Musim semi tahun ini menjadi paragraf awal kisah baru yang tergores indah oleh pena di atas lembaran kertas. Pancaran sinar matahari yang menyorot terang memberikan kehangatan. Hembusan angin yang bertiup pelan, menerbangkan helaian kelopak bunga sakura.

Shinobu melempar pandangan pada setiap jengkal arsitektur bangunan yang cukup megah. Suara gemericik air mancur terdengar beradu lembut, menciptakan melodi teratur namun menenangkan.

"Bagaimana Shinobu-chan apa perlu aku temani sampai dalam?" Kata Kanae menawarkan.

Shinobu tertawa sejenak, "Tidak perlu Nee-san, aku bisa kesana sendiri kok."

Kanae ikut tertawa, seraya menepuk lembut kepala Shinobu penuh sayang "Ara, kau sungguh pintar Shinobu-chan. Baiklah kalau perlu sesuatu segera telepon aku ya?"

Shinobu mengangguk pelan. Senyum manis masih tertahan di bibirnya, bermaksud untuk mengurangi rasa khawatir dari raut wajah Kanae. "Nee-san tenang saja, aku mengerti."

Setelah pembicaraan usai, Kanae beranjak pergi meninggalkan Shinobu.


Red Carnation

Kimetsu no Yaiba milik Gotouge Koyoharu

Saya hanya meminjam karakternya untuk kepentingan cerita.

Fiksi ini ditulis bersama Haruko3349

Warning : College!AU, EBI tidak sesuai, genre menipu, alur maju mundur, italic untuk bayangan kilas balik masa lalu, sedangkan tulisan normal untuk setting waktu masa kini. Dan segala kekurangan dalam fanfic ini.

Fanfic ini didedikasikan untuk event #KVC #GiyuShinoEvent dengan mengambil kategori FreiVers

Sangat disarankan untuk mendengarkan lagu Enchanted - Taylor Swift, agar lebih meresapi feel-nya.

No commercial profit taken.


Have a great day to me.

Shinobu menatap bentangan permadani berkabut gulali putih di atas horizon. Diam-diam ia menyematkan harapan semoga hari ini berjalan dengan baik.

"Instruksi untuk seluruh peserta ospek diharapkan agar segera berkumpul di aula," Seruan bernada tinggi terdengar menjadi satu-satunya suara yang mendominasi saat itu. Membawa gadis itu kembali ke dunia nyata.

Shinobu tentu tahu, orang itu adalah kekasih kakaknya. Namun Shinobu masih belum mengerti, kenapa orang sebar-bar ini bisa menjalin hubungan manis dengan Kakaknya yang jelas-jelas berkepribadian lembut dan baik hati. Mungkin memang benar jika cinta tidak mengenal apapun.

Shinobu beralih menatap kerumunan orang-orang yang berlarian memasuki gedung utama. Sedetik kemudian, ia sudah ikut bergabung dalam arus lautan manusia tersebut. Tahun ajaran baru memang selalu ramai, bukan?

Tiba di pintu masuk aula, tampak para panitia ospek sedang mengecek dan mengatur para calon mahasiswa untuk berbaris sesuai dengan kelompok jurusan masing-masing.

Shinobu tidak paham saat ia dan yang lain kembali dituntun ke sebuah ruangan berukuran sedang, namun terasa sempit karena jumlah penghuni ruangan yang sudah melebihi batas. Masih dalam keadaan berbaris mereka diminta untuk duduk tanpa protes, meski hanya menyisakan dua jengkal jarak setiap orangnya.

Papan tulis putih bernoda spidol terpasang di ujung ruangan. Suasana didominasi oleh kesibukan para mahasiswa serta senior yang berbicara menyampaikan beberapa aturan tak tertulis yang harus di patuhi selama masa orientasi berlangsung. Namun tidak jarang ada yang berteriak memarahi anggota ospek yang tidak mendengarkan.

Shinobu yang berada dibarisan tengah, hanya bisa menyimak dan mencatat beberapa point penting.

Sejenak perhatian Shinobu teralih pada sosok pemuda yang berdiri dibalik layar laptop. Pemuda berwajah datar itu bertugas mengatur tayangan power point di depan papan tulis. Ada perasaan aneh yang tiba-tiba saja menyeruak di dada. Seperti perasaan senang dan rindu yang menyatu menjadi satu, mengukir rasa manis menggembirakan.

Tapi untuk apa? Bukankah ia baru saja bertemu? Lalu kenapa Shinobu merasa sangat dekat dengan pemuda itu.

Shinobu termenung, mencoba mengingat lagi. Barangkali pemuda itu memang pernah ia temui sebelumnya. Namun, bayangan kilas balik kembali muncul memenuhi seisi pikiran.

Siluet Pemuda berpenampilan kuno, mengenakan haori dengan dua sisi berbeda serta sebuah katana yangtersembunyi dibalik kain berwarna kontras.

Shinobu tersentak kaget, wajahnya menunduk malu dengan rona merah di pipi. Untuk kedua kalinya, Shinobu memberanikan diri menatap kembali pemuda berpakaian casual dengan netra sebiru lautan. Meski tidak pernah bertemu sebelumnya, bolehkah jika Shinobu merasa bahagia, sekarang?


Meskipun kegiatan telah berakhir sejak tiga puluh menit lalu, Shinobu masih duduk santai di kantin kampus. Keadaan yang mulanya ramai berangsur menjadi sunyi.

"Shinobu-chan maaf ya membuatmu menunggu. Nee-san masih ada urusan sebentar. Tunggu ya, nanti aku menyusul."

Shinobu menatap lekat layar ponselnya, membaca ulang pesan sang Kakak yang memintanya untuk menetap beberapa saat. Ia menyesap habis latte-nya lalu bergegas pergi mencari Kakaknya.

Shinobu membaca papan petunjuk yang terpasang di sudut jalan sekitar kampus. Alisnya tertekuk dalam, mencoba memahami beberapa rute yang tertulis di sana.

Sampai sebuah suara yang terasa sangat familier mengalihkan atensi Shinobu.

"Ah ternyata kau di sini Shinobu-chan, maaf ya membuatmu menunggu lama," Tutur Kanae tersenyum lembut.

Shinobu mengangkat wajahnya. Seketika rasa panas kembali menjalari pipinya, saat netra violetnya bertemu pandang dengan manik biru tua, milik pemuda yang berdiri tepat di samping Kanae. Sementara Giyu nampak mengerjapkan matanya beberapa kali.

Tanpa mereka sadari, keduanya sama-sama dilanda euphoria.

Pemuda ini, tidak salah dia yang muncul dipikiranku. Ternyata wajahnya lebih tampan jika dilihat dari dekat.

Shinobu segera merutuki dirinya yang terang-terangan memuji Giyu dalam hati. Berhentilah mengatakan hal menggelikan, Shinobu.

Kanae tertawa pelan melihat reaksi unik dari adik serta teman dekatnya.

"Tomioka-san perkenalkan adikku shinobu," Ujar Kanae menginterupsi suasana yang semula canggung.

Giyu masih belum bereaksi, matanya tertuju lurus memperhatikan wajah Shinobu. Siluent gadis berhaori kupu-kupu tiba-tiba saja tergambar jelas dibenaknya.

Aku tidak mengenal gadis ini, tapi entah mengapa ia terasa tidak asing bagiku.

Giyu berusaha berpikir keras mengingat kenangan masa lalu. Alih-alih mengingat, otaknya malah terasa kosong seperti tidak ada satu pun ingatan yang tersisa.

Menyadari adanya keanehan dengan sikap Giyu yang tidak kunjung merespon ucapannya. Kanae menyentuh lengan Giyu. "Apa ada masalah Tomioka-san?" Ujar Kanae dengan raut bingung.

Giyu menggeleng, "Tidak bukan masalah, hanya saja aku merasa pernah melihat adikmu di suatu tempat." Kata Giyu mengutarakan isi pikirannya.

"Tomioka Giyu," Ucapnya singkat, melanjutkan perkenalan yang sempat tertunda.

Kanae terperangah mendengarnya, "Ara, begitu? Jadi kalian sudah saling mengenal?" Tanyanya menatap Shinobu dan Giyu secara bergantian.

Shinobu melebarkan matanya "Tidak Nee-sann kami tidak pernah bertemu." Tanggap Shinobu mengonfirmasi.

Giyu mengangguk setuju. "Adikmu benar, mungkin hanya kebetulan." Kata Giyu berasumsi.

Kanae tertawa geli, "Baiklah aku mengerti seandainya kalian saling mengenal, tidak apa kok. Aku tentu sangat senang." Kata Kanae tersenyum jahil.

Shinobu segera menyela sebelum Kanae semakin menggodanya.

"Sudah Nee-sann, ayo kita pulang."

Sementara Giyu hanya mengedikkan bahunya tak acuh. Sudah terbiasa dengan candaan semacam itu.

"Kami duluan Tomioka-san, terimakasih sudah membantuku tadi." Pamit Kanae lalu beranjak pergi. Sepuluh detik berlalu, tatapan Giyu masih belum teralih dari kedua kakak beradik itu.

Sepanjang perjalanan pulang, diam-diam Shinobu masih merenungkan ucapan Giyu beberapa menit lalu.

Bohong jika Shinobu merasa biasa saja, saat Giyu berkata jika pemuda itu seperti pernah bertemu dengannya. Shinobu semakin yakin, bahwa bukan hanya dirinya yang merasakan hal aneh belakang ini. Tapi pemuda itu juga merasakan hal yang sama.

Seolah beberapa kepingan puzzle yang terurai, mulai tersusun satu persatu sehingga menjadi utuh. Shinobu merasa ada rahasia besar yang harus ia pecahkan. Mungkin Giyu bisa membantunya menyelesaikan semua teka-teki ini. Agar ingatan aneh yang tidak jelas darimana asalnya bisa berhenti menghantui.


Pekan ujian akhir semester tiba lebih cepat dari perkiraan Shinobu. Sebenarnya tidak ada yang berubah dari jadwal normal, hanya saja Shinobu merasa waktu enam bulan ini berlalu sesingkat hembusan angin musim semi.

Shinobu melangkah pelan menyusuri koridor kampus, dengan mengenakan jas lab yang masih melekat ditubuhnya. Mata kuliahnya hari ini cukup lenggang, hanya diisi dengan praktikum saja.

Tujuannya ingin mengobservasi buku-buku materi di perpustakaan sekaligus sebagai pelajaran tambahan untuk ujian besok.

"Hallo, Shinobu-chan." Tidak jarang ia berpapasan dengan teman-teman seangkatan yang ia temui di koridor.

Apa Tomioka-san masih merasakan hal yang sama denganku?

Pikiran itu tiba-tiba saja terlintas dibenak Shinobu setelah keheningan panjang selama perjalanan.

Tepatnya enam bulan lalu, saat awal perkuliahan baru saja di mulai. Namun sampai sekarang bayang-bayang siluent pemuda misterius itu tidak juga hilang. Justru makin menghantuinya tiap waktu dengan frekuensi acak.

Shinobu menghela napas, ia bertekad untuk segera membicarakan hal ini kepada Giyu. Mungkin saja jika berkerja sama, akan mendapatkan penyelesaian yang lebih baik. 'Bukan?


A/N : Hallo, Selamat malam. Saya sangat terkesan bisa menulis untuk pertama kali di Fandom ini.

Dalam menulis Fic ini saya berkolaborasi dengan teman saya Haruko3349.

Kami ingin ikut meramaikan event giyushino, salah satu OTP tercinta kami yang selalu membuat kadar gula naik, lalu berubah menjadi dipenuhi air mata karena rasa sakit. Ya, kami memang terlalu maso, wkwkwk. Anyway, semoga bisa menghibur ~

Awalnya kami berniat membuat menjadi Oneshot, namun karena terlalu panjang kami memutuskan untuk membuat multichapter.

Jika ada kritik, saran atau masukan sangat diterima. Apabila mau sekedar mampir membaca dipersilahkan dengan senang hati ~

Salam hangat, Peony autumn and Haruko3349.