Disclaimer:

Naruto: The Right Hand of Avatar Aang by Priest Black

Naruto Series by Masashi Kishimoto

Avatar: Last Airbender by Michael Dante Di Martino & Bryan Konietzo


The author gain the ideas to write this story from:

Prince of Fire by Anime Lovers Indonesia

The Guardian of the Avatar by Soleneus


Genre: Adventure, Fantasy, & Romance

Pairing: Naruto x *masih dipikirkan*

Warning: Out of Character, Typo, Alternate Universe, Alternate Timeline, Etc.


Summary:

Naruto merupakan putra dari Raja Api Ozai dan Lady Ursa, adik dari Pangeran Api Zuko dan juga Putri Azula. Namun, karena ketidakmampuannya menguasai elemen api, Naruto pun harus menerima dua sambaran petir dari ayahnya dan meninggal dunia. Namun, tanpa disangka-sangka, Naruto adalah orang yang ditakdirkan untuk membantu Avatar dalam mewujudkan perdamaian di dunia. Alhasil, dia pun diberi kesempatan hidup kedua untuk menjalankan takdir hidupnya yang baru.


Chapter 01:

Prologue


[Negara Api]

Di Negara Api, tepatnya di Istana Kerajaan Negara Api, tempat kediaman Keluarga Raja Api, terlihat dua anak kecil yang didampingi oleh seorang pria dewasa berambut abu-abu sedang berdiri di depan sebuah ruangan yang pintunya tertutup rapat. Mereka tampak sedang menunggu sesuatu.

"AAAAAHHHH!"

Dari dalam ruangan tersebut terdengar suara teriakan seorang wanita. Beberapa detik kemudian, teriakan tersebut kembali terdengar. Hal ini, membuat salah satu dari dua anak kecil yang menunggu di luar bertanya kepada si pria berambut abu-abu.

"Paman, mengapa Ibu berteriak keras di dalam sana? Apakah Ibu sedang kesakitan?" tanya si anak laki-laki.

"Zuko, Lady Ursa sedang berjuang untuk melahirkan adik bagimu dan juga Azula. Itu adalah hal yang wajar bagi seorang wanita untuk berteriak keras saat melahirkan," ucap pria berambut abu-abu yang dipanggil paman itu. "Yang bisa kita lakukan sekarang adalah mendoakan Lady Ursa dan juga bayi yang akan dilahirkannya agar bisa tetap selamat sampai proses persalinan selesai."

Mendengar ucapan dari pamannya, anak laki-laki bernama Zuko itu langsung berdoa untuk ibu dan juga adik yang akan dilahirkannya. Namun, satu anak kecil lainnya, yaitu si anak kecil perempuan terlihat bersikap acuh tak acuh dan tidak melakukan apa yang seperti pamannya lakukan.

Melihat hal ini, si Paman memegang pundak anak perempuan itu dan berkata, "Azula, mengapa kamu diam saja? Apa kamu tidak mau mendoakan ibu dan juga adikmu?" Namun, alih-alih menjawab pertanyaan pamannya, anak perempuan bernama Azula itu hanya diam saja sambil mengangkat kedua bahunya.

"Ternyata Anda berada di sini, Tuan Putri Azula," ucap dua orang wanita tua yang datang menghampiri Azula. "Kami telah mencari Anda ke sana kemari. Namun, syukurlah kami bisa menemukan Anda sekarang. Kami hanya ingin mengingatkan kalau sekarang ini Anda seharusnya sudah bersiap-siap di ruang latihan untuk berlatih teknik pengendalian api Anda dengan Yang Mulia Raja Api Ozai."

Mendengar ucapan itu, Azula sebenarnya merasa berat hati. Dia sangat ingin melihat adik kecilnya setelah dilahirkan. Tetapi, di satu sisi, dia juga takut dengan perintah ayahnya yang mutlak. Berbeda dengan Azula, si pria berambut abu-abu yang bernama Iroh langsung marah mendengar ucapan dari kedua wanita tua itu.

"Azula ingin melihat adiknya. Aku akan berbicara kepada Ozai agar menunda sementara latihan Azula," ucap Iroh dengan marah.

"Tapi, Jendral Iroh, Anda tahu kan kalau perintah Yang Mulia Raja Api Ozai absolut. Beliau pasti akan menghukum kami kalau kami tidak dapat mengantar Tuan Putri Azula ke tempat latihan sekarang," ucap dua orang wanita tua itu dengan takut.

"Aku yang akan pergi menghadap Ozai! Aku akan mengatakan kepadanya kalau Azula ingin-" ucapannya terpotong karena Azula memberi instruksi kepada pamannya untuk berhenti berdebat dengan wanita tua itu yang ternyata merupakan penasihat pelatihan Azula. Dia kemudian berkata, "Tak apa-apa, Paman. Aku bisa melihat adikku setelah latihan selesai. Sekarang, aku akan pergi untuk berlatih. Ayo kita pergi, Lo, Li."

"Baiklah, Tuan Putri Azula," balas kedua orang tua bernama Lo dan Li itu. Mereka beserta dengan Azula pun pergi meninggalkan Iroh dan Zuko.

Beberapa lama setelah Azula pergi, terdengar suara teriakan bayi dari dalam ruangan. Hal ini tentu saja membuat Zuko langsung berlari masuk ke dalam ruangan tersebut untuk melihat adik kecilnya yang baru saja lahir. Sementara Iroh terlihat memasuki ruangan tersebut dengan tenang.

Zuko langsung berlari menghampiri tempat tidur ibunya. Di sana terlihat seorang wanita yang merupakan Lady Ursa, ibu Zuko sedang menggendong seorang bayi laki-laki. Dia terlihat memeluk bayi laki-laki itu dalam pelukannya tanpa menghiraukan keadaannya yang lemas setelah melahirkan bayi laki-laki itu.

Namun, beberapa saat kemudian, dia menyadari bahwa ada Zuko di dekat tempat tidurnya. Dia pun segera menoleh ke putra sulungnya itu dan berkata, "Zuko, lihatlah dia, adik kecilmu. Sapalah dia, Nak."

"Hai, perkenalkan, aku Zuko, kakakmu," ucap Zuko memperkenalkan dirinya kepada adiknya. Terlihat ekspresi senang pada wajah anak laki-laki itu setelah Zuko memperkenalkan dirinya kepadanya.

"Selamat atas kelahiran anak Anda, Lady Ursa," ucap Iroh memberi selamat kepada Ursa sambil berjalan mendekatinya.

"Terima kasih atas ucapannya, Iroh," balas wanita bernama Ursa itu.

"Kalau boleh tahu, siapakah nama dari anak laki-laki itu, Lady Ursa?" tanya Iroh.

"Oh ya, maaf aku lupa memperkenalkan namanya. Namanya adalah Naruto," jawab Ursa.

"Uhm...Jika aku boleh tahu, apa alasan Anda memberinya nama, Naruto, Lady Ursa?" bisik Iroh.

"Aku mendapatkan pesan dari leluhurku, Avatar Roku melalui mimpi bahwa salah satu dari anakku akan menjadi orang yang akan membantu Avatar selanjutnya untuk menghentikan perang dan membawa perdamaian ke dunia ini. Lalu, aku melihat sebuah pusaran air di atas tangan Beliau. Oleh karena itu, aku memberinya nama Naruto untuk merujuk ke pusaran air yang pernah kulihat di sebuah lautan," jelas Ursa panjang lebar.

"Baiklah. Aku harap Naruto akan dapat mewujudkan takdir hidup yang telah diberikan oleh Avatar Roku, Lady Ursa," harap Iroh.

"Selamat atas kelahiran anak ketiga Anda, Lady Ursa," ucap Lo dan Li menginterupsi mereka. Terlihat Azula juga datang bersama dengan mereka.

"Terima kasih, Lo dan Li," balas Ursa. Melihat putrinya datang, Ursa merasa senang. Anggapannya kalau Azula akan bersikap cuek terhadap kelahiran adiknya terbukti salah. Kedatangannya untuk menengoknya setelah dia melahirkan Naruto adalah bukti bahwa Azula masih peduli. Dia pun kemudian menyuruhnya untuk mendekat.

"Kemarilah, Azula. Sapalah adik kecilmu, Naruto," pinta Ursa kepada Azula. Azula pun menuruti permintaan sang ibu. Dilihatnya sang adik dari dekat dan hasilnya, dia pun terpesona oleh keindahan kedua mata adiknya yang berwarna biru safir.

Tanpa sadar, Azula menyentuh pipi Naruto dengan jari telunjuknya. Naruto terlihat sangat menyukai Azula. Hal ini terlihat saat Naruto menggenggam erat jari telunjuk Azula sambil menunjukkan raut wajah senang.

"Lihatlah, Azula. Naruto sangat menyukaimu," ucap Ursa kepada Azula.

"Wah wah lihatlah, Azula. Sekarang kau adalah seorang kakak," ucap Iroh kepada Azula sambil menepuk pundak keponakan perempuannya itu.

"Sekarang, kita adalah seorang kakak, Azula," ucap Zuko sambil tersenyum ke arah adik perempuannya.

Azula tersenyum, lalu bertanya kepada Ursa, "bolehkah aku menggendongnya, Ibu?"

Tentu saja pertanyaannya itu membuat semua orang kaget karena tidak biasanya Azula memperhatikan seseorang selain ayahnya. Ursa pun kemudian bertanya balik kepada putrinya itu, "Kau mau menggendong Naruto, Azula?"

"Iya, Ibu. Aku sangat ingin menggendong Naruto," balas Azula tanpa sedikitpun memalingkan pandangannya dari Naruto.

Mendengar jawaban Azula, Ursa pun tersenyum. Lalu, dia berkata, "baiklah Azula. Kau boleh menggendong Naruto karena Naruto pun sepertinya akan senang kalau digendong olehmu."

Ursa pun memberikan Naruto kepada Azula agar putrinya itu bisa menggendongnya. Azula dengan hati-hati menerima uluran tangan ibunya dan meletakkan Naruto dalam gendongannya.

"Hei, Naruto. Uhm...Aku Azula, kakak perempuanmu," kata Azula, lalu mencium pipi Naruto. "Aku senang memilikimu sebagai adikku. Aku berjanji akan selalu ada untukmu dan melindungimu. Aku sangat menyayangimu."

Kata-kata dari Azula itu sukses membuat Ursa dan Iroh terheran-heran tak percaya. Mereka tak percaya bahwa kehadiran Naruto berhasil mengubah sosok Azula yang dingin dan cuek menjadi sosok yang penyayang.

"Sepertinya sifat Azula akan berubah menjadi lebih penyayang setelah kehadiran Naruto di keluarga ini. Bukan begitu, Lady Ursa," ucap Iroh.

"Anda benar, Jendral Iroh. Aku rasa kehadiran Naruto akan bisa membuat keluarga ini menjadi secerah matahari," ucap Ursa sambil tersenyum melihat interaksi antara Azula dan Naruto.

"Ibu dan Paman benar. Azula terlihat berubah ya," ucap Zuko.

Namun, tanpa mereka sadari, ada satu orang yang sangat membenci kelahiran Naruto. Orang itu adalah ayah dari Naruto sendiri alias Raja Api Ozai. Dengan marah, dia mengepalkan tangannya dan menggeram.

'Momen ini tak akan bertahan lama. Aku akan segera mengakhirimu, Naruto. Kau hanya akan menghalangiku dan Negara Api untuk mewujudkan impian leluhurku, yaitu menguasai dunia,' batin Ozai yang hatinya dipenuhi oleh amarah.

Flashback On

Raja Api Ozai terlihat sedang duduk di atas kursi singgasananya. Dia sedang mendiskusikan tentang rencana penyerangan dan penaklukan beberapa daerah bersama dengan para jendral Negara Api, kecuali Iroh. Tiba-tiba, masuklah dua orang berjubah merah yang dikawal oleh penjaga istana.

"Yang Mulia Raja Api Ozai, maafkan hamba jika mengganggu rapatnya. Hamba sudah mencoba untuk berkata kepada mereka kalau Yang Mulia sedang mengadakan rapat penting. Namun, mereka bersikeras untuk datang menemui Yang Mulia sekarang juga. Mereka berkata ada hal sangat penting yang ingin mereka sampaikan kepada Yang Mulia," ucap penjaga istana sambil menunduk memberi penghormatan kepada Ozai.

"Apa yang perlu kalian sampaikan hingga kalian datang jauh-jauh dari Pulau Avatar Roku kemari dan mengganggu rapat pentingku?" tanya Ozai dengan dingin kepada dua orang berbaju merah yang ternyata merupakan penjaga Pulau Avatar Roku.

"Ampun, Yang Mulia Raja Api Ozai. Hamba tidak bermaksud mengganggu rapat penting Yang Mulia. Hamba hanya ingin menyerahkan gulungan ini kepada Yang Mulia sesegera mungkin karena hamba pikir ini sangatlah penting untuk melindungi tahta Raja Api yang telah dibangun oleh leluhur Yang Mulia," ucap salah satu penjaga Pulau Avatar Roku sambil menunduk dan mengulurkan sebuah gulungan kepada Ozai dengan penuh rasa hormat. Melihat hal ini, Ozai pun lalu meminta salah satu jendralnya untuk mengambil gulungan itu dan menyerahkannya kepada dirinya.

Ozai pun kemudian membuka gulungan itu dan membaca isinya dengan cermat. Beberapa saat setelah membaca isi gulungan itu, Ozai tampak menggeram sebelum akhirnya dia mengamuk. Tak tanggung-tanggung, amukan tersebut menyebabkan api yang ada di sekitar singgasanya membesar. Para jendralnya pun langsung bergidik ngeri melihat amarah rajanya itu.

"APA INI?! SEORANG DARI ANAKKU AKAN MENJADI BATU SANDUNGAN BAGIKU SENDIRI?!" geram Ozai.

"A-ada apa, Yang Mulia Raja Api Ozai. Apakah isi gulungan itu begitu mengganggu Yang Mulia?" tanya seorang jendral.

"TENTU SAJA INI SANGAT MENGGANGGUKU! GWAAAARH!" Ozai kembali mengamuk. Kali ini dia kehilangan kontrol dirinya dan melayangkan tinju apinya ke arah dua orang penjaga Pulau Avatar Roku yang memberinya gulungan itu.

"Y-Yang Mulia Raja Api Ozai, mohon tenangkan diri Yang Mulia. Kalau Yang Mulia tidak tenang, Yang Mulia bisa melukai diri kita dan juga diri Yang Mulia sendiri," mohon salah satu jendral.

Berpikir bahwa ucapan dari salah satu jendralnya itu benar, Ozai pun segera menenangkan dirinya. Dia kemudian berkata dengan para jendralnya itu, "di gulungan ini, tertulis bahwa salah satu dari anakku akan menjadi penghalangku dan juga Negara Api untuk menguasai dunia. Dia akan membantu Avatar selanjutnya untuk mengalahkan Raja Api, yaitu aku."

"T-tapi, Yang Mulia. Kalau tidak salah, berdasarkan siklus Avatar, Avatar selanjutnya yang akan muncul selanjutnya adalah pengendali udara. Bukankah kita tidak perlu khawatir akan kemunculan Avatar karena kita telah melenyapkan seluruh pengendali udara di dunia ini?" ucap salah satu jendral dengan heran.

"Memang benar apa yang kamu katakan itu, Jendral. Tapi, kalau sampai gulungan ini menuliskan bahwa Avatar akan muncul, maka besar kemungkinannya kalau dia akan muncul. Kau tahu kan kalau kedua orang itu bukanlah penulis cerita fiksi, melainkan peneliti yang memang benar-benar memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang menyangkut tentang Avatar. Karena itulah mereka ditugaskan untuk menjaga pulau Avatar Roku," ucap Ozai yang masih mencoba menghalau amarahnya. "Yang membuatku marah sebenarnya adalah tulisan yang menyatakan bahwa salah satu anakku akan membantu Avatar untuk melawanku. Ciri-cirinya, dia tidak akan bisa mengendalikan api dengan baik."

"Bukankah hari ini Lady Ursa melahirkan seorang Pangeran Api," ucap salah satu jendral yang diikuti oleh anggukan dari jendral-jendral lainnya.

"GRRR...AKU TIDAK AKAN MEMBIARKAN TAHTAKU DIUSIK OLEH SIAPAPUN SEKALIPUN OLEH ANAKKU SENDIRI!" marah Ozai yang diikuti oleh membesarnya api di sekitar kursi singgasananya. Hal ini pun membuat para jendralnya hanya bisa menelan air ludah mereka sebagai tanda kalau mereka takut.

Flashback Off

Kembali lagi bersama dengan Ozai yang sedang mengamati keluarganya dari jauh. Sambil tersenyum licik, dia bergumam, "akan kulenyapkan siapapun yang berani mengusik tahtaku, sekalipun dia adalah anakku sendiri. Tunggu saja."

[7 tahun kemudian]

Sejak Ozai mendapat ramalan bahwa salah satu dari keturunannya akan mengusik tahtanya, dia menjadi tidak suka dengan putranya Naruto. Hal ini karena dia tahu kalau anak yang dimaksud dalam ramalan tersebut adalah Naruto. Ozai tahu bahwa Zuko dan Azula telah terbukti bisa mengendalikan elemen api dengan benar. Akhirnya dia kemudian menyimpulkan bahwa Narutolah orang yang telah diramalkan akan membantu Avatar selanjutnya untuk menghentikan dirinya menguasai dunia. Hal tersebut membuat Ozai tidak mau menganggap Naruto sebagai anaknya. Bahkan sekedar melihat ataupun menggendong Naruto pun dia tidak mau.

Tujuh tahun telah berjalan. Banyak hal yang telah terjadi. Negara Api menjadi semakin maju, terutama secara militer karena berhasil menaklukkan beberapa wilayah. Lalu, Azula digadang-gadang akan menjadi putri terkuat karena memiliki api biru, jenis api langka yang hanya dimiliki oleh dia seorang. Zuko juga berhasil menguasai gerakan dasar elemen api yang membuat Ozai cukup takjub dengannya.

Namun, berbeda dengan kedua saudaranya, Naruto tidak bisa menguasai elemen api dengan benar, bahkan untuk gerakan dasarnya pun dia tidak bisa. Hal ini membuat Ozai semakin membencinya dan tak jarang, dia berbuat kasar terhadap putra bungsunya itu. Dia juga selalu melakukan upaya apapun untuk menjauhkan Naruto dari Azula karena dia tidak mau putri kesayangannya itu ketularan lemah.

Kini, tiba saatnya bagi Naruto yang telah berumur 7 tahun untuk menunjukkan kemampuan pengendali apinya di hadapan banyak orang. Dulu, kedua saudaranya juga mengalami hal yang sama dan mereka berhasil. Oleh karena itu, Naruto juga yakin kalau dirinya pasti juga akan berhasil.

"Anda sudah siap, Pangeran Naruto?" tanya pengatur stadion. Naruto pun membalas dengan anggukan yang disertai dengan senyuman mantap.

"Naruto, tunjukkanlah apimu sebagaimana yang telah dilakukan oleh kedua saudaramu dulu kalau benar kau adalah anakku! Mungkin saja kau memiliki keistimewaan seperti kakakmu, Azula" seru Ozai.

Naruto dapat melihat ibunya duduk di sebelah ayahnya dan kedua kakaknya duduk di sebelah ayah dan ibunya. Sedangkan pamannya terlihat berdiri bersama dengan jendral Negara Api lainnya.

"Tarik nafas dan keluarkan perlahan. Biarkan pikiranmu tenang, Naruto," ucap Iroh menyemangati keponakannya.

"Baik, Paman," balas Naruto.

Naruto kemudian melakukan gerakan-gerakan pengendalian api. Namun, dia hanya bisa mengeluarkan api yang kecil. Api yang dikeluarkannya itu hanya sebesar api obor saja. Hal ini tentu saja membuat penduduk Negara Api yang menyaksikan pertunjukan tersebut tertawa mengejek Naruto. Mereka tidak takut dengan Keluarga Kerajaan karena memang kabar burung mengenai ketidakmampuan Naruto mengendalikan api sudah tersebar luas di kalangan masyarakat Negara Api.

Mendengar tawa dan ejekan tentang Naruto, Ozai pun merasa marah yang luar biasa. Dia yang memang dari awal sudah tidak menyukai Naruto menjadi seperti api unggun yang disiram bensin. Tanpa berpikir panjang, dia pun langsung mengeluarkan petirnya dan menggunakannya untuk menyambar dada kiri Naruto sebanyak dua kali. Hal ini membuat para penduduk kaget dan tidak menduga kalau Raja Api akan melakukan hal sekejam itu kepada anaknya sendiri.

"NARUTOOO!" teriak Ursa, Iroh, dan Zuko yang langsung berlari menghampiri Naruto yang terkapar dan tak sadarkan diri.

"Kita pergi dari sini, Azula," ucap Ozai sambil berdiri dari kursi singgasananya.

"Tapi, Ayah. Aku mau melihat keadaan Naruto," bantah Azula.

"Kau akan ikut denganku kan, Azula," ucap Ozai dengan nada sedikit berat.

"Baiklah," balas Azula dengan pasrah. Dia pun tidak berani membantah ayahnya lagi dan segera berjalan mengikutinya meninggalkan stadion.

[Di ruang dokter]

Ursa, Iroh, dan Zuko segera membawa Naruto ke dokter terdekat. Dokter yang melihat keadaan Naruto pun segera memasukkannya ke ruang pemeriksaan dan berusaha menyelamatkan Naruto dengan segenap pengetahuan dan kemampuan yang dia miliki.

"Lady Ursa, Jendral Iroh, dan Pangeran Zuko. Saya mohon kepada kalian untuk menunggu di luar ruangan. Saya dan tim dokter akan melakukan yang terbaik untuk dapat menyelamatkan Pangeran Naruto," pinta salah satu dokter.

Ursa, Iroh, dan Zuko pun hanya bisa menuruti permintaan dokter dengan pasrah. Mereka menunggu kabar tentang Naruto dengan cemas. Beberapa saat kemudian, dokter kembali muncul dari dalam ruangan dan berjalan menghampiri keluarga Naruto.

"Lady Ursa, Jendral Iroh, dan Pangeran Zuko. Kami telah melakukan apa yang terbaik untuk dapat menyelamatkan Naruto. Namun, maafkan Saya-" dokter itu menggantung ucapannya, membuat keluarga Naruto menjadi semakin cemas.

"Kenapa Anda meminta maaf dokter?" tanya Zuko yang benar-benar cemas dengan keadaan adiknya.

"Maafkan Saya...Pangeran Naruto tidak dapat diselamatkan. Luka bakar yang parah dan kerusakan jantung membuat nyawa Pangeran tidak bisa diselamatkan," ucap dokter dengan penuh perasaan bersalah.

"Apaa...Tidaak...Naruto anakku...dia tidak mungkin..." ucap Ursa yang syok.

BRUUUK!

Tak kuasa mendengar kabar bahwa putranya sekarat, Ursa langsung jatuh pingsan. Melihat hal itu, Iroh dan Zuko langsung menyangga tubuh wanita itu agar tidak terjatuh ke lantai. Setelah mendudukkan ibunya ke kursi yang ada di dekatnya, Zuko langsung berlari menuju ke ruangan pemeriksaan. Di sana dia dapat melihat tubuh adiknya yang telah terbujur kaku. Dia juga melihat bahwa para perawat tengah meletakkan kain untuk menutupi tubuhnya.

Hal ini membuat Zuko hanya bisa terisak menangis. Dia sebenarnya sangat menyayangi Naruto dan dia juga iri dengan Azula karena Naruto lebih sayang ke dia daripada dirinya. Hal ini membuat Zuko merasa sangat sedih dan juga marah. Dia marah kepada adik perempuannya yang malah meninggalkannya dan tidak melakukan apa-apa untuk menolong Naruto.

Setelah dia tenang dan menerima fakta bahwa adik laki-lakinya telah meninggal dunia, dia segera pergi meninggalkkan ruang pemeriksaan, sementara mayat Naruto dipindahkan ke ruang mayat.

Zuko berjalan menghampiri Iroh yang sedang menyangga tubuh Ursa yang tengah pingsan. Dia kemudian berkata, "Paman, aku mau setelah ini Paman melatihku agar aku bisa menjadi kuat dan kemudian, aku bisa menjadi Raja Api yang tangguh. Aku mau mewujudkan impian Naruto untuk mendamaikan dunia. Ketika aku menjadi Raja Api, maka aku akan menaklukkan seluruh dunia dan membawa perdamaian di bawah pemerintahan Negara Api."

Demikianlah ambisi untuk menjadi Raja Api tercipta pada diri Zuko karena dia ingin meneruskan impian mendiang adiknya untuk membawa perdamaian di dunia.

[Di Sebuah Tempat Yang Serba Putih]

Naruto membuka kedua matanya secara perlahan. Dia kini mendapati bahwa diirinya saat ini tengah berada di tempat yang tidak diketahuinya. Tempat tersebut memiliki latar belakang yang serba putih. Tidak ada satu barang pun yang berada di sana. Yang ada hanyalah Naruto dan latar belakang berwarna putih.

Sosok pria tua dengan rambut berwarna putih kemudian muncul di hadapan Naruto. Naruto yang menyadari akan kehadiran orang itu pun segera mengubah posisinya menjadi duduk dan segera mengusap kedua matanya.

"Hai, Naruto," sapa pria tua itu dengan ramah.

"Eh siapa?" tanya Naruto dengan wajah bingung.

Pria tua itu tersenyum mendengar pertanyaan Naruto. Diamatinya anak kecil bermata biru safir itu. Beberapa saat kemudian, dia berkata, "senang dapat melihatmu sekarang, Cicitku."

Naruto pun bertambah bingung mendengar ucapan dari pria tua itu. Lalu, dia melihat ada sebuah mahkota di atas kepala pria tua itu. Naruto seperti mengenal sesuatu akan pria tua di depannya ini.

"Ci-cicit?" Naruto masih menatap pria tua itu dengan wajah bingung. Sedangkan yang ditatap hanya tersenyum hangat ke arah Naruto. Beberapa saat kemudian, Naruto melebarkan kedua matanya seakan-akan dia menyadari sesuatu. "Tunggu, rambut putih, mahkota itu. Sepertinya aku pernah melihatmu di sebuah buku...Eh tunggu. Anda...Avatar Roku?"

Mendengar ucapan Naruto, pria tua yang ternyata adalah Avatar Roku itu pun menganggukkan wajahnya dengan tenang. Dia lalu berkata kepada Naruto, "benar, Naruto. Aku adalah Avatar Roku, dan kau adalah cicitku."

Mendengar jawaban dari Roku, Naruto pun langsung sumringah. Dia lalu berkata, "Ahh...Sungguh suatu anugerah aku bisa melihat Kakek Buyutku yang merupakan Avatar. Ini sungguh suatu momen yang langka."

"Senang dapat melihatmu juga, Naruto Cicitku," ucap Roku.

Jika kalian bertanya mengapa Naruto yang masih berumur 7 tahun bisa mengetahui tentang Avatar Roku, jawabannya sederhana. Itu karena Naruto suka membaca buku dan literatur di perpustakaan Negara Api. Diabaikan oleh ayahnya yang juga menjauhkannya dari kakak yang disayanginya, Azula membuat Naruto melampiaskan rasa kesepiannya dengan cara mencari pengetahuan. Lama kelamaan, Naruto pun menjadi seseorang yang haus akan ilmu dan pengetahuan.

Kembali ke cerita, Naruto kemudian bertanya kepada kakek buyutnya, Roku mengenai tempat serba putih ini.

"Oh iya, Kakek Buyut. Apakah Kakek Buyut tahu tempat apa ini? Aku benar-benar bingung mengapa aku tiba-tiba terbangun di sini. Perasaan tadi aku sedang menunjukkan kemampuan pengendalian apiku di hadapan ayah. Tapi, mengapa aku tiba-tiba ada di sini?" tanya Naruto yang masih belum mengetahui bahwa dirinya telah meninggal dunia.

"Naruto, bersiaplah untuk menahan dirimu walaupun jawabannya akan terasa menyakitkan," ucap Roku. Dia lalu menghela sejenak sebelum meneruskan ucapannya. "Kau telah meninggal dunia, Cicitku. Ayahmu, Raja Api Ozai sangat membencimu dan dia membunuhmu. Itulah alasannya mengapa kau sekarang berada di sini, di perbatasan antara alam manusia dengan alam roh."

Jawaban dari Roku itu sukses membuat raut wajah Naruto menjadi muram. Air mata terlihat menetes keluar dari kedua mata safirnya. "Aku benar-benar merupakan anak yang tidak berguna. Pantas saja Ayah sangat membenciku. Hingga saat ini aku tidak dapat menguasai elemen api. Aku memang pantas dibunuh karena keberadaanku hanya akan membuat malu keluargaku," ucapnya dengan sedih.

"Kau bukanlah anak yang menyedihkan, Naruto. Tapi, memang takdir hidupmulah yang membuatmu dibenci oleh ayahmu sendiri."

Kali ini bukanlah Roku yang merespon ucapan Naruto, melainkan sosok berjubah putih yang bersinar terang. Saking terangnya, baik Naruto maupun Roku tidak mampu melihat wajah dari sosok itu.

"Perkenalkan namaku adalah Great Spirit," ucap sosok itu memperkenalkan dirinya kepada Naruto.

"Ah, Great Spirit, arwah dengan tingkatan tertinggi," ucap Naruto dan Roku menyapa Great Spirit dengan sopan sambil membungkukkan tubuhnya secara bersamaan.

"Aku datang kemari karena ingin menyampaikan hal yang penting kepadamu, Naruto. Jadi, mohon dengarkan baik-baik," ucap Great Spirit yang direspon oleh anggukan pelan oleh Naruto. Arwah dengan tingkatan tertinggi itu pun melanjutkan ucapannya. "Saat ini dunia manusia benar-benar sedang dilanda oleh krisis. Negara Udara telah terbantai habis. Negara Api secara aktif melakukan penaklukan dan penjajahan ke beberapa wilayah di sekitarnya. Kalau sampai ambisi Raja Api untuk menguasai dunia terjadi, maka bukan tidak mungkin kalau keseimbangan di dunia manusia akan terganggu dan perdamaian akan menjadi impian belaka."

"Naruto, saat ini dunia bergantung sepenuhnya kepada Avatar. Akan tetapi, sayang sekali Avatar saat ini masih belum cukup kuat untuk menyelamatkan dunia dan menghentikan Raja Api Ozai. Jadi, kau harus membantunya hingga Avatar menjadi cukup kuat untuk menjalankan tugasnya. Aku tahu berperang melawan ayah dan keluargamu sendiri akan menjadi hal yang sangat berat bagimu. Tetapi, ini harus kau lakukan karena inilah takdir hidupmu, membantu Avatar mewujudkan perdamaian dunia," jelas Great Spirit panjang lebar.

Roku yang memang dari awal sudah tahu akan takdir hidup Naruto itu hanya bisa melihat wajah cicitnya dengan iba. Di satu sisi, dia bener-benar merasa kasihan dengan cicitnya yang memiliki takdir hidup yang berat sehingga dia harus mengalami penolakan oleh keluarga dan juga negaranya. Namun, Roku kemudian dikagetkan oleh respon Naruto akan penjelasan Great Spirit tentang takdir hidupnya itu.

"Memang hal ini sangatlah berat, Great Spirit. Namun, apabila ayah dan keluargaku, serta Negara Api merupakan penyebab dunia manusia menderita...tanpa harus ditakdirkan pun, aku akan berdiri menentang mereka, Great Spirit," ucap Naruto. "Aku siap membantu Avatar selanjutnya untuk mewujudkan perdamaian dunia."

Great Spirit pun kagum akan dedikasi Naruto untuk menjalankan takdir hidupnya. Demikian pula Avatar Roku yang juga kagum akan keinginan kuat dari cicitnya itu untuk menegakkan perdamaian.

"Tapi, Great Spirit. Aku hanyalah seorang anak yang lemah. Aku bahkan tidak bisa mengendalikan api. Lagipula, sekarang bukankah aku telah meninggal?" ucap Naruto dengan nada bingung.

"Itulah alasanku berada di sini, Naruto. Aku akan memberikanmu kesempatan untuk hidup kedua. Dan masalah kekuatan, kau memang tidak memiliki teknik pengendalian api untuk saat ini, tapi bukan berarti kau tidak memiliki kekuatan. Coba kau bayangkan kalau kau bisa mengeluarkan kekuatan elemen dari tanganmu," ucap Great Spirit.

Naruto pun melakukan apa yang diucapkan oleh Great Spirit. Dia berkonsentrasi dan membayangkan kalau dia bisa mengeluarkan kekuatan elemen pada tangannya. Alangkah kagetnya dia saat melihat muncul pusaran air di atas telapak tangannya. Hanya saja, pusaran air itu hanya muncul sebentar. Naruto yang belum terbiasa mengendalikan kekuatan elemen, tidak mampu mempertahankan pusaran air tersebut.

"Whooa...ternyata elemenku adalah elemen air," ucap Naruto yang senang karena dirinya dapat mengendalikan elemen air. 'Mungkin ada baiknya aku juga mencoba elemen api.'

Naruto kembali berkonsentrasi sambil membayangkan kalau dia akan dapat mengendalikan elemen api. Naruto segera melakukan gerakan-gerakan pengendalian api seperti yang diajarkan oleh pamannya, Iroh. Naruto kembali sumringah setelah dia berhasil menyemburkan api yang cukup besar melalui pukulannya. 'A-aku bisa mengendalikan elemen api juga...whoaa...Ini sungguh luar biasa,' batinnya dengan wajah sumringah.

Namun, beberapa saat kemudian, dia menyadari kalau kemampuannya saat ini belumlah cukup untuk dapat membantu Avatar. Dia kemudian berkata kepada Great Spirit, "aku senang akhirnya aku dapat menyadari kemampuan elemenku. Tapi, aku merasa kemampuanku yang sekarang masih belum cukup untuk membantuku menjalankan tugasku. Aku masih belum bisa menguasai kedua elemenku."

"Naruto, kau akan menemui guru yang dapat membantumu untuk menguasai elemen milikmu itu. Kau akan memiliki banyak teman yang akan mendukungmu untuk menjalankan takdir hidupmu, Naruto. Kau tidak akan kesepian lagi," ucap Great Spirit yang membuat Naruto bahagia setelah mendengarnya. Begitu juga dengan Roku yang juga merasa senang mendengar cicitnya tidak akan kesepian lagi.

"Sekarang Naruto-" Great Spirit menjeda ucapannya sejenak karena dia membuat sebuah bola cahaya berwarna biru terang. "Terimalah bola ini dan kau akan mendapat kesempatan hidup keduamu," lanjutnya sambil memberikan bola cahaya yang diciptakannya kepada Naruto.

Naruto pun melakukan apa yang dikatakan oleh Great Spirit. Dia menerima bola cahaya yang diciptakan oleh arwah dengan tingkat tertinggi itu. Perlahan-lahan, tubuhnya berubah menjadi serpihan cahaya setelah dia menerima bola cahaya itu. Sebelum dirinya benar-benar menghilang, dia berkata, "Terima kasih atas kepercayaan yang engkau berikan kepadaku, Great Spirit. Dan untuk Kakek Buyut Roku, aku bersyukur karena aku adalah cicit dari Kakek Buyut. Aku bersyukur kalau aku terlahir di keluarga Raja Api Ozai. Aku tidak akan mendendam kepada mereka sekalipun mereka menyakitiku. Aku akan menunaikan tugas ini atas dasar perdamaian, bukan atas dasar dendamku kepada keluargaku. Sampai jumpa, Kakek Buyut Roku, semoga kita dapat bertemu lagi."

"Cicitmu itu benar-benar hebat ya, Avatar Roku. Dia memiliki pemikiran yang hebat. Dia tidak berambisi untuk menguasai dunia seperti anggota keluarganya yang lain. Aku rasa dia benar-benar mirip denganmu, Avatar Roku," ucap Great Spirit memuji pemikiran Naruto. Sedangkan, Roku hanya dapat mengangguk pelan mendengar ucapan dari Great Spirit. Dia juga merasa kalau Naruto merupakan cerminan dari dirinya.

"Baiklah. Tugas kita di sini sudah selesai. Naruto sudah pergi kembali ke dunia manusia. Lebih baik kita juga pergi ke dunia kita, Alam Roh. Ayo kita pergi, Avatar Roku," ajak Great Spirit.

"Baik, Great Spirit," respon Avatar Roku.

Great Spirit dan Roku pun pergi meninggalkan tempat perbatasan antara Alam Manusia dan Alam Roh itu dan kembali ke Alam Roh.

[Di Sebuah Hutan]

Di sebuah hutan, tampak seorang anak laki-laki berambut hitam lebat tengah terbaring tak sadarkan diri di sebuah hutan. Baju yang ia kenakan tampak sobek di bagian dada kirinya. Di bagian dada kirinya juga tampak ada bekas luka bakar.

Tampak seorang pria tua berambut silver lebat menghampiri anak laki-laki itu.

"Jadi ini ya anaknya," gumam pria tua itu sambil memandangi anak laki-laki yang dia temukan.


Bersambung


Halo semuanya. Kembali lagi bersama dengan fic baruku, Naruto: The Right Hand of Avatar. Kok fic baru lagi sih? Mana fic lainnya? Kok tidak di-update? Pertama-tama, Saya mohon maaf buat yang menunggu fic Saya yang lainnya seperti Naruto's Changed Life. Bukannya Saya menelantarkan fic Saya, tetapi Saya sedang mencoba merangkai alurnya terlebih dahulu agar tidak discontinue di tengah jalan. Kok merangkai alur saja lama? Ya, mohon dipahami, Saya memiliki tanggung jawab di dunia nyata yang tidak bisa Saya kesampingkan begitu saja, jadi ya, Saya hanya bisa memanfaatkan sebagian kecil waktu luang Saya untuk memproses fic Saya. Sekali lagi, mohon dipahami.


Profil Naruto:

Nama: Naruto

Nationality: Fire Nation

Ethnicity: Fire Nation

Fighting Style: Water bending, fire bending (sejauh ini segini dulu)


Umur di fic ini (sejauh ini):

Zuko: 12 tahun

Azula: 10 tahun

Naruto: 7 tahun


Dengan ini Saya author Priest Black pamit undur diri. Semoga ficnya menghibur. Sampai jumpa.

Dipublish 5 Mei 2020, 17:48

Diedit 16 Mei 2020, 19:40