Chapter 1 : BE LOVED


Sakura memperhatikan suaminya yang tengah berlatih pedang bersama dengan prajurit garda depan kerajaan Shinratensei dengan tatapan kagum. Tubuh pria yang resmi menjadi suaminya sejak sebulan yang lalu tersebut tergolong tinggi dibanding dengan bawahan-bawahannya, dadanya juga bidang, lengannya terlihat kekar seolah-olah tubuh itu memang diciptakan untuk berangkat perang.

"Uchiha-sama akan terpeleset keringatnya sendiri jika anda memperhatikannya dengan cara seperti itu Ratu." Sakura menoleh ke arah laki-laki yang ditunjuk Sasuke menjadi pengawal pribadinya ke mana pun ia pergi.

"Kau bercanda Sui, dia bahkan tidak tertarik padaku sama sekali."

"Yang mulia hanya perlu mengenal pria itu lebih lama, dia memang tidak mudah didekati." Suigetsu tersenyum ramah, dan nampak menyeramkan di mata Sakura. Suigetsu mengabdikan dirinya pada Sasuke sejak mereka masih anak-anak, tidak perlu diragukan lagi loyalitasnya pada Sasuke. Hampir sama dengan pasukan khusus yang diberi julukan garda depan Shinratensei, prajurit pilihan Sasuke yang begitu setia dengan pria itu dengan keterampilan pedang mereka yang tidak bisa dianggap sepele.

"Ayahku bilang, di mana ada nama Uchiha, di situ pasti ada kekuatan dan kehidupan yang layak."

.

.

.

A fanfiction

Naruto © Masashi Kishimoto

Uchiha Sasuke X Haruno Sakura

Rated M for Mature

BE LOVED IMPERFECTIONS PERFECTLY by Chololo II

.

.

Tolong jangan copas² ya, terima kasih!

.

.

.

Suigetsu tersenyum tipis mendengar ucapan dari istri tuannya tersebut. Kerajaan Shinratensei mendapatkan untung yang tidak ternilai berupa kekayaan alam milik kerajaan Mitzu yang terkenal dengan masyarakat makmur dengan penghasilan sebagai petani dan peternak, sedangkan kerajaan itu mendapat perlindungan penuh dari Shiratensei karena putri satu-satunya Hatake Kakashi sebagai seorang raja, telah menjadi ratu kerajaan sebesar Shiratorizawa.

Jika suatu hari Raja Kakashi meninggal dunia maka kerajaan Mitzu berada sepenuhnya di bawah kepemimpinan Shiratensei. Tidak akan ada kata kelaparan atau kemelaratan selama kerajaan itu bermitra dengan Shiratensei.

"Apa aku juga boleh berlatih pedang? Di istanaku biasanya aku berlatih pedang dengan Naruto dan Lee."

Suigetsu terkejut lantas tertawa kecil, "Kau akan melihat yang mulia marah besar jika sampai hal itu terjadi. Dia tidak akan suka istrinya terluka gara-gara pedang, tentu saja."

"Kalau begitu, kita akan berlatih besok setelah Sasuke pergi berburu."

Suigetsu menepuk wajahnya frustasi.

.

.

.

"Kenapa kau membaca-baca kertasmu terus, aku ingin ditemani suamiku."

"Kau tahu aku sibuk."

Sakura berguling-guling di atas kasur, sudah menduga bahwa kata-kata itu akan keluar dari mulut suaminya yang super dingin dan irit kata.

"Apa aku boleh bertanya?"

"Ya."

Sakura mendengus, "Apa alasanmu menerima pernikahan ini?"

Sasuke melirik istrinya yang tengah berbaring dengan rambut panjang berwarna merah muda berserakan di sisi-sisi tempat tidur mereka. Menatapnya datar dan penuh keingintahuan,

"Keluarga kita adalah relasi, ini juga permintaan mendiang orang tuaku."

"Bukan karena aku cantik?" untuk sejenak Sakura melihat bahu suaminya menegang, lantas pria itu menoleh dan menatap tepat ke arah mata hijau Sakura.

"Aku sudah menjawab."

Sakura mendengus, "Sudah aku duga kau tidak tertarik padaku, kita bahkan belum membuat bayi setelah sebulan menikah."

"Tidurlah." Sasuke membereskan kertas-kertasnya lantas menuju ke kamar mandi.

"Apa aku boleh ikut berburu?"

Pria itu terdiam, lantas menyisir rambutnya ke belakang, "Tidak." Katanya lantas menghilang di balik pintu.

Setelah selesai membersihkan diri dan mengganti pakaiannya, Sasuke keluar dari kamar mandi lantas disambut pemandangan istrinya yang tertidur dengan posisi menguasai kasur mereka dengan helaian rambut panjang yang menjuntai hingga ke lantai marmer kamarnya. Dengan telaten Sasuke membenarkan posisi tidur istrinya, juga membetulkan helaian merah muda yang begitu halus dalam genggamannya.

Sasuke memposisikan dirinya di samping gadis itu lantas terkejut ketika tubuh mungil itu bergerak memeluk tubuhnya. Awalnya ia merasa ragu namun ia hanya diam tidak menyingkirkan tubuh itu seperti malam-malam sebelumnya, malam ini Sasuke justru melingkarkan tangannya pada pinggul gadis yang memang belum ia ubah menjadi wanita tersebut.

Sasuke belum pernah berurusan dengan perempuan sebelumya, ia sudah diberi tugas untuk menikahi putri kerajaan Mitzu ketika perempuan itu berusia 19 tahun oleh mendiang ayahnya yang tewas akibat sakit yang dideritanya, sedangkan ibunya meninggal ketika melahirkan Sasuke. Ia menjadi raja Shiratensei ketika berusia 19 tahun, sekitar dua tahun yang lalu menggantikan pamannya yang selama ini memimpin Shiratensei dengan penuh wibawa. Pamannya sekrang tinggal di bangunan istana sebelah barat bersama istrinya, pamannya memang tidak memiliki keturunan. Maka dari itu ketika Sakura berusia 19 tahun bulan lalu, pamannya langsung mendesak Sasuke untuk segera menikah karena ia adalah keturunan terakhir Uchiha dan harus sesegera mungkin memiliki penerus kerajaan.

Diam-diam malam itu Sasuke mengelus surai harus milik istrinya yang nampak tidak terganggu sama sekali dalam tidurnya.

.

.

.

"Aku mau ikut berburu."

Sasuke menolaknya berulang kali dengan wajah datar ketika istrinya merengek berkali-kali minta untuk ikut dalam perburuannya pagi ini.

"Uchiha aku mohon aku bosan sekali aku mau berburu."

"Kau juga Uchiha, Sakura."

Sasuke terkejut saat Sakura memeluk lehernya dengan begitu kuat, lantas mendekatkan wajah mereka. Pipi gadis itu merona namun sama sekali tidak mengendurkan rangkulan pada lehernya.

"Tolonglah suamiku ijinkan aku ikut berburu, aku janji tidak akan mengganggumu. Aku janji aku bersumpah. Kalau kau tidak mengizinkanku, aku akan terus menempel seperti ini."

Sasuke menahan diri mati-matian ketika mencium aroma cokelat dari tubuh setinggi pundaknya tersebut.

Sialan.

.

.

.

Suigetsu menahan diri untuk tidak tertawa ketika istri sahabatnya tengah menaiki kuda milik Sasuke tanpa amukan dari kuda yang terkenal sangat galak kepada siapa pun kecuali Sasuke sendiri.

"Siapkan aku kuda yang lain."

Suigetsu mengangguk sambil menyeringai ketika melihat kemarahan tercetak jelas pada wajahnya.

"Ratu kita benar-benar mengesankan, bukan?"

Sasuke hanya diam sambil menaiki kuda yang sudah Suigetsu bawakan dari kandang, matanya tidak lepas dari sang istri yang berinteraksi dengan kuda jantan kesayangannya dari kecil tersebut seolah-olah mereka adalah teman lama. Sasuke mendengus.

.

.

.

.

Sesuai perjanjian, Sakura nampak tenang duduk di atas kudanya tanpa bertanya banyak hal. Sesekali ia bertanya soal nama-nama pohon pada Suigetsu ketika ia melihat pohon dengan daun berwarna asing. Sakura memakai gaun berwarna hijau lumut dengan mantel berwarna serupa. Ia memakai celana panjang kain yang halus berwarna merah atas rekomendasi perancang baju istana yang khusus menjahit bajunya, begitu tahu sang ratu hendak ikut serta dalam perburuan.

Pada barisan depan rombongan perburuan ini adalah suaminya sendiri, barisan setelahnya adalah seorang lelaki dengan tubuh yang kecil namun memiliki keterampilan memanah yang hampir menyamai suaminya bernama Konohamaru. Selanjutnya di barisan ketiga ia diapit oleh Suigetsu pada sisi kiri dan pada sisi kanan adalah lelaki yang biasa dipanggil Juugo. Pada barisan ke empat hanya ada Deidara yang terkenal sebagai mata pedang Uchiha Sasuke, karena keterampilan pedangnya benar-benar nyaris menyamai sang raja.

"Aku mendengar suara kawanan rusa."

Semua orang berhenti, menoleh heran pada sang ratu.

"Ada di sebelah kanan, kawanan rusa yang begitu banyak. Dan dua ekor singa. Sungguh aku tidak berbohong, kita harus ke sana."

Semua orang lantas menatap lekat-lekat ke arah Sasuke.

"Turuti kemauannya."

Semua orang menuruti arah yang ditunjukkan oleh Sakura, sekarang ia ada di barisan depan di samping Sasuke yang hanya memasang wajah datar sepanjang perjalanan.

"Berhenti."

Semuanya ikut berhenti lantas keheningan yang cukup lama terjadi.

"Kita tidak sedang bermain-main Sakura." Sasuke akhirnya membuka mulut dan tidak lagi menahan diri untuk menatap tajam pada istrinya, Suigetsu menelan ludahnya. Sakura memang suka menjahilinya dibeberapa kesempatan dengan ide-ide aneh dalam kepalanya, ia tidak menyangka perempuan itu berani menjahili Sasuke secara terang-terangan seperti ini.

Sakura mengabaikan tatapan membunuh suaminya, ia lantas turun dari kudanya, mengambil busur dan anak panah milik Konohamaru dan berdiri di depan kuda yang tengah ditunggangi suaminya.

Ia menoleh, "Sini." Lantas semuanya terkejut ketika kuda jantan milik Sasuke yang dari tadi ditunggangi Sakura berjalan ke depan gadis itu lantas duduk di tanah perlahan.

Sakura mengambil satu anak panah lantas mengarahkannya ke semak-semak setinggi orang dewasa yang berada di seberang sungai, melesatkannya tanpa menunggu lama.

Suara auman singa terdengar begitu keras, lantas di susul kepakan sayap burung yang meninggalkan pohon-pohon. Bagian yang paling mengejutkan adalah kawanan rusa yang berlari tak tentu arah berasal dari semak-semak tersebut.

Sakura mengambil anak panah latas melesatkannya kembali, mengambil satu lagi dan melesatkannya kembali, ia mengulanginya sebanyak tiga kali,

lima anak panah tersebut menancap pada lima tubuh rusa yang berukuran cukup besar, rusa-rusa itu kemudian tumbang. Tertinggal kawanan rusa yang lain.

Sakura menatap tepat pada kedua mata suaminya sambil tersenyum manis, "Aku sudah bilang aku mendengar suara rusa. Ayo setelah ini kita pulang."

Sasuke menatap istrinya dengan tatapan datar seperti biasa, lantas menyuruh empat anak buahnya untuk mengambil rusa yang sudah mati di seberang sungai kecil dengan aliran air setinggi betis orang dewasa.

"Kenapa kau menunjukkan semua ini?"

Sakura tersenyum kecil, lantas duduk di samping kuda hitam milik Sasuke yang menjadi teman barunya sejak tadi pagi. Kuda itu nampak meringik kecil lantas mengusap lengan sang ratu dengan sisi kepalanya.

"Waktu aku berusia lima belas tahun, ayah memberi tahuku bahwa suatu hari nanti aku akan menikah denganmu. Mungkin kau lupa, aku pernah datang ke istanamu lalu melihatmu sedang berlatih dengan prajurit kerjanaan. Aku langsung menyukaimu saat itu juga," Sakura tersenyum malu-malu ke arah suaminya yang menjulang tinggi duduk di atas kuda, sedangkan dia duduk di atas rerumputan, menikmati cahaya matahari yang bersembunyi di balik surai biru gelap milik suaminya, "Aku melihatmu begitu berani dan terampil padahal usia kita hanya terpaut dua tahun, kita masih sangat kecil waktu itu. Tapi aku tahu kau akan menjadi pemimpin besar suatu hari nanti. Ayahku bilang, di mana ada nama Uchiha, di situ pasti ada kekuatan dan kehidupan yang layak. Aku akan menyandang nama itu suatu hari nanti, pikirku. Maka aku harus menjadi seseorang yang layak berdiri di samping pria sehebat dirimu. Aku mulai latihan memanah sejak hari di mana aku melihat calon suamiku."

Sasuke menatap gadis itu lekat-lekat lantas memalingkan wajahnya ke arah prajuritnya yang tengah membereskan hewan-hewah buruan sedikit lebih lama dari biasanya. Mereka pasti tahu ia sedang membicarakan sesuatu dengan istrinya saat ini, dan sengaja memperlambat pekerjaan mereka.

Sasuke turun dari atas kudanya lantas berjalan melewati tubuh Sakura, berdiri tidak jauh dari gadis itu berpura-pura melihat ke seberang sungai.

"Tidak ada gunanya, karena ratu tidak akan ikut berperang."

Sakura kemudian bangkit lantas berdiri di samping suaminya, ia menggenggam tangan Sasuke, membuat pria itu menoleh menatap ke arah wajah istrinya.

"Saat bersamamu berdua saja seperti ini, aku bukanlah siapa-siapa selain istri dan calon ibu dari anak-anak kita kelak, Sasuke. Aku tidak akan berangkat dalam peperangan Shiratensei, tapi aku akan membawa panahku ke luar rumah jika sesuatu yang buruk mengancam suami dan anak-anakku."

Sasuke tidak menghempaskan tangan istrinya, juga tidak menggenggamnya. Berbanding terbalik dangan Sakura yang menggenggam tangan suaminya lebih erat lagi.

"Aku tahu kau tidak mencintaiku sama sekali, aku tahu semua ini hanya bagian takdirmu. Aku sudah tahu bahwa denganku atau tidak kau akan tetap menikah. Aku tahu dan aku tetap ingin bersamamu walaupun mungkin semua ini tidak akan mudah."

"Apa jika bukan denganku, kau tidak menikah?"

"Tentu saja tidak, kalau bukan dengan orang yang aku sukai aku lebih memilih hidup sendiri."

Sasuke tersenyum miring, tubuhnya bergerak menghadap tubuh istrinya membuat tautan mereka terlepas begitu saja, "Kau tidak bisa egois, pikirkan nasib kerajaanmu jika kau tidak memiliki keturunan. Kata-katamu memang bijaksana, tapi dunia ini terlalu kejam untuk orang-orang yang bijaksana tapi egois sepertimu."

Sakura mengantupkan bibirnya rapat-rapat, menatap datar tepat pada jelaga suaminya. Ia tidak menyangka hati milik suaminya lebih keras daripada yang ia kira. Sakura memejamkan matanya rapat-rapat sambil mengembuskan napas berat.

Ia berjalan meninggalkan Sakura dengan kuda hitam mengikutinya. Pria itu sama sekali tidak menoleh, membiarkan gadis yang matanya menakutkan sebab menyimpan semua kejujuran yang mengusik hati kecilnya, berjalan membelah semak menuju ke kerajaan.

Suigetsu melihat kejadian itu lantas bergegas mengikat hewat buruan ratunya pada kuda dan mulai memacu kudanya untuk menyusul sang ratu. Meski Sasuke terlihat tenang saja, tapi ia tahu bahwa Suigetsu adalah satu-satunya orang yang akan mendapat hukuman jika Sakura sampai hilang di tengah hutan. Rasanya ia ingin memukul kepala Sasuke yang dipenuhi oleh gengsi tersebut.

.

.

.

Suigetsu memacu kuda pelan di belakang ratunya yang tengah berjalan kaki sambil di ikuti kuda hitam Sasuke tanpa menoleh sedikit pun padanya. Suigetsu melihat ke belakang dan belum melihat rombongan Sasuke menampakkan batang hidungnya.

Oh, mereka bertengkar dan ia akan mendapatkan omelan dari keduanya jika salah satunya terluka di perjalanan ini. Batin Suigetsu frustasi.

"Sui, ada yang terluka."

"Hah?"

Belum usai rasa terkejutnya, Sakura berlari ke arah hutan yang gelap di sebelah kiri mereka dengan kuda hitam yang setia mengikutinya.

"Sakura, bahaya!" Suigetsu bingung memutuskan harus menyusul Sakura atau menyusul Sasuke lantas mengadu, "Sialan! Sakura, kembali atau Sasuke akan marah!"

Suigetsu lalu memacu kuda miliknya dengan kecepatan penuh. Persetan dengan emebel-embel Yang Mulia Ratu.

Oh sialan sialan, larinya begitu cepat. Batin Suigetsu frustasi.

Ia kemudian menemukan Sakura tengah duduk di hadapan burung elang yang tengah sekarat karena sayapnya robek. Sui melihat Sakura megeluarkan ramuan obat dari dalam sakunya, lantas mulai mengobati elang yang ukurannya cukup besar tersebut.

Suigetsu membulatkan matanya ketika Sakura mengeluarkan pisau kecil dari balik jubahnya lantas melukai kakinya sendiri hingga darah mulai keluar dari sana.

"Kau gila!" Suigetsu turun dari kuda lantas menghampiri Ratunya dengan amarah yang tidak bisa ia tahan, Sakura mengusapkan darahnya pada tubuh elang yang terluka.

"Sakura! Sasuke bisa membunuhku kalau melihat kakimu terluka seperti ini! Kau gila!"

Suigetsu menarik tangan Sakura untuk berdiri,mata mereka bertemu dan Suigetsu dengan jelas melihat kedua manik hijau Sakura menatapnya dengan tatapan tidak wajar kemudian gadis itu ambruk ke atas rumput begitu saja.

Suigetsu terkejut lantas berusaha membangunkan Sakura, keterkejutannya berlipat ganda ketika elang yang beberapa menit yang lalu sekarat kini mengepakkan sayapnya lantas terbang seolah tidak terjadi apa-apa.

"Sasuke!"

Suigetsu berteriak memanggil Sasuke, berharap suami dari perempuan yang entah kenapa bisa seperti ini segera datang.

Tidak lama terdengar suara derap kaki kuda mendekati mereka, Suigetsu menoleh ketakutan menatap tuannya yang turun dari kuda sambil menarik sebilah pedang.

"Aku tidak tahu! Sungguh dia seperti ini setelah melukai kakinya sendiri."

Suigetsu menatap takut pada Sasuke yang sudah dekat dengannya, Wajah lelaki itu merah padam menahan amarah yang luar biasa.

Sasuke memasukkan pedangnya kembali lantas menggendong tubuh istrinya dalam satu kali gerakan. Ia melirik kuda hitam kesayangannya yang tiba-tiba memposisikan dirinya untuk segera ditunggangi.

.

.

.

Tabib istana terkejut ketika dipanggil oleh Suigetsu untuk mengobati ratu mereka sore itu dengan tergesa-gesa.

Setelah berulang kali diperiksa, tabib berkata bahwa keadaan sang ratu baik-baik saja, ia hanya perlu istirahat. Ketika Sasuke hendak menunjukkan luka di kaki istrinya, ia terkejut tidak menemukan luka robekan di manapun.

.

.

"Sasuke."

Sasuke terkejut mendengar panggilan dari istrinya, ia memalingkan wajahnya dari jendela kamar mereka dan menemukan istrinya tengah duduk bersandar di kepala ranjang sambil menatapnya sayu ke arahnya. Tanpa sadar Sasuke mendekati istrinya lantas duduk di sisi ranjang, menempelkan punggung tangannya pada dahi Sakura. Demamnya sudah turun.

"Aku haus sekali."

Sasuke mengambil gelas berisi air putih yang berada di meja seberang tempat tidurnya, lantas memberikannya pada Sakura.

"Aku masih mengantuk, apa kau mau berbaring di sampingku sampai aku tertidur?"

Sasuke mengangguk, lantas membaringkan dirinya di samping Sakura dan membiarkan perempuan itu memeluknya sambil memejamkan mata.

"Maaf membuatmu khawatir, maaf karena aku egois."

Sakura mendongak menatap netra suaminya yang terlihat jauh lebih menakjubkan ketika dilihat sedekat ini.

"Kau belum bercerita sesuatu padaku?"

Sakura terkikik, ia menyembunyikan wajahnya pada sisi tubuh suaminya, menghirupnya dalam-dalam lantas mengembuskannya perlahan.

"Kau sangat mencintaiku?"

Sasuke mengernyit, "Aku tidak tahu." Sakura terkikik pelan mendengar jawaban suaminya.

"Kita bisa menyempurnakan pernikahan kita malam ini, sambil kau mencari tahu jawabannya."

Sasuke hendak memalingkan wajahnya namun Sakura mengelus pipinya penuh kasih sayang, "Apa kau tidak menginginkan aku?" Sasuke menatap istrinya dalam-dalam setelah perempuan itu melontarkan kata-kata yang lagi-lagi ia tidak tahu harus menjawab seperti apa.

"Aku istrimu Sasuke, aku ibu dari keturunanmu nanti." Sakura mulai membuka satu kancing baju suaminya lantas mengelus kulit suaminya dengan satu jari.

Sasuke menunduk lantas mempertemukan bibir mereka. Awalnya hanya mengecup perlahan bibir istrinya namun lama kelamaan ciuman itu berubah menjadi lebih menuntut.

.

.

.

Sakura mendesah sambil mencakar punggung suaminya yang memiliki stamina gila hingga membuatnya keluar untuk keempat kalinya. Pria itu bahkan belum keluar sekalipun.

"Engh, Sasuke jangan di situ, ah!"

Sialan Sakura seperti akan keluar lagi.

Sedangkan Sasuke mulai dekat dengan pelepasannya menarik Sakura untuk duduk di atas pangkuannya lantas menggerakkan pinggul istrinya dengan gerakan yang konstan, membuat Sakura mendongak dengan terus mendesahkan namanya.

"Aku mau—Engh, Sas—engh, aku..."

Sakura memejamkan mata dengan wajah yang begitu membakar jiwa kelelakian suaminya. Sasuke menghisap puting istrinya dengan lembut, mengabaikan teriakan pelepasan istrinya. Ia terus memompa miliknya yang dijepit begitu kuat oleh dinding rahim Sakura yang belum selesai degan organsmenya.

Sedikit lagi.

"Engh!"

Sakura memeluknya lebih erat dari pelepasan sebelum-sebelumnya, istrinya mengalami organsme ganda bersamaan dengan pelepasannya.

Sasuke merasa Sakura begitu mencintainya saat ini hanya dengan melihat cara perempuan menatap Sasuke ketika selesai bercinta. Entah dengan dirinya pada gadis yang sudah ia ubah menjadi wanitanya malam ini.

.

.

.

to be continued...

.

.

.

.

Halo! Chapter dua akan aku upload tiga atau empat hari setelah hari ini ya? Sebenarnya fic ini sudah selesai aku tulis sampai akhir. Kutulis dalam bentuk oneshot tapi kok hamba bosan nulis oneshot terus, bundaaa wkwkwkwk

Akhirnya aku pisah-pisah jadi beberapa chap, dikit doang kok paling tiga atau empat, aku tidak kuat bikin chapter banyak-banyak, geregetan sendiri juga takut idenya keburu ilang, apalagi baru pertama ini aku bikin fic tema kerajaan hiks. Terima kasih ya sudah mau baca, semoga bisa sedikit membasuh keringnya hati akibat kerinduan terhadap pasangan kesayangan kita ini wkwkw, muach!