini sedang menelepon dirinya.
"Halo?" Akhirnya setelah berpikir selama beberapa saat, Naruto akhirnya menjawab panggilan dari sensei yang mengajar matematika di kelasnya tersebut.
"Hai, Naruto..." Jawab suara perempuan dari seberang telepon dengan nada yang terdengar ceria.
"Ada yang bisa saya bantu, Anko sensei?" Tanya Naruto dengan nada yang ia buat seramah mungkin.
"Sebenarnya sensei ingin meminta bantuanmu untuk membersihkan kandang ular sensei hari ini." Jawab Anko dari seberang telepon. "Apakah hari ini kamu sedang sibuk?" Lanjut Anko bertanya pada sang pemuda.
Mitarashi Anko, adalah seorang guru matematika sekaligus guru BP di tempat Naruto bersekolah. Perempuan cantik dengan kisaran usia 30 tahunan tersebut terkenal karena sifat disiplin juga killernya pada para muridnya serta kesukaannya pada reptil terutama ular. Ia bahkan pernah membawa salah satu ularnya yang memiliki ukuran panjang ke sekolahnya saat ada festival sekolah. Ia membawa salah satu peliharaannya untuk di tunjukkan kepada para siswanya sebagai salah satu pertunjukkan sekaligus pembelajaran tentang struktur tubuh binatang tanpa kaki tersebut. Meskipun terkenal karena sifat killer serta disiplinnya, sebenarnya perempuan single ini memiliki sifat ramah dan suka membantu para muridnya yang kesulitan dalam mata pelajaran yang ia ajar. Ia pasti akan mengajari para muridnya yang bertanya padanya dengan sabar sampai mereka benar-benar mengerti dengan materi yang ia ajarkan.
"Ano, sebelumnya saya minta maaf sensei jika saya harus menolak permintaan sensei hari ini." Jawab Naruto yang menolak dengan halus permintaan gurunya yang sangat mencintai ular tersebut. "Hal itu dikarenakan saya sudah ada janji dengan Kaguya sensei untuk hari ini." Lanjut pemuda tampan tersebut menyampaikan alasannya.
Sebenarnya Naruto tidak takut dengan ular meskipun ia tidak begitu suka dengan binatang tersebut. Dia menolak permintaan nyentrik Anko memang karena dia memiliki janji dengan Kaguya, bukan karena ia takut setelah mendengar permintaan sensei yang mengajar mata pelajaran matematika tersebut.
"Oh... Jadi begitu..." Ucap Anko dengan nada suaranya yang terdengar sedikit kecewa. "Jadi kau lebih memilih Kaguya sensei ketimbang aku?" Lanjut Anko bertanya pada Naruto dengan nada yang ia buat seolah ia adalah seorang perempuan yang dicampakkan oleh pacarnya.
Naruto langsung sweetdrop saat mendengar pertanyaan guru yang saat ini sedang meneleponnya. Ia tidak tahu harus berkata apa untuk menjawab pertanyaan guru yang mengajar matematika tersebut.
"Jawab aku, Naruto hikss..." Ucap Anko saat ia tidak mendengar respon dari sang pemuda yang saat ini terlihat terpaku di depan apartemennya sendiri dengan sweetdrop yang lebih besar. "Apa aku kurang cantik hikss... Kenapa kau lebih memilih Kaguya sensei ketimbang diriku?" Lanjut Anko bertanya dengan suara yang ia buat sesedih mungkin.
"A-ano, Anko sensei, anda baik-baik saja kan?" Tanya Naruto masih dengan sweetdrop super besar di kepalanya.
"Hehehe... Jangan takut begitu, Naruto..." Jawab sang guru matematika yang tiba-tiba terdengar cengengesan dari seberang telepon. "Aku hanya ingin menggodamu saja..." Lanjut perempuan cantik tersebut yang ternyata ingin mengerjai Naruto.
Ini juga memang bukan kali pertama Anko mengerjainya seperti barusan. Guru yang nyentrik ini memang suka mengerjai para muridnya terutama yang bergender laki-laki. Bahkan dulu sahabatnya yang berasal dari klan Uchiha yang notabene adalah salah satu keluarga ternama di kota tempatnya tinggal sampai harus kehilangan wajah stoic serta coolnya saat sang guru matematika mengatakan hal yang sama saat di dalam kantor guru di sekolah. Setelah itu, si bungsu dari klan Uchiha tersebut langsung drop selama satu minggu penuh.
"Dasar jones." Ucap Naruto tanpa sadar dengan nada pelan dan sweetdrop yang masih setia berada di kepala kuningnya.
"APA KAU BILANG, NARUTO?!" Tanya Anko dengan suara yang tiba-tiba berubah menjadi sangat sangar dan terdengar menyeramkan bagi sang pemuda.
"Eh? Eh... Bukan apa-apa kog sensei... Hehehe..." Ucap Naruto sambil tertawa nerves setelah telinganya mendengar suara sangar dari sang guru matematika yang sepertinya terlanjur mendengar apa yang ia ucapkan barusan. "Maaf Anko sensei, sepertinya Kaguya sensei sudah menunggu terlalu lama, lain kali aku akan membantumu jika aku ada waktu luang. Jaa sensei." Lanjut Naruto cepat sebelum sang guru matematika berkata lebih jauh. Setelah itu, ia langsung menutup panggilan tersebut secara sepihak.
"Huh..." Naruto langsung menghembuskan nafas lelah setelah ia menaruh smartphonenya kembali di saku celana panjangnya. "Sepertinya besok aku tidak akan selamat dari amukan Anko sensei..." Ucap Naruto pada dirinya sendiri sambil mulai melangkahkan kakinya untuk meninggalkan apartemen tempatnya tinggal dengan langkah berat setelah ia menguncinya.
Naruto terlihat berjalan untuk menuju tujuannya saat ini yang tidak lain adalah rumah Kaguya. Ia berjalan untuk menuju kediaman salah satu senseinya tersebut karena jaraknya yang memang tidak terlalu jauh dari kediamannya. Mungkin ia hanya butuh sekitar 15 menitan untuk sampai di rumah sensei bergender perempuan dengan bibir yang selalu terlihat berwarna merah tersebut.
Beberapa menit kemudian...
Naruto menghentikan langkahnya saat ia berada di depan sebuah kediaman megah bergaya Eropa. Setelah itu, ia memencet tombol bel yang ada tepat di depannya.
"Hai', tunggu sebentar..." Ucap suara seorang perempuan yang berasal dari dalam kediaman yang terkesan megah tersebut.
Setelah mendengar suara sahutan dari dalam rumah megah yang ada di depannya, Naruto terlihat berdiri dalam diam. Sepertinya pemuda tampan dengan iris biru safir tersebut sedang memikirkan sesuatu.
Cklek srekkk
"Mari masuk dulu, Naruto kun." Ucap Kaguya pada sang pemuda yang hendak ia mintai tolong saat ia telah membuka pintu rumah serta pagar rumahnya yang tidak terlalu tinggi. Perempuan cantik tersebut terlihat memegang sebuah payung berukuran kecil saat ia membukakan pagar untuk Naruto.
Akan tetapi Naruto masih terjebak oleh pikirannya sendiri. Pemuda tersebut terlihat masih mematung di tempatnya berdiri saat ini.
Kaguya yang sudah hampir melangkahkan kakinya untuk kembali masuk ke kediamannya mendadak berhenti lalu membalikkan badannya saat ia merasa jika sang pemuda tidak mengikutinya untuk masuk ke dalam kediamannya.
"Naruto kun? Are you okay?(Kamu baik-baik saja?)" Tanya Kaguya saat ia sudah berada di dekat sang pemuda tampan yang terlihat memiliki usia terpantau jauh darinya tersebut.
Tapi Naruto masih tidak bergeming.
Tuk
Kaguya yang tidak mendapatkan respon dari sang pemuda langsung menyentuh dahi sang pemuda menggunakan jari tengah dan jari telunjuknya.
"EH?!" Naruto langsung terkejut bukan main saat ia merasakan jika dahinya sedang disentuh seseorang. Sepertinya pikiran yang menganggu sang pemuda langsung buyar setelah Kaguya menyentuh dahinya barusan.
"Are you okay(Kau baik-baik saja), Naruto kun?" Tanya Kaguya saat iris putihnya yang indah memandang wajah tampan Naruto yang terkejut.
"Uh... Iya aku baik-baik saja, Kaguya sensei." Jawab Naruto sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Maaf, jika saya membuat anda khawatir." Lanjut pemuda tampan dengan surai kuning tersebut sambil membungkukkan badannya 90 derajat dihadapan perempuan cantik yang ada dihadapannya.
"It's not a big deal(Itu bukan masalah besar), Naruto kun." Jawab Kaguya dengan nada ramah sambil menampilkan senyuman di bibir merahnya. "By the way(Ngomong-ngomong), apa ada yang sedang mengganggu pikiranmu?" Lanjut Kaguya bertanya pada sang pemuda sambil membalikkan badannya. Setelah itu, perempuan cantik tersebut terlihat melangkahkan kaki jenjangnya yang tertutup rok panjang untuk masuk kedalam kediamannya.
"Bukan sesuatu yang penting kog, Kaguya sensei." Jawab Naruto yang saat ini mengekor di belakang Kaguya yang sudah berjalan terlebih dahulu.
"Jika ada sesuatu yang mengganjal atau mengganggu pikiranmu, sensei akan siap mendengarnya kapanpun." Ucap Kaguya dengan nada lembut khas keibuan sambil menolehkan wajahnya untuk melihat Naruto yang berada di belakangnya.
"Hai', terima kasih atas perhatian anda, Kaguya sensei." Ucap Naruto dengan nada tulus sambil membalas senyuman Kaguya dengan senyuman lima jari yang menjadi ciri khasnya.
Setelah itu, kedua manusia berbeda gender dengan usia yang terpantau jauh tersebut terlihat berjalan di dalam rumah yang bisa terbilang megah tersebut dalam keheningan.
"Mari silahkan duduk dulu." Ucap Kaguya saat ia sudah sampai di depan sebuah ruang tamu. "Mau minum apa, teh atau kopi?" Lanjut Kaguya menawarkan minuman pada sang pemuda tampan tersebut.
"Tidak usah repot-repot begitu, Kaguya sensei." Jawab Naruto setelah ia mendudukkan dirinya ke atas sebuah sofa panjang berwarna putih yang berada di ruang tamu rumah megah Kaguya.
"Baiklah kalau begitu..." Ucap Kaguya sambil melangkahkan kakinya untuk menuju kamarnya yang terletak tidak jauh dari ruang tamu. "Oh ya, silahkan dinikmati camilannya. Sensei akan ganti baju dulu setelah itu kita baru berangkat belanja." Ucap Kaguya mempersilahkan Naruto untuk menikmati cemilan yang ada di dalam toples yang terletak di atas meja ruang tamu tepat di hadapan sang pemuda.
"Terima kasih, Kaguya sensei." Ucap Naruto dengan nada tulus sambil membuka sebuah toples yang tersedia di depannya lalu mengambil camilan di dalamnya.
Setelah mendengar ucapan terma kasih Naruto. perempuan cantik tersebut baru melangkahkan kakinya untuk memasuki sebuah ruangan yang bisa kita asumsikan sebagai kamarnya.
Beberapa saat kemudian...
Naruto terlihat sudah mulai bosan menunggu sendirian di ruang tamu yang bisa dibilang luas tersebut. Ia sendiri hanya mengambil beberapa camilan yang tersedia di depannya lalu mengembalikan toples berisi kue kering tersebut ke tempatnya kembali.
"Apakah aku memang tidak normal ya?" Tanya Naruto pada dirinya sendiri sambil menatap langit-langit ruang tamu berwarna putih yang ada di atasnya dengan pandangan kosong.
Saat sang pemuda masih menatap langit-langit ruang tamu di atasnya dengan pandangan kosong. pikiran sang pemuda mengingat kembali sebuah gosip yang beredar dikalangan para gadis di sekolahnya yang menyangkut dirinya akhir-akhir ini.
Sebenarnya yang mengganggu pikiran Naruto sejak tadi adalah sebuah gosip yang menyangkut dirinya. Awalnya kehidupan sekolahnya berjalan normal dan baik-baik saja. Tapi tiba-tiba sebuah gosip yang mengatakan jika dia tidak normal tiba-tiba menyebar seantero sekolah tempat dia menuntut ilmu.
Awalnya Naruto tidak begitu peduli dengan hal tersebut. Tapi lama-kelamaan gosip tersebut mulai mempengaruhi orang-orang yang ada di sekitarnya dan membuatnya menjadi dikucilkan secara tidak langsung. Hanya para senseinya serta para sahabatnya yang tidak peduli dengan gosip yang membicarakan dirinya.
"Ah... Pasti karena itu." Ucap Naruto saat ingatannya mengingat sebuah kejadian dimana ia menolak semua gadis yang mencoba menjadi pacarnya. Sebenarnya pemuda tersebut merupakan salah satu pria paling populer yang ada di sekolahnya. Ia menjadi populer karena wajah tampannya serta prestasinya yang bahkan pernah mengalahkan si bungsu dari keluarga Uchiha yang mendapat julukan sebagai 'sang jenius' dalam hal prestasi. Dikarenakan hal tersebut, banyak perempuan di sekolahnya mencoba mendekatinya. Tapi sang pemuda cenderung bersifat kurang peduli pada lawan jenisnya entah secatik apapun paras yang mereka miliki.
Akhirnya para perempuan yang tergila-gila padanya langsung mengirimkan surat cinta mereka untuknya. Akan tetapi, sang pemuda menolak semua surat cinta yang ditujukan padanya. Bahkan Naruto juga menolak surat cinta yang berasal dari salah satu dari 10 primadona di sekolahnya yang ternyata ada juga yang tergila-gila padanya. Salah satu dari 10 primadona sekolahnya yang tergila-gila padanya adalah Shion.
Shion adalah seorang perempuan cantik yang terkenal karena kepandaian serta keanggunannya. Entah mengapa pemuda tersebut bisa menolak semua surat cinta perempuan yang mencoba menjadi pacarnya termasuk dari salah satu primadona sekolahnya.
"Hah..." Naruto menghembuskan nafas berat setelah memorinya berhasil menemukan pokok masalahnya saat ini. "Tidak salah lagi, pasti karena aku menolak ajakan dari Shion waktu itu." Ucapnya berasumsi pada dirinya sendiri.
"Kenapa kau menghela nafas berat seperti itu, Naruto kun? Lalu ada apa dengan Shion chan?" Tanya Kaguya yang entah sejak kapan ia sudah berdiri di dekat pintu ruang tamu yang menjadi batas antara lorong rumahnya dengan tempat Naruto saat ini berada. Ia bertanya demikian saat tanpa sengaja iris putih indahnya melihat sang pemuda yang menghela nafas berat dan juga indra pendengarannya yang mendengar nama Shion di ucapan Naruto barusan.
"Bukan apa-apa kog, sensei." Jawab Naruto dengan nada yang terdengar lesu dan tanpa melihat sang lawan bicaranya. "Apakah Kaguya sensei sudah siap untuk berangkat?" Lanjut sang pemuda bertanya balik sambil menolehkan kepalanya pada perempuan cantik yang saat ini terlihat sedang duduk di bagian pegangan sofa yang ia duduk.
"Hm..." Gumam Kaguya sambil menganggukkan kepalanya dengan sebuah senyuman manis yang terpatri di wajah cantiknya. Perempuan tersebut saat ini terlihat mengenakan sebuah pakaian yang tidak begitu tertutup beda jauh dari biasanya saat ia berada di sekolah atau saat ia membukakan pintu untuk Naruto tadi. Perempuan berparas cantik tersebut saat terlihat mengenakan pakaian yang menunjukkan lekuk tubuh indah miliknya. Untuk tangannya, ia terlihat mengenakan sepasang sarung tangan putih yang terbuat dari satin menutupi kedua tangan indahnya hingga ke bagian atas sikunya. Untuk bawahannya sendiri perempuan cantik tersebut terlihat mengenakan sebuah rok yang berada di atas lutut kaki jenjangnya yang ia tutupi dengan sebuah pantyhose berwarna senada dengan sarung tangannya.
Kedua iris biru safir Naruto terlihat terpaku saat melihat penampilan Kaguya saat ini yang menurutnya sangat mempesona dan sexy? Ia terlihat menatap lekat-lekat sosok perempuan di depannya sambil sesekali mengucek iris birunya hanya untuk memastikan jika ia tidak sedang salah lihat. Selama ini pemuda tersebut berpikir jika badan Kaguya lebih gemuk atau tidak sexy sama sekali. Tapi saat iris birunya melihat sang sensei yang biasanya berpakaian sangat tertutup saat ini mengenakan pakaian yang seperti sekarang, ia benar-benar terkejut dan tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.
"Apa penglihatanmu baik-baik saja, Naruto kun?" Tanya Kaguya saat iris putih indahnya melihat sang pemuda yang mengucek matanya berulang-ulang.
"A-Aku baik-baik sa-saja, Ka-Kaguya sexy, Eh?! Mak-maksudku Kaguya sensei." Jawab Naruto dengan suara yang tiba-tiba terdengar gugup. Saking gugupnya, wajah tampan sang pemuda terlihat memerah karena rasa malu di hatinya dikarenakan ia salah menyebutkan kata 'sensei' untuk Kaguya barusan. "Ba-Baiklah kalau begitu, ki-kita langsung ber-berangkat saja." Ucap Naruto masih dengan nada gugup sambil berdiri dari posisi duduknya saat ini.
Wajah cantik Kaguya saat ini terlihat sangat memerah setelah mendengar ucapan salah satu murid didiknya barusan. Meskipun anak didiknya berkata kurang sopan padanya barusan, tapi dia merasa jika hatinya saat ini sedang ditumbuhi oleh jutaan bunga yang sedang bermekaran. Kenapa demikian? Ini dikarenakan perempuan tersebut selalu di cap sebagai sosok yang aneh oleh orang-orang yang ada di sekelilingnya karena kulit pucatnya serta cara berpakaiannya yang menurut mereka terlalu kuno.
"Na-Naruto kun, tu-tunggu di de-depan ya?" Ucap Kaguya dengan nada yang terdengar tidak kalah gugup dari pemuda yang terlihat memiliki usia terpantau jauh darinya. "Se-sensei akan mengambil mobil dulu." Lanjutnya masih dengan nada gugupnya serta wajah cantiknya yang masih memerah.
Setelah itu, perempuan dengan paras cantik tersebut terlihat berlari meninggalkan Naruto sendirian di ruang tamu kediamannya tanpa menunggu jawaban dari sang pemuda.
'Gawat, pasti Kaguya sensei akan memarahiku karena perkataan tidak sopanku barusan.' Ucap Naruto dalam hati yang mengira jika wajah merah senseinya barusan adalah pertanda jika perempuan cantik tersebut sedang menahan marah.
Tapi setelah itu, sang pemuda terlihat menggelengkan kepalanya lalu berlalu dari ruang tamu untuk menuju bagian depan rumah megah senseinya.
'Lebih baik aku meminta maaf pada Kaguya sensei setelah ini karena ucapan tidak sopanku barusan.' Ucap Naruto yang berusaha memantabkan hatinya untuk meminta maaf pada perempuan cantik bersurai putih panjang tersebut.
Sementara itu di tempat Kaguya saat ini...
Kaguya terlihat berlari kecil untuk mencapai garasi yang berada tidak jauh dari ruang tamu tempat ia meninggalkan Naruto barusan. Wajah cantiknya masih terlihat memerah karena rasa malu bercampur gugup yang masih setia merayapi hatinya.
Beberapa saat kemudian...
"Kaguya tenangkan dirimu." Ucap Kaguya pada dirinya sendiri saat ia sudah berada di balik kemudi mobil minivan miliknya. "Kenapa kau harus malu karena pujian tidak sengaja dari muridmu sendiri?" Lanjut perempuan cantik tersebut bertanya pada dirinya sendiri.
Setelah terus berucap pada dirinya sendiri, perempuan cantik tersebut terlihat menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan untuk menenangkan dirinya sendiri.
'Seharusnya aku marah pada Naruto kun. Karena bagaimanapun juga kalimatnya tadi termasuk tidak sopan.' Ucap Kaguya dalam hatinya saat ia sudah berhasil mengendalikan dirinya sendiri.
"Baiklah, nanti akan kuberi teguran saja dia." Ucap Kaguya sambil menstarter mobilnya lalu mengendarai kendaraan beroda 4 tersebut untuk menuju bagian depan rumahnya.
Naruto sendiri saat ini terlihat sudah menunggu kedatangan Kaguya di depan pagar rumah senseinya. Terlihat wajah tampan pemuda tersebut sudah kembali normal seperti sedia kala.
"Mari masuk, Naruto kun." Ucap Kaguya setelah ia membuka jendela mobilnya di bagian penumpang yang berada tepat disamping kemudi.
Cklek
Naruto langsung masuk tanpa berkata apapun. Setelah itu ia terlihat menutup pintu mobil lalu mengenakan seat belt.
Setelah memastikan jika Naruto sudah mengenakan sabuk pengamannya, Kaguya langsung menginjak gas mobilnya dengan gerakan yang sangat anggun.
Keheningan menyelimuti kedua insan berbeda gender tersebut selama perjalanan menuju supermarket yang berjarak lumayan jauh dari kediaman Kaguya.
Naruto kembali merasakan gugup merayapi hatinya saat ia melihat wajah cantik Kaguya yang terlihat fokus menyetir. Sementara kondisi perempuan cantik yang saat ini menjadi pusat pandangan Naruto merasa semakin gugup dan tidak berani menolehkan kepalanya dari depan walau hanya sekilas.
Beberapa saat kemudian...
Beberapa menit kemudian, kedua insan berbeda gender dengan usia yang terpantau jauh tersebut terlihat sudah sampai di sebuah supermarket yang menjadi tujuan mereka.
Karena keheningan yang terjadi selama perjalanan mereka, Kaguya dan Naruto merasa jika jarak yang mereka tempuh sangat jauh. Bahkan waktu beberapa menit saja selama perjalanan mereka terasa bagaikan berjam-jam.
Kaguya langsung membuka sabuk pengaman yang ia kenakan setelah ia mematikan mesin mobilnya.
Naruto pun juga melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Kaguya barusan.
Mereka langsung keluar dari minivan berukuran sedang tersebut secara bersamaan. Lalu tanpa sengaja iris mereka bertemu. Sang safir biru yang seindah langit cerah siang hari dengan iris putih yang tidak kalah indah dengan mutiara terbaik yang berasal dari lautan.
Seketika itu juga kedua insan tersebut langsung saling memalingkan wajah mereka yang memerah ke arah lain. Sepertinya tekad mereka berdua yang tadi ingin meminta maaf dan juga menegur tidak cukup kuat saat berhadapan dengan yang bersangkutan.
Setelah itu, mereka berdua terlihat berjalan menuju pusat perbelanjaan masih dengan keheningan yang menyelimuti mereka.
Selama acara belanja tersebut pun, mereka berdua tidak ada yang membuka suara untuk memulai pembicaraan.
Beberapa saat kemudian...
Sekitar satu setengah jam ternyata telah berlalu dengan sangat cepat. Saat ini Naruto terlihat sedang membawa belanjaan Kaguya kedalam kediaman senseinya yang entah mengapa tiba-tiba merubah penampilan seperti itu.
Setelah membantu Kaguya membawa belanjaannya, Naruto terlihat berjalan menuju ruang tamu dan langsung menghempaskan dirinya ke atas sofa yang tadi ia duduki saat ia pertama datang.
"Silahkan diminum, Naruto kun." Ucap Kaguya sambil membawa sebuah nampan yang di atasnya ada sebotol jus jeruk serta dua buah gelas berukuran sedang.
"Terima kasih, Kaguya sensei." Ucap Naruto pada sang sensei yang membawakannya minuman.
"Ngomong-ngomong..." Ucap Kaguya menggantung sambil menaruh nampan yang ia bawa ke atas meja dihadapan Naruto. "... Apakah gosip yang beredar di sekolah itu memang benar, Naruto kun?" Lanjut perempuan cantik tersebut bertanya pada sang pemuda setelah ia mendudukkan dirinya tepat dihadapannya.
"Maksud sensei?" Tanya Naruto yang sepertinya kurang paham dengan arah pembicaraan guru yang mengajar bahasa Inggris tersebut. Ia terlihat menuangkan isi botol jus jeruk yang ada di depannya kedalam sebuah gelas yang berada di atas nampan yang tadi dibawa Kaguya.
"Maksudku adalah gosip yang selama ini beredar yang mengatakan jika dirimu itu tidak normal, Naruto kun." Ucap Kaguya menjelaskan tentang arah pembicaraannya saat ini. Sepertinya perempuan cantik tersebut sudah bisa menguasai dirinya kembali.
"Hm... Mungkin saja, Kaguya sensei." Jawab Naruto dengan nada yang terdengar tidak begitu peduli. Ia terlihat meminum jus jeruk yang tadi ia tuangkan di gelas dengan sekali tegukan saja. Sepertinya sang pemuda saat ini sangat haus. "Aku sendiri tidak begitu peduli dengan hal seperti itu, sensei." Lanjut sang pemuda sambil meletakkan gelas yang tadi ia pegang ke atas meja di depannya.
"Sebenarnya ada apa, Naruto kun?" Tanya Kaguya pada sang pemuda dengan nada yang terdengar khawatir sambil menatap lekat-lekat wajah tampan sang pemuda.
Naruto langsung memalingkan wajah tampannya ke arah lain yang ditatap lekat-lekat oleh Kaguya dengan iris putih indahnya.
"Kaguya sensei..." Panggil Naruto lirih bahkan hampir tidak terdengar.
"Iya?" Jawab Kaguya masih dengan nada lembut khas keibuannya. Meskipun panggilan anak didiknya tadi terdengar lirih, tapi karena keadaan di sekitar mereka yang sepi membuat Kaguya bisa mendengar ucapan pemuda tersebut dengan jelas.
"Tapi sebelum aku memberitahu sensei, maukah Kaguya sensei berjanji padaku untuk merahasiakan hal ini dari semua orang?" Tanya Naruto sambil mengalihkan pandangannya untuk menatap lekat-lekat iris putih gurunya yang memiliki paras cantik di depannya.
"Hai', sensei berjanji akan merahasiakan hal ini dari semua orang." Jawab Kaguya menyanggupi permintaan sang pemuda. Sepertinya perempuan cantik dengan surai putih sepunggung ini sudah tidak sabar ingin mendengar hal yang ingin dikatakan murid didiknya saat ini.
"Se-sebenarnya aku ini..." Ucap Naruto menggantung sambil memalingkan wajahnya kesana kemari dan tidak berani menatap wajah cantik Kaguya.
Kaguya yang semakin penasaran terlihat menatap intens remaja tampan di depannya yang tidak lain adalah murid didiknya sendiri tersebut dengan iris putih indahnya.
"A-aku ini menyukai perempuan yang mengenakan sarung tangan..." Ucap Naruto lirih saat mendekati akhir kalimatnya sambil menutup kedua matanya rapat-rapat. Wajah tampan Naruto terlihat sangat memerah saat ia mengakui rahasianya dihadapan seseorang yang tidak lain adalah senseinya sendiri.
"Oh..." Jawab Kaguya dengan nada yang terdengar santai sambil manggut-manggut. "Kukira rahasia seperti apa yang hendak kau beritahukan padaku, Naruto kun." Lanjut Kaguya sambil menuangkan jus jeruk dari botol ke sebuah gelas lain yang tidak dipakai Naruto.
Naruto langsung membuka kedua matanya yang ia tutup rapat setelah mendengar respon dari Kaguya yang biasa saja. Ia berpikir jika perempuan cantik tersebut akan langsung menertawakannya atau mungkin menganggapnya menjijikkan. Setelah itu, remaja dengan paras tampan tersebut terlihat memandang Kaguya yang saat ini sedang minum jus jeruk dengan pandangan intens. Ia berpikir jika tadi ia salah dengar.
"Ka-Kaguya sensei, tidak jijik padaku?" Tanya Naruto dengan nada yang terdengar takut-takut.
Kaguya langsung menghentikan gerakan meminumnya setelah mendengar pertanyaan yang dilontarkan anak muridnya barusan. Ia terlihat menatap sang pemuda dengan pandangan yang biasa saja seolah memberitahu sang remaja yang ada di depannya jika dia tidak merasa aneh sedikitpun dengan ucapannya.
Naruto langsung menghembuskan nafas lega saat ia melihat respon Kaguya barusan. Ia berpikir jika perempuan tersebut akan langsung menjauhinya setelah ia mendengar rahasianya barusan.
"Jadi saat kau mengatakan jika aku ini sexy tadi karena 'sarung tangan' yang aku kenakan begitu?" Tanya Kaguya pada sang remaja dengan penekanan pada kata 'sarung tangan'.
"Te-tentu saja tidak, Kaguya sensei." Ucap Naruto secara refleks karena terkejut jika sang sensei masih mengingat ucapannya beberapa waktu yang lalu. "Ha-habisnya sensei selalu mengenakan pakaian yang tertutup entah di sekolah atau di rumah, dan tadi adalah pertama kali aku melihat sensei mengenakan pakaian yang sedikit terbuka. Dan secara refleks aku mengucapkan hal tersebut." Lanjut Naruto menjelaskan panjang lebar dengan wajah yang memerah karena malu.
"Oh begitu..." Ucap Kaguya yang sepertinya mulai mengerti dengan pemikiran sang pemuda terhadapnya. "Menurutmu, apakah penampilan sensei tadi cocok untuk sensei?" Lanjut Kaguya bertanya tentang pendapat sang pemuda tentang penampilannya yang tadi.
"Ten-tentu saja sangat cocok." Jawab Naruto cepat dengan sedikit terbata saat senseinya tiba-tiba bertanya tentang penampilannya beberapa saat yang lalu.
Setelah pembicaraan yang terbilang singkat tersebut, ruang tamu kediaman Kaguya diselimuti oleh keheningan. Sepertinya kedua insan berbeda usia dan gender tersebut sedang sibuk dengan pikiran masing-masing.
'Sepertinya Kaguya sensei berbeda dengan kebanyakan orang.' Ucap Naruto dalam hatinya dengan nada terdengar lega sambil melihat lekat-lekat perempuan di depannya yang saat ini sedang meminum jus jeruk yang ia tuangkan pada gelasnya sedikit demi sedikit. Setelah puas memandang gurunya yang memiliki paras yang cantik tersebut, remaja tampan itu terlihat menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa yang ia duduki saat ini.
'Aku tidak menyangka jika Naruto kun adalah seorang remaja yang unik.' Ucap Kaguya dalam hatinya sambil melihat Naruto saat sang pemuda terlihat menyandarkan tubuhnya sandaran sofa kediamannya. 'Sepertinya ia adalah pemuda yang selalu jujur pada dirinya sendiri.' Lanjut Kaguya masih dalam hatinya.
'Andai saja Kaguya sensei seumuranku...' Ucap Naruto dalam hati yang terdengar menggantung.
'Andai saja Naruto seumuranku...' Ucap Kaguya dalam hatinya yang juga terdengar menggantung.
'... Pasti aku akan mengungkapkan perasaanku tanpa ragu.' Ucap Naruto dan Kaguya dalam hati masing-masing di waktu yang bersamaan secara tidak langsung.
Beberapa saat kemudian...
Naruto terlihat mengalihkan pandangannya ke arah sebuah jam yang tertempel manis di dinding ruang tamu menggunakan iris birunya. Jam digital yang tertempel di dinding ruang tamu tersebut sedang menunjukkan angka 16:33 waktu setempat.
"Kaguya sensei, sepertinya hari sudah mulai malam, jadi saya mau pamit undur diri dulu." Ucap Naruto setelah memandang jam digital yang berada di ruang tamu kediaman Kaguya sambil berdiri dari posisi duduknya.
Kaguya langsung ikut mengalihkan pandangannya setelah mendengar ucapan sang remaja yang ada di depannya. Dahi perempuan berparas cantik tersebut terlihat berkerut saat iris putihnya melihat jam digital yang terpasang di ruang tamu kediamannya.
'Ternyata waktu cepat sekali berlalu.' Ucap Kaguya dengan nada yang terdengar kecewa dalam hatinya sambil ikut berdiri dari posisi duduknya.
"Apakah Naruto kun tidak mau ikut makan malam dengan sensei disini?" Ucap Kaguya memberikan tawaran pada remaja yang hendak pulang ke apartemennya tersebut. Terdengar nada permohonan dari ucapan yang dilontarkan Kaguya untuk Naruto barusan.
Hal tersebut tentu saja menggoyahkan keinginan pulang Naruto. Tapi di sisi lain ia tidak mau merepotkan perempuan cantik yang ada di depannya.
"Maaf sensei, tapi saya tidak mau merepotkan sensei lebih dari ini." Ucap Naruto yang menolak penawaran dari Kaguya dengan sehalus mungkin.
"Hm... Begitu..." Ucap Kaguya dengan nada yang terdengar kecewa meskipun samar. "Naruto kun, tunggu disini sebentar ya." Lanjut Kaguya berkata pada sang remaja sebelum ia meninggalkannya untuk menuju kamarnya.
Naruto hanya menganggukkan kepalanya untuk mengiyakan permintaan gurunya yang memiliki paras yang cantik tersebut. Setelah itu, ia terlihat memandang halaman bagian luar rumah Kaguya dari jendela yang ada di ruang tamu.
"Ini Naruto kun." Ucap Kaguya setelah ia keluar dari kamarnya sambil menyerahkan sejumlah uang kepada Naruto. "Maaf jika tidak bisa memberi seperti biasanya, soalnya tadi sensei keasyikan belanja sampai lupa bagian Naruto kun hehehe..." Lanjut Kaguya menjelaskan sambil cengengesan.
Naruto langsung terpaku di tempatnya berdiri saat iris biru indahnya melihat Kaguya yang cengengesan.
'Cantik sekali...' Ucap Naruto dalam hatinya saat iris birunya melihat Kaguya yang cengengesan sambil menggaruk belakang kepalanya yang memiliki surai putih indah sepunggung tersebut.
Naruto terlihat membiarkan tangan Kaguya yang terulur padanya sambil memegang beberapa uang yang akan ia serahkan untuk sang remaja. Wajar saja pemuda tersebut terpesona soalnya Kaguya jarang sekali menunjukkan sifatnya yang satu ini. Karena biasanya perempuan tersebut akan menunjukkan sifat kalem dan lemah lembutnya bukan sifatnya yang saat ini dilihat oleh Naruto.
"Naruto kun?" Panggil Kaguya dengan nada khawatir saat ia melihat Naruto yang hanya terpaku diam di tempatnya berdiri saat ini sambil membiarkan tangannya yang masih terulur di depan sang pemuda.
"Ah?! Iya tidak apa-apa kog, Kaguya sensei?" Ucap Naruto saat pikirannya dibuyarkan suara khawatir dari gurunya barusan. Sepertinya pemuda tersebut masih sempat mendengar penjelasan panjang lebar Kaguya saat ia terpesona dengan kecantiktan gurunya tersebut. Setelah itu, sang pemuda terlihat mengulurkan tangannya untuk mengambil uang yang disodorkan Kaguya untuknya.
"Terima kasih telah membantu sensei hari ini, Naruto kun." Ucap Kaguya dengan nada tulus setelah sang pemuda mengambil uang yang ia sodorkan padanya.
"Hai', sama-sama, Kaguya sensei." Ucap Naruto sambil membungkukkan badannya 90 derajat dihadapan gurunya yang memiliki paras yang manis serta cantik tersebut.
"Mari sensei antarkan sampai kedepan." Ucap Kaguya dengan nada yang terdengar lembut.
Naruto hanya menganggukkan kepalanya saja setelah ia mendengar ucapan perempuan cantik bersurai putih sepunggung tersebut.
Setelah itu, Kaguya terlihat berjalan terlebih dahulu dan Naruto terlihat mengikuti perempuan cantik tersebut selangkah di belakangnya. Langkah kaki jenjang Kaguya terlihat berat seolah perempuan tersebut sedang membawa sebuah bebean berat di setiap kakinya.
'Kami sama, tolong turunkan hujan badai atau apapun yang bisa membuat Naruto kun tetap disini.' Ucap Kaguya yang sepertinya merasa nyaman dengan keberadaan sang remaja tampan dengan surai kuning jabrik tersebut di dalam kediaman megahnya.
Sebenarnya Kaguya memang selalu merasa kesepian saat di dalam kediamannya karena ia memang masih single di usianya yang sekarang. Entah apa yang membuat perempuan cantik tersebut masih tidak memiliki seorang suami meskipun usianya telah kepala 4.
"Baiklah, sensei saya pamit undur diri dulu." Ucap Naruto saat ia sudah berada di depan pintu kediaman Kaguya.
"Ha-Hai'." Ucap Kaguya dengan nada sedikit terbata karena kecewa.
Cklek cklek cklek
Naruto terlihat kesusahan saat akan membuka pintu bagian depan rumah Kaguya. Sepertinya pintu yang ada di depannya dalam keadaan terkunci.
"Kaguya sensei, apakah anda mengunci pintu bagian depan?" Tanya Naruto pada sang pemilik kediaman yang masih berdiri di dekatnya.
"Oh ya, sensei lupa." Jawab Kaguya sambil menggaruk belakang kepalanya sekali lagi. "Soalnya sensei biasanya langsung mengunci pintu depan setelah keluar." Lanjut perempuan cantik tersebut menjelaskan kebiasaannya pada Naruto.
"Bisakah sensei bukakan pintu ini?" Tanya Naruto dengan nada memohon pada perempuan cantik tersebut.
"Sepertinya sensei menaruh kuncinya di kamar sensei." Ucap Kaguya sambil berpura-pura mengingat dimana ia meletakkan kunci pintu rumah utamanya. "Sebentar ya, biar sensei ambil dulu kuncinya." Lanjut Kaguya sambil membalikkan badannya.
Krincing
Saat Kaguya membalikkan badannya, tiba-tiba terdengar suara metal yang saling bergesekan yang berasal dari saku rok yang ia kenakan.
"Sepertinya kuncinya ada di saku sensei." Ucap Naruto memberitahu perempuan yang hendak menjauhinya tersebut.
Kaguya yang sedang membelakangi Naruto hanya bisa tersenyum terpaksa dengan perempatan yang terlihat di dekat bibir merah ranumnya.
'Dasar kunci sialan!' Umpat Kaguya dalam hati masih dengan senyum terpaksa yang setia bertengger di wajah cantiknya.
"Oh iya, Kaguya sensei lupa." Ucap Kaguya sambil membalikkan badannya lagi untuk menatap Naruto. Senyuman terpaksa Kaguya langsung digantikan senyuman penuh wibawanya saat ia sudah menghadap remaja berusia 16 tahunan tersebut.
Kaguya terlihat berpura-pura kesulitan saat meraba saku rok yang ia kenakan untuk mengambil kunci yang ada di dalamnya.
'Ayolah turunlah hujan badai atau angin topan sekalian agar Naruto lebih memilih untuk tinggal.' Ucap Kaguya dalam hati yang masih tidak putus harapan sambil masih berpura-pura kesulitan untuk mengambil kunci dalam saku roknya.
"Kaguya sensei, tidak apa-apa kan?" Tanya Naruto sambil mendekatkan dirinya untuk melihat dengan jelas kondisi senseinya saat ini.
Saat Naruto mendekatkan dirinya ke Kaguya yang masih berpura-pura, tatapan iris indah mereka kembali bertemu. Tiba-tiba mereka berdua terdiam di tempat mereka berdiri karena terpesona oleh iris indah lawan bicara mereka.
Wajah mereka langsung berubah memerah setelah saling tatap selama beberapa saat. Setelah itu, mereka saling membelakangi sekali lagi.
'Duh, Kenapa Naruto kun tampan sekali sih?' Tanya Kaguya dalam hatinya sambil mengeluarkan kunci pintu rumahnya. 'Biasanya aku tidak merasakan hal seperti ini.' Lanjutnya dengan jantung yang berdegup kencang.
'Ke-kenapa wajahku terasa memanas saat menatap Kaguya sensei barusan?' Ucap Naruto dalam hatinya sambil terus mengalihkan pandangannya ke arah lain. 'Biasanya tidak begini.' Lanjutnya masih dalam hatinya. Ia juga merasakan jika detak jantungnya berdegup kencang.
Tangan Kaguya yang sudah memegang kunci terlihat bergetar saat akan memasukkan benda kecil tersebut ke lubang kunci rumahnya. Hal tersebut membuat sang perempuan cantik kesulitan untuk memasukkan benda yang ia pegang ke lubang kecil yang sudah tepat di depan tangannya.
Klek
Akhirnya Kaguya berhasil memasukkan kunci rumahnya kedalam lubang kunci setelah itu dia langsung memutar benda kecil tersebut.
Cklek
"Sudah terbuka Naruto kun." Ucap Kaguya yang mencoba terdengar seperti biasa setelah ia berhasil membuka pintu rumahnya dengan sedikit kesusahan. Akan tetapi wajah cantiknya masih memerah dan degup jantungnya masih berdetak kencang.
"Te-terima kasih, Kaguya sen-" DUARRR
Saat Naruto hendak mengucapkan kalimat terima kasihnya, tiba-tiba terdengar suara guntur yang seolah membelah langit kota Konoha yang terlihat sudah mulai gelap tersebut.
"KYAAA!" Kaguya yang terkeju akibat suara guntur barusan secara refleks langsung memeluk Naruto yang kebetulan ada di dekatnya saat itu.
"Ka-Kaguya sensei, tenanglah itu cuma suara guntur." Ucap Naruto dengan nada gugup dan wajah tampannya yang terlihat lebih memerah karena dada sang guru yang tertutup pakaian menempel pada dadanya.
Breessss
Dan selang beberapa detik kemudian, hujan yang sangat deras bagaikan dicurahkan dari langit langsung membasahi kota Konoha. Sepertinya Kami sama langsung mengabulkan do'a Kaguya.
Kaguya yang masih memeluk tubuh Naruto terlihat menyamankan dirinya seolah tidak mau melepaskan pemuda tersebut. Ia bahkan terlihat menghirup aroma tubuh sang pemuda dalam-dalam.
"Ka-Kaguya sensei?" Panggil Naruto dengan nada suara yang terdengar takut-takut saat sang guru berparas cantik tersebut tak kunjung melepaskan pelukannya dari tubuhnya.
"EH?!" Kaguya langsung tersadar setelah ia mendengar suara takut Naruto barusan. Akan tetapi perempuan tersebut tidak melepaskan pelukannya atau sekedar melonggarkan pelukannya dari tubuh sang remaja.
"Bi-bisakah anda melepaskan pelukan anda?" Tanya Naruto masih dengan nada yang sama seperti tadi. "So-soalnya saya ke-kesulitan untuk ber-bernafas." Lanjut Naruto dengan wajah memerah. Sebenarnya sang pemuda bukannya kesulitan bernafas, akan tetapi ia merasa jika si 'Naruto junior' sudah menegak dan membuat celana yang ia kenakan saat ini menjadi sempit. Hal itu disebabkan aroma tubuh Kaguya yang terus menyeruak hidungnya serta dada guru cantik tersebut yang masih menempel di dadanya.
"Eh... Ma-maaf Naruto kun." Ucap Kaguya dengan nada yang terdengar bersalah sambil melepaskan pelukannya dari remaja di depannya. Sepertinya perempuan cantik tersebut percaya begitu saja dengan perkataan remaja tampan yang tidak lain adalah muridnya sendiri.
'Aroma tubuh Kaguya sensei wangi sekali.' Ucap Naruto dalam hatinya sambil berpura-pura mengambil nafas untuk mengisi paru-parunya yang sebenarnya baik-baik saja.
Kaguya diam-diam merasa kecewa saat ia melepaskan sang remaja dari pelukannya. Setelah itu ia terlihat mengalihkan pandangannya untuk melihat keluar rumahnya.
Sebuah senyuman bahagia langsung terukir di wajah cantiknya saat ia melihat hujan yang sangat deras disertai angin kencang sedang melanda kota Konoha saat ini.
'Yes! Yes! Yes!' Ucap Kaguya dalam hati yang merasa senang bukan main saat Kami sama telah mengabulkan permohonannya beberapa saat yang lalu.
"Naruto kun, diluar masih hujan, jadi setidaknya tetaplah di kediaman sensei sampai hujannya mereda ya?" Ucap Kaguya dengan nada suara yang ia buat sekhawatir mungkin. Tapi dalam hati perempuan tersebut sedang jingkrak-jingkrak karena gembira luar biasa.
Naruto terlihat mengalihkan pandangannya untuk melihat keadaan diluar dari pintu rumah kediaman guru cantik di depannya. Setelah itu, pemuda tersebut terlihat memasang pose berpikir sebelum membuat keputusan apakah ia harus tetap disana atau langsung pulang menuju apartemennya.
'Jika aku meminjam payung Kaguya sensei...' Ucap Naruto menggantung dalam hatinya sambil memandang sebuah payung berukuran kecil yang pas untuk satu orang yang terletak di dekat pintu keluar. '... Bisa-bisa payung tersebut rusak dan aku harus ganti rugi.' Lanjutnya masih dalam hatinya saat iris birunya melihat angin kencang yang bertiup.
"Baiklah sensei, aku akan tetap disini dulu sampai hujannya mereda." Ucap Naruto pada Kaguya setelah sang pemuda berpikir selama beberapa saat. 'Aku juga tidak mungkin meminta tolong pada Kaguya sensei untuk mengantarku menuju apartemenku dengan mobilnya.' Lanjut Naruto dalam hati yang merasa kurang enak hati jika ia harus meminta tolong pada senseinya yang cantik tersebut untuk mengantarnya ke apartemennya yang notabene tidak begitu jauh dari tempatnya saat ini.
"Hm..." Gumam Kaguya sambil menganggukkan kepalanya. 'Entah kenapa aku merasa nyaman jika Naruto berada di dekatku saat ini. Padahal biasanya tidak seperti ini.' Ucap Kaguya panjang lebar dalam hatinya saat ia melihat Naruto yang mulai masuk kembali ke bagian dalam rumahnya.
'Entah mengapa aku merasakan perasaanku menghangat jika ada di dekat Kaguya sensei. Padahal biasanya tidak seperti ini.' Ucap Naruto dalam hati yang tidak beda jauh dari perkataan hati Kaguya barusan.
It's my life, it's now or never... I ain't gonna live forever
Saat Naruto akan mendudukkan dirinya di sofa yang ada di ruang tamu kediaman Kaguya tiba-tiba smartphone yang ada di sakunya terdengar berdering yang memberinya tanda jika ada penelepon yang menghubungi dirinya.
Sang remaja berparas tampan tersebut langsung mengambil smartphone yang ada di saku celananya lalu memandang nama sang pemanggil.
'Nee chan?' Ucap Naruto dalam hatinya saat iris birunya melihat nama yang tertera di smartphonenya yang masih berdering yang menunjukkan nama kakak perempuannya yang tidak lain adalah Kyuubi.
Pemuda tersebut hanya terlihat membiarkan panggilan tersebut. Sepertinya sang pemuda tidak mau mengangkat panggilan tersebut.
"Kenapa tidak kau angkat, Naruto kun?" Tanya Kaguya yang berjalan untuk memasuki ruang tamu sambil membawa sebuah nampan yang diatasnya terdapat dua mangkuk yang terlihat mengeluarkan asap.
"Biarkan saja, Kaguya sensei." Ucap Naruto sambil masih memegang smartphonenya hingga akhirnya benda tersebut tidak mengeluarkan suara lagi. Setelah itu, sang remaja berparas tampan tersebut terlihat langsung menonaktifkan smartphonenya sebelum ia memasukkan benda tersebut kembali ke dalam saku celananya.
Sementara itu di tempat sang penelepon barusan...
Terlihat seorang perempuan cantik bersurai orange sebahu sedang berdiri di depan pintu sebuah apartemen yang terletak di kota Konoha. Perempuan cantik dengan iris merah tersebut terlihat menghela nafas panjang sambil melihat smartphone yang ia pegang dengan salah satu tangannya.
Sebuah koper berukuran besar terlihat persis berada di samping kaki jenjangnya yang terlihat berkulit putih bersih.
"Kenapa Naru chan tidak mengangkat panggilanku ya?" Tanyanya pada dirinya sendiri sambil terus menatap smartphonenya yang menampilkan gambar dirinya sedang merangkul pundak seorang remaja tampan yang terlihat sedang tertawa ceria.
"Biar kucoba sekali lagi." Ucap perempuan cantik tersebut pada dirinya sendiri sambil mendekatkan smartphone yang ia pegang ke salah satu daun telinganya.
"Naruto ada disini... Maaf jika saat ini aku tidak bisa mengangkat panggilanmu... Jadi kau tahu apa yang harus dilakukan kan? Beep..." Terdengar panggilan perempuan cantik tersebut tersambung ke pesan suara orang yang berusaha ia hubungi.
"Hah..." Untuk yang kedua kalinya perempuan cantik tersebut terlihat menghembuskan nafas panjang setelah panggillannya gagal tersambung ke orang yang berusaha ia hubungi.
Setelah menatap smartphonenya selama beberapa saat, perempuan tersebut terlihat mengalihkan pandangannya untuk melihat langit yang masih menurunkan hujan yang sangat deras.
"Naru chan..." Panggil perempuan cantik tersebut dengan nada lirih sambil terus menatap langit di atasnya yang masih menurunkan hujan deras yang mungkin tidak akan berhenti hingga beberapa jam kedepan.
Kembali ke kediaman Kaguya...
Naruto terlihat diam saja sambil menundukkan kepalanya. Iris biru remaja tampan tersebut terlihat sedikit meredup. Ia tidak begitu peduli saat dua buah mangkuk ramen di atas nampan yang tadi dibawa Kaguya telah ditaruh diatas meja dihadapan sang remaja tampan dengan surai kuning tersebut.
"Ayo dimakan, Naruto kun." Ucap Kaguya mempersilahkan sang pemuda untuk memakan ramen yang tadi ia bawa.
Akan tetapi tidak ada respon apapun dari sang pemuda. Naruto terlihat seperti kehilangan semangat serta jiwanya setelah ia melihat nama sang pemanggil di smartphone yang telah ia matikan beberapa saat yang lalu.
"Naruto kun..." Panggil Kaguya sambil memeluk bahu sang pemuda dari posisi duduknya saat ini. Ia terlihat mengelus bahu remaja tersebut dengan gerakan lemah lembut untuk memberikan ketenangan untuk remaja tampan tersebut.
Tapi tidak ada respon dari sang remaja tampan meskipun Kaguya sedang memeluk bahunya dari samping seperti saat ini. Jika dalam kondisi normal, mungkin remaja yang biasanya ceria tersebut akan merasa grogi atau gelagapan. Akan tetapi sepertinya saat ini kondisi remaja tersebut tidak seperti biasanya.
"Naruto kun, jangan pendam masalahmu sendirian." Ucap Kaguya memberi nasihat sambil menyandarkan kepalanya ke atas pundak remaja berparas tampan tersebut. "Aku tahu, aku hanya sensei untukmu, tapi kau bisa mengutarakan masalahmu padaku jika kau ingin mengutarakannya. Siapa tahu nanti kau akan merasa baikan." Lanjut Kaguya panjang lebar sambil terus mengelus pundak sang remaja.
Naruto langsung mengangkat wajah tampannya yang sejak tadi tertunduk. Iris birunya yang sejak tadi meredup terlihat memandang puncak kepala perempuan cantik yang saat ini sedang menyandarkan kepalanya pada bahunya.
"Karena manusia itu hidup dengan masalah, dan masalah tersebut ada untuk dihadapi dan diselesaikan." Ucap Kaguya memberi nasihat pada sang remaja yang terlihat memiliki usia jauh darinya tersebut. "Masalah tersebut takkan selesai dengan sendirinya atau jika kau lari dari masalah tersebut, Naruto kun." Lanjut Kaguya dengan nada keibuan.
"..." Tanpa Naruto sadari setetes air mata telah membasahi pipinya setelah mendengar ucapan Kaguya barusan.
Setelah itu, sebuah senyuma tulus terukir di wajah tampan sang remaja sebelum ia menghapus air matanya.
"Thank you so much(Terima kasih banyak), sensei." Ucap Naruto sambil memandang puncak kepala Kaguya dengan senyuman tulus yang terukir di wajah tampannya.
Kaguya langsung mengalihkan pandangannya untuk melihat paras tampan Naruto setelah telinganya mendengar ucapan sang remaja barusan. Ia langsung ikut mengukir sebuah senyuman tulus di wajah cantiknya saat iris putihnya melihat cahaya di iris safir biru Naruto telah kembali.
"You're welcome, my student(Sama-sama, muridku)." Ucap Kaguya membalas kalimat Naruto untuknya dengan nada yang masih terdengar keibuan. "Mari makan ramennya mumpung masih hangat." Lanjut Kaguya sambil melepaskan pelukannya dari sang remaja.
"Hai'." Jawab Naruto dengan mantab. Setelah itu, pemuda tersebut terlihat mengambil semangkuk ramen dari dua mangkuk yang ada di depannya. Setelah itu, dia langsung memakan ramen yang ia ambil dengan lahapnya.
Senyuman tulus Kaguya langsung luntur dan digantikan dengan pandangan horror saat melihat mangkuk yang diambil Naruto barusan. Saking horrornya, otot disekitar mata perempuan cantik tersebut sampai terlihat hingga bagian luar wajah cantiknya.
Naruto yang merasa jika Kaguya tidak ikut makan langsung menghentikan gerakan makannya. Setelah itu, ia melihat perempuan cantik di sampingnya yang terlihat masih menatap horror dirinya. Remaja dengan paras tampan tersebut langsung sweetdrop saat melihat tatapan Kaguya yang sedang memandanginya.
"Ka-Kaguya sensei, are you okay?(anda baik-baik saja kan?)" Tanya Naruto dengan nada sedikit takut karena perubahan pada pandangan Kaguya.
"EH?!" Kaguya langsung tersentak dan pandangan horrornya langsung hilang seketika setelah ia mendengar pertanyaan yang berasal dari muridnya.
"Kenapa kau tidak memakan ramennya, Kaguya sensei?" Tanya Naruto yang terdengar mulai normal kembali karena tatapan horror guru cantiknya sudah menghilang. "Nanti keburu dingin lho." Lanjut Naruto memberitahu sang guru bahasa Inggris tersebut.
"Ti-tidak apa-apa kog Naruto kun." Ucap Kaguya sambil menampilkan senyuman terpaksa di wajah cantiknya.
"Soalnya Kaguya sensei belum la-" Kruukkkk
Ucapan Kaguya yang hendak mengatakan jika dia belum lapar langsung dipotong oleh suara perutnya sendiri yang berkhianat.
'Dasar perut jahanam!' Umpat Kaguya dalam hati yang masih setia menampilkan senyuman terpaksa di wajah cantiknya.
Naruto langsung terkikik geli saat mendengar suara perut Kaguya barusan. Suara perut Kaguya bisa barusan terdengar sangat jelas karena ruang tamu tempat mereka saat itu sangat sunyi.
Naruto langsung meletakkan ramen yang ia pegang menggunakan kedua tangannya ke atas meja yang ada di depannya. Setelah itu, ia mengambil ramen yang masih utuh. Setelah itu, pemuda tersebut terlihat menyumpit sedikit ramen yang masih utuh tersebut lalu meniupnya beberapa kali sebelum menyodorkannya pada Kaguya.
"Bilang 'aaaa...'" Ucap Naruto sambil menyodorkan sesumpit ramen yang tadi ia tiup beberapa kali saat tangannya sudah berada di depan Kaguya.
Wajah cantik Kaguya langsung tersipu saat melihat Naruto yang menyuapinya. Tapi perempuan cantik tersebut tidak menolak suapan yang disodorkan Naruto barusan. Ia terlihat memakan ramen yang ada di sumpit yang disodorkan Naruto untuknya.
Naruto langsung mengukir senyuman lima jarinya setelah melihat Kaguya memakan ramen yang ia sodorkan pada sang perempuan cantik tersebut.
"Mari makan bersama." Ucap Naruto sambil menyerahkan ramen yang saat ini ia pegang kepada Kaguya.
Karena tidak enak hati, akhirnya Kaguya menerima mangkuk ramen yang disodorkan Naruto untuknya. Setelah itu, ia memakan ramen tersebut sedikit demi sedikit.
'Aku tidak peduli lagi apa yang akan terjadi pada diriku setelah ini.' Ucap Kaguya dalam hati sambil memasukkan ramen yang ia sumpit kedalam mulutnya. 'Ini semua gara-gara perut jahanam bodoh ini.' Lanjut Kaguya masih mengumpat perutnya sendiri.
Naruto yang melihat Kaguya memakan ramen dengan perlahan akhirnya ikut memakan ramen bagiannya yang tadi sempat ia taruh di atas meja.
Akhirnya kedua insan berbeda gender tersebut memakan ramen yang tadi dibawa oleh Kaguya dengan perasaan yang berbeda. Naruto dengan perasaan senang, sementara Kaguya dengan perasaan yang campur aduk sambil terus mengumpat perutnya sendiri.
Beberapa saat kemudian...
Naruto telah menghabiskan ramen bagiannya sejak beberapa saat yang lalu. Sementara Kaguya masih menyumpit ramen bagian miliknya sedikit demi sedikit.
Gerakan tangan Kaguya terlihat semakin melambat di setiap suapan ramen yang ia masukkan kedalam mulutnya. Wajah cantiknya terlihat sudah sangat memerah padam dengan peluh yang membanjiri wajah cantiknya.
'Sial, sepertinya sudah bekerja.' Ucap Kaguya dalam hati saat merasakan tubuhnya memanas meskipun udara di sekitar dirinya saat ini sangatlah dingin karena hujan dan angin kencang diluar masih belum juga menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.
Kaguya terlihat menggelinjang tidak nyaman di tempatnya duduk saat ini karena hawa panas yang merayapi tubuhnya yang kian menjadi-jadi. Pantyhose putih yang masih setia menutupi kaki jenjangnya terlihat basah karena peluh yang terus mengalir dari sekujur tubuhnya.
"Kaguya sensei, kau tidak apa-apa?" Tanya Naruto saat iris biru safirnya melihat tingkah Kaguya yang tidak biasa.
"A-aku ba-baik-baik saja, Na-Naruto kuuunnn~" Ucap Kaguya dengan nada sexy saat dirinya menyebut nama sang remaja di akhir kalimatnya barusan.
Naruto yang mendengar nada sexy di kalimat guru cantiknya barusan langsung mengangkat sebelah alisnya sebagai tanda bahwa ia sedang bingung.
Kaguya langsung menaruh sumpit yang ia pegang kedalam mangkuk ramen miliknya setelah ucapannya barusan. Setelah itu, perempuan cantik tersebut langsung menutup mulutnya menggunakan tangannya yang tadinya memegang sumpit.
'DASAR BODOH!' Umpat Kaguya pada dirinya sendiri dalam hati saat tanpa sadar ia berucap dengan nada sexy barusan.
"Kaguya sensei, apa kau demam?" Tanya Naruto yang mendekatkan dirinya untuk mengecek keadaan guru cantiknya yang wajahnya saat ini terlihat memerah padam. Remaja tampan tersebut yang sepertinya tidak mengerti dengan kondisi gurunya saat ini langsung menempelkan punggung telapak tangannya ke dahi sang guru cantik yang duduk di sampingnya.
Kaguya langsung melotot horror saat melihat Naruto mendekatkan dirinya. Jantung Kaguya langsung berdegup kencang saat merasakan tangan Naruto tertempel di dahinya yang putih. Tangannya yang masih memegang mangkuk ramen langsung bergetar hebat saat Naruto masih menempelkan punggung tangannya di dahinya. Wajah cantik perempuan tersebut terlihat lebih memerah saat tanpa sengaja deru nafas sang pemuda menerpa tangannya karena jaraknya yang sangat dekat.
PRANGG
Tiba-tiba mangkuk ramen yang berada di tangan Kaguya langsung jatuh ke atas lantai dan menumpahkan sisa isinya ke atas lantai.
"Ah! Maaf Kaguya sensei, biar kubersihkan." Ucap Naruto sambil menjauhkan dirinya dari Kaguya lalu berjalan untuk menuju dapur kediaman Kaguya.
Dada Kaguya langsung bergerak naik turun setelah Naruto pergi meninggalkannya sendirian di ruang tamu. Paras cantiknya yang dipenuhi oleh peluh terlihat sangat memerah padam dan nafasnya terdengar sangat tidak beraturan.
"A-aku harus segera kem-kembali ke kamarkuhhh~" Ucap Kaguya pada dirinya sendiri dengan nada sexy sambil mencoba membangunkan dirinya dari posisi duduknya dengan susah payah.
Brukkk
Tangan Kaguya yang terlihat masih gemetaran sepertinya tidak kuat untuk menahan tubuhnya yang ia paksa bergerak. Sehingga ia langsung terjatuh ke atas lantai ruang tamu. Deru nafas perempuan cantik tersebut juga terdengar semakin memburu.
"KAGUYA SENSEI!" Panggil Naruto dengan suara yang terdengar panik saat iris biru safirnya melihat Kaguya yang tergeletak di dekat kursi tempatnya tadi duduk. Pemuda tersebut terlihat langsung melemparkan sebuah kain yang tadi ia bawa dari dapur secara asal.
"Bertahanlah, Kaguya sensei." Ucap Naruto sambil berusaha membopong tubuh langsing perempuan cantik bersurai putih tersebut yang terlihat sudah sangat lemas dengan deru nafas yang terdengar semakin memburu.
Naruto terlihat sedikit kesusahan saat akan membawa perempuan cantik tersebut kedalam kamarnya yang berada tidak jauh dari ruang tamu. Naruto langsung merasa merinding saat lehernya tanpa sengaja merasakan deru nafas perempuan cantik yang saat ini ia bopong menuju kamarnya.
Cklek
Naruto langsung membuka pintu kamar perempuan cantik yang ada di gendongannya dengan susah payah setelah ia sampai di depan kamar perempuan cantik tersebut.
Setelah itu, Naruto terlihat melangkahkan kakinya untuk mendekati sebuah kasur yang cukup untuk dua orang yang terlihat tertata rapi tidak jauh darinya.
Srettt
Naruto langsung meletakkan tubuh Kaguya yang sudah lemas ke atas Kasur dengan gerakan sepelan dan selembut mungkin. Saat remaja tampan tersebut hendak menutupi tubuh Kaguya menggunakan selimut, tiba-tiba perempuan cantik tersebut terlihat menahan tangan sang pemuda dengan cengkramannya yang terbilang cukup kuat.
"Kaguya sensei, ada- hmmppphhh..." Ucapan Naruto langsung berubah menjadi sebuah gumaman tidak jelas saat dengan tiba-tiba Kaguya menarik dirinya lalu mencium bibirnya dengan ganas.
Naruto yang tidak menduga hal tersebut tidak sempat menutup bibirnya.
Kaguya terlihat mencengkram belakang kepala sang remaja menggunakan kedua tangannya membuat sang pemuda tidak bisa menjauhkan wajah tampannya dari sang gurunya yang sedang dikendalikan oleh nafsu duniawinya.
'Ada apa sebenarnya dengan Kaguya sensei?' Tanya Naruto dalam hatinya sambil berusaha mendorong tubuhnya untuk menjauh dari gurunya yang memiliki paras yang cantik tersebut.
"Emhhhhh~ Emhhhhh~" Kaguya langsung melesakkan lidahnya untuk mengabsen gigi putih Naruto sekaligus mengobrak abrik pertahanan mulut sang pemuda. Ia terlihat sangat menikmati hal yang sangat ia lakukan pada sang remaja tampan saat ini. Hal itu diperkuat dengan iris putihnya yang tertutup kelopak matanya.
"Hmmpphhh... Hmmppphhh..." Hal itu berbanding terbalik dengan Naruto yang terlihat memberontak dan berusaha mendorong tubuh Kaguya yang notabene lebih kecil darinya. Tapi entah apa yang merasuki Kaguya saat itu hingga membuat tenaganya bisa lebih kuat dan membuat sang remaja tidak bisa berkutik.
Saliva dari bibir Naruto dan Kaguya terlihat membasahi sprei kasur di dalam kamar tersebut selama ciuman panas mereka terus berlangsung.
"Hmppphhh Hmmpppphh..." Iris biru Naruto terlihat membalik ke atas dan gerakan merotanya terlihat semakin melemah karena dirinya mulai kekurangan oksigen dan kesadarannya semakin meninggalkan dirinya.
"Emhhhhh~ Emmmhhhh~" Tapi Kaguya tidak menunjukkan tanda-tanda jika dia akan menghentikan lumatannya pada bibir sang remaja yang terlihat akan pingsan beberapa saat lagi.
'Aku tidak kuat lagi...' Ucap Naruto dalam hatinya saat pandangannya mulai mengabur dan kegelapan mulai merenggut kesadarannya. Tangannya yang tadi masih meronta meskipun pelan, kini terlihat sudah terkulai lemas di samping kasur Kaguya.
"Emuuachhh~" Kaguya langsung melepaskan ciuman panasnya saat ia telah puas menikmati rasa dari bibir remaja berparas tampan yang saat ini telah ia kunci tubuhnya.
"HAH... HAH...UHUK-UHUK... HAH..." Naruto langsung mengambil oksigen sebanyak yang mulut serta hidungnya mampu setelah Kaguya melepaskan ciuman panasnya dari bibirnya. Ia terlihat sesekali terbatuk akibat tersedak salivanya sendiri.
Srettt
Kaguya langsung memutar tubuhnya beberapa detik setelah ia melepaskan ciumannya. Naruto yang masih berusaha mengisi paru-parunya terlihat sangat terkejut saat Kaguya melakukan hal tersebut.
Kini posisi mereka berbalik. Naruto berada di atas kasur sementara Kaguya berada di atas tubuh sang pemud yang terlihat masih kesusahan untuk mengatur nafasnya.
Setelah itu, Kaguya langsung melepaskan semua pakaian yang masih melekat di tubuhnya dan langsung membuangnya dengan asal ke atas lantai. Hal tersebut membuat buah dada Kaguya yang masih tertutup bra memantul ke atas dan ke bawah dihadapan wajah Naruto. Kini tubuh langsing perempuan berparas cantik tersebut hanya tertutupi bra serta sebuah pantyhose berwarna putih yang menutupi bagian bawah tubuhnya hingga kekakinya.
Setelah itu, perempuan cantik tersebut terlihat seperti ingin menggapai meja yang berada tepat di samping kasurnya.
Srettt
Tangan Kaguya berhasil menggapai meja yang terletak tidak jauh darinya tersebut. Setelah itu, ia terlihat membuka laci dari meja tersebut dan mengeluarkan sepasang sarung tangan satin berwarna putih yang tadi sempat ia lepaskan setelah pulang berbelanja serta sebuah lakban hitam.
"Naruto kun, suka dengan perempuan yang memakai sarung tangan bukan?~" Tanya Kaguya dengan nada yang terdengar lebih sexy dari sebelumnya. Setelah itu, ia terlihat memakai sarung tangan berwarna putih tersebut di tangan kanannya.
Sreekk
Setelah sarung tangannya telah terpasang dengan benar, ia kemudian menarik lakban hitam yang tadi ia ambil lalu mengikat tangan Naruto di atas kepala sang remaja yang masih belum bisa memberontak karena ia masih mengatur nafasnya yang memburu.
"Ka-Kaguya sensei, tolong hen-hentikan ini." Ucap Naruto dengan nada yang terdengar memohon kepada guru cantiknya tersebut.
Ctek
Setelah memastikan jika tangan Naruto takkan bisa digerakkan, Kaguya langsung memutuskan lakban hitam yang ia pegang.
Kemudian perempuan cantik tersebut terlihat turun dari kasur lalu berjalan mendekati kaki sang pemuda. setelah beberapa langkah, ia terlihat menghentikan langkahnya lalu membuka kancing serta resleting sang pemuda dengan gerakan kasar.
Sreettt Brukk
Setelah berhasil membuka celana sang remaja yang masih tidak berkutik tersebut, Kaguya langsung melemparkan celana panjang sang pemuda secara asal seperti saat ia melemparkan pakaian yang ia kenakan.
"Wow..." Ucap Kaguya dengan nada kagum saat melihat penis Naruto yang masih tertutup celana dalam masih dalam keadaan tidur. Setelah itu, ia mengarahkan tangan kirinya yang tidak terbungkus sarung tangan untuk menyentuh kejantanan yang masih tertidur tersebut.
"Ahhhhh~" Naruto tanpa sadar langsung mendesah nikmat saat tangan Kaguya memegang penisnya dari bagian luar celana dalam yang ia kenakan.
Meskipun Naruto barusan mendesah, anehnya penisnya terlihat masih tertidur dan tidak ada tanda-tanda akan bangun(?).
Setelah itu, Kaguya mengarahkan tangan kanannya yang telah terbungkkus sarung tangan ke arah penis Naruto.
"Ahhhhh~" Naruto kembali mendesah saat tangan Kaguya yang terbungkus sarung tangan menyentuh penisnya. Kali ini penis Naruto terlihat berkedut beberapa kali sebelum akhirnya berdiri di dalam celana dalam yang menutupinya.
"Menarik..." Ucap Kaguya yang lebih mengarah pada dirinya sendiri saat iris putih indahnya melihat penis Naruto yang langsung berdiri tegak di dalam celana dalam yang dikenakan sang pemuda setelah ia menyentuhnya menggunakan tangannya yang terbungkus sarung tangan satin berwarna putih.
Lalu sebuah senyuman jahil langsung terukir di wajah cantik Kaguya setelah iris putihnya melihat hal tersebut. Sebuah ide untuk menjahili sang pemuda langsung terlintas di pikirannya yang masih dipenuhi nafsu dunia.
'Apa sebenarnya yang sedang terjadi dengan Kaguya sensei?' Tanya Naruto saat tanpa sengaja iris birunya melihat senyuman jahil di wajah cantik Kaguya yang terlihat sangat memerah.
Srettt
"Ahhhh~" Naruto kembali mendesah saat Kaguya menggosok penis Naruto menggunakan tangan kirinya. Seolah memiliki indra penglihatan sendiri, penis Naruto kembali tertidur setelah Kaguya menyentuhnya barusan.
Srettt
"Ahhhh~" Naruto hanya bisa mendesah saat Kaguya kembali menggesek penisnya yang tertidur menggunakan tangan kanannya. Penisnya yang tertidur langsung terlihat berdiri kembali.
Kaguya terlihat terkikik geli saat ia melakukan hal yang ia lakukan berulang-ulang. Ia terlihat terkikik sendiri saat iris putihnya melihat penis Naruto yang bangun lalu tidur lalu bangun lagi saat ia menyentuhnya menggunakan tangannya secara bergantian.
'Dasar guru kampret!' Umpat Naruto dalam hati sambil terus mendongakkan kepalanya saat ia mendesah. Ia tidak bisa mengucapkan umpatannya pada perempuan cantik bersurai putih tersebut karena selain tidak berani, mulut remaja berparas tampan tersebut masih mendesah saat Kaguya masih mempermainkan penisnya yang tergolong besar untuk ukuran seorang remaja.
Setelah beberapa kali mempermainkan penis sang remaja yang ada di atas kasur, Kaguya terlihat langsung mendudukkan dirinya di atas sang remaja yang terlihat saat ini terlihat sedang mengatur nafasnya yang terdengar tidak karuan.
"Ka-Kaguya sensei, se-sebenarnya ada a-apa denganmu?" Tanya Naruto yang memberanikan dirinya sambil terus mengatur nafasnya yang tidak beraturan.
"Ini semua salahmu, Naruto kun." Jawab Kaguya sambil menunjuk wajah tampan Naruto dengan jari telunjuk tangan kanannya yang terbungkus sarung tangan. Perempuan cantik tersebut saat ini terlihat seperti orang yang sedang mabuk. Iya mabuk, mabuk nafsu dunia aka horny berat.
"Memangnya a-apa yang telah aku la-lakukan?" Tanya Naruto dengan nada sedikit takut saat sang perempuan malah menunjukknya sebagai penyebab sang perempuan menjadi lepas kendali.
"Itu salahmu yang malah salah mengambil ramen~" Ucap Kaguya dengan nada sexy sambil mulai menggesekkan selakangannya yang tertutup pantyhose pada penis sang pemuda yang masih tertutup celana dalamnya. "Ahhhh~ Se-sebenarnya aku memasukkan ahhhh~ Obat perangsang kedalam ahhhh~ Ramen yang aku makan tadi. Seharusnya kau ahhhh~ Yang memakan ramen bagianku tadi~ Bukan malah sebaliknyaaahhhh~" Lanjut Kaguya menjelaskan sambil sesekali mendesah karena ia terus menggesekkan vaginanya yang terlihat sudah basah tapi masih tertutup pantyhosenya ke penis sang pemuda yang saat ini berdiri tegak.
Naruto langsung sweetdrop setelah indra pendengarannya mendengar penjelasan dari Kaguya barusan. Ia tidak pernah menyangka jika perempuan tersebut akan melakukan hal seperti itu.
"Jadi Naruto kuuuunnnn~ Harus bertanggung jawaaabbb~ Untuk memuaskan senseiiihhhh~" Ucap Kaguya sambil mulai menarik celana dalam sang pemuda ke arah bawah. Tapi tangannya terlihat berhenti saat celana dalam sang pemuda terllihat sampai dilutut.
Setelah itu, perempuan cantik tersebut menurunkan tubuhnya lalu mendekatkan wajah cantiknya ke arah daun telinga sang pemuda yang saat ini terlihat sangat ketakutan.
"Kau tahu apa sebabnya aku belum menikah, Naruto kun? Huhhh~" Tanya Kaguya dengan nada yang sudah sangat horny. Setelah bertanya, perempuan berparas cantik tersebut terlihat meniup daun telinga sang pemuda dengan nafasnya yang sangat panas.
"Uhhhh..." Naruto terlihat melenguh setelah ia merasakan deru nafas Kaguya menerpa daun telinganya. Setelah itu, sang pemuda terlihat menggelengkan kepalanya kesana kemari untuk mempertahankan akal sehatnya yang mulai menipis.
"Bukan cuma kau yang memiliki kelainan, Naruto kun~" Bisik Kaguya dengan nada yang terdengar sangat sexy. "Aku juga memiliki kelainan sexual seperti dirimu, Naruto kun~" Lanjut Kaguya sambil meraup daun telinga sang pemuda.
"Ahhhh~ Ahhhh~" Naruto langsung mendesah tidak karuan sambil berusaha menolehkan kepalanya kearah lain untuk menjauhi Kaguya.
"AHHHHH~" Tapi Kaguya mengerti dengan maksud Naruto yang berusaha menjauhkan kepalanya darinya. Ia langsung menggigit telinga sang pemuda hingga membuatnya mendesah cukup keras akibat gigitannya barusan.
"Muachhh" Akhirnya Kaguya melepaskan gigitannya setelah ia puas bermain dengan telinga sang pemuda yang saat ini terlihat sangat memerah.
"Kelainanku sendiri adalah..." Bisik Kaguya menggantung tepat di daun telinga Naruto yang barusan ia raup. Sebelum melanjutkan kalimatnya yang menggantung, perempuan cantik tersebut terlihat memindahkan kepalanya ke arah telinga Naruto yang lain. "... Aku menyukai laki-laki yang jauh lebih muda dariku~" Lanjut Kaguya dengan nada sexynya. Setelah itu, ia terlihat meraup daun telinga Naruto yang ada di depannya.
Naruto langsung membelalakkan iris biru safirnya setelah mendengar penjelasan dari Kaguya barusan.
"Ahhhh~ Ahhhh~ AHHHHH~" Desahan Naruto terdengar meluncur dengan mulus dari mulutnya saat Kaguya meraup daun telinga yang tadi ia beri bisikan. Remaja tampan tersebut terlihat mendesah lebih keras saat sang perempuan cantik menggigit daun telinganya.
"Mari mulai hidangan utamanya, Naruto kun." Ucap Kaguya sambil merobek bagian tengah pantyhose yang ia kenakan dan memperlihatkan vaginanya yang sudah sangat basah dan meneteskan beberapa cairan cintanya.
Perempuan cantik tersebut tidak langsung melesakkan penis sang pemuda saat iris putihnya melihat penis sang pemuda yang kembali tertidur meskipun sang pemilik telah menerima rangsangan yang sangat hebat barusan.
Setelah itu ia mengenakan sarung tangannya yang lain yang tadi sempat ia taruh ke atas kasur di dekat sang pemuda.
Secara ajaib, penis Naruto langsung berdiri tegak saat iris biru safirnya melihat Kaguya yang mengenakan sepasang sarung tangan di kedua tangannya yang panjang dan indah.
Setelah mengenakan sarung tangannya, Kaguya terlihat melepaskan bra yang masih menutupi buah dadanya yang berukuran proporsional. Setelah itu ia mengarahkan penis Naruto ke arah vaginanya yang sudah sangat basah.
"Tu-tunggu dulu, Ka-Kaguya sensei." Ucap Naruto dengan nada sedikit takut saat melihat Kaguya hendak menurunkan tubuhnya.
"Jangan memohon ampunan dariku, Naruto kun~" Ucap Kaguya sambil memegang penis Naruto yang masih berdiri tegak. "Meskipun kau memohon padaku saat ini, aku akan tetap memperkosa dirimu serta merebut keperjakaanmu. Sebagai gantinya aku akan memberikan mahkota milikku padamu~" Lanjut Kaguya panjang lebar menjelaskan apa yang akan ia lakukan.
Iris biru Naruto kembali membelalak setelah mendengar ucapan Kaguya barusan. Ia tidak pernah menyangka jika ini adalah pengalaman pertama sang sensei yang memiliki paras cantik tersebut.
"Aku tidak akan memohon ampunan darimu, sensei." Ucap Naruto dengan nada yang terdengar getir setelah ia mendengar ucapan Kaguya barusan.
"Lalu untuk apa, Naruto kun?~" Tanya Kaguya yang sepertinya tidak peduli dengan nada yang diucapkan Naruto barusan.
"Mengapa kau memilihku? Bukan orang lain?" Tanya Naruto dengan paras tampannya yang menunjukkan wajah penuh tanya.
"AHHHHH~" "AHHHHH~" Tiba-tiba Kaguya langsung melesakkan penis Naruto ke arah vaginanya yang masih sangat sempit. Akibat hal tersebut kedua insan berbeda gender tersebut terdengar mendesah dengan suara keras secara bersamaan.
"Shit!(sialan!)" Umpat Kaguya yang merasakan jika tubuhnya bagaikan dibelah menjadi dua bagian setelah ia melesakkan penis Naruto kedalam vaginanya. Mata indah Kaguya langsung menumpahkan air mata yang langsung membasahi wajah cantiknya saat ia mendiamkan penis Naruto yang ada di dalamnya.
"KAGUYA SENSEI, KAU-" Ucapan Naruto yang hendak melakukan protes langsung terputus saat iris biru safirnya melihat Kaguya yang sedang menangis. Setelah itu, ia terlihat mengarahkan iris biru safirnya ke arah vagina Kaguya yang terlihat mengeluarkan darah segar yang membasahi bagian penisnya serta selakangannya.
"Aku memilihmu karena aku memang mencintaimu, Naruto kun." Ucap Kaguya sambil berusaha mengukir sebuah senyuman di wajah cantiknya. "Tidak ada orang yang benar-benar peduli denganku seperti yang kau tunjukkan untukku selama ini." Lanjut perempuan cantik bersurai putih tersebut dengan air mata yang terlihat masih berlinang membasahi wajah cantiknya.
"Ta-tapi kenapa kau harus sampai melakukan ini semua?" Tanya Naruto yang tidak mengerti dengan tindakan Kaguya yang menurutnya sudah terlalu jauh.
"Semua ini kulakukan untuk menunjukkan besarnya rasa cintaku padamu." Ucap Kaguya sambil menundukkan wajah cantiknya. "Semua orang yang ada di sekitarku selalu merasa jijik atau tidak mau berhubungan denganku saat melihat kulitku yang sangat putih atau cara berpakaianku yang selalu menutup seluruh tubuhku." Lanjut Kaguya mulai menjelaskan.
Naruto terlihat hanya diam saja setelah mendengar ucapan Kaguya barusan. Ia benar-benar tidak menyangka sama sekali tentang hal ini.
"Mereka menganggap aku ini aneh dan berbeda dari mereka." Lanjut Kaguya tanpa mengangkat kepalanya. "Entah sudah berapa kali aku menjelaskan kepada mereka jika caraku berpakaian hingga menutup seluruh tubuh tersebut disebabkan kulitku yang terlalu sensitif pada cahaya matahari. Dan entah sudah berapa kali juga aku menjelaskan jika kulitku yang terkena sinar matahari akan terasa perih, tapi mereka tetap tidak mau peduli dan malah mengucilkanku." Lanjut Kaguya panjang lebar dengan nada suara yang hampir tidak terdengar karena suara hujan deras diluar. Setetes air mata terlihat terjatuh ke atas tubuh Naruto setelah Kaguya selesai menjelaskan tentang sedikit tentang masa lalunya.
"Tapi saat aku mendengar gosip yang mengatakan kau tidak normal, aku sedikit merasa bahagia." Ucap Kaguya sambil mengangkat wajah cantiknya untuk memandang Naruto. "Ditambah lagi, kau mengatakan jika aku ini cantik meskipun tanpa mengenakan sarung tanganku, itu membuatku semakin tergila-gila padamu, Naruto kun." Lanjut Kaguya dengan sebuah senyuman tulus di wajah cantiknya.
Naruto tidak pernah berpikir sejauh ini. Ia sudah sangat salah menilai perempuan di depannya sebagai sosok yang hanya mementingkan nafsu dunianya ketimbang akal sehatnya. Ia tidak pernah memikirkan ataupun bertanya tentang perasaan perempuan tersebut saat orang-orang disekitar mereka memandang perempuan tersebut dengan tatapan aneh bahkan jijik.
"Setelah ini aku tidak peduli lagi kau mau membenciku atau membalas perasaanku!" Ucap Kaguya sambil mulai menggoyangkan pinggangnya secara perlahan.
"Ahhhh~ Yang pasti untuk saat ini aku akan menjadikanmu sebagai milikkuuhhh~ Ahhhh~" Ucap Kaguya yang terdengar diselingi desahan saat ia menggoyangkan pinggangnya. Sepertinya rasa sakit yang ia rasakan sudah sirna saat ia menjelaskan tentang perasaannya pada sang remaja. Ia terlihat menaikkan baju yang masih dikenakan sang pemuda hingga ke atas hingga menampilkan dada pemuda di bawahnya.
"Kaguya sen- Ahhhh~ Ahhhhh~" Ucapan Naruto yang hendak mengatakan sesuatu langsung berubah menjadi desahan nikmat saat Kaguya langsung menggoyangkan pinggangnya dengan gerakan yang bisa dibilang brutal. Mungkin ini semua diakibatkan obat perangsang yang tanpa sengaja ia makan bersamaan dengan ramen yang tadinya ia suguhkan untuk Naruto.
"Ahhhh~ Ehmmmhhhh~" Desahan Kaguya terdengar sangat erotis saat ia melakukan gerakan memutar sambil mengin-outkan penis Naruto yang terjepit oleh otot vaginanya.
"Ka-Kaguyaahhh Sensehhhh~ Ka-Kau terlaluuhhhh~ Brruutaallll~ Ahhhh~" Ucap Naruto yang merasakan jika dia akan langsung mencapai puncaknya padahal permainan panas di antara mereka baru saja mulai.
"Hihihi~" Kaguya langsung terkikik geli setelah telinganya mendengar ucapan Naruto yang setengah tidak jelas barusan. Ia malah mempercepat tempo goyangannya agar sang pemuda segera mencapai puncaknya.
"Ahhhhh~ Ahhhh~ Sen-senseehhhh~ Ahhhkuuuu~ Tidaaakkk~ Tahaannnn~ Laggihhhh~ UAHHHH~" Ucapan Naruto yang tidak jelas langsung diakhiri dengan sebuah lenguhan yang keras saat ia akan mencapai puncaknya.
Tiba-tiba Kaguya terlihat mengeluarkan penis Naruto dari dalam vaginanya. Setelah itu, ia terlihat mencengkram erat penis Naruto menggunakan tangannya lalu menutup lubang penis Naruto menggunakan tangannya yang lain.
Akibat perbuatan Kaguya, penis Naruto terlihat berkedut beberapa kali dan batal untuk mengeluarkan cairan spermanya yang mungkin sudah berada di ujungnya.
"Ahhhh-uhhhhh..." Naruto yang batal mencapai puncaknya terlihat berusaha mengatur nafasnya dengan susah payah. "Ka-Kaguya sensei, ke-kenapa kau menghentikannya?" Tanya Naruto dengan nada yang terdengar kecewa.
"Kau menikmatinya kan, Naruto kun?~" Tanya Kaguya dengan nada sexy sambil masih mencengkram penis sang remaja menggunakan kedua tangannya yang tertutup sarung tangan berwarna putih bersih.
Naruto tidak mau menjawab pertanyaan perempuan cantik di depannya barusan. Ia terlihat memalingkan wajahnya ke arah lain. Sepertinya ia berusaha menolak kenyataan jika saat ini ia sedang diperkosa oleh seorang perempuan cantik yang tidak lain adalah senseinya sendiri.
"Hooo~ Tidak mau menjawab ya~" Ucap Kaguya sambil mengarahkan kembali penis Naruto ke vaginanya sendiri.
"Ka-Kaguya sensei, ku-kumohon se-setidaknya la-lakukanlah dengan lembut." Ucap Naruto memohon pada Kaguya yang ada di atasnya saat sang perempuan cantik hendak melesakkan penisnya kembali kedalam vaginanya.
"Aku tidak janjiii~" Ucap Kaguya lalu ia terlihat langsung menurunkan pinggangnya dan memasukkan penis Naruto kedalam vaginanya lagi.
"AHHH~" "AHHH~" Lenguhan Naruto dan Kaguya kembali terdengar bersamaan saat Kaguya kembali memasukkan penis Naruto kedalam vaginanya.
Kaguya terlihat kembali mengocok penis Naruto dengan gerakan brutal seperti tadi. Hal tersebut membuat sang pemuda kesulitan untuk mengatur nafasnya.
"Hmmppphhhh~ Hmmpppphhh~" Desahan Naruto menjadi suara yang tertahan saat ia menutup rapat bibirnya. Karena jika ia mendesah, ia akan kesulitan untuk bernafas seperti beberapa saat yang lalu.
Kaguya yang melihat hal tersebut langsung menurunkan tubuh bagian atasnya ke dada bidang sang remaja. Setelah itu, ia menggesekkan nipplenya yang kencang ke puting sang remaja.
"Ahhhh~ HMMPPHHH~" Desahan Naruto yang ia tahan langsung kembali meluncur saat ia merasakan gesekan nipple dari guru cantiknya yang ada diatasnya. Tapi desahan remaja tersebut kembali tertahan saat Kaguya mencium bibirnya lalu melesakkan lidahnya dengan tiba-tiba.
"Hmmmpppp! Hmmpppphhh!" Gumam Naruto tidak jelas saat ia akan mencapai puncaknya untuk yang kedua kalinya. Wajahnya terlihat diliputi ketakutan saat pikirannya diselimuti oleh kemungkinan tentang Kaguya yang akan hamil jika ia sampai mengeluarkan spermanya di rahim perempuan cantik bersurai putih tersebut.
Kali ini Naruto terlihat menggerakkan tubuhnya kesana kemari untuk melakukan pemberontakan setelah pikirannya diselimuti oleh kemungkinan terburuk yang ia pikirkan barusan.
Tapi gerakan memberontak sang remaja dengan paras tampan tersebut tidak bertahan lama. Hal itu disebabkan dirinya yang mulai merasakan jika kesadarannya akan direnggut oleh kegelapan karena ia mulai kesulitan bernafas akibat ciuman Kaguya di bibirnya.
"Uaahhh~ Ahhhhh~" Setelah puas bermain dengan bibir, Naruto, Kaguya telrihat melepaskan bibrnya merahnya lalu menjauhkan tubuh langsingnya dari sang pemuda. Setelah itu terlihat ia terlihat kembali mengangkat pinggangnya untuk mengeluarkan penis Naruto dari vaginanya lalu mencengkramnya dengan erat dan menutup lubang penisnya dengan tangannya yang lain seperti beberapa saat yang lalu.
Naruto terlihat langsung bernafas lega akan tetapi paras tampannya menunjukkan ekspresi kecewa. Ia bernafas lega karena ia tidak mengeluarkan spermanya di rahim Kaguya. Sementara rasa kecewanya berasal dari ia yang batal mencapai puncaknya akibat ulah Kaguya seperti beberapa saat yang lalu.
"Ma-mau sampai kapan, ka-kau mempermainkan di-diriku seperti i-ini, Ka-Kaguya sensei?" Tanya Naruto dengan suara yang terputus-putus karena ia masih harus mengisi paru-parunya dengan oksigen akibat ciuman sepihak dari Kaguya barusan.
"..." Tidak ada jawaban dari Kaguya. Perempuan berparas cantik tersebut tidak memberikan respon apapun untuk remaja berparas tampan yang sedang ia perkosa.
Beberapa saat kemudian...
Entah sudah berapa jam telah berlalu, akan tetapi sepertinya Kaguya masih belum lelah atau bosan mengulang-ulang perbuatannya pada sang pemuda yang terlihat memiliki usia jauh lebih muda dari dirinya tersebut.
Wajah tampan Naruto saat ini sudah terlihat sangat memerah padam. Mulutnya terlihat terbuka dan tertutup seperti seekor ikan yang kehilangan air.
"Ka-Kaguya sensei... I-ini sudah kali ke delapan kau membuatku batal mencapai klimaks..." Ucap Naruto dengan nada lemas akibat ulah Kaguya yang selalu meremas penisnya lalu menutup lubang penisnya saat sang pemuda akan mencapai puncaknya.
"Oh~ Jadi Naru chan hendak memberikan Kaguya sensei seorang bayi begitu?~" Tanya Kaguya dengan nada nakal setelah ia mendengar ucapan bernada lesu dari pemuda yang sejak tadi menjadi korban pemerkosaannya.
"Bu-bukan begitu juga, sensei..." Ucap Naruto yang bingung harus memberikan jawaban seperti apa kepada perempuan cantik bersurai putih sepunggung tersebut.
"Ahhhhh~" "Ahhhh~" Naruto dan Kaguya kembali melenguh saat penis Naruto menerobos vagina Kaguya untuk yang ke sembilan kalinya hari itu.
Kaguya langsung menggerakkan pinggangnya dengan brutal seperti yang ia lakukan sejak tadi.
"Ahhhh~ Ahhhh~ Ahhhh~ Emmmhhhh~" Desahan Kaguya langsung melesat mulus dari bibir merahnya. Setelah itu, desahannya berubah menjadi tertahan saat ia menciumi tubuh Naruto tanpa menghentikan goyangan pinggangnya.
"Ahhhhh~ Ahhhh~ Arghhhh~ Ahhhhh~" Naruto sendiri terlihat menikmati pemerkosaan tersebut meskipun ia tahu ini akan berakhir seperti apa nantinya. Tiba-tiba desahan sang pemuda berubah menjadi rintihan kesakitan saat Kaguya menancapkan gigi putihnya di tubuh berkulit tan eksotisnya. Tapi rintihan tersebut kembali menjadi desahan setelah Kaguya menjilati area yang ia gigit barusan. Akibat perbuatan Kaguya, sebuah tanda merah terlihat membekas disana.
"Arggghhhh~ Ahhhhhh~ Arggghhh~ Ahhhhh~" Rintihan yang berubah menjadi desahan meluncur berulang-ulang dari bibir Naruto saat Kaguya membuat kissmark di sekujur tubuhnya termasuk di area lehernya serta bahunya juga tidak luput dari serangan bibir merah sang perempuan cantik tersebut.
"Ahhhh~ Narutohhh kuunnnnn~ Ka_Kahguya sensehhhh~ KELUARRR~ AHHHH~" Racau Kaguya saat ia telah mencapai klimaksnya. Erangannya langsung berubah menjadi lenguhan saat vagina perempuan cantik tersebut menjepit kuat penis sang pemuda lalu menumpahkan semua cairan cintanya ke penis serta bagian bawah tubuh sang remaja.
"SEN-SENSEEEIII~" Panggil Naruto sambil menutup kedua iris biru safirnya saat ia mengeluarkan spermanya dalam jumlah banyak kedalam rahim gurunya yang saat ini tengah menikmati klimaksnya.
Penis Naruto langsung mengeluarkan sperma yang sepertinya sejak tadi terus tertahan kedalam vagina yang masih menjepit penisnya dengan kuat. Remaja beraparas tampan tersebut merasa jika vagina Kaguya ingin memerah penisnya hingga tidak tertinggal setetespun sperma yang ada di kejantanannya.
Sperma Naruto yang sangat banyak terlihat sampai meluber keluar dari vagina Kaguya yang seolah ingin memerahnya hingga kering.
Brukkk
Setelah selesai mencapai klimaksnya, tubuh bagian atas Kaguya langsung ambruk menindih tubuh Naruto yang ada di bawahnya. Sebuah senyuman tulus yang indah terlihat terukir di wajah cantiknya.
Hal itu berbanding terbalik dengan sang pemuda yang ia tindih saat ini. Paras tampan pemuda tersebut diliputi rasa penyesalan serta ketakutan yang sangat kentara. Sepertinya ia takut karena tadi ia telah mengeluarkan spermanya yang sangat banyak kedalam rahim sang guru cantik yang ada di atas tubuhnya saat ini.
"Maafkan aku , sensei." Ucap Naruto sambil meneteskan air mata dari iris biru safirnya. "Karena aku telah menumpahkan semua sperma milikku yang tertahan kedalam rahimmu." Lanjut Naruto menjelaskan tentang hal yang membuatnya menyesal.
Kaguya hanya diam dan tidak menyahuti permintaan maaf sang pemuda. Ia terlihat membiarkan penis Naruto yang sudah lemas masih di dalam vaginanya.
"Kau kira aku sebodoh itu apa?" Tanya Kaguya sambil mengangkat tubuh bagian atasnya untuk menjauh dari Naruto.
Naruto hanya memandang bingung paras cantik Kaguya setelah ia mendengar ucapan perempuan cantik bersurai putih itu barusan. Air mata yang membanjiri wajahnya terlihat masih mengalir dari sumbernya.
"Aku sudah memakan sebuah pil untuk mencegah kehamilan saat aku membuatkan ramen untuk kita berdua." Ucap Kaguya dengan nada santai sambil mengeluarkan penis Naruto yang masih berada di dalam vaginanya.
TWITCH
Sebuah perempatan langsung muncul di dahi sang remaja tampan setelah indra pendengarannya mendengar penjelasan bernada santai dari guru cantik bersurai sepunggung tersebut.
"KENAPA KAU TIDAK MENGATAKANNYA DARITADI DASAR GURU KAMPRET?!" Tanya Naruto dengan nada kesal karena ia merasa jika dirinya sedang dipermainkan oleh sosok di atasnya.
"Jika aku mengatakannya di awal, maka aku takkan melihat perasaan aslimu, Naruto kun." Jawab Kaguya dengan nada lembut sambil mengusap air mata di salah satu pipi sang pemuda menggunakan tangannya yang masih tertutup sarung tangan berwarna putih. "Ini adalah bukti jika kau benar-benar tulus." Lanjut Kaguya sambil mengusap air mata dari pipi Naruto yang lain lalu menunjukkannya pada sang pemuda.
"Begitu ya..." Ucap Naruto dengan nada pelan sambil memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia memalingkan wajahnya ke arah lain karena ia merasa malu. Ia malu dikarenakan ia menghakimi perempuan cantik bersurai sepunggung tersebut tanpa bertanya terlebih dahulu.
"I love you(Aku mencintaimu), Naruto kun." Ucap Kaguya dengan nada berbisik tepat di daun telinga sang pemuda. Setelah itu, perempuan cantik tersebut terlihat melingkarkan kedua tangannya untuk memeluk sang pemuda yang berada di bawahnya.
"I love you too(Aku juga mencintaimu), Kaguya sensei." Balas Naruto dengan nada lembut.
"Naruto kun, sepertinya kau harus dihukum." Ucap Kaguya dengan nada angker sambil mempererat pelukannya di tubuh Naruto.
Glek
Naruto langsung menelan ludahnya dengan susah payah setelah indra pendengarannya mendengar ucapan guru cantik bersurai putih sepunggung tersebut. Perasaannya yang awalnya sudah tenang kembali dirayapi perasaan buruk.
"Me-memang apa salah saya, Kaguya sensei?" Tanya Naruto dengan nada takut-takut.
"Kesalahan pertamamu adalah, kau memanggilku dengan sebutan Kaguya sensei!" Ucap Kaguya dengan nada tegas tanpa melonggarkan pelukannya dari sang pemuda. "Untuk menebus kesalahanmu, kau harus memanggilku 'Kaguya chan' jika kita tidak berada di lingkungan sekolah." Lanjut Kaguya memberikan persyaratan untuk sang pemuda yang berada dalam pelukannya.
"Huh..." Naruto langsung menghembuskan nafas lega setelah mendengar ucapan senseinya barusan. Sepertinya pemuda tersebut tidak keberatan dengan permintaan perempuan cantik yang terlihat jauh lebih tua darinya tersebut.
"Hai', Kaguya chan." Ucap Naruto sambil menampilkan senyuman lima jarinya meskipun ia tahu jika Kaguya tidak akan bisa melihatnya.
"Satu lagi..." Ucap Kaguya dengan nada menggantung. "Karena tadi kau berani menghina diriku, kau harus menebusnya dengan cara melayaniku sampai aku puas hari ini juga." Lanjut Kaguya sambil melepaskan pelukannya lalu menunjukkan senyuman nakalnya ke arah Naruto.
Kali ini Naruto langsung melotot horror setelah mendengar ucapan pacar barunya yang tidak lain adalah gurunya sendiri.
Glek
Naruto terlihat kembali kesusahan untuk menelan ludahnya setelah iris biru safirnya tidak menemukan tanda-tanda jika sang sensei hanya bercanda dengan ucapannya barusan.
"Mari kita mulai hukuman untukmu karena telah menghina diriku, Naruto kun~" Ucap Kaguya sambil mengarahkan salah satu tangannya ke selakangan Naruto.
"Ta-tapihhh~ Ahhhh~" Naruto yang hendak mengeluarkan protes langsung mendesah nikmat saat Kaguya berusaha membangunkan penisnya yang tertidur menggunakan tangannya yang masih terbungkus sarung tangan.
Penis Naruto yang mendapatkan sentuhan tersebut terlihat kembali menegang meskipun beberapa saat yang lalu ia telah mencapai klimaksnya.
"Tenang saja, Naruto kun." Ucap Kaguya dengan nada lembut sambil melepaskan pelukannya dari tubuh sang pemuda yang berada di bawahnya. "Hukumannya tidak akan lama kog. Mungkin tengah malam nanti kau sudah bisa pulang ke apartemenmu~" Lanjut Kaguya dengan nada yang terdengar sexy kembali. Setelah itu perempuan cantik tersebut terlihat mengarahkan penis Naruto yang sudah tegang kembali ke arah vaginanya.
Wajah tampan Naruto langsung dibanjiri keringat dingin setelah indra pendengarannya mendengar ucapan Kaguya barusan. Setelah itu, sang pemuda terlihat mengalihkan pandangan iris safir birunya ke arah jam dinding yang ada di dalam kamar tersebut yang masih menunjukkan pukul 19:47 waktu setempat.
"TIDAKKK!!!" Naruto seketika langsung berteriak histeris setelah iris birunya melihat jam yang tertera di dinding kamar Kaguya. Teriakan histeris Naruto yang berasal dari dalam kamar Kaguya barusan terdengar teredam akibat suara hujan deras yang masih setia mengguyur kota Konoha.
Sementara itu di depan apartemen Naruto...
Sang perempuan cantik dengan surai orange dan iris merahnya yang bagaikan sepasang batu ruby terlihat masih setia menunggu sang pemilik apartemen. Meski beberapa jam telah berlalu, perempuan tersebut masih setia diam disana dengan koper yang berada di dekatnya.
Saat ini perempuan tersebut terlihat sedang berjongkok sambil menyandarkan punggungnya di pintu apartemen. Jari-jari lentiknya tangan kanannya terlihat menggeser-geser layar smartphone yang sedang ia pegang saat ini.
"Hah..." Setelah beberapa saat memandang layar smartphonenya, perempuan tersebut terlihat menghembuskan nafas panjang lalu mematikan benda seukuran tangan orang dewasa tersebut sebelum memasukkannya kedalam saku jaket yang telah ia kenakan sejak beberapa jam yang lalu.
Setelah itu, perempuan dengan usia sekitar 20 tahunan tersebut terlihat berpikir. Dahinya terlihat sampai berkerut. Sepertinya ia sedang mencoba mengingat tentang sesuatu yang yang sangat penting.
"Ah iya..." Ucapnya pada dirinya sendiri setelah ia berhasil mengingat sesuatu yang sempat ia lupakan. "Naru chan kan selalu meninggalkan kunci cadangan di bawah keset, jadi..." Ucap perempuan tersebut menggantung sambil mengangkat sebuah keset bertuliskan welcome yang seja tadi berada di bawah kakinya.
Benar saja, di bawah keset yang sejak tadi ia injak terdapat sebuah kunci.
"Hah, dasar Kyuubi chan pelupa." Ucapnya pada dirinya sendiri sambil memukul puncak kepalanya dengan gerakan pelan.
Cklek
Setelah itu perempuan cantik tersebut terlihat langsung memasukkan kuncinya kedalam lubang kunci pintu apartemen dan langsung memutarnya. Kemudian ia langsung melangkahkan kedua kaki jenjangnya untuk memasuki apartemen yang telah ia buka sambil menyeret koper besar yang sedari tadi menemaninya.
TBC
Yo minna, penulis cerita favorit kalian telah kembali dengan fanfic terbarunya. Jadi bagaimana menurut kalian dengan fanfic Phoenix yang baru ini? Memuaskan atau malah mengecewakan?
Yah itu terserah pada pribadi masing-masing ya. Yang jelas jangan lupa support Phoenix melalui review setelah kalian membaca fic ini.
Ok, sekian dari saya.
Akuma no Phoenix say, "See you in next chapter minna!"
