The Lost of The Ring

Summary: Sasuke membuka matanya perlahan, dilihatnya seorang gadis yang duduk di samping dirinya. Ia mengerjap. "Si-siapa kau?!" Gadis itu tersenyum kecil. "Aku—" Chap 2 update! Masih AU dan OOC.. RnR please~

Bales review dulu yuk!

Furu-pyon: Iya, ini udah diupdate. Makasih ya! ^^

Myuuga Arai: Halo juga ^^ Oh, horor ya? Tapi saia ngerasa kalo ini misteri *dibacok Myuuga-senpai* Coba senpai nonton, lucu deh (?)! Ada yaoi scene gitu . Iya, sebenarnya ending fict ini mau dibikin jelas, tapi takut pada bingung soalnya saia juga bingung ngasih ending yang bagus -w- Baik, senpai. Saia akan perbaiki. Umm, disini ada romantic scene sih. Tapi ya... yang gitu-gitu doang *dibacok lagi* Ngga ada adegan kissing, nangis bombay apalagi yang rated M. Makasih udah nyempetin review!

Michisige Asuka: Err, -piip- *inner: jangan kasih tau rahasia apapun tentang fict ini dulu, baka!* Iya, ini udah diupdate! Haha, saia juga gaje kok *ditambal panci (?)* Arigatou ^^

Ame no Suzushii: O.o Udah pernah nonton? Seru kan dramanya? Iya, kan? Iya, kan? *maksa* *ditambal panci (?) again* Sasuke jejingkrakan? =="a bisa speechless+cengok kalo ngebayanginnya.. Oke! Ini udah diupdate! Terima kasih! ^^

Azuka Kanahara: *nunjuk diri sendiri* Saia tega ya? Ngga nyadar tuh *dilempar cobek* Iya, serius! Malah saia merasa kalo fict ini pendek banget, mau ditambah tapi udah ngga ada ide =.= Duhh, tambah bingung. Nih cerita sebenarnya misteri apa horor sih? Oke. Akan diperpendek ^^. Makasih udah review!

:: KoNan :: : Makasih! Aduh sama, jantung saia juga berdebar kencang nih! *halah, lebay!* NaruSasu selamat? Umm, gomen, hanya Dewa Jashin yang tahu *dilempar pentungan* Umm, oke, requestnya saia terima. Dipikir-pikir dulu ya ceritanya kayak gimana ^^ Arigatou udah nyempetin review!

TaNa: == baik, Azuka-chan juga komen fictnya kepanjangan *pundung* Tapi serius! Saia merasa fict ini pendek! *bakiak melayang* Iya, emang misteri. Soalnya ini menceritakan tentang misteri hilangnya cincin Sasuke *inner: ah~ baka kau! Kan udah dibilang jangan dikasih tau. Dasar baka!* Makasih udah review!

Inuzumaki Helen: Bener, sumpah! Yah kagak tau ya, bakalan kocak atau kagak nih fict ==a Aduh, bukan. Naruto jadi Junsu, Sasuke baru jadi Changmin. Ya.. ada yang diedit dikit lah~ iya, ntar kalo Sasuke jadi Junsu... ah jadi kagak enak ngebayanginnya Iya, ya. Jauh-jauh dari Sasuke ya kalo mau denger iPod. Deket kamu? Ngga juga deh, ntar malah iPod-nya yang rusak ==" *digampar Helen-chan* Err, iya Hinata yang nyelametin SasuNaru, tapi sama seorang lagi. Tunangan Neji? Umm, siapa ya? Yah, maap, Kiba-nya lagi di rumah sakit hewan, ngurusin Akamaru yang lagi kena flu gara-gara keujanan (?) Iya, ini diupdate. Makasih!

evey charen: Emang ngga OOC ya? Saia kira OOC-nya kelewat batas buat Naruto. Lagipula, 4 cowok selain Naruto itu emang sikapnya begitu, kan. Iya, disini Naruto penakut, makanya diejek-ejek melulu sama sehabat-sahabatnya. Yap! SasuSaku! *girang sendiri* O.o ih~ kok tau sih? Sodaraan sama Shinichi Kudo ya? *ngga nyambung* Iya, mereka udah ngga ada *ngasih dupa (?) ke evey-san* Sakura? Err, dimana ya? Tunggu aja, ntar juga nongol dengan sendirinya kok *dibakar* Iya, makasih!

Rou. kEy.a: Oke, untuk hal itu udah dalam pemikiran saia ^^. Metafora dan hiperbola? Udah lupa itu ajas yang kayak gimana *tampared* Hehe, saia emang lola di pelajaran bahasa ==a. Kasar? Imej saia kan 'gadis baik hati'. Ah, ngga apa-apa :) masa' sih? kayaknya saia malah author yang asal jeblak aja XD Makasih udah review!

Akira-chan: *geleng-geleng kepala* Sasu belum punya first love. Sakura? Mau dia nongol atau mau dia mati? *bingung* Oke, makasih udah review!

Oke. Balesan review udah selesai. Umm, saia cuma mau ngasih tahu beberapa hal aja. Cerita ini memang terinspirasi dari Dangerous Love banjun drama. Tapi hanya menjadi inspirasi, ya... maksudnya ada hal-hal yang saia edit. Dan ngg, sepertinya disini endingnya jelas. Ngga kayak di DL. Tapi endingnya juga ngga terlalu dijelaskan terlalu detail. Maksudnya yah gitu deh. Nanti baca aja chapter terakhirnya :)

Baiklah, enjoy it!


Sasuke melihat kanan-kiri. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Naruto. Ia sedikit khawatir. Bukan karena Naruto yang penakut, tetapi hutan ini yang membuatnya khawatir. Takut kalau Naruto, sahabatnya sejak kecil hilang tak berbekas di hutan lebat ini dan itu semua...

—akibat kelalaiannya.

Sasuke berlari mengikuti arah jalan kecil. Ia lihat kanan-kiri sambil sesekali meneriakki nama Naruto—yang ia panggil 'Dobe' entah kenapa alasannya.

"Dobe!!"

...

"Dooobeee!!!"

...

"Kau tidak takut hutan gelap ini?!"

...

"Do—WAA!!"

SRUUKK! BUKH!

Sasuke terjatuh ke dalam jurang yang lumayan dalam dan tentu saja gelap. Ia tak sadarkan diri akibat kepalanya yang membentur tanah dengan ribuan dedaunan kering di atasnya. Tidak hanya Sasuke, sahabatnya yang ia cari sedari tadi juga telah pingsan di sampingnya.


The Lost of The Ring © Uchiha Sasurin Katsuya

Naruto © Masashi Kishimoto

Genre: Romance/Mystery

Rated: T

Main Chara: Uchiha Sasuke and Haruno Sakura

Other Chara: Uzumaki Naruto, Hyuuga Hinata, Sai, Sabaku no Gaara, and Hyuuga Neji

Main Pair: SasuSaku, NaruHina

Warning! AU, OOC, and mysteryless (?) and horrorless (nah loh?) Sasuke sedikit OOC pada awal cerita

Don't like, don't read!


Kisah Kedua


Sinar matahari masuk melalui jendela yang terbuat dari kayu eboni yang sudah lapuk disudut kamar. Angin hutan juga perlahan-lahan mengelus tubuh Sasuke yang sedari tadi tertidur pulas di atas ranjang kecil. Di sebelah ranjangnya, terdapat laci kecil yang diatasnya diletakkan jam yang ukurannya kecil pula. Naruto juga tertidur pulas di atas ranjang di sebelah laci kecil tadi.

Sasuke membuka matanya perlahan, dilihatnya seorang gadis yang duduk di samping dirinya. Ia mengerjap. "Si-siapa kau?!" Gadis itu tersenyum kecil. "Aku Sakura. Haruno Sakura." ucap gadis itu. Sasuke hanya mengernyit.

Sasuke segera bangkit untuk duduk dan melihat keadaan sekitar. Dilihatnya sebuah ruangan yang tidak terlalu besar dengan banyak lukisan antik yang berdiam di dinding-dinding kamar dengan cat bernuansa pink dan sedikit corak bunga sakura. Dua buah lemari kecil berdiri dengan tegak di dua sudut ruangan itu. Yang satu berwarna merah jambu dan yang satu lagi berwarna biru indigo.

Sasuke melihat sekujur tubuhnya yang terdapat banyak luka goresan. Ditambah lagi tangan kanannya yang sudah diperban rapih. Ia kembali mengernyit. "Heh, dimana aku sekarang? Dan kau, apa yang kau lakukan padaku?!" tanya Sasuke dengan nada tinggi sambil menunjuk ke arah Sakura. "Aduh!!"

Mata Sakura membulat. Ia pun memegang tangan Sasuke dengan perlahan. Sasuke terdiam. Sedikit menggigit bibir karena sakit yang mendera di tangan kanannya.

"Tadi aku menemukanmu bersama dia di tengah hutan dalam kondisi tubuh yang penuh luka. Jadi aku membawanya bersama sahabatku ke rumah yang telah kami sewa ini. Aku dan sahabatku yang mengobati kalian." jawab gadis yang bernama Sakura itu. Ia memegang tangan kanan Sasuke. Sasuke kembali meringis kesakitan. Tapi dibalik itu, tersirat rona kemerahan dari wajah Sasuke.

"Kau tinggal di hutan ini berdua dengan sahabatmu? Kau tidak takut?"

Tiba-tiba datang seorang gadis berambut indigo panjang dengan membawa sebuah baki yang diatasnya terdapat dua buah mangkuk bubur dan dua gelas susu.

Sakura menoleh ke arah belakang. Ia pun tersenyum kecil dan menghampiri gadis tersebut. "Nah, ini sahabatku. Namanya Hinata." ucapnya saat ia mengambil semangkuk bubur dan segelas susu dari atas baki tersebut. Sakura kembali menghampiri Sasuke dan duduk di atas ranjang di samping Sasuke. "Lebih baik sekarang kau sarapan dulu. Bagaimana kalau aku suapi? Tangan kananmu masih dalam keadaan diperban seperti itu. Tentu kau tidak mungkin dapat makan sendiri, bukan?"

Sasuke terdiam. Ia menundukkan kepala, merasa malu akan perlakuan dari gadis yang duduk di sampingnya itu. "Hn. Arigatou."

Sakura tersenyum kecil. Diikuti Hinata yang sudah duduk di atas ranjang di samping Naruto yang masih tertidur dengan lelapnya.

"Tidak perlu sungkan..."


Tirai berwarna putih yang terletak disudut kamar itu tertiup angin yang masuk dari jendela besar—begitu pelannya. Sedikit sinar matahari yang masuk melalui celah tirai jendela mengenai wajah seorang pemuda yang tertidur di atas sofa. Pemuda itu terbangun—membuka mata lebih tepatnya. Ia menegakkan tubuhnya yang sedikit miring, mencari posisi yang lebih nya,am. Dilihatnya sekitar kamar Neji, matanya terbuka lebar ketika ia melihat dua sosok manusia yang seharusnya ada di tempatnya malah menghilang entah kemana.

"Naruto dan Sasuke—eh, kemana mereka?"

Seorang pemuda berambut lavender panjang juga membuka matanya perlahan. Ia bangkit, meregangkan otot-otot tangannya sebentar dan segera menghampiri Sai yang masih terbingung-bingung di atas sofa.

"Ada apa, Sai?"

Sai menoleh, menatap sang tuan rumah yang sedang menguap kecil. Ia mengernyit. "Kau lihat Naruto dan Sasuke? Mereka tidak ada di sini. Apa mereka pergi keluar, ya?"

Neji mengangguk kecil saat ia duduk di sofa samping Sai. Ia mengambil remote TV dan segera menyalakan televisi yang berjarak 3 meter di hadapannya. "Mungkin saja. Paling tidak, mereka pergi jalan-jalan di sekitar villa. Nanti aku suruh Kakashi untuk memanggil mereka kesini." ucapnya santai seraya mengganti channel televisi.


Sasuke's POV

Aku termenung sendiri di kursi panjang yang terbuat dari kayuk yang sudah lapuk di beranda rumah Sakura dan Hinata—lebih tepatnya rumah sewaan atau entahlah, aku juga tidak terlalu mengerti. Kupegang kepalaku yang masih terasa berat akibat terjatuh tadi malam. Terhempas ke jurang bukanlah sesuatu yang menyenangkan, sakit sekali!

Sesekali kuhirup udara pagi yang terasa amat segar. Yah, namanya juga hutan. Banyak sekali pepohonan yang menghasilkan oksigen bagi kita, walaupun disaat pagi hari. Sinar matahari juga tidak terlalu menyengat—karena terhalau dedaunan beribu-ribu pohon yang tumbuh di hutan ini, mungkin.

Pemandangan yang menurutku cukup aneh—bukan, bukan aneh, tetapi asing sekaligus berlebihan yang berada di depanku sangat membuatku muak. Kulihat Naruto sedang berlari-lari mengejar gadis berambut indigo di taman bunga yang berada tepat di depan rumah ini. Memang bukan taman bunga yang besar, tapi hanyalah sebidang pekarangan dengan ukuran tidak lebih dari 5mx5m yang ditumbuhi berbagai tanaman indah.

Ya, aku muak! Hanya kepada Naruto. Lihat saja, ia berlari-lari mengejar Hinata dengan gaya yang terlalu berlebihan. Bayangkan, Hinata berlari amat pelan, tapi Naruto tidak bisa menyusulnya. Apa itu?! Berlebihan sekali! Lagipula taman itu kecil, masa' Naruto tidak bisa menyusul Hinata, sih!

Setelah adegan berlari 'kecil-kecilan' tadi, kulihat lagi adegan memuakkan yang benar-benar membuatku ingin muntah. Kulihat Naruto mengambil setangkai bunga mawar merah. Yah, memang pakai gunting khusus, sih. Tapi adegan selanjutnya yang membuatku sedikit, ahh... sudahlah.

Naruto memberikan bunga mawar itu kepada Hinata—dengan sedikit kerlingan mata dan rayuan kecil. Yah, kulihat Hinata hanya menundukkan kepalanya dengan wajahnya yang bersemu merah sekali. Tapi pada akhirnya ia mengambil bunga mawar itu dan senyum-senyum berdua. Halah, dasar Naruto. Gombal sekali dia!

Kulihat Hinata kembali tertunduk. Yah, makin merona saja wajahnya itu akibat ulah Naruto tadi. Ia mendekatkan bunga mawar merah itu ke hidungnya, mencoba mencium harumnya bunga lambang 'cinta' tersebut. Naruto hanya tersenyum kecil sambil sesekali berbicara pelan. Entah apa yang dibicarakannya pada gadis kemayu yang berada di depannya itu.

Keduanya terdiam. Mungkin kalau Naruto tidak melakukan sesuatu aku sudah berdiri tepat di tangga beranda rumah sambil membentak mereka 'Hei, pergi kalian! Membuatku sedikit iri dan muak saja!' Itulah yang akan kuucapkan. Tapi yah, seperti yang kubilang, Naruto melakukan sesuatu yang tidak kuduga-duga. Ia mengangkat dagu Hinata yang masih tertunduk itu. Naruto tersenyum kecil melihat Hinata yang memejamkan mata, mungkin tidak mau menatap pemilik kedua mata sapphire tersebut. Naruto ikut memejamkan mata. Dan yah... Perlahan-lahan Naruto mendekatkan wajahnya ke wajah Hinata dan tanpa ada gangguan dari sana-sini, bibirnya menyentuh bibir Hinata yang masih dalam kondisi memejamkan kedua matanya! Argh!! Apa yang baru saja kulihat?! Di depan mataku, beberapa meter dari tempatku berdiri, dan beberapa detik yang lalu, aku baru saja melihat sahabatku yang biasa kupanggil Dobe itu mencium seorang gadis untuk pertama kalinya!!

Aku terperangah dalam diam karena kejadian yang baru saja kulihat dengan kedua mataku sendiri. Karena aku makin risih akibat perbuatan Naruto dan Hinata yang sudah menjadi-jadi, aku langsung bangkit dari kursi yang hampir lapuk ini dan beranjak menuju dapur. Lebih baik aku bersama Sakura daripada diam sendiri disini tanpa iPod tersayangku yang rusak akibat terkena batu saat aku terjatuh ke dalam jurang tadi malam.

-

-

-

"Eh, Sasuke. Ada apa? Sudah puas dengan udara segar pagi hari di tengah hutan seperti ini?" tanya Sakura yang saat itu sedang mengiris tomat bulat menjadi beberapa bagian. Ia tidak menoleh padaku yang saat itu sedang kesal, mungkin dan entahlah apa yang membuatku kesal. Yah, tidak apa-apalah daripada ia mengiris tomat seraya menatapku dan tiba-tiba jarinya terluka.

Aku menarik kursi meja makan yang terbuat dari kayu eboni itu. Dengan perasaan campur aduk antara kesal, iri, sedih, dan sedikit senang—entahlah apa yang membuatku senang—, aku segera mengambil beberapa irisan tomat yang berada di piring kecil dekat alas memotong yang dipakai Sakura untuk mengiris tomat.

"Ya, aku sudah puas. Sangat-sangat puas karena Naruto dan Hinata memberikanku sebuah 'pemandangan kecil' yang membuatku muak. Bayangkan saja, mereka berciuman di depan mataku ketika aku sedang menghirup udara segar!" gerutuku sambil menguyah tomat. Umm, kalau dipikir tomat ini rasanya lezat sekali. Beda dengan tomat yang biasa kumakan di rumah. Yah, lumayanlah untuk menghilangkan kekesalanku ini.

Sakura berhenti mengiris tomat. Ia menatap wajahku yang menunjukkan kekesalan ini dengan sebaliknya. Dengan menaruh pisau yang ia pakai tadi di dekat alas pemotong yang berdekatan dengan bibir meja makan serta menarik kursi meja makan dan duduk di atasnya, ia menatapku sambil tersenyum—manis sekali, menurutku.

"Hah? Benarkah? Naruto dan Hinata berciuman? Waw, Hinata kan sahabatku yang sangat-sangat dan sangat pemalu. Dan mereka baru saja kenal. Ng, apa dia melakukannya dengan sempurna?" tanyanya dengan wajah penasaran. Aku hanya menganggukkan kepalaku pelan seraya mengambil kembali irisan tomat dan menguyahnya kembali.

Sakura menggoyang-goyangkan tanganku sambil berbicara pelan namun penuh semangat. "Ayo, ayo! Ceritakan! Aku ingin lihat bagaimana reaksi Hinata!"

Aku mendesah pelan. "Lihat saja sana diluar. Tapi entahlah, mungkin mereka sudah berhenti melakukannya."

"Ya sudah, aku keluar dulu, ya!" serunya dengan penuh semangat. Ah, dasar Sakura! Aneh sekali dia. Masa' mau mewawancarai sahabatnya tentang first kiss-nya itu, sih!

Tanpa diduga-duga, lengan Sakura mengenai gagang pisau dan dengan refleks, pisau itu jatuh ke lantai dengan menghasilkan bunyi yang lumayan keras. Aku sedikit terkejut. Bunyinya sih yang membuatku kaget. Sakura segera membungkukkan badannya untuk mengambil pisau tersebut.

"Aduh!!"

Aku kembali terkejut. Kali ini karena teriakkan Sakura yang memekikkan telingaku. Aku segera beranjak memutar menuju tempat dimana Sakura sedang terduduk dengan jari tangannya yang bersimbah darah!

"Kau tidak apa-apa?" tanyaku panik. Kulihat Sakura sedang memegang jari telunjuk pada tangan kanannya. Darahnya mengucur pelan. Terlihat luka goresan yang cukup besar.

"Sini, biar aku bantu!" seruku seraya memegang tangan Sakura dan menghisap darah yang keluar dari jari telunjuknya tersebut. Setelah selesai kuambil sebuah plester yang terletak di kotak P3K yang sudah Sakura beritahu dimana letaknya. Kupakaikan plester itu ke jari mungil milik Sakura dengan hati-hati. "Nah, kalau begini tidak akan terasa sakit lagi."

Sakura hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Entah mataku yang salah atau bukan, kulihat wajah Sakura memerah. Ia menyembunyikannya dengan menundukkan kepalanya. Saat itu aku hanya mengernyitkan dahi. "Hn? Wajahmu kenapa?"

Sakura hanya menggelengkan kepalanya pelan. Seketika ia segera menarik tangannya dari genggamanku. "Ti-tidak ada apa-apa. Ya sudah, aku mau membuat sandwich madu lapis tomat untuk dibawa ke pinggir danau nanti." elaknya. Ia pun segera mengambil pisau yang masih teonggok sempurna di atas lantai di samping tubuhku dan berdiri untuk mengambil roti tawar yang berada di atas meja makan dan mengolesinya dengan madu segar juga irisan tomat tadi sebagai pelengkapnya.

Aku masih mengernyitkan dahi. "Jalan-jalan?"

Sakura menoleh padaku yang membelakanginya. Ia tersenyum kecil, masih terlihat pipinya yang merona merah. "Ya, di dekat sini ada danau yang pemandangannya sangat indah. Setiap hari aku kesana bersama Hinata untuk menghilangkan rasa penat." jawabnya. Aku hanya menganggukkan kepala seraya bangkit dan membantunya membuat sandwich.


Normal POV

"Naruto, tolong gelar tikarnya, ya. Nanti aku mau menaruh makanan di sana, Kita akan makan sandwich bersama disini." ucap Sakura seraya meminta Naruto membantunya. Sasuke sedang berdiri di pinggir danau sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Sakura hanya mengangkat bahunya pelan lalu kembali ke aktivitasnya semula.

-

-

-

Naruto memegang perutnya yang terlihat membesar. Sesekali ia menepuknya pelan seraya mengucapkan sebuah kata, "Mantaapp~"

Sakura hanya menggeleng kecil sambil tersenyum. Ia pun segera bangkit dari duduknya dan menyematkan kakinya ke dalam sandal berwarna merah jambu. "Ayo, Sasuke. Kita kesana. Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu." ucapnya setelah menarik-narik lengan Sasuke yang masih mengunyah sandwich. Sasuke hanya mengernyit kecil sambil mengikuti Sakura yang sudah berjalan ke arah danau.

"Hn. Apa?"

Sakura merentangkan kedua tangannya. Ia mengangkat kepalanya dan memejamkan mata. "Suasana disini sangat menenangkan... Udaranya sangat sejuk dibandingkan di rumah."

"Ohh. Hanya itu." ucap Sasuke acuh. Ia kembali memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. "Memang indah."

Sakura mengangguk pelan. Ia pun duduk di atas rerumputan di samping Sasuke yang masih berdiri dengan tatapan kosong ke arah danau yang berada di depannya. "Ayo, duduk!"

Sasuk terdiam. Selama sepersekian detik ia baru menoleh pada Sakura. Tatapannya membuat dahi Sakura sedikit berkerut. "Apa?"

Sasuke menoleh pada sebuah sampan kecil yang terletak tidak jauh dari tempat mereka duduk. Sakura hanya menghela nafasnya yang mulai tidak teratur. "Kau mau naik sampan itu?" tanya Sasuke yang sukses membuat Sakura membuka mulutnya lebar.

Sasuke mengangguk pelan. Ia pun segera menarik tangan Sakura yang masih duduk. Sakura hanya mendesah pelan saat ditarik Sasuke. "A-aku tidak mau. Kalau aku tenggelam, bagaimana?"

Sasuke menggeleng pelan. Ia pun segera duduk di atas sampan dan membantu Sakura untuk duduk bersama dalam satu sampan. "Tidak apa-apa. Ada aku disini."

Sakura hanya tersenyum. Ia pun segera bermain dengan air danau. "Aku baru pertama kali naik sampan. Ternyata mengasyikkan, ya?"

Sasuke ikut tersenyum. Kecil sekali hingga Sakura tidak dapat melihatnya. "Tentu saja." ucapnya pelan. Sasuke segera mengambil dayung dan mendayung sampan itu perlahan menjauhi tepi danau.


To Be Continued


O.o Kok kayaknya chapter ini Sasuke OOC banget, ya? Terus kayaknya si Sasuke terlalu maksa (?). Dan Sakura ngga liar (?) disini... Biasanya kan yang liar dia, bukan Sasuke. XD

Oia, emang dari sananya begitu, ya. Si Hee Bon ma Junsu udah PeDeKaTe padahal baru kenal. Yah tapi parahan fic ini. Masa' sih Naruto sama Hinata kissu?? Di depan mata Sasuke pula! XDDD

Yasud, setelah dibaca, review ya... Kayaknya chap ini lebih jelek daripada chap sebelumnya. Terima kasih yang udah mau baca dan mau review... *ngarep*

Sampai jumpa di chapter depan, yo~

Cheers,

Uchiha Sasurin Katsuya