Beside You © Sasurin Katsuya
Naruto © Masashi Kishimoto
Genre: Romance/Friendship
Rated: T
Main Character: Haruno Sakura
Main Pairing: SasuSaku, SaiSaku
Satu
Seorang gadis sedang meraih secarik kertas dan sebuah pulpen yang terletak di atas meja kasir. Dia terlihat sangat bingung, ya, terlihat dari gayanya yang tidak tenang. Berjalan mondar-mandir dari dapur-meja kasir-dapur-meja kasir... begitu hingga pada akhirnya ia berhenti di depan pintu dapur. "Hinata, bahan-bahan apa saja yang akan kita beli?" tanyanya. Rambut hasil sanggulannya tadi pagi masih terlihat rapi, tapi wajahnya amat terlihat kusut.
Temannya—sahabat lebih tepatnya, menaruh jari telunjuk tangan kanannya pada bibirnya, ia berpikir sejenak—tanpa menoleh ke arah sahabatnya yang berada di depan pintu. "Umm, sepertinya bahan-bahan yang ada di dapur masih banyak, Sakura." jawabnya. Sahabatnya yang berada di depan pintu hanya mengangguk-angguk sampai ber'oh'.
Gadis tadi berdiri di belakang sebuah etalase kecil. Ia segera menghitung pendapatan kemarin, setelah menjawab pertanyaan temannya yang saat ini masih berdiri di depan pintu. Matanya tak henti-henti melihat beragam macam angka yang terdapat di sebuah sebuah buku besar. Tangan kanannya sedang memainkan tombol-tombol sebuah kalkulator kecil berwarna hitam kebiruan. "Apa kita harus membeli bahan-bahan lagi?" tanyanya.
"Entahlah, Hinata. Tapi persediaan telur sudah mulai menipis. Tidak hanya itu, persediaan susu sapi murni sudah terlihat mengosong di kulkas besar."
Hinata hanya mengangguk-angguk tanda mengerti. Ia segera mengacung-acungkan tangannya pada sahabatnya tanpa menoleh. Ia pun memberikan tanda pada sahabatnya. "Umm, kalau begitu belilah secukupnya, Sakura."
Sakura beranjak menuju tempat Hinata. Ia meninju bahu sahabatnya dari belakang. "Nah! Sekarang giliranmu. Cepat pergi keluar, kalau kau terlambat tiba kau bisa kehujanan diluar sana. Cuaca sudah mulai tidak bersahabat, sepertinya."
Hinata menggaruk-garuk kepalanya yang tidak terasa gatal. "Maaf, Sakura. Sepertinya aku tidak bisa pergi berbelanja. Kau mengerti kan?"
Sakura menatap kedua mata lavender Hinata. Mata Sakura terlihat sedikit membulat. "Maksudmu, aku yang harus membeli semua ini?" tanya Sakura dengan nada sedikit tinggi. Hinata hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum kecut. "Gomen..."
Sakura berkacak pinggang. "Tapi kau bisa menghitungnya nanti, bukan? Ayolah, Hinata. Nanti biar aku saja yang urus hal itu..." pinta Sakura. Hinata kembali tersenyum kecut. "Gomen, Sakura. Aku tidak hanya mengurus pemasukkan kemarin karena aku juga harus membuat desain kue pernikahan yang sudah dipesan kemarin." ucapnya. Mulut Sakura berkerut.
"Baiklah. Aku yang membeli."
Sakura's POV
Aku terus mengayuh sepedaku menuju sebuah peternakan sapi tempat toko kami biasa membeli susu sapi murni. Sudah 30 menit aku mengayuh sepedaku. Tapi peternakan sapi masih belum terlihat. 'Untung saja toko grosir tadi tidak terlalu ramai, aku jadi punya banyak waktu untuk pergi menuju peternakan sapi dengan sepeda.' pikirku sambil terus mengayuh.
Peternakan sapi memang sangat jauh dari toko kami. Toko kami berada di tengah kota sedangkan peternakan letaknya berada di pinggiran kota. Aku memang sengaja menggunakan sepeda menuju kesana, tidak menggunakan bis. Karena jarak halte bis terdekat dari peternakan sapi saja kurang lebih 1 kilometer.
Aku melihat jam tanganku. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.30. 'Oh tidak, sebentar lagi waktu makan siang.' gumamku panik. Aku khawatir jika toko kami dipenuhi pengunjung pada saat aku tidak berada di toko. Aku takut karena tidak ada yang membantu Hinata melayani setiap pengunjung yang datang.
Toko kami berada diantara banyaknya perkantoran yang ada di tengah kota. Ya, kebanyakan para pengunjung yang umumnya karyawan-karyawan kantor datang ke toko kami pada jam makan siang. Tidak hanya itu, letak toko kami sangat strategis. Maka dari itu, di setiap siang hari toko kami pasti dipenuhi pengunjung.
Pada akhirnya aku mengayuh sepedaku lebih kencang. Aku tidak perlu khawatir akan terserempet mobil atau motor yang melintas karena sekarang aku telah berada di pinggiran kota yang umumnya jarang terlihat kendaraan berlalu lalang. Mungkin hanya beberapa kilometer lagi aku akan sampai di peternakan sapi.
Normal POV
Hinata yang sejak setengah jam yang lalu terus menghitung pemasukkan kemarin dan membuat desain sebuah kue pernikahan melihat jam tangannya. 10.40. Hinata mendesah pelan dengan wajah cemas. Kedua tangannya di depan dada dan ia terus melihat keluar toko sesekali melirik jam tangannya.
Ia mengetuk-ngetuk meja kasir—sesuai dengan hitungan detik. Mungkin sudah ratusan ia ketuk meja kasir, tapi tak sedikitpun ia melihat tanda-tanda kedatangan Sakura. "Sepertinya aku harus membuka lowongan kerja. Sangat tidak mungkin jika aku dan Sakura hanya berdua saja untuk melayani pengunjung." ucap Hinata. Sebuah niat untuk membuka lowongan kerja terlintas di benaknya. Mungkin niatnya akan digubris dengan anggukan gembira tanda setuju oleh Sakura.
CKLEK!
Sebuah suara yang berasal dari arah pintu toko berhasil mengejutkan Hinata. Dilihatnya seorang lelaki—seperti seorang karyawan kantor memasuki toko tersebut. Lelaki tadi memakai setelan jas berwarna hitam serta membawa sebuah tas laptop.
Hinata segera mengambil sebuah menu dan sebuah buku kecil. Ia pun menuju tempat di mana pengunjung pertama pada hari itu datang.
"Mau memesan apa, Pak?" ucapnya setelah ia memberikan buku menu kepada pemuda tadi.
"Ah, jangan panggil saya bapak. Umur saya masih 22 tahun. Jadi terlalu muda untuk dipanggil bapak." jelas pemuda itu. Hinata yang mendengar ucapannya hanya mengangguk-angguk.
"Umm, saya pesan cheese cake yang terenak di toko ini." ucap pemuda itu. Seketika Hinata segera mencatat pesanan pengunjung. "Minumannya?" tanya Hinata. "Lemon tea ice saja." jawab pemuda itu. Hinata pun kembali menulis pesanan pemuda tadi.
"Baiklah. Saya permisi dulu." pamit Hinata. Ia pun segera menuju dapur untuk membuat lemon tea ice dan mengambil cheese cake dari dalam etalase.
Pemuda tadi segera mengangkat kembali koran yang dipegangnya dan melanjutkan membacanya.
...
...
Tit! "Hei, Teme! Lama sekali kau ini! Aku sudah menunggumu sekitar setengah jam yang lalu."
"Hn."
"Masih di pinggiran kota?"
"Hn."
"Ya sudah. Kau kebut saja mobilmu itu."
"Hn."
"Cepat, ya. Saat ini aku sedang berada di Frutcy Shop. Kau tahu kan dimana letaknya?"
"Hn"
"Ya sudah, cepatlah! Jangan lupa untuk percepat laju mobilmu itu. Sampai bertemu disini!" Tit!
"Huh, menyusahkan saja." umpat pemuda yang baru saja ditelepon oleh sahabatnya. "Naruto kan sudah tahu kalau aku pernah kecelakaan mobil gara-gara mengikuti ucapannya dulu. Sekarang dia malah menyuruhku untuk mengebut mobilku lagi."
Pemuda itu terus menggunjing sahabatnya tadi. Awalnya pemuda itu tidak akan mengikuti ucapan sahabatnya ditelepon. Tapi pada akhirnya pemuda itu mempercepat laju mobilnya.
"Ahhh!"
BRUK!
'Hah? Apa yang baru saja terjadi? Apa aku baru saja menabrak seseorang atau kecelakaan yang menimpaku dulu terulang kembali?' pikir pemuda itu.
"Aduhh! Sakit!"
"Hah? Apa aku baru saja menabrak seseorang?"
Pemuda itu langsung keluar dari mobilnya. Dilihatnya seorang gadis sedang memegangi lutut kanannya yang sudah banyak mengeluarkan darah. Gadis itu duduk di aspal jalan dengan posisi berada di depan mobil pemuda tadi. Sepedanya tejatuh tak berdaya.
"Maaf, aku tidak bermaksud untuk menabrakmu." ucap pemuda itu. Ia melihat lutut gadis itu terluka.
"Aduh." rintih seorang gadis yang baru saja terjatuh. "Lututku berdarah."
"Mau aku antarkan ke rumah sakit?" tawar pemuda itu. Ia terlihat panik.
"Tidak, tidak. Pakai obat merah saja." tolak gadis itu. Ia masih memegangi lututnya. Gadis itu menggigit bibirnya. Ia menahan perih luka pada lutut sebelah kanannya.
Pemuda itu menuju mobilnya. Ia mengambil obat merah dan kapas dari dalam dashboard mobilnya dan segera kembali ke tempat gadis tadi.
Pemuda itu mengobati luka gadis tersebut. Pemuda itu tidak mengeluarkan suaranya. Mereka diam seribu bahasa. Kesunyian terasa diantara mereka berdua.
"Maaf telah menyusahkanmu." ucap gadis tadi. Wajahnya mengisyaratkan kalau dia sangat bersalah.
"Tidak. Justru aku yang seharusnya minta maaf." ucap pemuda itu. Ia pun langsung bangkit dan membantu gadis tadi untuk berdiri. Pemuda itu merasa sangat bersalah.
"Terima kasih." ucap gadis itu sambil tersenyum.
"Hn." balas pemuda itu. Mereka pun duduk di atas kap mobil pemuda tadi.
Gadis tadi segera merapihkan pakaiannya. Ia pun melirik ke arah pemuda yang baru saja menolongnya sekaligus menabraknya. "Umm, sepertinya kau sedang buru-buru, ya?" tanya gadis itu. Pemuda tadi pun menoleh. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya.
Gadis tadi membersihkan jaketnya yang kotor. "Oh. Umm, apa kau pebisnis?" tanya gadis itu lagi. Sekali lagi pemuda itu menoleh dan mengangguk-anggukkan kepalanya. "Hn. Aku adalah seorang direktur."
Gadis tadi terkejut. Ia menatap pemuda itu dalam-dalam. "Direktur? Apa kau seorang direktur sebuah perusahaan besar?"
Pemuda itu kembali mengangguk-anggukkan kepalanya. "Hn. Memangnya ada apa?" pemuda itu berbalik tanya.
Gadis tadi menggeleng-gelengkan kepalanya "Tidak. Tidak ada apa-apa. Umm, sekarang umurmu berapa?"
"22 tahun."
"22 tahun?" ucap gadis itu dengan sedikit terkejut.
Pemuda tadi menoleh ke arah gadis yang sedang duduk di sebelahnya. "Ya. Memangnya ada yang aneh?"
Gadis itu mengangguk kecil. "Ya. Pemuda yang sukses menjadi seorang direktur sebuah perusahaan besar. Kelihatannya aneh ditelingaku."
"Kau sendiri? Kau bekerja sebagai apa?" tanya pemuda tadi.
"Umm, aku hanya bekerja sebagai pelayan sebuah toko kecil. Tidak setinggi pekerjaanmu."
"Kau bekerja sendirian?" tanya pemuda tadi kembali.
"Tidak. Aku bekerja dengan sahabatku."
Pemuda tadi bangkit dari duduknya. Ia memandang gadis yang berada dihadapannya yang masih duduk. "Kau mau kemana?"
"Ke tokoku." jawab gadis itu seraya bangkit dari duduknya.
"Dimana?"
"Di tengah kota. Dan sepertinya aku sedikit terlambat tiba disana." jawab gadis itu.
Pemuda tadi menatap gadis yang sekarang berada di sebelahnya. "Oke, akan aku antarkan."
"Sa-sakura?!" seru Hinata dari dalam toko. "Kau habis jalan-jalan? Jadi kau tidak pergi ke peternakan sapi?" tanyanya berturut-turut dengan wajah panik.
Sakura menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia pun menunjukkan bukti kepada Hinata dengan mengeluarkan secarik kertas dan ditunjukkanlah kertas itu pada Hinata. "Tidak, tidak. Tadi aku sudah ke peternakan sapi kok. Nih buktinya!"
Hinata melirik sebentar pada kertas yang ditunjukkan Sakura. Seketika ia menoleh ke arah Sasuke dengan tatapan tanya. "Tapi mengapa kau pulang ke toko bersama pemuda ini?" tanya Hinata sambil menunjuk seorang pemuda yang berada di samping Sakura.
"Tadi ketika di jalan di pinggiran kota, ia tidak sengaja menabrakku. Lututku sempat terluka. Jadi aku tidak bisa mengendarai sepedaku. Lalu ia menawarkanku untuk mengantarkan ke toko karena kebetulan sekali ia juga akan bertemu dengan sahabatnya di toko kita." jawab Sakura panjang lebar.
"Terima kasih ya, Sasuke." ucap Sakura sambil membungkukkan badannya ke Sasuke.
Sasuke hanya mengangguk kecil. Ia pun langsung menuju tempat dimana seorang temannya duduk.
Hinata menatap sinis Sasuke yang sudah duduk bersama seorang pemuda yang sedang memainkan tombol-tombol yang ada di laptop-nya. "Sombong sekali pemuda itu." bisik Hinata pada Sakura.
"Maksudmu Sasuke? Hei! Dia itu sangat baik, Hinata." ralat Sakura. "Ya memang dia sedikit dingin, sih. Tapi ada sesuatu yang membuatnya dingin seperti itu."
Hinata berbalik menatap Sakura dengan tatapan bingung. "Sesuatu? Maksudmu apa, Sakura?"
"Aku tidak bisa bicara disini." bisik Sakura. "Ikut aku." lanjutnya. Ia pun langsung menarik tangan kanan Hinata dan segera menuju tempat kasir yang bersebelahan dengan sebuah etalase kecil.
"..." Hinata sama sekali tidak bersuara setelah ia mendengar semua kisah tentang Sasuke yang telah diceritakan Sakura. Ia hanya bisa menutup mulutnya agar tidak banyak berkomentar. "Aku tidak menyangka sama sekali. Pantas saja ia dingin. Ternyata ia sangat depresi dengan keadaannya sekarang."
Sakura mengangguk setuju menanggapi pernyataan Hinata. "Ya. Aku juga sama sekali tidak menyangka jika Sasuke bisa dingin karena depresi dengan keadaannya. Dia pun hanya menceritakan kisahnya pada sahabatnya yang sedang duduk bersamanya sekarang."
"Kasihan sekali Sasuke itu. Padahal jika dilihat dari tampangnya, Sasuke adalah orang baik yang sangat terbuka dengan siapa saja." ucap Hinata sambil membuka sebuah buku yang baru saja ia ambil dari sebuah laci meja kasir.
"Iya. Aku benar-benar tidak menyangkanya." ucap Sakura sambil mengikat rambut pendeknya dengan sebuah pita berwarna merah jambu senada dengan warna celemeknya.
Hinata segera mengalihkan pandangannya ke arah Sakura. "Tapi Sakura, kok dia bisa menceritakan semua hal itu padamu? Kau baru kenal dengannya kan?" tanya Hinata.
"Itu karena aku yang bertanya padanya. Mungkin karena ia tidak enak hati jika tidak menjawab pertanyaanku yang telah dibuat celaka olehnya, jadi ia menjawab saja pertanyaan-pertanyaan yang aku sodorkan." jawab Sakura santai.
"Umm, Sakura? Apa kau menyukainya?" tanya Hinata tiba-tiba. Sakura yang masih mengikat rambutnya langsung terkejut. Ia pun langsung menatap Hinata dalam-dalam. "Hah? Apa yang baru saja kau katakan?"
"Aku bilang, apa kau menyukainya?" ulang Hinata.
Sakura menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mengibas-ngibaskan tangannya ke depan wajah Hinata. "Ah, Hinata. Kau ini aneh sekali, ya. Aku kan baru saja mengenalnya. Mana mungkin aku langsung menyukainya. Kau ini suka sekali becanda denganku, ya."
Hinata menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tertawa kecil. "Sakura, Sakura. Aku ini sungguh-gungguh. Mungkin saja kau menyukainya. Kalau kau memang menyukainya katakan saja padanya."
"Aku bilang aku tidak menyukainya, Hinata. Aku kan baru saja mengenalnya. Kalau aku menyukainya, aku kan harus mengenalnya lebih jauh. Sedangkan aku baru saja mengenalnya tadi." ucap Sakura.
"Sakura, sebatas suka tidak apa-apa kan? Kau masih belum punya perasaan cinta kepadanya. Memangnya saat kau baru mengenalnya dan memandang wajahnya, kau tidak merasakan 'love at the first sight'?" tanya Hinata. Memang Hinata sangat penasaran dengan perasaan Sakura saat ini. Meskipun Sakura adalah sahabatnya, ia tidak pernah tahu siapa yang disukai Sakura sejak dulu.
"Ya memang sebatas suka tidak apa-apa, sih. Tapi aku sama sekali tidak menyukainya. Saat pertama kali memandangnya aku juga tidak merasakan apa tadi? Love at the first sight?" jawab Sakura.
"Ya sudahlah, aku mengerti. Kau masih belum menyukai seseorang. Tapi kalau kau sudah mulai menyukai seseorang, katakan padaku ya!" ucap Hinata. Sakura hanya mengangguk-angguk tanda setuju. "Iya, iya."
"Oh iya, bolehkah aku membuka lowongan pekerjaan? Sepertinya kita membutuhkan teman."
Sakura mengangguk-anggukkan kepalanya. "Ya, aku setuju."
Saat Sakura dengan Hinata sedang membicarakan Sasuke, Sasuke sendiri sedang membicarakan pekerjaannya dengan sahabatnya disebuah meja di dekat pintu toko.
.
.
.
"Bagaimana keadaan ibumu dan Rin, Sasuke? Apa mereka baik-baik saja?" tanya seorang pria yang duduk di depan Sasuke. Tangan kanannya masih memainkan tombol-tombol yang ada di sebuah laptop.
"Sekarang ibuku sedang sakit. Kata Kaname ia terkena demam." jawab Sasuke singkat. Tanpa ekspresi sama sekali.
"Hah? Ibumu sedang sakit? Semoga lekas sembuh, ya." ucap pria itu lagi.
"Hn. Terima kasih." balas Sasuke.
"Aduh, sampai lupa. Kau mau aku pesankan apa?" tanya pria itu kembali. Pandangan matanya berganti ke arah pemuda yang duduk di depannya.
"Hot Cappucino saja, Naruto." jawab Sasuke.
"Hanya itu?" tanya pria tadi yang ternyata bernama Naruto.
"Hn."
"Baiklah. Aku pesankan dulu, ya." ucap Naruto. Ia pun bangkit dan segera menuju tempat dimana Sakura dan Hinata berdiri.
Sakura dan Hinata yang sedari tadi mengobrol segera merapikan diri.
"Selamat siang, Pak! Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Hinata ramah. Sakura yang berdiri di sebelah Hinata hanya bisa tersenyum ramah.
"Pesan Hot Cappucino-nya satu, ya." ucap Naruto ramah.
"Hanya itu?" tanya Hinata kembali.
"Ya." jawab Naruto singkat. Setelah itu Sakura setelah berjalan menuju dapur untuk membuat secangkir Hot Cappucino. Naruto tidak kembali ke tempat duduknya. Ia menunggu di depan meja kasir sambil duduk di bangku yang lumayan tinggi.
"Jangan panggil saya, Bapak, Hinata." ralat Naruto. Hinata yang merasa ditunjuk menunduk malu sekaligus tanda mengerti.
"Ya, Naruto. Umm, itu sahabatmu, Naruto?" tanya Hinata sambil melihat ke arah Sasuke yang sedang membuka laptop-nya.
"Ya. Namanya Uchiha Sasuke." ucap Naruto santai.
"U-uchiha Sasuke?" tanya Hinata. Naruto mengernytikan dahi.
"Ya. Ada apa?"
Hinata menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ah, tidak ada apa-apa. Aku hanya merasa pernah mendengar nama keluarga itu. Umm, dia bawahanmu?" tanya Hinata kembali.
"Ah, kalau jabatan Sasuke lebih tinggi daripada aku. Dia adalah seorang direktur utama. Kalau aku sih masih direktur HRD. Direktur utama di Uzumaki Corporation masih dipegang kakekku, Jiraiya-sama." jawab Naruto tanpa ada hambatan sedikitpun.
"Dicari seorang wanita berusia minimal 20 tahun yang pernah berpengalaman bekerja sebagai kasir, koki, atau pelayan. Siap menerima pekerjaan disalah satu bagian tersebut. Menerima gaji minimal sebesar 4500 ryo per bulan. Hubungi nomor di bawah ini atau datang langsung ke Frutcy's Cake and Ice Cream Shop." ucap seorang wanita berambut coklat pendek serta berponi saat ia melihat sebuah brosur yang tertempel di jendela kaca sebuah toko. Ia melirik ke dalam toko tersebut melalui jendela kaca. 'Tokonya bagus, dan sepertinya karyawannya ramah-ramah. Lagipula aku kan belum mempunyai pekerjaan. Uang imbalannya juga lumayan untuk keperluan sehari-hariku.'
Gadis tersebut berjalan menuju pintu toko tersebut dan segera membukanya. Dilihatnya banyak pengunjung yang sedang menikmati makan siang mereka. Ia membetulkan tasnya. Wanita itu berjalan ke arah tempat pemesanan.
"Selamat siang! Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang gadis yang berambut panjang berwarna biru indigo yang senada dengan warna celemeknya.
Gadis yang berada di depan Hinata tersenyum. "Umm, apa disini masih membuka lowongan pekerjaan?"
Hinata yang mendengar ucapan gadis tadi mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mengulas senyum. "Ya. Kami memang mencari orang yang sedang membutuhkan pekerjaan. Toko kami kekurangan karyawan. Dan kami hanya membutuhkan seorang karyawan saja."
"Umm, apa saya dapat bekerja disini?"
"Ah, amat boleh. Apa kau pernah bekerja—"
Gadis yang berada di depan Hinata segera menjawab. "Ya, ya. Saya pernah bekerja di sebuah toko kue seperti ini selama 5 bulan."
"Usia?"
"22 tahun."
Hinata mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti. "Baiklah. Kau diterima bekerja sebagai karyawan disini. Silahkan ke ruang ganti untuk berganti seragam."
Gadis tadi tersenyum seraya membungkukkan badannya. "Arigatou."
"Ah iya, nama kau siapa?" tanya Hinata ketika gadis tadi mau membuka pintu ruang ganti. Gadis yang sedang menatapnya segera menjawab, "Hyuu. Nakamura Hyuu."
.
.
.
"Permisi—"
Sakura yang sedang mengelap gelas dan piring segera menoleh. "Hn." Sakura memandang gadis yang berada di dekat pintu dapur. Ia melihat gadis tersebut dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Kau—karyawan baru?"
Gadis yang merasa ditanya oleh Sakura segera mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia pun berjalan menghampiri Sakura dan segera membantu Sakura mengelap gelas dan piring.
Sakura mengulas senyum. "Namamu siapa?"
Gadis yang berada di sebelah Sakura segera menjawab sambil menjulurkan tangannya. "Nakamura Hyuuzu. Panggil saja Hyuu. Senang bekerja bersama kalian disini!"
Sakura segera membalas juluran tangan Ino. "Haruno Sakura. Panggil saja Sakura. Senang bekerja bersamamu!"
Mereka berdua saling tersenyum. "Ah, iya! Aku harus ke depan untuk membantu Hinata melayani pengunjung. Kau disini dulu ya, Hyuu!" ucap Sakura. Ia pun menaruh sebuah lap yang digunakannya untuk mengelap gelas dan piring tadi di sebuah rak kecil.
Setelah Sakura keluar dari dapur, ia segera menghampiri Hinata yang berada di tempat pemesanan.
"Yo, Hinata! Kau baru saja menerima karyawan baru ya!"
Hinata segera menoleh. "Ya, Sakura. Sepertinya ia orang yang giat dan rajin."
Sakura mengangguk-anggukkan kepalanya. "Ya, aku rasa juga begitu." ucapnya. "Oh iya, dimana buku pemesanan kue? Aku mau melihat bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat kue pernikahan aneh itu."
Hinata melirik ke arah laci meja kasir. "Disana."
"Arigatou, Hinata. Besok aku dan Sasuke akan kesini lagi. Ja!" pamit Naruto pada Hinata. Naruto pun segera menghampiri Sasuke yang masih berada di sofa. Mereka berdua pun segera pulang. Hinata tersenyum ke arah Naruto dan Sasuke.
Sakura segera berjalan menuju meja kasir. Ia pun mengambil sebuah buku kecil dari dalamnya. Ia membuka lembar demi lembar halaman buku tersebut. Tiba-tiba matanya terhenti pada sebuah halaman. Mulutnya menganga lebar.
"I-ini..."
Hinata yang telah melayani Naruto yang sedang membayar di kasir menoleh ke arah Sakura. "Ada apa, Sakura?"
"Ke-kenapa ada nama dia di buku ini?"
"Nama? Nama siapa, Sakura?" tanya Hinata. Ia pun menghampiri Sakura dan segera melihat ke sebuah halaman yang sedang Sakura lihat. "Ah, ini. Maaf aku belum memberitahukanmu tentang ini. Dialah orang yang akan menikah nanti yang memesan kue pernikahan aneh itu."
"Uchiha Itachi..."
Hinata mengangguk-anggukkan kepalanya. "Ya. Uchiha Itachi. Disini tertulis kalau ia kan menikah dengan Ayako. Sepertinya aku pernah mendengar nama klan Uchiha itu. Tapi dimana, ya? Umm, ah, sudahlah! Oh iya, tampangnya terlihat sudah tua loh. Mungkin karena aku melihat keriputnya atau entah apa itu. Tapi yang sangat aneh, warna rambut dan matanya sangat mirip dengan—"
"—Sasuke. Dialah kakak kandung Sasuke yang jahat itu." jawab Sakura pelan. Hinata mengernyitkan dahi.
"Sa-sasuke? Maksudmu, Uchiha Itachi yang memesan kue dari toko kita ini adalah kakak kandung Sasuke?"
"Ya! Dialah kakak kandung Sasuke yang merebut cinta pertamanya itu!" teriak Sakura pada Hinata. Semua pasang mata yang berada di toko tersebut segera memandang Sakura. Tidak terkecuali Naruto dan Sasuke sendiri yang baru berjalan empat hingga lima langkah dari Frutcy Shop.
"Eh—"
.
.
To Be Continue
.
.
Oke. Kesimpulannya, fic ini masih multichapter dan menceritakan kehidupan cinta remaja yang kesemuanya masih 22 tahun (?). Karakter utamanya sih ada banyak. Tapi kali ini saia lebih mengutamakan kisahnya Haruno Sakura. Dan seperti fic saia yang lalu-lalu, di fic ini tetap ada pairing SasuSaku. Tapi tunggu, disini juga ada pairing SaiSaku, dan NaruHina. Umm, kayaknya pairingnya segitu dulu deh. Sisanya... lihat nanti ya~
Nanti ada chara-chara yang bakalan muncul. Beberapa chara tersebut ada yang saia karang sendiri. Tapi ada juga chara yang gak saia karang kok, kayak Sai. Dan ada penambahan OC, tuh Nakamura Hyuuzu. Karena kebetulan dia sangat suka pada Sai. Jadi saia masukkan dia di fanfic saia ini. Soalnya disini ceritanya si Sai itu— ahh nanti saja jelasinnya. Lebih baik kalian baca sendiri chapter kedepannya.
Oh iya, gomen!!! Saia sangat keterlaluan karena tidak memberikan deskripsi yang banyak. Susah dijelasin soalnya T.T. Contohnya kayak dijalan ketika Sasuke nabrak Sakura, ya... kalian ngebayangin aja lokasi jalanan pinggiran kota yang sepi... Insya Allah chapter depan akan saia perbanyak deskripsinya.
Tapi saia harap semoga kalian tetap menyukai fic ini karena chapter selanjutnya ada penambahan chara baru yaitu Itachi dan Ayako (OC). Nah kalian gak tau kan Ayako itu siapa? Makanya baca chapter depan ya~
Gomen kalau masih ada typo, salah kata, dll. Abis lebaran nih! Jadi dimaafin ya~
Oke deh. Cuma segitu aja bacot-bacot saia. Terima kasih sudah membaca dan sampai bertemu di chapter selanjutnya!
Cheers,
Sasurin Katsuya