Disclaimer: Naruto belongs to Masashi Kishimoto. Eyeshield 21 belongs to Riichiro Inagaki and Yusuke Murata. I am making no profit from this fanfiction
Warning: AU, Crossover, OOC, OC, Various pairs, Coldplay biased :)
Notes [1]: Semua chara Eyeshield 21 berusia 20 (Angkatannya Sena), 21 (Angkatannya Hiruma), 22 (Angkatannya Takami). Chara Naruto berusia 16-18. Post series Eyeshield 21 (Jadi ini sesudah event Devil Bats memenangkan Christmas Bowl dll).
-1-
Pilot
Suara lagu Viva la Vida milik Coldplay terdengar kencang di rumah sederhana keluarga Namikaze. Selalu seperti ini setiap pagi. Minimal 5 lagu Coldplay akan disetel oleh sang putra, Naruto Namikaze. Seorang bocah yang mengaku penggemar nomor satu Coldplay di seluruh dunia. Jika punya uang dan tidak dilarang Ayahnya—Minato Namikaze, mungkin dia sudah dari dulu menjadi groupies-nya Coldplay.
Minato Namikaze, pria tampan yang berada di usia akhir 30an ini membuka pintu kamar putra semata wayangnya dengan kasar.
"NARUTO, SUDAH BERAPA KALI KUBILANG, KECILKAN VOLUMENYA!" Teriak pria yang biasanya kalem ini. Dilihatnya sang putra sedang beraksi layaknya penyanyi di atas kasur.
Naruto meringis melihat ayahnya yang marah. Dia turun dari tempat tidurnya. "Tapi, Yah, ini sudah kecil kok." Masih saja anak ini ngeyel.
Minato mendekati DVD Player Naruto dan melihat volumenya. "Ini volume maksimal, tahu! Cepat kecilkan, bisa-bisa kita dimarahi tetangga lagi!" Perintahnya.
Naruto dengan berat hati menurut.
"Sarapannya sudah siap, ayo turun." Ajak Minato. Lalu dia memperhatikan penampilan putranya yang masih mengenakan piyama beruang. "Kau juga harus siap-siap ke sekolah kan, cepat ganti baju."
"Iya, iya. Sudah Ayah sarapan saja sana, aku mau siap-siap dulu." Kata Naruto sambil mendorong Minato keluar dari kamarnya.
"Oh iya, Naruto, Ayah ingin pinjam salah satu CD Coldplay-mu ya." Pinta Minato di ujung pintu. "Yang X & Y saja."
Naruto mengerutkan keningnya tidak suka. "Hee, untuk apa?" Tanyanya tidak rela.
"Untuk menemaniku di sela-sela pekerjaan yang membosankan." Jelas Minato.
"Ayah mau kerja di rumah lagi?" Naruto memandang Ayahnya heran. Akhir-akhir ini Minato memang menghabiskan pekerjaannya di rumah terus.
Minato mengangguk, "Yeah begitulah, aku sedang mandek ide."
"Kalau gitu lebih baik cari inspirasi di luar rumah, kan? Misalnya ke Konoha Park." Naruto ikut memberi usul.
Pekerjaan Minato adalah novelis, sama seperti ayahnya, Jiraiya. Dan sama seperti ayahnya pula, mereka sama-sama novelis Best Seller. Walau tentu saja genre mereka berdua beda. Jiraiya fokus pada genre dewasa 17+, sedangkan Minato menulis tentang sejarah dan membahas lingkungan hidup.
Minato mengangguk. "Nanti sajalah ke Konoha Park-nya, aku mau santai di rumah saja dulu."
"Jangan lupa, Ayah, kerja, kerja! Inget deadline!" Kata Naruto mengingatkan.
Minato tertawa sambil mengusap rambut anaknya. "Yeah, Ayah tahu. Tenang saja." Serunya. "Okay, nanti CD nya kuambil langsung ya." Setelah itu Minato turun ke bawah.
Naruto lalu menutup pintu kamarnya dan bergegas menyiapkan diri untuk berangkat sekolah. Setelah siap semuanya, dia memandang poster besar dengan bingkai mewah yang tergantung di dinding kamarnya.
"Chris Martin, Will Champion, Guy Berryman, Jonny Buckland, aku ke sekolah dulu ya. Lihat aku baik-baik." Seru Naruto. Sudah jadi rutinitasnya untuk menyapa satu-satu personil Coldplay di pagi hari sebelum ke sekolah. Lalu bocah pirang itu turun untuk sarapan.
.
.
"NARUTO!" Panggil seorang gadis berambut merah muda yang sebaya dengan Naruto.
Naruto menoleh, dan tersenyum senang begitu melihatnya. "Hei, Sakura." Balasnya riang. Sakura Haruno adalah sahabat sejak lahirnya Naruto. Orangtua mereka juga akrab, rumah mereka berdua pun berdekatan. Wajar kalau Naruto dan Sakura kini menjadi sahabat karib. Jauh dari zona cinta-cintaan, perlu diingat.
Dan sekarang mereka sedang dalam perjalanan menuju SMA Konoha.
Sakura menjejeri langkahnya dengan Naruto. "Naruto, kau sudah buat PR puisi bahasa inggris yang disuruh Pak Iruka belum?" Tanya Sakura, si gadis terpintar seangkatan.
Naruto mengacungkan jempolnya dengan bangga. "Sudah dong."
"Oh ya, tumben sekali." Kata Sakura kagum. "Boleh liat?" Pintanya.
Naruto mengaduk tasnya dan mengeluarkan buku tulis bahasa Inggrisnya yang sudah sangat lecek sekali. Dan diberikannya ke Sakura.
Sakura membaca sepenggal puisi itu.
"Was a long and dark December
From the rooftops I remember
There was snow
White snow"
Lalu Sakura memandang Naruto heran. "Tunggu, ini bukannya lirik lagu Coldplay yang Violet Hill, ya?" Tanyanya.
Naruto mengangguk semangat. "He-eh, wah hebat kau bisa tahu." Jawabnya riang.
"Naruto bodoh, kalau sampai Pak Iruka tahu gimana?" Semprot Sakura. "Kau bisa kena detensi lagi."
Naruto tertawa ringan. "Santai saja Sakura, kurasa Pak Iruka tidak akan tahu. Yah, dia kan rada-rada jadul." Jelas Naruto santai. "Lagipula, Coldplay itu sumber inspirasiku. Dengan menulis lirik mereka di tugas puisiku, akan semakin menunjukkan betapa cintanya aku pada band itu."
Sakura geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya itu. "Terserah kau sajalah, aku tidak mau ikut campur." Gumamnya sambil mengembalikkan buku tulis Naruto.
Naruto masih saja nyengir tanpa dosa. Hingga kemudian sebuah Audi R8 silver berhenti mendadak tepat di belakangnya, sampai membuatnya nyaris kehilangan keseimbangan. Untung Sakura dengan sigap menahan Naruto.
Naruto memandang mobil itu dengan penuh kebencian. "Cih, Audi R8 itu-" Naruto dengan marah berjalan menghampiri mobil itu. "Oi, Teme, keluar kau!"
Jendela mobil itu lalu terbuka. Tampak seorang pria bertampang artis dengan sun glasses, rambut berwarna gelap, dan ketika dia membuka glasses-nya, tampak sepasang mata onyx yang luar biasa memikat. Dialah Sasuke Uchiha, murid terkaya di SMA Konoha. Putra bungsu Fugaku Uchiha, pemilik Uchiha Corp. Biar kelihatannya Sasuke itu seorang Pangeran sempurna, sebenarnya dia tidak lebih dari seorang psikopat yang hobi melihat orang lain menderita. Yeah, terserahlah.
"Kau mengatakan sesuatu, Dobe?" Suaranya terdengar melecehkan.
Naruto menggeram marah. "Kau ingin membunuhku atau apa, hah?"
Sasuke menyeringai. "Aku tidak mengerti maksudmu."
"Ugh, jelas-jelas kau hampir menabrakku, sialan!" Teriak Naruto kesal hendak mencengkram leher Sasuke. 'Hampir tertabrak' sebenarnya lebih dari lumayan, sudah banyak yang pernah merasakan lebih parah lagi ketika 'dicium' oleh Audi R8 nista ini.
"Tenangkan dirimu, Naruto." Kata Sakura menahan Naruto, lalu dia balik memandang Sasuke. "Dan kau, minta maaflah pada Naruto." Pintanya lembut.
Sasuke mengerang. Lalu dengan nada malas-malasan dia bergumam. "Yeah, maaf."
"Aku tidak terima permintaan maaf yang tidak niat seperti itu." Sergah Naruto kesal. "Kau hampir menabrakku, tahu! Minta maafnya yang benar dong!"
Sasuke tidak mengacuhkan omongan Naruto, pandangannya tertuju ke Sakura. "Sakura, ikutlah denganku ke sekolah." Ajaknya.
"Eh—" Sakura kaget mendengar ajakan tiba-tiba Sasuke.
Naruto memanas. "Apa? Enak saja, Sakura akan pergi ke sekolah denganku." Kata Naruto sambil memegang erat lengan Sakura.
Sebuah kerutan muncul di kening Sasuke. "Jangan sentuh pacarku seenaknya!" Geramnya.
Naruto mencibir. "Dengar, teme, Sakura baru jadi pacarmu selama sebulan kan? Sedangkan aku dan Sakura itu sudah berteman seumur hidup. Jadi, aku yang lebih pantas berangkat ke sekolah dengannya." Tandas Naruto.
Sasuke tidak gentar mendengar ocehan Naruto. "Bodoh, semua orang juga tahu kalau antara pacar dengan teman itu derajatnya lebih tinggi pacar."
"Sahabat jauh lebih berharga daripada pacar, sialan!" Umpat Naruto.
"Naruto, Sasuke, sudahlah." Sakura menarik Naruto yang dari tadi sudah bernafsu ingin mendaratkan tinjunya ke pipi Sasuke menjauh dari mobil. "Naruto, please, jangan kekanak-kanakan." Ia memohon.
Naruto membuang muka.
"Sakura—" Panggil Sasuke dengan nada tidak sabar.
Sakura menghela napas. "Naruto, aku berangkat dengan Sasuke ya." Ujarnya seakan meminta izin.
"Jadi kau juga beranggapan pacar lebih berharga dari sahabat?!"
"Kalian semua berharga untukku!" Sakura lalu mendekat ke Naruto dan berbisik di telinganya. "Kau bisa bayangkan jika dia mengamuk dan berbuat keonaran lagi di sekolah? Hanya aku yang bisa menenangkan mood buruknya. Jadi kumohon…"
"Ya sudah, terserah." Seru Naruto ketus.
Setelah menepuk-nepuk pelan pundak Naruto, Sakura menaiki Audi R8 Sasuke. Dalam sekejap mobil silver itu melaju kencang meninggalkan Naruto sendirian.
.
.
Audi R8 Sasuke berhenti di lapangan parkir SMA Konoha. Sekolah ini memiliki parkiran yang cukup luas, biasanya yang membawa mobil hanyalah siswa kelas 12. Pengecualian bagi Sasuke, siswa kelas 11 yang bahkan belum berusia 17, tapi sudah memilik SIM. Entah dapat darimana SIM-nya itu. Yeah, terserahlah.
Tidak pernah ada murid yang mau memarkirkan mobilnya dekat-dekat dengan mobil Sasuke. Audi silver itu sudah terkenal sebagai 'pencium handal', hampir setengah murid SMU Konoha pernah merasakan 'ciuman maut'-nya.
Kesimpulan: Sasuke sangat hobi menabrak orang.
Sakura membuka seat belt-nya. Lalu memandang sang pacar. "Makasih ya sudah mau nganterin." Ujarnya sambil tersenyum manis. Sakura adalah cewek terpintar seangkatan menurut semua orang, tapi ketika dia jadian sama Sasuke, seluruh orang mencabut gelar itu.
Kesimpulan: Yang jadian dengan Sasuke sama dengan bodoh.
"Hn." Balas Sasuke datar.
Ketika Sakura hendak membuka pintu, tangan Sasuke menahannya. Sakura menoleh. "Kenapa?"
"Lebih baik mulai besok aku mengantar-jemputmu saja ya?" Ujarnya.
Sakura mengangkat alisnya. "Hah? Tidak usah deh, ngerepotin. Lagian aku lebih suka jalan kaki kok." Tolaknya.
"Dan berangkat bersama si pirang-berisik itu?" Tanya Sasuke tajam.
Sakura memutar matanya. "Dia punya nama, Sasuke, namanya Naruto. Dan yeah, kami sudah sejak kecil berangkat besama ke sekolah."
"Tidak boleh." Kata Sasuke tegas. "Jangan berangkat dengannya lagi. Jangan dekat-dekat dengannya lagi. Aku kan pacarmu, sudah seharusnya aku jadi orang yang paling dekat denganmu." Ujar Sasuke penuh emosi. Ingin rasanya dia menghajar sesuatu sekarang.
"Kau memang orang yang paling dekat denganku." Sakura menyakinkan pacarnya yang sudah siap buat mengamuk itu. "Tapi apa salahnya jika aku juga dekat dengan cowok lain?"
"Jika ada cowok lain yang berani mendekatimu selain aku. Mereka. Akan. Mati." Desis Sasuke.
Sakura menatap dalam-dalam mata onyx pacarnya tersebut. Matanya menunjukkan keseriusan, tidak ada keraguan di kata-katanya tadi. Lalu Sakura memegang lebut pipi Sasuke, dan bergumam. "Posesif."
"Hah, apa? Posesif? Aku, tidak—ukh apa-apaan sih. Siapa juga yang posesif?" Sasuke gelagapan sambil menyingkirkan tangan Sakura dari pipinya.
Sakura tertawa kecil melihat reaksi Sasuke. "Lalu itu apa namanya Sasuke? Sampai bawa-bawa kata 'mati' segala, itu menyeramkan tahu."
Sasuke mendengus. "Kau takut padaku?"
Sakura diam sebentar, pura-pura berpikir. Sasuke menunggu jawaban Sakura dengan harap-harap cemas. Lalu Sakura tersenyum. "Kau memang menakutkan, tapi aku tidak takut padamu."
Sasuke menyeringai. "Tidak takut padaku, heh? Aku ini penguasa sekolah, Sasuke Uchiha. Seorang psikopat sinting, jika ada orang yang berani macam-macam denganku, seluruh agen secret service keluargaku akan di kerahkan untuk memberi pelajaran orang itu. Dan walau kau tahu kenyataan itu, kau masih tak takut padaku? Ironis."
Sakura menggelengkan kepalanya. "Tentu saja aku tidak takut padamu. Aku sayang padamu." Setelah mengatakan itu, Sakura turun dari mobil.
Sasuke hanya bisa bengong. Aku sayang padamu. Kata itu terulang berkali-kali di kepalanya. Hanya karena 3 kata itulah, Sasuke berhasil menahan keinginannya untuk menyiksa orang lain, pagi hari ini. Hanya untuk pagi ini.
TBC