Standard Disclaimer Applied

Gadis itu, bahagia.

Sasuke, Sakura, dan sebuah undangan pernikahan yang tak diharapkan/ "Aku masih ingin melihatmu makan."

.

.

Warn : weirdo af. DLDR!


Sasuke Uchiha terpaku di tempatnya berdiri, mantan kekasih yang selalu menghindar setiap ingin ditemuinya itu kini berdiri di hadapannya.

"Sakura?"

Gadis itu bergeming, ekspresinya yang biasanya selalu ceria dan ekspresif kini terlihat kosong. Tidak sedih dan juga tidak bahagia.

"Sakura," panggil Sasuke kembali, melangkah lebih dekat dengan pandangan yang kacau, "aku salah, aku sadar sekarang, alasan kenapa hubungan kita bisa bertahan sejauh ini adalah karena dirimu, kau yang selalu bertahan untukku. Aku sungguh menyesal."

Sakura bergeming tak memberi jawaban apapun. Tangan mungilnya mengulurkan satu undangan persegi panjang berwarna emas berpadu pink rose gold ke arah Sasuke. Di sana tertulis dengan jelas dalam tinta emas yang menarik atensi, dua nama insan yang menjadi tonggak acara, Naruto Uzumaki, dan juga Sakura Haruno.

"Ka- kau ... akan menikah?" Suara Sasuke yang biasanya tajam dan mengintimidasi, untuk saat ini terdengar kacau dan parau.

"Ya." Sakura menjawab dengan eskpresinya yang kosong, wajah cantiknya mencerminkan ada aliran kehidupan di dalamnya, tapi ekspresinya tak lebih dari orang mati. Dingin dan kaku. Tidak lemah, tidak juga mengintimidasi.

"Tidak adakah kesempatan untukku?" Sasuke melangkah mendekat, dengan tiba-tiba mencengkeram kedua bahu mungil Sakura.

Namun, gadis itu masih terlihat kosong, tidak berekspresi sakit atau sebagainya. Pandangannya malah bergulir pada netra kelam yang justru penuh dengan emosi bercampur aduk di dalamnya.

Sakura menelengkan kepala menatap Sasuke, "Jangan berkata seperti itu, aku tidak mau membunuhmu."

Hening, Sasuke terkesiap dan terlihat bingung, "Apa ... maksudmu?"

"Dulu kau pernah mengatakan, jika ada hari dimana kau memohon kembali padaku, maka lebih baik aku membunuhmu, karena kau tak akan sudi melihat dirimu sendiri melakukan itu."

Kembali hening, rasionalitas Sasuke terguncang dengan keras, sel memori dalam otaknya bekerja lebih cepat dari keinginannya, memutar kembali ingatan saat kalimat itu memang terlontar dari bibirnya. Mau menyesalinya pun, hal itu tak bisa menolongnya saat ini.

"Aku permisi." Sakura berbalik dan melepas cengkeraman Sasuke pada pundaknya saat ia merasa tidak ada hal lain yang akan dikatakan lagi.

"Tunggu!" Satu seruan diteriakkan Sasuke dalam suara paraunya, tangan besarnya menarik tangan mungil Sakura untuk memaksanya berbalik.

"Tidakkah kau sangat mencintaiku?" Sasuke kembali berujar dengan deru napas yang memburu, "dulu kau bilang kau sangat mencintaiku kan? Iya ... kan? Tidakkah kau masih memiliki sedikit rasa itu di hatimu?"

Hening.

"Pernah." Sakura akhirnya menjawab, tidak menolak ataupun mengiyakan, ia hanya berbicara fakta. Jika ditanya apakah ia mencintai Sasuke Uchiha? Maka jawaban yang paling tepat adalah ... pernah.

Sasuke terduduk lemas di depan kaki jenjang Sakura, untuk kesekian kalinya, gadis yang dulu berusaha disingkirkannya kini kembali membuatnya tak berdaya entah untuk yang keberapa kali, Sasuke sungguh tak pernah merasa seputus asa ini.

"Sekali saja." Sasuke mendongak untuk bertatapan dengan mata indah yang pernah ditolaknya, yang mana itu adalah hal terbodoh yang pernah ia lakukan.

"..." Sakura tidak memberikan respon apapun, tapi ia membiarkan Sasuke melanjutkan perkataannya

"Bisakah kau tersenyum lagi padaku? Satu kali sa--"

"Tidak. Aku sudah tidak punya jika itu untukmu." Sakura menyela cepat tanpa berpikir dua kali.

Tes!

Dan tanpa sadar, satu air mata lolos dari netra kelam Sasuke, pria Uchiha yang biasanya paling benci menjadi lemah itu akhirnya menangis karena hal bodoh namun luar biasa bernama cinta.

"Tapi, kalau kau memang ingin melihatku tersenyum..." Sakura kembali berujar melanjutkan, membuat Sasuke menatapnya dengan pandangan penuh harap.

"A- ah ... ya?"

"Hm, kalau kau memang ingin, maka datanglah ke pernikahanku dengan Naruto, aku akan tersenyum paling bahagia di sana."

Dan untuk yang kesekian kalinya, dunia Sasuke kembali hancur begitu saja, batinnya menolak rasionalitas yang terjadi, "Ha ... haha ... hahaha ... tidak ... kau tersenyum karena harus berpura-pura bahagia di depan para tamu, iya kan?"

"Tidak, aku bahagia karena bisa terlepas dari dirimu sepenuhnya."

Sasuke terdiam, dunianya tidak lagi runtuh, tapi memang sudah tidak ada lagi. Dunianya sudah meninggalkannya, Sakura sudah bukan miliknya.

Dan setelah memastikan kalau memang tidak ada lagi yang ingin dikatakan, Sakura berbalik begitu saja untuk pergi meninggalkan apartemen Sasuke, tempat yang pernah menjadi favoritnya, dulu.

Saat tangan lentik gadis kembang gula itu akan meraih kenop pintu, ia terhenti sesaat, terdiam, lalu kembali berujar tanpa berbalik, "Kau tahu Sasuke, hari dimana kau pulang dalam keadaan setengah mabuk lalu menciumku, hari itu aku sangat senang, jantungku berdegup sangat kencang. Hari itu, aku mengatakan pada diriku sendiri, ini adalah sebuah kisah cinta, cinta pertamaku, dan walau mungkin nanti tidak berakhir baik, aku akan tetap bahagia."

Sasuke tergugu di tempatnya, memandang sulit ke arah punggung mungil yang hanya berjarak beberapa meter namun tak bisa tergapai seberapa pun ia ingin meraihnya. Alis hitamnya bertautan antara tidak mengerti, frustasi, dan juga putus asa. Ia tediam, membiarkan Sakura kembali melanjutkan perkataannya.

"Aku rasa hari itu aku benar, pada akhirnya kisah ini memang tidak berakhir baik, tapi aku tetap bahagia ... karena ... ada Naruto di sepanjang jalanku mulai saat ini, karena yang akan aku lihat sepanjang sisa hidupku nanti adalah Naruto, bukan dirimu lagi."

Hancur. Hancur sudah. Sasuke tidak yakin bagaimana paru-parunya masih bisa berfungsi setelah semua ini, karena ia rasa otaknya sudah menyerah akan tugasnya untuk berpikir. Dan akhirnya, satu air mata yang menghancurkan keangkuhannya kembali jatuh.

"Tapi Sasuke ..." Suara Sakura kembali mengudara, saat ini pikiran Sasuke sudah menyerah untuk memikirkan kalimat apa yang akan dilontarkan gadis itu, karena ia jujur saja takut akan fakta menyakitkan lainnya. Tapi sayangnya, telinganya mengkhianati dirinya, telinganya membiarkan suara gadis itu kembali memasuki indra pendengaran.

"Hm, tapi Sasuke ... hanya karena kau kehilanganku sebagai Sakura-mu, bukan berarti aku berubah menjadi musuhmu. Aku lebih besar dari itu. Aku tetap ingin melihatmu makan, hanya saja ... tidak di mejaku."

Dan tepat saat Sakura berhasil menyelesaikan kata terakhirnya, bunyi klap pelan terdengar, pintu itu tertutup. Dan Sakura, tidak pernah berbalik lagi. Gadis itu, bahagia.

.

.

E N D


-20.07.13