Previous Chapter …

Naruto menarik napas pendek dan segera mengarahkan shotgun-nya ke samping kanan ketika dari sudut matanya, ia seakan telah melihat sesuatu yang bergerak cepat beberapa jauh di balik satu bangunan. Ia menyipitkan mata ketika pada akhirnya, tak melihat apapun juga selain kesunyian dan kekosongan. Mungkin yang tadi hanya imajinasinya.

Mempertahankan posisi shotgun yang teracungkan dan siap membidik, pemuda itu mengedarkan pandangan. Lagi, bayangan itu bergerak cepat dari arah kiri. Begitu cepat hingga Naruto senantiasa tak punya kesempatan untuk melihat lebih jelas sebelum bayangan itu menghilang dan meninggalkan kekosongan dan sepi. Berkali-kali terjadi—dari arah kiri, lantas kanan, dan begitu beberapa kali hingga pemuda itu merasa bingung dan begitu tegang mengarahkan shotgunnya berkali-kali ke kedua sisi.

Krak! Krak! Krak!

Naruto menoleh ke sumber suara, dan dua iris sebiru langitnya terbelalak begitu mendapati jalanan beraspal di belakang mobil mereka yang masih melaju, tampak retak. Retakan yang semakin memanjang—seakan menuju ke arah mobil tua tersebut. Semakin memanjang dan semakin mendekat.

BRAK!

Di ujung retakan, jalanan beraspal itu pecah menyemburkan tanah dan aspal yang keras ketika sesuatu muncul seakan mendobrak dari dalam tanah. Sesuatu yang berbentuk seperti laba-laba raksasa, tak kurang dari enam meter panjang dan tiga meter tingginya, muncul dari dalam tanah. Tubuhnya berwarna ungu gelap, dengan bulu-bulu dan darah hitam yang mengucur pelan dari beberapa titik di tubuhnya. Delapan kakinya berkuku tajam berwarna hitam, dan dua matanya yang berwarna keemasan.

"HISSSSSS!" monster raksasa itu mendesis keras dan nyaring, sebelum benar-benar keluar dari dalam tanah dan melompat ke arah Naruto yang masih berdiri terpaku di bagian belakang pick up yang terbuka.


-oOo-

Naruto © Masashi Kishimoto

Dark Blood © Uchiha Yuki-chan; Yukeh

Rated: M

Genre: Adventure/Action/Horror/Mystery/Suspense (campur lah serah).

Warning: Blood scene, Gore, AU, a little bit of OoC-nes, mis/typos (possible Character Death). Don't like? Click 'back' button

No material profit gained.

-oOo-


Monster laba-laba itu melompat cepat ke arah truk dengan Naruto yang masih berdiri terpaku. Dan sebelum monster itu bisa menyentuh permukaan bak belakang truk yang terbuka, truk tersebut melaju dengan begitu cepat secara tiba-tiba hingga Naruto kehilangan keseimbangan dan terjatuh di permukaan bak terbuka tempatnya berdiri semula. Naruto tak mempedulikan rasa sakit yang dirasakannya karena terjatuh duduk tiba-tiba—hanya sibuk mengarahkan pandangan terbelalaknya pada monster yang gagal melompat meraihnya dan kembali mendarat di aspal.

Binatang itu besar sekali. Mengerikan. Dan jelas membawa ancaman lebih dari monster atau zombi yang mereka temui.

Sedangkan Gaara melirik ke arah spion mobil. Pandangannya mengeras, menatap ke arah monster raksasa yang masih berada di aspal di belakang mobil yang semakin cepat ia lajukan. Terlambat sedikit saja ia bertindak tadi, bisa dipastikan monster itu benar-benar bisa menjangkau Naruto dan melukainya. Tanpa sadar pemuda itu semakin menekan gas dan mobil tua itu melaju semakin cepat—berusaha menghindar dari laba-laba raksasa yang kembali merangkak mengejar.

Sedangkan Sakura menatap tegang ke spion belakang mobil. Tanpa sadar tangannya menggenggam erat lengan Ino yang masih terpejam. Namun gadis pirang itu tidak tertidur. Hanya saja ia masih belum memiliki tenaga yang cukup untuk berkata atau berbuat lebih selain mengedipkan mata atau menggetarkan tubuhnya lirih—satu-satunya yang menjadi pertanda bahwa sama seperti yang lain, ia juga tengah merasakan teror yang baru mereka dapatkan saat ini.

"Monster apa itu?" gumam Sakura membelalakkan matanya menatap refleksi laba-laba itu dari kaca spion mobil. "Mengapa … mengapa selalu begini …"

Mengapa tidak ada satu hari pun, satu sudut pun di pulau ini, yang bisa mereka lewati tanpa perlu merasa tercekam oleh bahaya dan kematian?

Monster berbulu ungu tua bercampur darah hitam itu terus merayap mengejar. Begitu cepat. Meski Gaara sudah mengendarai mobil dengan begitu cepat, rayapan dari kedelapan kaki monster raksasa itu seakan bisa menghapus jarak antara mereka dalam waktu beberapa detik saja.

Dan Naruto masih terpaku. Detak jantung yang memburu. Menatap monster dengan ukuran besar yang mengejar mereka—begitu besar hingga menutupi pandangan Naruto dari beberapa gedung tua dan jalanan di sekitar makhluk itu.

Laba-laba itu kembali mendesis keras di antara gerimis yang rapat dan kembali melompat. Bisa dipastikan ia bisa mencapai mobil tua itu jika Gaara tidak segera dengan mendadak, membanting stir ke kiri dan memasuki gang kecil untuk menghindarinya. Begitu mendadak, hingga kepala Naruto terantuk bagian tepi bak terbuka mobil dan ia mengaduh lirih.

Di gang yang sempit itu, pick up tua itu berhenti. Gaara menghela napas cepat dan melirik ke sekitar. Gang kecil ini cukup sempit—monster itu tidak akan bisa masuk dan melaluinya dengan tubuhnya yang terlalu besar. Namun bukan berarti mereka aman—Gaara sudah melihat tadi melalui spion bagaimana laba-laba ungu itu bisa menembus permukaan bawah aspal. Bukan tidak mungkin jika kini monster itu akan melakukan hal yang sama.

"Sial, di mana monster itu?" gumam Naruto ketika ia sudah berhasil menenangkan dirinya dan kembali fokus. Ia masih terancam. Bergetar. Perasaan yang sama persis yang ia rasakan ketika mereka melawan monster raksasa bertentakel di dalam hutan beberapa hari yang lalu. Tapi ia tahu, ia harus melawan. Hanya itu pilihan yang ada.

Mengapa semakin dekat dengan jalan keluar, begitu banyak raksasa yang harus mereka temui dan lawan?

"B-Bantu Naruto, Gaara."

Pemuda berhelai merah itu tersadar dari pemikiran apapun yang ada di kepalanya. Ia menoleh dan mengarahkan pandangan ke arah Sakura yang menatapnya dengan iris dan bibir yang bergetar.

"Bantu Naruto," ulang Sakura dengan suaranya yang lirih dan tertekan—bentuk rasa takut dan teror yang terekspresikan dengan baik, meski sebisa mungkin ia tahan, "A-Aku yang mengemudikan mobil ini."

DOR!

Peluru dari shotgun Naruto terdengar ketika pemuda itu melihat laba-laba besar itu merayap cepat di balik dinding beberapa jauh dari truk mereka yang masih berhenti.

DOR!

"Ck! Sial!" umpat Naruto, membuat Gaara sejenak menatap ke arah pemuda itu melalui spion di dekat pintu kemudi. Menelan ludah, pemuda berhelai merah itu membuat keputusan.

Ia menoleh dan memandang Sakura dengan tajam dan penuh keseriusan, "Kendarai secepat yang kau bisa," ucapnya jelas dan cepat—mereka tak punya banyak waktu. Sewaktu-waktu, laba-laba itu bisa saja muncul dari dalam tanah di bawah truk mereka atau menembus dinding bangunan di samping mereka, "Aku akan meneriakkan jalannya kepadamu. Intinya—jalankan truk ini secepat yang kau bisa. Kau paham?"

Kembali, suara letupan senjata Naruto terdengar keras di tengah kota yang sunyi dan mati. Bagaimanapun, Gaara sadar bahwa ia memang perlu berada bersama Naruto untuk melawan monster itu. Tidak mungkin Naruto bisa mengatasinya sendiri—ukuran monster itu saja sudah menjadi masalah. Belum lagi dengan senjata apa lagi yang bisa monster itu miliki untuk melukai mereka—Paman Orochimaru tak akan membuat monster yang hanya mengandalkan ukuran tubuhnya saja untuk intimidasi.

Sejenak terdiam dan memandang Gaara—seakan dalam keterdiamannya itu ia tengah membangun kekuatan dan meyakinkan diri sendiri bahwa semua akan baik-baik saja—Sakura mengangguk tersendat, "A-Aku mengerti."

Dan Gaara tak membuang satu detik lebih lama untuk segera mengambil rifle-nya, berbalik dan membuka pintu kemudi, untuk kemudian menuju ke arah pintu Sakura dan Ino berada, "Keluarlah."

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Naruto, melirik sejenak, sebelum kembali mengedarkan pandangan ke sekitar. Menembakkan peluru ketika monster itu bergerak cepat di sebelah kanan, di balik sebuah bangunan kayu yang tua dan rapuh.

Meski dengan rasa gugup dan takut yang jelas ditampakkan melalui sekujur tubuhnya yang gemetar lirih, gadis berhelai merah muda itu keluar dan memutari bagian depan mobil dan segera duduk di belakang kemudi. Tanpa berucap apa-apa, Gaara menutupnya dengan sedikit bantingan dan segera melompat di samping Naruto di belakang kemudi.

"Gaara?" Naruto menatap heran melihat rekannya yang sudah berdiri dengan rifle yang terancungkan. Belum sempat ia menyuarakan keheranan lebih, ketika tiba-tiba suara tabrakan keras terdengar di sebelah kiri mereka. Keduanya menoleh, dan menatap bahwa sumber suara berasal dari bangunan tepat di samping mereka.

BRAK!

Dan dinding kayu rapuh bangunan itu hancur berlubang dan menyisakan serpihan kayu, ketika laba-laba ungu itu merayap cepat dan menabraknya keras.

Baik Naruto dan Gaara masih tak memiliki waktu yang cukup untuk kembali dari rasa terkejut mereka ketika monster itu seketika melompat dan mendesis keras—

—bersama dengan truk yang mereka tumpangi mendadak kembali melaju dengan kecepatan awal yang begitu tinggi hingga keduanya terjungkal duduk.

Sakura mengendarai mobil tua itu dengan begitu cepat. Tak hirau pada bibirnya yang terasa sakit ia gigit dengan panik dan cemas. Tak hirau pula pada tangannya yang gemetar dan basah oleh keringat. Ia tidak tahu kemana jalan keluar yang benar—kemana saja itu bagus selama itu bisa memberi waktu bagi Naruto dan Gaara untuk mengalahkan monster itu.

Sedangkan dua pemuda rekan Sakura, kembali bangkit dari duduk mereka. Naruto berdiri dan meletupkan senjata ke arah monster ungu yang masih tampak merayap cepat dengan delapan kaki raksasanya. Sedangkan Gaara juga memuntahkan peluru dari senjatanya, bersimpuh dengan satu lutut tertekuk yang ia pakai untuk sandaran rifle-nya yang teracungkan horizontal.

Bunyi suara letupan mengisi suasana. Mobil bergerak sangat cepat—paling cepat yang pernah Sakura lakukan seumur hidup ia mengemudikan kendaraan. Membelok di tikungan tanpa mengurangi kecepatan, tak hirau pada beberapa benda yang telah ia tabrak sebagai akibatnya.

Monster laba-laba itu masih berbelok di balik bangunan dan menyebabkan Gaara dan Naruto tak bisa melihatnya. Kedua pemuda itu mengedarkan pandang dengan waspada—tahu betul bahwa monster itu pasti masih mengejar dan mengincar mereka. Gerimis turun semakin lebat dan rapat, namun keduanya tidak peduli dan tetap mengacungkan senjata.

Dan benar saja, kembali terdengar retakan keras dan cepat di sepanjang aspal yang mereka lewati. Tanpa komando, kedua pemuda itu mengarahkan senjata mereka ke arah retakan yang masih menjalar—siap-siap membidik. Dan retakan itu berhenti bersama dengan aspal yang kembali berlubang ketika monster itu keluar dari dalam tanah dan mendesis keras dan siap melompat ke truk yang masih melaju cepat.

"HSSSSS!"

DOR! DOR! DOR!

Beberapa peluru seketika termuntahkan dengan cepat dari peluru Naruto—kesemuanya melukai tubuh monster itu. Meski ia tidak bisa membidik dengan baik, namun setidaknya itu bisa membuat laba-laba itu tampak kesakitan dan berhenti untuk mendesis keras—seakan marah karena peluru yang merobek tubuhnya.

Mobil itu mengeluarkan bunyi decitan dan menyipratkan lumpur dari keempat bannya ketika Sakura dengan cepat membelokkannya ke suatu tikungan. Tanpa sengaja menabrak satu pembatas jalan beton, menimbulkan guncangan keras yang membuat Naruto mengumpat dan Gaara sejenak kehilangan keseimbangannya.

Dan monster yang sempat terhenti sejenak untuk mengerang dengan desisan keras itu, kembali merayap mengejar dengan cepat. Namun tak seperti sebelumnya, Naruto dan Gaara terbelalak ketika monster itu melompat ke dinding bangunan di dekatnya dan merayap ke atap—hilang dari pengelihatan.

Naruto tertegun dengan mulut ternganga dan menatap ke atas—tak hirau pada tetes hujan yang sempat jatuh mengenai matanya, "A-Apa—"

Mengarahkan bidikan rifle secara diagonal dengan ujung yang mengarah ke atas, Gaara menggumam singkat, "Tak mengejutkan. Dia laba-laba."

"Sial," umpat Naruto, berpegang pada tepian truk ketika ia sedikit oleng karena laju kendaraan itu yang demikian cepat, "Dia merangkak dan main petak umpet begini saja sudah susah. Apalagi monster itu yang tiba-tiba—"

—muncul dari atap suatu bangunan dan merayap ke dinding sebelah atas, untuk kemudian melompat terjun ke arah truk yang melaju cepat.

Ada tak kurang dari tujuh peluru yang termuntahkan baik dari rifle Gaara atau shotgun Naruto. Kuatnya dan cepatnya lesatan peluru dari dua senjata itu, membuat monster itu kembali mendesis nyaring ketika tubuhnya terpental di udara, bahkan sebelum mampu menyentuh permukaan truk yang masih melaju dan semakin meninggalkannya. Laba-laba raksasa itu jatuh ke tanah dengan suara debuman keras dan mendesis dengan delapan kaki yang bergerak-gerak—seakan kesakitan. Meski demikian, Naruto masih membidik dan menembakkan beberapa pelurunya.

Cklak! Cklak!

Naruto mengumpat dan segera mengisi ulang peluru shotgunnya dengan persediaan di salah satu kantung celana militernya, "Aku yakin sudah menghabiskan tak kurang dari dua puluh peluru ke makhluk itu. Tapi mengapa ia seakan tak terluka sedikitpun!" gerutunya kesal sembari dengan tangan yang sibuk memasukkan peluru.

Gaara terdiam dan mengedarkan pandangan. Napasnya terengah-engah—campuran antara rasa tegang dan cemas. Setelah tampak kesakitan sesaat, monster itu kembali bergerak dan menghilang setelah melompat ke dinding suatu bangunan dan merayap—menghilang di balik dinding bangunan yang lain.

"SAKURA!" teriak Gaara ketika sejenak mengedarkan pandangan, "SEBENTAR LAGI AKAN ADA BANGUNAN BERDINDING MERAH DI UJUNG JALAN. KAU BELOK KE KANAN!"

Sakura tak menjawab teriakan Gaara, namun gadis itu menggumamkan "Belok kanan—dinding merah … kanan …" dengan mulut dan tangan yang masih bergetar. Tak sekalipun berani ia melirik ke arah spion. Mendengar desisan keras dari monster itu saja sudah demikian mendebarkan jantungnya oleh teror yang nyata.

Ia melirik ke arah Ino dan mendapati gadis itu masih memejamkan mata. Ntah pingsan atau sadar—Sakura harap gadis itu pingsan. Sudah cukup menanggung lelah dan sakit oleh tangannnya yang cacat, Sakura tidak ingin penderitaan Ino juga ditambah dengan rasa takut yang menyiksa mentalnya.

Sedangkan dua rekannya di belakang masih berusaha mengalahkan monster itu. Naruto yang sudah mengisi penuh senjatanya, kembali membidik dan menembak hampir membabi buta pada laba-laba raksasa itu. Berkali-kali pemuda itu mengumpat kesal. Seandainya monster itu bergerak biasa saja ia belum tentu bisa membidik dengan tepat, apalagi jika binatang itu melompat dari bangunan ke bangunan, lantas menghilang di atas atap.

DOR! DOR! DOR!

Tiga peluru segera dilesatkan dari rifle Gaara ketika laba-laba ungu itu muncul dari atap satu bangunan yang tinggi, lantas melompat ke dinding bangunan lain. Dan Naruto turut melesatkan peluru, ketika monster itu berada di udara setelah melompat. Dan makhluk itu terpental ke tanah dan mendesis keras ketika tiga peluru Naruto menembus dan merobek satu kaki depan laba-laba itu. Kaki berukuran lebih dari kaki laba-laba normal itu putus, untuk kemudian melayang dan membentur dinding satu bangunan.

"Mati kau!" umpat Naruto sembari menghela napas keras-keras menatap laba-laba yang tengah berhenti sembari mendesis keras di tengah kubangan darah hitam dari salah satu kakinya. Namun baik Naruto dan Gaara kembali membelalak ketika bahkan dengan satu kaki yang telah putus, laba-laba itu kembali merayap cepat ke arah mereka.

"Sial," umpat Gaara pelan, bersiap segera membidik monster itu. Sementara truk yang mereka tumpangi berbelok—seperti pesan Gaara pada Sakura—ketika telah melewati bangunan bercat merah. Dan baru saja truk itu berbelok, ketika kendaraan itu terguncang hingga nyaring oleng dan terbalik, ketika monster itu melompat dari tiang listrik beton yang tinggi, dan mencengkeramkan ketujuh kakinya di bagian belakang truk tersebut.

Sakura memekik kaget dan berusaha menyeimbangkan kendaraan yang oleng dan menabrak dinding berkaca suatu bangunan tua. Gaara berpegang pada tepian truk, sedangkan Naruto terjatuh duduk dengan punggung menghantam keras bagian belakang ruang kemudi. Beberapa serpihan kaca yang pecah berhamburan di sekitar truk, dan beberapa serpihan kecil menancap di tubuh Gaara dan Naruto—namun tak ada yang peduli dengan itu.

"HSSSS!"

Laba-laba itu kembali mendesis. Separuh tubuhnya menempel pada bagian belakang truk, sedangkan separuh lagi terseret sepanjang truk itu melaju cepat. Kendaraan yang sudah keluar jalur itu menabrak semua yang ada di depannya—dinding, meja, kursi dan semua benda—di mana Sakura masih berusaha menyeimbangkan lajunya yang sedikit oleng karena gerakan monster raksasa yang membebani bagian belakang truknya.

DOR! DOR!

Suara tembakan dari rifle Gaara terdengar keras, dan kini berhasil memutus satu lagi kaki dari laba-laba raksasa itu. Sang monster mendesis keras seakan marah, dan karena kehilangan kakinya untuk kedua kalinya, pegangannya di bagian belakang truk terlepas dan ia tampak berhenti mengejar dan hanya menggerak-gerakkan keenam kakinya—seakan kesakitan. Hal yang bagus bagi Sakura untuk semakin melajukan mobil menjauh darinya.

Gaara kembali meneriakkan instruksi pada Sakura. Meski demikian, baik ia dan Naruto tetap mewaspadakan pandangan. Monster itu sudah tertinggal di belakang sana, namun siapapun tahu bahwa bukan berarti mereka selamat. Itu bukan laba-laba biasa, sekalipun ia kehilangan semua alat geraknya, mereka tahu bahwa makhluk itu memiliki cara lain untuk mendapatkan dan membunuh mereka.

Untuk sesaat, suasana sepi. Makhluk itu tak tampak lagi. Hela napas terhembus payah dari mereka semua. Keringat berbaur dengan lelehan air hujan yang belum berhenti. Hanya suara rintik hujan dan deru mobil tua yang mereka kendarai yang terdengar di tengah kota mati.

Gaara mengedarkan pandang sejenak, meyakinkan bahwa tak ada monster tadi yang tiba-tiba melompat dari atas gedung, menabrak dinding bangunan dari samping, ataupun menyembul dari dalam tanah. Lantas ia berteriak pada Sakura, "SETELAH INI ADA PERSIMPANGAN EMPAT, KAU TETAP LURUS DAN BERBELOKLAH KE KIRI JIKA NANTI KAU MELIHAT SEBUAH LAHAN YANG MIRIP LADANG!"

oOo

Di detik Gaara selesai meneriakkan kalimatnya, monster yang tengah mereka lawan tiba-tiba muncul merayap dari balik tepi dinding bangunan beton yang tengah mereka lewati, dan dengan cepat melompat ke arah truk mereka.

BRAK!

Guncangan keras mereka rasakan—Naruto dan Gaara terjatuh duduk—ketika laba-laba itu menabrak tepi truk itu sebelum mendarat dengan debuman di tanah. Bahkan Naruto nyaris terlempar keluar dari truk jika ia tidak segera berpegang kuat pada tepian pick up tersebut. Truk sempat oleng dan nyaris terguling, namun Sakura berhasil menormalkan kembali keadaan tanpa mengurangi kecepatan. Gaara segera meletupkan peluru, dan darah hitam memancar di sekitar tubuh monster itu ketika beberapa peluru Gaara merobek dan melesat dalam di satu mata laba-laba ungu itu.

"HSSSSS!"

Monster itu mendesis keras bersama dengan cairan hitam yang mengalir deras dari satu matanya. Namun tak lama, binatang itu dengan cepat masuk ke dalam tanah dan menyisakan lubang besar di tempatnya semula berada. Lagi, retakan panjang dan cepat menjalar mengikuti sepanjang aspal yang dilalui truk yang masih melaju cepat.

Dan kali ini, mereka tak sempat menghindar. Retakan itu begitu cepat, hingga tak membutuhkan waktu lama bagi monster di dalam tanah itu untuk mencapai truk yang dikemudikan Sakura. Dan ketika retakan itu sudah mencapai aspal di pertengahan truk, monster itu keluar dari dalam tanah dengan bunyi keras akibat aspal yang pecah dan berhamburan.

Sakura menjerit keras ketika truk tua itu terpental hingga tiga meter di udara akibat tersundul oleh raksasa yang muncul dari dalam tanah itu. Rifle Gaara terlempar beberapa jauh di belakang bak dan pemuda itu berpegang erat pada tepian truk. Namun Naruto yang baru mengisi shotgunnya, tak memiliki waktu mempersiapkan diri. Akibatnya, pemuda berhelai pirang itu terpental keras keluar dari bak pick up.

BRAKH!

Truk itu kembali mendarat dengan sedikit kasar, di tanah.

"NARUTO!" teriak Sakura, membelalak horor ke arah sahabatnya yang terjatuh di tanah beberapa jauh di belakang kendaraan. Insting, gadis itu hendak menekan rem, namun teriakan Gaara kembali terdengar di antara desisan keras laba-laba dan suara hujan yang sedikit menderas.

"TERUS KEMUDIKAN, SAKURA! KEMUDIKAN! CEPAT!"

Suara Gaara seakan tak menerima bantahan. Sakura menggigit keras bibirnya dan melirik spion, menatap ke arah monster ungu yang tengah diam menempel di dinding salah satu bangunan. Dan Naruto yang tak bergerak, berusaha untuk bangkit dari posisinya yang berbaring menelungkup.

Setidaknya Naruto masih selamat. Sakura harus percaya.

Ia harus mempercayai semua rekannya.

Dan gadis itu segera kembali melajukan truk dengan cepat dan menatap tajam dan yakin ke arah depan.

"HSSSSS!"

Gaara melihat monster itu mendesis keras. Pun ia menatap ke arah Naruto yang semakin terlihat menjauh dari posisi truknya yang masih melaju cepat. Dan belum sempat pemuda itu berpikir sesuatu untuk menyelamatkan baik Naruto dan kedua rekannya yang lain, secara tiba-tiba dari mulutnya, monster itu meludahkan jaring laba-laba dengan ukuran jauh lebih besar dari normal, ke arah Naruto.

Naruto yang pada saat sedetik sebelum jaring itu mengenainya, sudah melempar tubuhnya menghindar hingga punggungnya terantuk oleh pembatas jalan beton di belakangnya.

Dan teror yang mereka dapatkan semakin bertambah ketika melihat bahwa permukaan bangunan kayu dan bagian aspal yang terkena jaring berwarna putih itu, seketika seakan tersulut oleh bensin dan api.

Dan kini terbakar hebat.

Semua pandangan mata terbelalak melihat bangunan kayu yang kini terbakar itu. Menyaksikan teror dalam level selanjutnya yang diberikan oleh monster berwarna ungu tersebut. Hanya dengan jaring berwarna ungu itu, bangunan itu bisa terbakar layaknya bensin yang tersulut api? Dan aspal meleleh menjadi layaknya lilin tersentuh api?

"HSSSSSS!" Seakan menunjukkan kekuasaannya, binatang raksasa itu kembali mendesis kuat.

Tak satupun dari mereka yang bisa menahan getaran ketakutan yang jelas tampak baik dari tangan ataupun pandangan mata—terlebih dari jantung yang berdegup gila.

"NARUTO!" Sakura kembali berteriak dan tanpa sadar dia memperlambat laju mobilnya, menatap horor ke spion yang menampilkan sahabatnya yang berada di belakang sana, jauh dari mobil pick up yang tengah mereka kendarai. Tanpa sadar, air mata meleleh turun dari kedua matanya ketika pengharapan bahwa sahabatnya bertahan, terus terucap dalam hati sebagai doa, "NARUTO!"

Gaara yang paling awal kembali ke keadaan, segera berteriak pada Sakura untuk terus menjalankan mobilnya dan pada Naruto untuk segera berlari menghindar dari sana. Ia memberi instruksi pada Sakura untuk mengambil jalan memutar dan Naruto untuk berlari mengambil jalan pintas dengan cara memasuki salah satu gedung bertingkat dan menuju ke lantai dua, selanjutnya berharap bahwa pemuda itu bisa melompat keluar dari lantai dua ke truk jika nanti mobil mereka berada di dekat gedung itu.

oOo

Ketika laba-laba itu kembali memutahkan jaringnya meluncur ke arah Naruto, pemuda itu beruntung untuk kedua kalinya ketika ia segera melemparkan diri menjauh sembari memuntahkan pelurunya ke arah binatang itu. Ia mengumpat dan segera berlari setelah mendengar teriakan Gaara. Betapa sial dirinya, terpisah dari mobil yang membawa ketiga temannya dan kini harus menghadapi makhluk sialan itu seorang diri. Dengan ukuran tubuhnya saja laba-laba itu merepotkan, apalagi dengan kemampuannya membakar dan melelehkan besi begitu dengan jaringnya.

Pemuda itu segera berlari cepat menuju gedung yang Gaara tunjuk. Tak hirau pada kakinya yang bergetar antara takut, gentar, bercampur lelah dan payah karena bekerja terlalu ekstra hanya dalam waktu beberapa menit saja. Bisa ia dengar dari suara debuman-debuman di luar, monster itu tengah mengejarnya.

Baguslah, setidaknya ia bisa memberikan waktu bagi Gaara dan yang lain.

Ia menoleh ke belakang dan benar saja, makhluk itu dengan mudah memasuki gedung hanya dengan menerobos masuk membobol tembok yang dari awal sudah rapuh. Pecahan kaca, puing beton, dan serpihan kayu dari kursi dan furnitur lainnya, menjadi pemandangan yang tercipta sebagai akibatnya.

Naruto memuntahkan satu pelurunya, berusaha mengenai satu mata dari laba-laba itu yang masih berfungsi. Monster itu telah kehilangan satu matanya karena peluru Gaara sebelumnya, mungkin jika sekarang Naruto bisa melukai mata satunya—

Pemuda itu mengumpat ketika alih-alih memiliki kesempatan menembak, ia hampir saja terbakar ketika jaring laba-laba itu kembali termuntahkan dan mengenai dinding yang barusan ia lewati. Dengan segera ia menaiki tangga menuju ke lantai dua, berharap bertemu dengan mobil Sakura dan Gaara di luar sana.

"Sial. Sial," ucapnya berkali-kali.

Rasanya seperti membuang peluru dengan percuma jika melawan monster itu.

Mereka harus mengalahkannya dengan cara lain.

Tapi apa?

oOo

Gaara dan Sakura menatap terbelalak pada gedung yang dimasuki Naruto tadi, yang mana segera disusul oleh monster mengerikan itu. Ketakutan yang ada dalam diri mereka begitu nyata hingga untuk berteriak saja mereka tak mampu. Dan Naruto berjuang disana sendiri, seorang diri, dengan monster yang terlampau kuat untuk ia lawan hanya dengan shotgun yang rasanya menjadi mainan tanpa fungsi.

"Naruto…," bisik Sakura penuh nada gentar dalam suaranya. Ia bahkan tak tahu lagi kemana mengemudikan mobilnya, jika seandainya Gaara tak lebih peka dan berteriak untuk menyadarkannya.

Betapa Sakura merasa gentar dan takut akan semuanya. Ia berani bertaruh, di luar sana, mereka pasti akan menemui monster yang bahkan jauh lebih kuat dari ini.

Jauh lebih membahayakan dari ini.

Dan ia mulai sangsi atas kepercayaan bahwa mereka akan bisa dengan selamat kembali ke kediaman masing-masing.

Lenguhan Ino membuatnya sejenak melirik. Ino yang tampak terluka dan lemas, dengan tangannya yang cacat sebelah. Meski tak banyak menunjukkan ekspresi atau perasaannya, namun Sakura tahu bahwa gadis itu juga tengah merasakan teror yang sama. Tatapan matanya pada Sakura cukup menjelaskan untuk itu.

'Ino dan Naruto' pikir Sakura. Hanya mereka berdua.

Ia ingat ia keluar dari apartemennya untuk bertugas di tempat lain. Bertemu dengan banyak rekannya. Awal mereka berlima, Shikamaru dan Sasuke turut serta. Setiap ekspresi mereka, setiap perkataan mereka, setiap perbuatan mereka, entah kenapa kini menyeruak sekaligus dalam ingatan Sakura.

Sebuah kenangan yang tak akan ia lupa.

Gadis itu mengatupkan rahang dan mencengkeram kemudi, menarik napasnya yang masih terasa bergetar. Ia mengalihkan pandang dari Ino dan kembali menatap ke depan, mempercepat laju mobilnya dan tak peduli pada benda apapun yang ia tabrak dalam perjalanannya.

Mereka semua akan selamat, janjinya dalam hati. Tak peduli sekuat apapun monster atau makhluk lain yang nanti mereka temui, mereka pasti bisa selamat.

Tak akan ada lagi satu pun dari mereka yang harus pergi.

"Berjuanglah, Naruto."

oOo

Pemuda berhelai pirang itu menjejakkan kakinya di lantai dua bangunan itu dan segera menuju ke tepi jendela, melihat pemandangan luar. Bisa ia lihat mobil Sakura tampak mendekat dari ujung sana. Bisa ia dengar monster tadi kembali mengejarnya dari belakang sana, dan tanpa menunggu apapun lagi, pemuda itu segera melemparkan diri menembus dinding berkaca dan melompat keluar.

Prang!

"Duh!" ia mengaduh ketika tubuhnya mengantam aspal dengan begitu kerasnya. Ia merasa bangga pada dirinya sendiri, karena terlepas dari siksaan fisik sejauh ini, ia bahkan masih bisa bernapas dan berlari.

Segera ia berdiri ketika tak membutuhkan waktu tiga detik, mobil yang dikendarai dengan cepat oleh Sakura sudah berada di sampingnya.

"Naruto!" ucap Gaara dan Sakura secara bersamaan, dan Naruto segera melompat naik ke bak belakang terbuka mobil tersebut dalam keadaan mesin itu masih berjalan melaju.

Dan mereka menjauh di saat yang tepat, karena sedetik setelah mobil itu melalui tempat dimana Naruto jatuh, laba-laba raksasa itu turut mendaratkan diri bersama dengan melelehkan aspal yang sebelumnya mereka pijak.

"HSSSS!"

Gaara dan Naruto menghela napas dengan tersengal-sengal dan menatap monster di belakang mereka. Betapa mereka merasa ketahanan fisik mereka sudah di ambang kepayahan. Dan monster itu terlalu kuat. Rifle dan shotgun rasanya tak akan bisa berpengaruh banyak, kecuali dengan cara melesatkannya ke mata monster itu dan membuatnya buta. Yang mana hal itu cukup sulit dilakukan dan membuang amunisi—hal yang harus mereka hemat untuk saat ini.

Andai saja Sasuke masih berada disini…

"Bagaimana caranya kita mengalahkannya," geram Naruto pelan dan memandang tajam pada musuh mereka. Beberapa kali mobil oleng ketika Sakura dengan mendadak membanting stir ke sana dan ke sini untuk menghindari semburan jaring dari monster itu yang membuat sekitar mereka dilahap api dimana-mana—meski hujan gerimis masih turun meski tak rapat, "Apa kita masih memiliki persediaan bom?"

Gaara menggeleng, "Persediaan terakhir bom kita gunakan untuk monster di hutan saat itu, ingat?" ucapnya, meski tampak tenang, tapi dalam otaknya ia bekerja keras memikirkan bagaimana mengalahkan monster itu.

Ia tak boleh kalah, tidak setelah semua yang sudah ia lalui.

Setidaknya ia akan membuktikan pada Pamannya bahwa ia bisa membawa orang-orang asing ini keluar dengan selamat dari pulau ini.

Iris jade pemuda itu sedikit membelalak ketika sebuah kesadaran ada di otaknya. Dengan cepat ia menoleh ke Naruto dan menolehkan paksa pemuda itu ke arahnya, membuat sang pirang tampak terkejut dan terheran.

"Dengar Naruto," ucap Gaara serius di antara suara kobaran api, rintik gerimis, dan juga suara langkah monster dan desisannya di sana, "Aku tahu cara lain. Tapi kita harus cepat kesana. Tak bisa mengandalkan Sakura yang tak mengetahui jalan, jadi aku harus mengambil alih kemudi," ia menjelaskan dengan cepat dan ringkas, "Jadi, sebisa mungkin, aku ingin kau berada di sini untuk mencegah monster itu mendekati kita, mengerti? Jika kau bisa, jadikan matanya sebagai sasaran senjatamu, namun jangan terlalu banyak membuang peluru. Dan aku akan sebisa mungkin menghindarkan mobil ini dari semburan jaring-jaringnya. Apa kau paham?"

Meski nampak sedikit tampak tak mengerti, namun karena urgensi dari keadaan dan nada suara Gaara, Naruto hanya menganggukkan kepala. Dan itu sudah cukup bagi Gaara untuk berteriak pada Sakura untuk berhenti sejenak dan membuka pintu mobil, kemudian mengambil alih kemudi.

Dan dengan cepat kembali ia lajukan kendaraan tua itu membelah kota yang sunyi dan mati.

Mesin mobil kembali meraung-raung. Ban berdecit-decit. Tubuh Sakura dan Ino terhuyung-Naruto terlempar ke tepi bak belakang mobil. Gaara mengemudikan kendaraan itu dengan amat cepat. Melintasi tiap belokan, menyusup celah sempit di antara gedung, atau menabrak beberapa lubang jalan yang tak rata.

Tak ada waktu untuk bersantai. Naruto segera memulihkan diri. Kembali berdiri dan membidik raksasa laba-laba yang masih mengejar mereka. Bagaikan mimpi buruk, monster itu tak membiarkan mereka lepas. Letupan pelurunya sesekali terdengar, meski jarang mengenai sasaran. Monster itu yang bergerak lincah dan kadang-kadang menghilang di balik gedung yang tinggi atau di dalam tanah, ditambah posisi Naruto yang harus menyeimbangkan tubuh pula di bak belakang mobil yang kerap berguncang, bukan suatu keadaan yang menguntungkan.

"... G-Gaara, apa yang harus kita lakukan?" Sakura berbisik dengan nada penuh teror. Tak sanggup ia melihat ke arah spion. Ingin ia menulikan telinga dari desisan monster itu yang bagaikan maut mengintai.

Setiap detik seakan mengantar mereka semakin dekat dengan kematian.

Pemuda berhelai merah itu tidak menjawab. Hanya air mukanya yang mengeras. Penuh konsentrasi. Tangannya menampakkan urat halus ketika ia mencengkeram kemudi terlalu kuat.

Sakura memekik dan Ino memejamkan mata gentar ketika truk mereka berguncang keras-dari arah belakang. Mata Gaara seketika nyalang ke spion, dan mendapati Naruto terjatuh duduk, dengan kobaran api melahap bagian belakang bak truk pick-up tersebut.

Monster itu baru saja menyemburkan jaringnya dan mengenai truk mereka.

"Sial!" entah berapa kali pemuda Uzumaki itu mengumpat. Debuman jantungnya tak terkendali. Teror nyata hadir di depan matanya. Menatap monster itu yang masih mengejar, di balik kobaran api yang perlahan-lahan melahap bagian belakang truk.

Sekali lagi ia membidik, dan kali ini berhasil. Binatang itu seakan berteriak kesakitan dan sejenak berhenti. Menggeliat-geliatkan kaki-kakinya yang menyemburkan darah hitam pekat ke setiap permukaan yang ia lalui.

Beberapa waktu terus berjalan demikian. Beberapa menit yang terasa bagai bertahun-tahun. Bunyi tembakan peluru. Gedung yang rusak. Jalan yang berderak. Mesin kendaraan yang seakan lebih keras dari desisan monster di belakang sana.

Hingga pada akhirnya...

"NARUTO! BERPEGANGLAH ERAT!"

Naruto mendengar Gaara berteriak. Keras. Suaranya sarat akan urgensi. Membuat pemuda itu mau tak mau refleks menoleh ke belakang- ke arah kemudi.

Dan matanya membelalak tatkala melihat bahwa tak jauh di depan sana, adalah batas tepi dari daratan.

Daratan lain terhampar membentang cukup jauh, dengan udara kosong di antara kedua daratan itu.

Kendaraan mereka melaju dengan kecepatan maksimum, berhadapan dengan jurang.

Jurang yang menganga lebar.

Napasnya tercekik. Perintah Gaara seakan lepas dari ingatannya.

Dan sebelum ia menyadari apa yang ada di pikiran pemuda berhelai merah itu, sebelum ia sempat memaksa tubuhnya untuk bergerak mematuhi perintah Gaara, ia merasakan kendaraan itu seakan melompat. Melaju cepat bagai angin. Meninggalkan tepi daratan yang mereka pijak.

Untuk kemudian terbang bebas ke jurang.

-bersambung-


a/n: Maaf sekali. Saya butuh waktu 4 tahun untuk mengupdate fanfic ini. Sempat terpikir untuk hapus saja, namun tiap saya dapat review atau PM yang mengapresiasi karya saya, saya ingin setidaknya membuat fanfic ini tamat. Thank you guys for staying with me and this fic. I'll do my best to complete this one.

Next chapter will be up in the next 4 years -kicked-

Feedback would be very much appreciated.


Jgn bilang anda telah meni****l / I'm perfectly fine. Thanks! / Taukah anda nasib anda lebih beruntung dari author2 lainnya lihat para reviewers anda banyak kan? / Saya bersyukur selamanya dan makasih. Meski saya pikir 80% pembaca fic ini juga menghilang haha / Fic ini bikinnya 2009 jaman gua masih SD, sekarang gue udah kuliah plus kerja / I started this when I was in highschool and now I can say I aint young anymore / Duh, tapi pastonya bikin fic gore itu sudah ya? Soalnnya setiap saya baca fic bergenre gore pasti pada belum di lanjutkan. / Iya :( Selain mengatur alur/plot, mood, juga dengan fic sepanjang ini saya kadang lupa apa2 yang belum dijelaskan :( / fanfictnya kepanjangan / Chap ini lebih panjang lagi. Sabar ya :) / di darah terpancil seperti itu gak ada listrik karena gak ad PLN / kayaknya di chapter2 sebelumnya dijelasin kalo Heischgrad (nama pulau ini) menyediakan semua kebutuhannya sendiri. Ada bendungan pembangkit tenaga listrik, kalo ga salah *saya sendiri lupa chapter berapa* /


See you!