Do You Really?

CHAPTER 5: The Relatives

Disclaimer: I DO NOT OWN ANY OF THESE THINGS! Noh, puas? Request-an-nya odol grape dan dedicated to odol hebal. Dia bilang nyang First Surprise endingnya nge-gantung. Makanya, di sini mau aku 'clear' semuanya.

The OCs are here!! Pasti para author nyang ngelamar pada bilang, "FINALLY!! Kalo dimunculin di chappie 7, gue gampar Helen!" Hehe.. -violin dipanggilnya pink-violin aja yah..?!

Do You Really?

Sasuke menarik nafas dalam-dalam. Ia baru saja keluar dari kamar ayahnya dan sekarang sedang berjalan menuju panggung, tempat dimana 'calon' mempelai atau yang enaknya, yang tunangan, berdiri.

Sasuke berhenti beberapa langkah sebelum keluar dari area 'backstage'. Ia kembali memikirkan kata-kata ayahnya. Ia kembali menarik nafas dan melangkah keluar area.

"And now.. the moment you all have been waiting for! Sasuke dan Sakura!" teriak si MC, puteeChan (rikues lewat lisan. Hohoh..).

Sakura keluar dari sebuah pintu besar dengan memakai baju yang beda dengan yang pertama. Ia sekarang memakai gaun pink sederhana dengan hiasan bunga mawar pink di kiri atas. Lengan kirinya menggelayut di lengan Sasuke.

Sasuke, masih memakai baju yang tadi. In fact, dia memakai baju sama persis seperti yang ia pakai ketika 1st Anniversary mereka beberapa hari yang lalu. Tuxedo hitam dengan kemeja putih didalamnya. Ia juga memakai dasi merah (ini mau kerja apa mau tunangan?) dan sebuah mawar putih tersemat di saku jas-nya. Fangirls-nya mungkin udah ga bisa berkata apa-apa lagi selain, "KYAAA..!! Sasuke kiyut abisss..!!!" dan "Gue kutuk si Sakura!". Tapi kayaknya ngga mungkin, secara ini private party.

Beberapa kerabat Sasuke dan Sakura juga datang. Iyalah, ini kan acara keluarga?

Sasuke dan Sakura naik ke pelataran panggung, diiringi tepuk tangan dari para tamu. Sakura sumringah. Sasuke tetep pasang tampang cool. Tapi bibirnya membentuk suatu senyuman yang transparan. Yang penting dia sudah tersenyum. Mereka kemudian duduk.

"Saatnya pergantian cincin. Mana cincinnya? Heh! Mana cincinnyaaa?!" teriak Putee sewot, diiringi sebuah teriakan dari backstage yang meneriakkan, "Iyeee.. SABAR!!". SasuSaku dan para tamu sweatdropped.

"Nah! Ini dia cincinnya," kata Putee ketika ia sudah mendapat cincinnya dan menyerahkan kedua cincin tersebut ke SasuSaku. Mereka mengambilnya. Putee turun panggung.

Semua lampu dimatikan. Hanya ada satu sorotan lampu, mengarah ke SasuSaku, yang sedang menjalani ritual pergantian cincin (weleh.. Helen ga tau ritual pertunangan tuh kaya' gimana. Biasanya cuma dilamar doang otomatis jadi tunangan kan? Yaudah, ini ritual tunangan versi baru..).

Kedua cincin sudah ditukar dan sudah ada di jari manis masing-masing. Keduanya tersenyum. Tiba-tiba semua lampu menyala dan lampu sorot dimatikan. Global warming, euy!

Baru pada saat lampu dinyalakan, para orangtua dari yang tunangan naik ke atas panggung. Hmm.. tapi kenapa cuman mami-papi-nya Sakura doang yang beda? Masa nyang lain pake tuxedo ini papi-nya Sakura pake batik? Ada keris-nya pula! Mami-nya juga, pake kebaya lagi! Ni pertunangan.. apa sunatan?

Setelah salam-salaman, cipika-cipiki, de el el, SasuSaku dibenarkan turun panggung, menemui kerabat mereka.

Sakura mengenalkan Sasuke kesemua kerabatnya yang datang.

"Sasuke, ini saudara-ku, Mayura, yang selalu aku bicarakan itu loh!" kata Sakura memperkenalkan saudaranya dengan semangat. Sasuke menatap anak berkulit putih dan tenang didepannya sesaat kemudian menjawab, "Salam kenal."

"Seterusnya, anak yang disampingnya itu, namanya -violin. Dia juga saudara-ku, anak dari adiknya ayahku," kata Sakura sambil memperkenalkan seorang lagi anak perempuan disamping Mayura. Anak itu agak lebih pendek dari Mayura tapi kalau dilihat sekilas saja, tingginya sama dengan Mayura.

Mereka kemudian pergi menuju saudara Sakura yang lainnya. Setelah SasuSaku hilang dari pandangan, -violin dan Mayura mulai ngerumpi.

"Idih! Mereka cocok banget ya!" kata Mayura memulai rumpi-rumpi-an.

"Betul tuh! Kenapa tunangannya ga' dari dulu aja sih?" tanya pink-violin.

"Denger-denger sih ya, dulunya tuh Sasuke sama sekali ga suka ama Sakura-neechan! Tapi gara-gara sesuatu.. MEREKA BISA JADIAN BO!" kata Mayura dengan semangat '45-nya.

"Wauw! Romantis abis! Eh, ayo kita bikin sinetron dari cerita super duper dung pret romantis ini!" ajak pink-violin lebih semangat. Udah kaya' Indonesia mau nyerang Pakistan aja (kapan, mba?).

"Ayo, ayo!! Kita namain-nya: Gara-gara sesuatu, mereka jadian!" usul Mayura.

"Ah! Nama apaan thu? Norak. Enakan juga ini. I Don't Love You, but I Actually Do." usul pink-violin, berharap usulnya diterima dan meniban usul Mayura sebelumnya.

"Ga! Terlalu panjang dan lebaii! Mending, A SasuSaku Story. Simpel kan?" kata Mayura.

"Ogah!"

"Harus terima! Itu yang paling bagus!"

"Punyaku yang paling bagus!"

"Punyaku!"

"Punyaku!"

"Okeh.. jangan berantem. Mending kita mikirin judulnya aja!" kata Mayura.

pink-violin diam sejenak, memikirkan perkataan saudaranya tadi. Akhirnya ia mengangguk.

"Oke deh!" kata pink-violin sambil memasang pose seperti Guy dan Rock Lee.

Ketika pink-violin dan Mayura masih mikirin soal judul, Sakura kembali mengenalkan seorang lagi saudaranya. Perempuan juga.

"Nah, Sasuke, ini Jevonda, sepupuku yang paling dekat. Biasa dipanggil Onda. Anaknya pintar loh!" kata Sakura sambil mengenalkan saudaranya, Onda, yang hari itu rambut 50 sentimeter-nya dikepang 1 (biasanya juga kok). Onda mengulurkan tangan untuk menyalami Sasuke. Sasuke menyambutnya.

"Selamat atas pertunangannya," kata Onda memberi selamat dengan datar. Tangan kirinya memegang sepiring besar siomay.

"Terima kasih," jawab Sasuke singkat.

"Lo tinggal sama siapa di rumah?" tanya Onda.

Sasuke agak bingung dengan pertanyaan Onda, tapi dijawabnya juga. "Ibu, ayah, sama aniki gue. Kenapa?"

"Mau membandingkan aja," jawab Onda sambil melahap satu tusuk sate.

"Membandingkan?"

Onda menelan satenya, lalu berbicara. "Iya. Gue tinggal bareng mama gue, papa gue, adik laki-laki gue, 2 eyang gue dan 1 anjing gue," kata Onda.

"Anjing? Oh, lo punya anjing?" tanya Sasuke. Ia kelihatannya tertarik.

"Iya. Satu. Jenis chow-chow rada-rada campur kampung juga sih.." kata Onda sambil mengambil sepiring kecil siomay.

"Oh ya? Siapa namanya?" tanya Sasuke antusias. Sepertinya jiwa Inuzuka Kiba sudah mengganti jiwa seorang Uchiha Sasuke.

"Namanya? Inem," jawab Onda enteng.

SIIING..

Sasuke diam. Inem?

"Inem?"

Onda mengangguk.

"Inem???????" tanya Sasuke dalam hati. "Anjing kok dikasi nama 'INEM'? Anjing.. keren gitu lha wong dikasi nama.. Spyke ato apalah gitu.. Lha ini 'INEM'?" Sasuke semakin bertanya-tanya. Kenapa anjing dikasi nama Inem? Inem kan Pelayan Seksoy?

"Yang ngasi nama eyang gue, jadi jangan protes," kata Onda. Ia menusuk-nusuk sebuah kentang.

"Oooh.. Hahaha.. Begitu toh.." Sasuke tertawa garing. Kalo ada bunyinya, pasti Sasuke ketawanya, "Haha.. KRIUK.. Haha.. KRAUK..". -oke, ga jelas-.

"Howo-howong, haiyong keyeme feheme kehe hemehe?" tanya Onda dengan mulut penuh siomay. Sasuke menaikkan satu alisnya.

"Maksud?" tanya Sasuke bingung.

"Dia bilang, "Ngomong-ngomong, kalian ketemu pertama kali gimana?"," kata Sakura tapi pandangannya tidak mengarah ke Onda ataupun ke Sasuke. Ia sedang celingak-celinguk mencari sesuatu atu seseorang..

"Sakura hebat ya.. Ngga usah ngeliat muka Onda udah bisa menterjemahkan bahasa planetnya.." batin Sasuke. "Pertama kali kami ketemu? Itu, dulu tuh kami satu tim waktu di akademi.."

Setelah menceritakan panjang lebar bagaimana Sasuke bisa bertemu Sakura dan kemudian pergi ke beberapa saudara Sakura yang lain, SasuSaku pergi ke suatu sudut ruangan.

"Jadi, Sasuke.. mana saudara-saudara-mu?" tanya Sakura, sedikit berharap ia akan dikenalkan ke saudara-saudara Sasuke.

"Itu, itu, itu, dan masih banyak yang lain. Ayo, kuperkenalkan mereka padamu," kata Sasuke sambil mengulurkan tangannya supaya Sakura bisa menggandengnya. Sakura mengambil tangan Sasuke dan berjalan menuju seorang anak perempuan yang 'diduga' adalah saudara Sasuke.

Saat SasuSaku tiba, anak itu sedang clingak-clinguk ke kanan dan ke kiri. Didepannya tersedia berbagai buffet. Setelah dirasa cukup aman, anak itu kemudian membuka salah satu tutup buffet dan mengambil satu buah daging.

"Kau tahu kan ini belum boleh dimakan sekarang?" tanya Sasuke dari belakang anak itu dengan 'sedikit' hawa neraka tingkat 4. Anak perempuan itu kaget dan berbalik.

"Nii..nii-san.. Halo! Ma..maksudku.. maafkan aku!" kata anak itu sambil menunduk sedalam-dalamnya (sampai membelah bumi dan menuju pusat bumi.. lebaii).

"Sasuke, sudahlah. Hai, namamu siapa?" tanya Sakura.

"Da-dani.." jawab anak itu, agak shock setelah kena 'marah' Sasuke.

"Oh.. Dani, ya? Kau kan perempuan, bukannya Dani itu nama laki-laki ya?" tanya Sakura.

"Ada aja cewek namanya Dani!" jawab Dani sedikit protes.

"Iya, iya, maaf.. Ngomong-ngomong, tadi kamu ngapain nyuri-nyuri buffet?" tanya Sakura.

"Laper.."

"Haha! Laper mulu lo! Makanya, kalo mau pergi tuh makan dulu, jangan main basket mulu!" kata Sasuke sambil mengacak-ngacak rambut keriting Dani. Dani menghindar.

"Idih! Gue kan bukan anak kecil lagi!" kata Dani jengkel.

"Iyakah?" tanya Sasuke dengan sedikit nada menyindir.

"Setiap ketemu selalu berantem?" tanya Sakura.

"IYA!" kata-teriak Sasuke dan Dani bersamaan. Sakura sweatdropped.

"Gue bilangin papa lo, baru tau rasa lo!" ancam Sasuke.

"Yee.. nii-san anak kecil! Cuman bisanya ngadu doang!" balas Dani.

NYUT! Satu kerutan didahi Sasuke muncul.

"Ape lo bilang?"

"Anak kecil!"

"Ulangin?"

"Anak kecil! Wee..!" ejek Dani.

"Okeh!" kata Sasuke kemudian ia bersiap menyerang Dani ketika seseorang menangkap lengannya.

"Sasu.. mana sodara-mu yang lain?" tanya Sakura dengan suara mendayu-dayu.

"Enta.. lo lagi nyanyi?" tanya Sasuke bingung.

"Mana sodara lo yang lain?!" tanya Sakura agak membentak dengan muka menyeramkan.

"I-itu.." jawab Sasuke takut. Sasu.. kok engkau jadi lunak ama Sakura begini sih? Biasanya malah Sakura yang lunak (emang ayam tulang lunak?).

"Kemon! Nah, Dani, kami kesana dulu ya!"

Sasuke nurut aja. Di perjalanan menuju saudara Sasuke yang lain, Sasuke melihat Naruto, yang mungkin udah sadar karena perkataan Sasuke awal-awal tadi, sedang dekat-dekat Hinata. Hinata malu-malu tapi tampaknya menikmati (heh?). Langka soalnya.

Melihat Naruto, Sasuke jadi ingat dulu-dulu waktu dia PDKT secara tidak langsung dengan Sakura. Sebenarnya yang PDKT itu Sakura, tapi Sasuke juga ikut terpancing untuk PDKT. Begitulah..

Sasuke menoleh pada Sakura, yang sedang berjalan didepannya. Sebuah pikiran lain mulai berkecamuk di pikirannya.

"Sakura.. bagaimana perasaanmu kalau tau ternyata aku TIDAK SUKA PADAMU?" pikir Sasuke dalam diam. Sasuke masih suka Sakura, tentu saja. Dan ia ingin selamanya seperti itu. Tapi ternyata perasaannya tidak ingin ikutan. Sekarang otak Sasuke sudah berbentuk persegi panjang dan ingin rasanya dia mencocol otaknya dengan sambal sesudah dibakar (itu namanya mah otak-otak atuh!).

"Ng? Ada apa, Sasuke?" tanya Sakura, membuat Sasuke kembali ke dunia nyata.

"Eh.. ngga apa-apa kok.." kata Sasuke. Ia tidak ingin Sakura tahu tentang semua pikirannya, mau itu yang udah ia curhatin ke ayahnya, atau yang baru saja datang tadi.

Sakura tersenyum, lega karena Sasuke tidak apa-apa. Akhir-akhir ini lagak Sasuke memang agak aneh kalau di dekatnya ada Sakura. Biasanya dia salting tapi hanya itu. Sekarang, ia salting dan langsung menjauhkan diri dari Sakura. Sakura agak khawatir dengan itu.

"Itu sodaraku yang.." Kalimat Sasuke terpotong oleh seseorang yang berteriak nyaring.

"HEEE..!! SASUKE-NIISAN!!" teriak orang itu. Sasuke dan Sakura refleks berbalik.

"Ada disini rupanya! Kucari-cari kemana-mana juga!" ujar seorang anak perempuan yang datang menghampiri SasuSaku.

"Ah? Koguri.. bukannya kau tadi ke atas panggung ya?" tanya Sasuke dengan polosnya.

"Salah liat kali, niisan! Orang waktu tadi aku lagi makan kok!" ujar Koguri.

"Ini anak.. sama aja kaya' Dani.." bisik Sasuke. "Oh ya, Sakura, ini Koguri, sepupuku yang cerewet itu," kata Sasuke memperkenalkan sosok berambut ikal coklat tua di depannya pada Sakura.

"Oh, jadi kamu ya Koguri? Yang pernah mogok makan gara-gara Sasuke lagi berantem sama aku?" tanya Sakura. Beberapa bulan yang lalu, Sasuke dan Sakura pernah berantem. Koguri, yang sangat mendukung pasangan serasi itu, langsung mengancam Sasuke agar berbaikan dengan Sakura, kalau tidak Koguri bakal mogok makan dan tak akan pernah bicara pada Sasuke sampai Sasuke baikan dengan Sakura. Tapi Sasuke menolak. Awalnya sih Sasuke kira Koguri cuma main-main. Tapi ternyata.. ENG ING ENG! Koguri benar-benar melakukannya! Ia baru berhenti saat Sasuke minta maaf pada Sakura.

"Hehe.. iya!" jawab Koguri bangga.

"Oh ya, Dilia mana? Biasanya kalian bareng.." Sasuke mempertanyakan keberadaan satu lagi adik sepupunya itu.

"Oh, itu dia lagi disana, diseret ngobrol ama bibi Mikoto," ucap Koguri sambil menunjuk Mikoto, ibu Sasuke yang sedang ngobrol dengan seorang remaja perempuan yang dari tadi hanya mengangguk sambil tertawa pasrah.

"Mau ketemu ama Dilia?" tanya Sasuke. Sakura mengangguk. Mereka lalu pergi meninggalkan Koguri.

"Heh! Jadi gue ditinggal gitu!?" serunya. Ia lalu langsung menyusul kakak sepupunya itu.

"Jadi waktu itu bibi lagi main flying-fox sama papa kamu, tapi papa kamu mau yang lebih ekstrim, makanya papa kamu nyaranin buat flying-fox di.. KABEL LISTRIK!" kata Mikoto sambil tertawa. Dilia hanya tertawa sedikit.

"Oh iya, tau ngga bahwa papa kamu itu.."

"Ibu, sudahlah. Anak kecil ngga boleh dikasi gosip. Kan hatinya masih suci," kata Sasuke yang tiba-tiba sudah sampai di tempat Mikoto dan Dilia berada.

"Sasuke-niisan!" seru Dilia. Matanya memancarkan kalimat 'terima kasih sudah mengeluarkanku dari percakapan ngga mutu ini!'.

"Ah, Sasuke. Ibu baru mau menceritakan bahwa papa Dilia itu dulu punya boneka kesukaan berbentuk buaya yang sudah bocel, eh kau datang," kata Mikoto santai. Sasuke mengangkat satu alisnya dengan tatapan 'serius lo?'.

"Ah, niisan, bisa bicara sebentar?" tanya Dilia. Tanpa menunggu persetujuan Sasuke, Dilia langsung menarik Sasuke ke tempat sepi, sementara Mikoto udah ngeloyor ngga tau kemana dan Koguri ngobrol sama Sakura.

"Apaan sih!?" tanya Sasuke, risih ditarik-tarik adik sepupunya itu.

"Uchiha Sasuke-niisan. Kenapa. Niisan. Milih. Haruno. Sakura?" tanya Dilia, sengaja di pisah-pisah.. biar mendramatisir ajah..

"Lah? Meneketeheberketekborokokok?" Sasuke malah bales nanya, ditambah borokokok blah cuih itu.

"Loh? Kok meneketeheberketekpetokpetokborokokok sih? Kenapa niisan milihnya Sakura kok dijawabnya meneketeheberketekpetokpetokborokokok?" Dilia malah tanya balik lagi.

"Kaya'nya gue ga pake petokpetok deh.."

"Yah.. niisan kan emang reinkarnasi ayam, jadi wajib pake petokpetok. Niisan coba deh kapan-kapan!" usul Dilia, yang langsung disambut jitakan di kepalanya.

"Kenapa gue milih Sakura? Mau jawaban jujur?" tanya Sasuke. Dilia melotot denga tatapan 'YA-IYALAH-JUJUR-MASA'-BOONGAN-!?'.

"Sakura tuh sebenernya cantik. Dia juga pinter banget ngelakuin pekerjaan rumah, belom lagi pengetahuannya tentang kedokteran dan segala macem. Sayang sih jidatnya selebar Benua Afrika.." ujar Sasuke sambil pasang pose mikir. Dilia sweatdrop.

"Oke!" Dilia menepuk bahu kakak sepupunya itu. "Selamat bahagia!" katanya, kemudian ia melenggang bayem menuju Koguri dan Sakura. Rambut sepunggung-nya juga ikut lenggang bayem.

"Selamat bahagia? Kaya'nya ngga ada kata ucapan 'Selamat Bahagia' deh.. Baru denger gue.." pikir Sasuke. Mana ada coba 'Selamat Bahagia'? Yang ada 'Semoga Bahagia' kali!

Sasuke mengangkat bahunya dan berjalan menuju Mikoto-Koguri-Dilia-Sakura.

"Ah, Sasuke. Kebetulan sekali. Tadi ibu baru saja menceritakan tentang kejadian pertamamu kecemplung got! Wah, waktu itu kami sekeluarga ricuh sekali. Keluar dari got, Sasuke menangis tak karuan," ucap Mikoto. Muka Sasuke memerah menahan malu.

"Ibu.."

PLOK!

Tiba-tiba, Sasuke merasa ada yang menepuk punggunya. Sasuke berbalik, mendapati seorang gadis berambut abu-abu (lebih menjurus ke silver sih) yang tangannya sedang bertengger di pundaknya.

"Setan datang..!!" seru gadis itu sambil menunjukkan muka seram, tapi Sasuke tidak bergeming sedikit pun.

"Sudah 11 tahun kau selalu mencoba menakutiku seperti itu. Dan kau tentu ingat selama 11 tahun itu aku tak pernah ketakutan oleh trik seram tradisi-mu," ujar Sasuke enteng. Gadis itu menyipitkan matanya.

"Dasar kau.. Seingatku 12 tahun deh," kata gadis itu.

"12 ya? Oh ya, kau mulai menjahiliku dari umur 5 tahun.." kata Sasuke.

"Ngomong-ngomong, selamat ya atas pertunanganmu dengan Sakura! Kalian memang serasi!" ujar gadis itu. Ia kemudian menoleh ke arah Sakura. "Selamat ya, Sakura," katanya.

"Terima kasih, Wammy," jawab Sakura. Ia kemudian berjalan mendekat pada Sasuke dan Wammy.

"Aih, aih, mesra banget..!" seru seorang anak perempuan dari belakang Wammy. Kontan semua menengok.

"Rosella, jangan bilang kalo lo masih suka iri kalo Sakura deket-deket ama Sasuke?" tanya Wammy pada gadis di belakangnya.

"Ya jangan salahin gue! Salahin hati gue!" bela Rosella.

"Iya deh iya.."

"Oh ya. ..iy.a.." Rosella mengucapkan selamat sengaja di putus-putus.

"Rose. Selamat ya! Bukan ..iy.a! Di gabung aja napa sih!?" kata Mayura yang tiba-tiba muncul.

"Loh? Mayura? Kamu kenal Rosella?" tanya Sakura.

"Iya dong. Dia kan tetanggaku. Ngga tetangga sebelahan sih. Tapi ya kenal," jawab Mayura.

"Huh, Mayu! Ditomplok monyet loh!" kata Rosella ngasal.

"Apa hubungannya?"

"Ga tau juga sih."

Kontan semuanya tertawa. Tiba-tiba Dilia teriak.

"GYAA!! Neji!!" teriaknya sambil menunjuk Neji yang lwat di depannya. Untung tempat itu lagi ribut. Coba kalo sepi. Dilia treak-treak bakal kedengeran ampe Itali.

Ternyata di belakang Neji sedang berjalan seorang anak perempuan berambut hitam panjang. Melihat Dilia yang (sepertinya) menunjuk-nunjuk dirinya, dia langsung bergaya.

"Ya? Mau minta tanda tangan artis, ya?" tanya anak itu.

"Dih, jijay lo!" seru Dilia sambil melempar sebuah bingkisan kepada anak itu. Anak itu menangkapnya.

"Oh, terima kasih sudah diberi hadiah..!" kata anak itu sambil berjalan menuju tempat dimana Sasuke dan Sakura sedang berkumpul bersama saudara mereka.

"Itu Dhien, adik sepupuku. Seumuran dengan Dilia," bisik Sasuke pada Sakura. Sakura mengangguk mengerti.

"Heh, artis ga kesampean!" panggil Koguri.

"Ape si lu!?" balas Dhien.

"Tumben lo ga pake kacamata," celetuk Wammy.

"Oho.. Gue kan baru dibeliin contact lens ama bonyok gue! Warnanya coklat. Keren deh!" kata Dhien.

"Terserah deh ape kate lu.."

"Woi, Dhien! Disini juga lo?" seru seseorang. Dhien membalikkan badannya.

"Weh, Ondy! Iya juga ya, lo kan sodara-nya Sakura.." gumam Dhien.

"Kok.. sodara kita udah konek duluan daripada kita?" tanya Sakura.

"Dhien pernah cerita kalo dia pernah sekelas ama sodara kamu. Ternyata Onda toh.." kata Sasuke.

"Hee? Onda ga pernah cerita tuh dia punya temen sodara kamu!" kata Sakura.

"Wei, Mayura! Ninggalin orang di toilet! Seenak perut aja lo!" seru sambil berlari menghampiri Mayura.

"Akh! Jadi tuh tadi gue di toilet lagi nungguin elo ya? Gomen, gue lupa berat!!" Mayura memohon-mohon maaf.

"Bodo lah. Gue ketemu sodara-nya Sasuke di toilet, yang DENGAN BAIKNYA nungguin gue!" kata .

"Sodara gue? Siapa?" tanya Sasuke ingin tau.

"Dani dong, niisan!" seru Dani dari belakang .

"Heh, elu. Sakit perut kebanyakan makan ya?" tanya Sasuke.

"Niisan tau aja.." ujar Dani sambil cengengesan.

"Jah.. Dani mah makan banyak dikit udah sakit perut! Gue dong, makan banyak kagak kenapa-napa!" kata Dilia membanggakan diri.

"Iya, sakit perutnya 3 hari lagi," celetuk Rosella.

"Aih, si pinky berbicara," balas Dilia, memandang Rosella yang hari itu penampilannya pink semua.

"Heh, yang pinky disini bukan cuma gue ya!" kata Rosella.

Dilia menoleh ke arah Sakura. Seketika ekspresinya menjadi horror.

"GYAA!! Maafkan aku, Sakura..!!!" seru Dilia sambil menarik-narik tangan Sakura.

"Ti-tidak apa-apa," jawab Sakura. Dilia masih menarik-narik tangannya. Ditambah menggoncang-goncang badannya juga.

"Sasuke-niisan! Bantu Sakura lepas dari Dilia dong! Sebagai laki-laki yang baik ya harus ngebantuin perempuan dong, apalagi perempuan itu yang mau niisan nikahin! Udah gitu kan.. HMPH!" kalimat panjang lebar Koguri terpotong karena Sasuke cepat-cepat menutup mulutnya. Koguri memang suka mengomeli Sasuke ini itu.

"Dilia, sudahlah. Sakura kan sudah memaafkanmu," kata Sasuke sambil melepas tangan Dilia dari tangan Sakura.

"Sasuke, Sakura, ganti baju sana, acara sudah hampir selesai," kata Itachi yang tiba-tiba datang.

"Lah? Kenapa harus ganti baju? Kan mereka harus pake baju itu sampe semua tamu pulang?" tanya Wammy.

"Iya sih. Cuma kali mereka risih? Risih ga pake itu?" tanya Itachi.

"Ngga kok, Itachi. Sama sekali ngga," jawab Sakura.

"Ya udah.. Tapi, Sakura. Bukan bermaksud menyinggungmu dan orang tua-mu, tapi tolong beri tau orang tua-mu untuk ganti baju ke tuxedo dan baju yang pas," kata Itachi sambil menggarus belakang kepalanya bingung.

"Memang mereka kenapa?" tanya Sakura.

"Kami semua pake tuxedo dan gaun sementara orang tua-mu pake batik, kebaya dan ada keris-nya! Yah.. ngga pas aja gitu," jawab Itachi dengan nada 'This is insane!".

"Orang tua-ku memang begitu, Itachi," kata Sakura. "Kalau kau benar-benar merestui-ku menjadi istri Sasuke, kau harus get along dengan keajaiban orang tua-ku," lanjutnya sambil tersenyum.

"Ah, baiklah," kata Itachi bingung. Ia lalu pergi meninggalkan 'gerombolan Uchiha-Haruno'.

"Ndy, si Inem gimana kabarnya?" tanya Dhien.

"Masih suka tidur," jawab Onda singkat.

"Inem? Siapa tuh?" tanya Wammy.

"Anjing gue."

SIIING..

Hening.

Inem? Anjing??

---

Aih, selesai juga chapter para OC ini. Chapter ini emang khusus OC. Itu sajalah. Oh ya, di-apdet di HARI ULANG TAHUN GEBETAN!! *kayaknya udah bilang deh ya?*

Ini adalah chapter terakhir sebelum Do You Really? HIATUS BERKEPANJANGAN! Ga tau bakal di-apdet kapan lagi..

Oke, oke, review ya!