UNTITLE
Wiell
Disclaimer :
Cerita ini milik saya, jika ada kesamaan bukan suatu kesengajaan.
Baekhyun tak menduga jika pertemuannya dengan Chanyeol akan membuat hidupnya jungkir balik. Hal terjadi diluar rencananya dan mengubah perasaannya bagai telapak tangan. Pernikahan dadakan hingga tetek bengek warisan yang memuakkan.
[CHANBAEK]
.
Baekhyun termenung.
Jemarinya mengusap penuh pada pusara yang berdiri kokoh seolah mengejek. Tertulis dengan apik ukiran nama sang ibu. Kim Kyunghee. Tiba tiba matanya kembali memanas hingga buliran air kembali menganak sungai dari sana. Matanya yang membengkak menjadi bukti berapa lama ia menangis nyatanya belum cukup. Ingatannya kembali memutar bayangan sang Ibu. Bagaimana wanita cantik itu memeluknya hangat hingga kecupan yang selalu diberikannya ketika Baekhyun diam-diam menangis seorang diri. Usapan halus yang membuatnya tenang kini tak akan ada lagi.
Napasnya berubah tak beraturan, tersenggal bersamaan air matanya yang mengalir deras.
Ia masih belum siap.
Tak akan pernah siap untuk kehilangan orang yang disayanginya sepenuh hati. Mengurusnya sejak ia berada didalam kandungan hingga ia dilahirkan dan dibesarkan dengan kasih sayang yang teramat. Ayahnya, Byun Jaehyun telah berpulang mendahului sang ibu sejak Baekhyun berumur 15 tahun. Membesarkan dua anak lelaki seorang diri tentu tidak perlu ditanya seberapa ibunya kuat seorang diri. Hingga kecelakaan kemarin yang menewaskannya, terhimpit mobil yang membuatnya menghembuskan napas terakhir.
Baekhyun bersimpuh, mengecup nisan untuk kali terakhir. Menatap sendu pada bunga yang dibiarkan menyebar di gundukan tanah basah dihadapannya.
Ia kembali mengusap matanya yang perih dan memerah kesekian kalinya.
"Aku akan kembali," Baekhyun berucap lirih.
Langkah gontai memasuki mobil mengkilat di ujung jalan makam. Kakinya melemas dan mungkin ia akan rela mencium tanah jika tidak ada yang menahan tubuhnya.
"Anda tidak apa-apa?"
Kepalanya bertambah pusing. Ia menggeleng pelan kemudian dituntun menuju mobil miliknya.
"Antar aku ke tempat biasa."
UNTITLE CHAP 1
Sayup terdengar musik yang menghentak keras dari balik pintu coklat bertuliskan 'Atena'. Baekhyun mendorong pintunya perlahan, menyusuri lorong pendek bertema merah gelap dengan penjaga bertubuh besar yang berdiri di samping pintu utama. Sekilas tak akan terlihat jika ini adalah sebuah club malam, dengan desain pintu luar yang biasa. Mungkin telah banyak orang tertipu yang masuk sebelum mengetahui adanya dua penjaga didalamnya.
Baekhyun merogoh dompetnya. Mengeluarkan kartu yang di gunakan sebagai tanda masuk secara hormat. Dua daun pintu dibuka, lautan manusia menjadi kali pertama yang di lihat. Sibuk dengan musik keras yang memekakkan telinga namun meliukkan tubuh di lantai dansa dengan semangat sebagai pelepas stres.
Pada sudut kiri tertata beberapa sofa merah tua yang banyak digunakan pemuda pemudi untuk saling memadu kasih. Cumbuan dua manusia untuk saling memenuhi nafsu yang mendera, mencecap sang lawan dengan membelitkan lidah satu sama lain. Tak jauh terdapat lantai dansa dengan banyak orang menggoyangkan tubuh menikmati alunan sang DJ dilantai dua. Sudut kanan tampak tenang dengan meja bar dan kursi tinggi yang modern.
Baekhyun acuh, pada siulan para lelaki yang secara kebetulan ditangkap mata cokelat nya. Tatapan memuja pada paras sekaligus pada lekuk tubuh miliknya yang memesona. Hari ini ia mengenakan kemeja putih paling besar miliknya, kancing atas dengan sengaja dibuka menampilkan lehernya yang jenjang. Kakinya dibalut ripped jeans biru pudar yang melekat erat dikakinya.
"Mau berdansa denganku?"
Tahu-tahu ia telah ditarik ke lantai dansa. Seorang pria tinggi dengan wajahnya yang lumayan tampan. Mungkin Baekhyun akan mengangguk jika suasana hatinya sedang baik. Namun ia lebih memilih mendorong dada bidang yang berusaha mendekat.
Melepas lingkaran lengan pada pinggang rampingnya dan memberi senyum tipis, "mungkin lain kali."
Baekhyun mundur, meninggalkan lelaki tampan yang tampak kecewa. Berdecak seraya menuju meja bar tender di samping kanannya.
"Kau terlihat stres."
Seorang bartender mengedipkan mata pada Baekhyun, tangan dengan terampil meracik minuman dengan hasil yang luar biasa.
"Beri aku sesuatu, kepalaku seperti akan pecah."
Bartender bernama Daehyun itu mengangguk seraya tersenyum kecil. Tangannya dengan lincah menuangkan berbagai bahan untuk sajian, memutar dengan gerakan menggoda pada setiap orang yang singgah dimatanya.
"Aku menambahkan madu sedikit, ku pikir kau akan suka."
Cocktail dengan aroma harum telah tersedia di depan meja, berdiri di gelas tinggi dengan warna yang memikat. Jemari Baekhyun mengangkat gelas beranting kecil itu pelan, membaui aromanya hingga ia tak sabar mencicipinya. Daehyun memang ahli.
Baekhyun menyesap sedikit, merasakan madu samar diantara alkohol yang ada membuatnya tenang. Sejujurnya Baekhyun berharap jika Daehyun akan memberinya sebotol wine dengan kadar tertinggi yang membuatnya mabuk untuk sedikit menghilangkan stresnya. Tak menyangka jika lelaki itu memilih cocktail dengan tambahan madu yang rasanya nikmat.
"Aku suka. Tapi aku berharap kau memberiku wine," ucap Baekhyun. Tangannya mengoyangkan gelas seraya menikmati rasanya di lidahnya.
"Aku hanya tak ingin kau mabuk malam ini. Ku dengar jika Ibumu ... meninggal. Maaf, aku turut berduka."
Baekhyun mengangguk. Enggan membahas lebih jauh hal yang membuatnya menangis pilu. Ia kembali menyesap untuk kali keduanya, sebelum riuh di balik pintu membuyarkan ketenangannya.
Teriakan nyaring dari belakang tubuhnya membuatnya mendengus kesal. Mengintip sekilas dari balik bahunya siapa gerangan yang mampu membuat seisi club ini ribut.
"Oh, dia kemari."
Baekhyun mengabaikan Daehyun, mengabaikan pula cocktail miliknya. Seorang lelaki dengan surai gelap tengah berjalan santai, tak peduli pada banyak wanita yang menatapnya lapar. Mimiknya gelap dengan sorot mata yang tajam, namun tampan. Sangat tampan.
Kemeja biru laut di gulung sesiku dengan celana bahan yang membalut elok kaki jenjangnya.
"Beri aku vodka."
Baekhyun menunduk, mengalihkan matanya dari pria yang kini ada di sampingnya. Ia malu ketahuan menatap intens. Mengambil minumannya dan kembali menenggaknya. Dalam jarak kurang dari satu meter Baekhyun menghirup dalam, aroma kayu manis dan citrus bercampur dengan aroma maskulin yang menyenangkan. Akan sangat menyenangkan jika Baekhyun dapat bersandar di dada itu di sepanjang malam. Pasti ia tidur nyenyak.
Baekhyun menggigit lidahnya gemas. Pikiran konyol macam apa tadi.
Mengatur jantungnya yang tiba-tiba bertalu di bawah tatapan pria dingin disampingnya. Baekhyun menoleh kaku.
"Aku Park Chanyeol."
Baekhyun menggigit bibirnya.
Suaranya sangat berat.
Sexy.
Kursi ditarik mendekat pada Baekhyun. Sekilas menatap pada tangan besar yang terulur padanya, ragu untuk menyambut.
"Baekhyun," jawab Baekhyun setengah berteriak sebelum memutuskan membalas uluran tangan pria yang mengaku bernama Chanyeol itu.
Chanyeol menyeringai. Nampak sexy di mata Baekhyun. Chanyeol mendekat pada telinga merah Baekhyun, "kalau kau tidak keberatan, biarkan aku yang menggigit bibirmu," bisiknya,
Pipinya memanas seketika. Menyesal karena sempat berbalas tatap dengan si tampan.
Selera humor lelaki tampan disampingnya terbilang aneh dan tak lucu. Terkesan menjurus kearah lain yang lebih panas. Dan Baekhyun hanya tersenyum kecil menanggapi. Apalagi sejak mata besar itu menjelajah pada bibir hingga turun ke dadanya.
"Mungkin lain kali. Aku tidak dalam suasana hati yang baik."
Tak akan pernah terjadi.
"Aku akan menantinya," balasnya kemudian.
Baekhyun tersenyum hampa, "jangan terlalu berharap," Kemudian menoleh, "harapan hanya akan berujung kekecewaan."
"Apa itu prinsipmu?"
"Tidak juga. "
"Lalu bagaimana jika aku menggantung harapanku pada seorang lelaki yang kutemui di club malam ini? Apa juga akan berujung kecewa?"
"Bisa ya bisa tidak."
Baekhyun.
Chanyeol dapat mengingatnya dengan jelas.
Ia kembali menatap pada tubuh kecil berlapis kemeja putih yang nyaris transparan, berjalan seorang diri dengan angkuh mengabaikan banyak pasang mata yang melirik.
Seorang lelaki manis dengan tubuh yang ringkih seolah meminta perlindungan. Matanya kosong tanpa gemerlap berarti dan Chanyeol tak suka melihatnya. Akan sangat cantik jika lelaki manis itu tersenyum lebar.
Cantik.
Mereka akan bertemu kembali.
Secepatnya.
Dan Chanyeol tak sabar mencicipi plum yang menggoda untuk dilumat.
END? TBC?
.
Note Chapter 1 :
Haii, aku kembali membawa cerita. Alur pasaran yang pasti udah ketebak endingnya. Tapi masih pengen nulis ini. Tiba-tiba tercetus cerita dan berbuah seperti ini lah jadinya.
Sekadar hiburan buat menghabiskan waktu dirumah selama covid19.
Selalu sehat dan jaga kesehatan terus.
Thank's.