Standard Disclaimer Applied
Change My Mind
Jadi, apakah kita teman atau lebih? Aku tidak yakin saat akan melangkah menuju pintu, tapi sayang, jika kau ingin aku tinggal malam ini, aku akan merubah pikiranku.
.
.
The end of the night, we should say goodbye ...
But we carry on, while everyone's gone ...
Never felt like this before. Are we friends or are we more?
.
.
Sebuah pesta besar di salah satu hotel mewah kenamaan baru saja usai, semua tamu undangan yang hadir bersiap pergi meninggalkan ballroom, ada yang langsung pulang dan ada juga yang memilih menginap di salah satu kamar hotel mengingat hari sudah mulai larut.
"Yak! Lihatlah dirimu! Bukankah kubilang jangan minum terlalu banyak?!" Seorang wanita cantik bersurai merah muda menatap kesal namun khawatir ke arah seorang pria pirang yang terlihat teler karena sedang mabuk.
"Sakura-chan ... hik ... yang sedang ... hik ... marah ... sangat cantik~" balas pria pirang bernama Naruto Uzumaki yang kini malah melempar senyum bodoh ke arah sahabat masa kecilnya.
Sakura mengepalkan tangannya kesal mendengar pernyataan ngelantur dari Naruto yang sedang mabuk, ia hampir saja menghajar sahabat kuningnya itu jika saja Karin dan Ino tidak memisahkan mereka.
"Sudahlah Sakura, biarkan dia senang-senang di pesta ulang tahunnya sendiri," celetuk Ino menahan lengan Sakua yang hampir melayangkan satu pukulan ke arah Naruto.
"Justru itu, orang gila mana yang mabuk di pestanya sendiri lalu malah memuntahi salah satu tamunya yang pamit?!" seru Sakura mengingat kejadian beberapa waktu lalu.
Menimbang kondisi Naruto yang tidak bisa menghandle penutupan karena mabuk, jadi Sakura dan beberapa teman yang lainnya lah yang menggantikan pria itu meminta maaf dan menutup acara serta menerima ucapan pamit dari para tamu yang hadir.
"Ya, ya, marahi saja dia saat bangun, saat ini biar aku menyeretnya ke kamar," ujar Karin menunjuk sepupu pirangnya yang semakin meracau, sebelum kemudian benar-benar menyeret Naruto menuju salah satu kamar di lantai 18 yang mana semua kamar di lantai itu sudah dibooking oleh Naruto sebagai fasilitas untuk teman-temannya yang masih ingin bermain-main dulu atau menginap.
"Yah, baiklah, malam ini aku tidur denganmu saja ya Ino, aku belum ambil kamar tadi," ujar Sakura menoleh ke arah Ino.
"Tidak bisa, aku ada 'urusan' dengan Sai," tunjuk Ino pada seorang pria pucat yang berdiri tidak jauh dari mereka.
Sai melempar senyum menyebalkan khasnya pada Sakura, pria itu masih terlihat sober, sepertinya Ino mengancamnya agar tidak terlalu mabuk.
"Lebih baik kau urus saja, Sasuke," lanjut Ino menunjuk seorang pria bersurai gelap yang tengah menundukkan kepala di salah satu meja. Beberapa orang lain di sekitarnya seperti Kiba dkk tengah asik bermain kartu dan melanjutkan menikmati hidangan yang tersisa.
Ah, Sakura hampir lupa, tadi Naruto dengan bodohnya menantang Sasuke adu minum, dan walau pria Uchiha itu punya toleransi tinggi terhadapa alkohol, pasti tetap saja terasa berat jika harus minum sebanyak itu.
"Yah, baiklah, apa Sasuke sudah ambil kamar tadi?"
"Sudah, kalau tidak salah nomor 1827, di sebelah kamar kami."
"Hm, kalau begitu kau duluan saja," jawab Sakura melangkah ke meja Sasuke untuk memapah pria itu ke kamar.
Ino mengangguk dan berlalu pergi bersama Sai menuju kamar mereka. Meninggalkan Sakura yang mulai memapah Sasuke menyusuri koridor menuju kamar yang kata Ino di pilih Sasuke tadi.
Tangal mungil Sakura meraba sisi celana Sasuke, mencari kartu pintu dan saat ia mencoba memasukkan ke dalam sensornya, pintu kamar di depannya benar-benar terbuka. Syukurlah ia tak perlu mencoba satu persatu jika seandainya tak cocok.
Bruk!
Sakura menjatuhkan tubuh berisi milik Sasuke ke atas ranjang king size yang tersedia di kamar itu. Tangan mungilnya menuju area sepatu salah satu sahabat sejak kecilnya selain Naruto, melepas kedua alas kaki dari kaki sang prodigy Uchiha agar pria itu bisa tidur dengan lebih nyaman.
Setelah meletakkan sepatu Sasuke ke sisi bawah ranjang, Sakura menarik selimut tebal berwarna putih itu untuk menutupi tubuh Sasuke yang sedikit berkeringat. Iris gioknya tanpa sengaja beradu tatap dengan iris onyx Sasuke yang terlihat sayu namun tetap memberikan kesan tajam yang mengintimidasi.
Sakura tersenyum simpul lalu menepuk bahu Sasuke pelan, "Tidurlah Sasuke-kun, aku akan memesan kamar lain."
Tak ada respon apapun dari Sasuke, pria itu hanya terdiam memandang Sakura yang perlahan mulai melangkah menuju pintu kamar untuk keluar entah kemana.
.
.
As I'm walking towards the door. I'm not sure ...
But baby if you say you want me to stay, I'll change my mind ...
'Cause I don't wanna know I'm walking away
If you'll be mine, won't go, won't go
So baby if you say you want me to stay, Stay for the night ...
I'll change my mind
.
.
Sakura menyentuh kenop pintu, sejujurnya ia pun tidak yakin untuk pergi, mungkin jika Sasuke mengatakan pria itu ingin Sakura tinggal malam ini, Sakura tentu akan merubah pikirannya.
Jika saja Sasuke miliknya, tentu saja ia tidak akan pergi. Tapi status mereka saat ini sangatlah abu-abu, apa mereka seorang teman atau lebih? Jika dibilang lebih, sayangnya antara Sasuke maupun Sakura, tidak ada status jelas yang mengikat. Tapi, jika dibilang hanya teman, setelah beberapa kali malam panas yang pernah mereka lalui, apa mereka masih bisa disebut dalam zona teman?
Are we friends or are we more?
Sakura sangat ingin kejelasan dari pertanyaan itu, Sasuke selalu saja menghalanginya jika ia dekat dengan pria lain, tapi saat ditanya hubungan mereka, Sasuke hanya mengatakan teman. Tapi, teman tidak melakukan apa yang mereka lakukan kan? Entahlah, Sakura sendiri merasa tidak bisa memahami jalan pikiran Sasuke saat ini.
"Tunggu!" Suara serak bungsu Uchiha itu mengudara, menghentikan gerakan tangan Sakura yang baru saja akan memutar kenop pintu.
"Ada apa, Sasuke-kun?" tanya Sakura berbalik menatap Sasuke tanpa mengubah posisi berdirinya.
Sasuke terdiam beberapa saat sebelum kemudian melangkah berdiri dari tempat tidurnya, berjalan menghampiri Sakura dan menarik wanita cantik itu dalam satu gerakan cepat, menghimpitnya di antara dinding dan tubuh tinggi tegapnya sendiri.
Sakura mendongak untuk menatap wajah Sasuke yang menunduk karena lebih tinggi darinya, netra kelam pria itu menatap dalam ke arah netra emerald cerlang miliknya. Sebelum kemudian dengan tiba-tiba menjatuhkan satu ciuman panas yang berubah menjadi lumatan liar.
Walau awalnya tentu saja terkejut, Sakura dengan sigap berusaha mengimbangi permainan bibir Sasuke Uchiha, lengan mungilnya terangkat untuk mengalungkan diri di leher kokoh pria itu, sedangkan tangan besar Sasuke sendiri merambat ke arah tengkuk dan punggung Sakura, menekannya untuk lebih memperdalam ciuman mereka yang semakin memanas.
Saat pagutan liar itu terlepas karena pasukan oksigen yang menipis, benang saliva terlihat menjejak dan menghubung di antara keduanya. Iris onyx tajam milik Sasuke, bertemu pandang dengan iris emerald cerlang milik Sakura, beradu tatap dalam emosi yang beragam.
"Kau akan pergi?" Satu kalimat pertanyaan di lontarkan Sasuke.
"Ya, jadi kau bisa istirahat lebih leluasa, Sasuke-kun."
"Aku ... ingin kau tinggal malam ini."
"Hm, aku ... akan merubah pikiranku kalau begitu."
Sasuke menarik seringai tipis di sudut bibirnya. Siap menarik Sakura dalam permaianan panas lainnya malam ini. Tapi, apa status mereka? Itu tidak penting, selama Sakura jadi miliknya, itu lebih dari cukup.
.
.
But baby if you say you want me to stay, I'll change my mind ...
.
.
Malam sudah menyentuh waktu dini hari, dan sepasang insan baru saja menyelesaikan permainan panas di atas ranjang malam ini. Sang wanita menarik napas sebanyak yang ia bisa, tubuh telanjangnya sudah penuh dengan keringat walau pendingin ruangan di kamar mereka berfungsi dengan baik.
Sedangkan sang pria yang ada di atasnya, mencetak satu senyum kepuasan yang nyata, Sasuke Uchiha, pria itu, menarik penyatuan mereka dan ikut merebahkan diri di sebelah wanita cantik yang baru saja digagahinya hampir semalam penuh.
Tangan besar Sasuke kemudian menarik selimut hangat yang menutupi tubuh telanjang keduanya, menjatuhkan ciuman manis seringan kupu-kupu di pelipis Sakura dan berbisik, "Tidurlah."
Tapi baru saja sang pria Uchiha akan menyembunyikan netra kelamnya, suara Sakura yang sedikit serak karena habis berteriak semalaman mengudara, "Sasuke-kun, kita ini ... apa?"
Sasuke terdiam panjang, sebelum kemudian menghela napas dan berujar, "Teman."
Satu senyum miris terpatri di wajah cantik sang wanita khas bunga musim semi, "Oh ... ya."
Sasuke melirik Sakura lewat ekor matanya, "But ... I want you to stay."
Iris giok yang awalnya memandang kosong ke arah plavon kamar, kini balas menoleh dan beradu pandang dengan netra kelam sang pria, Sakura tersenyum singkat sebelum kemudian berbalik memunggungi Sasuke, "Whenever you want me to stay, I'll change my mind. But ... I can't promise ... I'll try my best."
Pada akhirnya Sakura tidak tahu apakah mereka teman atau lebih, pria itu bilang mereka teman, tapi teman macam apa yang melakukan hal yang mereka lakukan berulang kali? Sakura benar-benar tidak mengerti, yang ia tahu, walau ia akan pergi, jika Sasuke menginginkannya untuk tinggal, maka ia akan berubah pikiran.
.
.
So baby if you say you want me to stay ...
Stay for the night
I'll change my mind
.
.
E N D
A.N. Hahaha apa ini? Lol. Apakah ada yang berharap sequel? Kalau ada akan coba aku buat sequelnya XD.
Fict ini benar-benar terinspirasi dari lirik lagu Change My Mind by One Direction. Buat yang kejebak friend-zone atau HTS, lagu ini rekomended bgt buat nangis dan galau2an lol.
Makasih yang sudah bersedia baca cerita ini, sehat selalu yaa!
Ada yang mau sequel? Lol.
