Kuoh, Jepang.

Remaja berambut coklat itu berlari dari kejaraan anggota klub kendo yang bernafsu dengannya. Bernafsu membunuh maksudnya.

Jarak mereka sudah semakin menipis, dalam hati ia mengutuk dua temannya yang mengatakan sejoli, sehidup semati namun kini meninggalkannya.

"Woooaaaaaa!!! Aku masih ingin hidup!!!" ia berteriak kesetanan sembari berlari diikuti shinigami dibelakang nya.

Naruto Masashi Kishimoto

High School DxD Ichie Ishibumi

Harry Potter J.K Rowling

A Bond

"Naruto" bicara biasa.

'Naruto' bicara batin.

/Naruto\ bicara bijuu/monser.

Naruto jutsu/sihir.

Naruto flashback.

Mengusap benjol di pipinya. Issei berjalan pulang dengan lesu. Sungguh sial nasibnya hari ini. Padahal ia tidak kebagian jatah mengintip tapi ia yang menanggung dosa kedua temannya.

'Emang brengsek tuh dua orang.' ia merutuk sekian kali.

"A-anoo..." sebuah suara lembut membuatnya menoleh, membuatnya tertegun.

Didepannya saat ini berdiri seorang gadis cantik berambut hitam panjang.

"Etto..." gadis itu sepertinya gugup untuk menyelesaikan bicara nya.

"Aa.. Apa ada hal yang kau inginkan?" Issei memberanikan dirinya untuk bertanya.

"Aa, sebenarnya ada. Aku- aku menyukaimu! Jadilah pacarku!"

"He?" wajah bodohnya terpampang jelas.

"A-aku sering memperhatikanmu, aku menyukaimu, kumohon jadilah pacarku!" gadis itu menunduk menyembunyikan wajahnya yang memerah.

"Anoo... Kau siapa?" Issei senang ada yang menyukainya apalagi mau menjadi pacarnya ia hampir melompat kegirangan kalau saja ia tidak harus menjaga image nya, tapi ditembak oleh orang yang tidak kau kenali? Yang benar saja! Ia kesulitan untuk memanggil namanya karena dari tadi gadis itu belum mengenalkan diri kuso'.

"Ah, Sumimasen watashi wa Amano Yuma desu."

"Ah, Hyoudo Issei."

Gadia itu mengangguk. "Jadi?" gadis itu atau Yuma bertanya sekali lagi.

Issei tersenyum namun gadis itu tidak tau senyum apa yang terkandung di wajahnya itu.

"Aa! Tentu saja aku mau Yuma-chan."

Yuma tersenyum lebar. "Arigatou, Issei-kun" ia memamerkan senyum termanisnya.

Seringaian lebar dan wajah sombong itu tidak lepas dari wajah Issei sepanjang hari.

Setelah memperkenalkan, atau lebih tepatnya memamerkan pacar baru nya pada patnernya si duo mesum itu ia tidak melepaskan wajah sombongnya.

Hal itu membuatnya dikutuk oleh dua temannya yang dianggap angin lalu oleh remaja berambut coklat itu.

Besok minggu ia akan berkenan dengan pacar barunya.

Ia harus bersiap tidur cepat hari ini. Ia sungguh tidak sabar akan kencannya besok.

Issei juga senang saat membaca surat dari sahabatnya. Mereka akan berkumpul lagi.

Hari-harinya akan lebih menyenangkan, seperti dulu. Dengan senyum ia menutup matanya.

Hari ini sangat menyenangkan, bagi Issei, Yuma pacar barunya sungguh manis, ingin rasanya dia mengurung nya dalam kamarnya, muehehehehehe.

"Issei-kun." panggilan dari Yuma menyadarkan lamunan mesumnya.

"Ya?" respon Issei sepertinya belum sepenuhnya sadar.

"Aa..." wajah Yuma memerah entah kenapa.

Issei tersenyum dan meraih tangan kekasihnya itu. "Aku ingin mengajakmu keempat terakhir kita berkenan hari ini. Apa kau mau?" Tanya Issei dengan senyum lebar.

"Ah, souka, tentu saja Issei-kun aku mau." jawaban Yuma menambah lebar senyumnya.

"Yosh! Ayo." Issei menarik lembut tangan kekasihnya.

Sungguh, rasa amarah di dalam hati gadis Amano Yuma itu sudah tidak terbendung lagi.

Amano Yuma bukanlah seorang manusia, ia adalah malaikat yang jatuh dari surga. -sakit dong-

Amano Yuma adalah nama samarannya, nama aslinya adalah Rayner.

Dan saat ini Rayner harus terjebak dengan manusia rendahan bernama Hyodou Issei, yang dengan kurang ajarnya mengajaknya ke Love Hotel. Sekali lagi dia LOVE HOTEL!

Demi kolor Gubernur Azazel yang mesum ia bersumpah akan mencincang pemuda itu.

Diluar ia memasang senyum kaku nya. Ia masih berdiri, sedangkan Issei sudah berbaring nyaman di kasur yang empuk.

"Yuma-chan." Issei memanggil dengan nada menggoda, sebelah tangannya ia gunakan menyanggah tubuhnya sedangkan satunya menepuk sebelahnya mengisyaratkan agar kekasihnya untuk duduk disebelahnya.

"Kau!-" ini salah seharusnya ia tidak menuruti pemuda itu, ia seharusnya menuju tempat yang sudah ia siapkan untuk membunuh manusia ini sebelumnya.

Rayner lengah, sebelumnya ia memang tau semesum apa remaja didepannya ini, tapi ia tidak berpikir Issei berani mengajaknya ke hotel seperti ini, karena seharian ini Issei tidak menunjukkan sifat mesum ya itu. Tapi lihat sekarang, pemuda itu terang-terangan menggodanya.

Sudah diputuskan! Rayner akan membunuhnya disini, sekarang juga!

Perlahan ia membuat Kekkai secara tersembunyi, sebelum melangkah mendekati pemuda itu dengan senyum.

"Ne, Issei-kun." panggilnya pelan.

"Nani, Yuma-chan?" Issei menyaut dengan senyum lebar hidungnya kembang kempis. Mulai sange, akibat memikirkan yang iya-iya dengan kekasihnya sebentar lagi.

"Kau harus mati sekarang." ujar Rayner pelan.

"Eh? Apa maksudmu Yuma-chan?"

Tidak menjawab pertanyaan itu, Rayner melepas penyamarannya.

Wussshh.

Penampilannya berubah. Sepasang sayap dipunggungnya membentang. Mata Issei melebar melihatnya, sesekali ia menggosok kedua matanya mungkin ia merasa bermimpi.

Rayner menyeringai melihat kebingungan Issei. Remaja itu bangun dari kasur, dengan takut-takut mundur perlahan sebelum terhenti karena udah mentok tembok.

"Kencan kita sangat menyenangkan, Issei-kun, sayang sekali kau harus mati sekarang ditanganku."

Tubuh Issei gemetaran.

"Kau manusia hina, berani mengajakku ketempat hina ini." sebuah cahaya terlihat ditangan Rayner, membentuk sebuah tombak.

"Aku akan membunuhmu, lalu akan ku cincang tubuhmu." Rayner tertawa keras saat memikirkan rencana itu terlaksana.

"Jangan salahkan aku Issei-kun, salahkan tuhan karena menempatkan Sacred Gear ditubuhmu." Rayner merasa puas saat remaja mesum itu terdiam dalam kebingungannya saat ini.

"Matilah!!" Cahaya berbentuk tombak itu meluncur ke Issei yang masih terdiam.

Mata Rayner membelalak melihat tombak cahaya itu pecah menjadi berkeping-keping menjadi serpihan lalu menghilang.

Sedangkan si pemecah menundukkan kepalanya menyembunyikan seringai an berbahaya.

"Yah, Yuma-chan, kau membuatku kecewa." nada suara itu berbeda dari biasa yang ia dengar.

"Kau! Bagaimana mungkin!"

"Yuma-chan kenapa kau terkejut seperti itu?" Issei bertanya dengan nada meremehkan.

"Kisama!" Rayner membuat tombak cahaya lagi dan melesat ke arah Issei sekali lagi.

Namun dalam waktu itu Issei menghilang dari tempatnya dan muncul disampingnya dengan seringai, yang entah kenapa membuat malaikat jatuh itu sedikit bergidik takut.

"Seharusnya kau tetap menjadi kekasih yang manis Yuma- iie Rayner-chan, kalau saja kau mau tidur denganku mungkin aku bisa membiarkan mu hidup lebih lama." Issei menyentuh pipi malaikat jatuh itu.

Rayne menepis tangan itu dan terbang menjauh. "Kau tau- bagaimana mungkin!" Rayner berseru marah dan tidak terima.

Seharusnya Issei tidak tau apa-apa tentang dunia supranatural. Selama dia menyelidiki remaja mesum itu ia tidak pernah bersinggungan dengan dunia supranatural.

Tapi bagaimana mungkin ia terlihat tau semuanya bahkan namanya.

"Ckckck." telunjuk Issei bergoyang. "Yuma- ah bukan Rayner-chan kau terlalu meremehkan ku." Issei berkaca pinggang.

Rayner mengerti Issei mengetahui tentang dunia supranatural, tapi bukan berarti dia bisa mengalahkan seorang malaikat jatuh.

Dengan cepat tombak cahaya terbentuk ditangannya dan kembali melesat ke arah Issei.

Melihat hal itu Issei tidak bergeming cukup dengan memiringkan badannya untuk menghindari tombak itu, bukan hal sulit.

Dalam pandangannya lesatan tombak itu sangat lambat.

Rayner kembali terkejut. Namun dia tidak putus asa dan membuat beberapa tombak cahaya lain dan kembali melesatkannya ke arah Issei.

"Kau tidak pernah belajar ya." Issei mengangkat tangan kirinya tak lama kemudian cahaya merah menyelimuti tangan itu dan sebuah sarung tangan berwarna merah muncul dengan mata hijau.

Wajah Rayner memutih entah kenapa ia melihat monster di belakang Issei, mata Issei menajam, mengintimidasi lawannya dengan mengeluarkan sedikit kekuatannya.

"Kalau kau ingin mati, akan ku kabulkan itu. Hai Malaikat jatuh yang malang." tangan kiri Issei terlapisi energi merah lalu melesat ke arah Rayner.

Rayner yang malang.

Tubuhnya memudar setelah terkena serangan Issei dengan telak, meninggalkan beberapa helai burung merpati hitam.

Issei bergumam, Sarung tangan itu menghilang dari tangannya, lalu ia merogoh kertas yang diberikan oleh seorang wanita saat ia menunggu Rayner tadi.

"Ck, Iblis sialan." ia meremas kertas itu dan membuangnya, kemudian ia berjalan keluar dari hotel dan pulang.

"Kemana Malaikat jatuh itu. Kenapa Hyodou Issei keluar sendiri?" Iblis berambut merah itu bertanya heran.

"Sepertinya ada sesuatu di dalam sana Buchou." suara sang wakil terdengar disebelahnya.

"Ya kau benar Akeno. Koneko tetap awasi dia."

"Ha'i Buchou." Koneko mengangguk patuh.

Dwi