~Will You Marry Me??~

Title: Will You Marry Me??

Author: Aiko desu!!

Disclaimer: Konomi Oji-chan... *make panci bair gak digatak sodet* Makasii Opah, sudah membuat karakter Sanada Genichirou dan Yukimura Seiichi yang begitu saya cintai... *kaburr!!*

Genre: Yaoi, Smut, apalah yang gitu-gituan... rated 'M' aja pokoknya...

Timeline: 8 Tahun setelah Final Nasional melawan Seigaku

Song: David Cook -- Permanent (gara-gara nonton MV di u-tub yang cerita SanaYuki pake lagu ini. Jadi terinspirasi untuk hal kotor ini *waratte*)

Warning: Yang disebutin genre diatas. Oia, lupa... ini fanfic 'M' pertama saya (boku no hajimete) jaa... kalau hancur, tolong jangan laporkan sayah ke pak'de Konomi... ampuunn pak'dee... sama beberapa IKLAN NUMPANG LEWAT. Maaf atas adanya iklan tersebut, namun yaahh... tanpa iklan tersebut, sayah mau dapet royalti darimana?? *ditendangin pembaca*


Tidak terasa sudah bertahun-tahun Sanada menghabiskan hidupnya bersama Yukimura. Dimulai dari awal pertemuan mereka ditahun pertama memasuki RikkaiDai, hingga kelulusan mereka di sebuah universitas terkemuka di Kanagawa.

Tahun-tahun itu, mereka lewatin bersama. Tak pernah sedikit pun terbesit rasa untuk meninggalkan satu sama lain.

"Genichirou…" panggil Yukimura saat mereka berdua duduk dibawah sebuah pohon – hanami.

"Ya??" Sanada menoleh pada orang yang dulu dipanggilnya buchou.

"Apa yang akan kau lakukan setelah lulus kuliah??"

Sanada berdeham sejenak – memikirkan masa depannya.

"Aku pasti akan melanjutkan pekerjaanku," ujarnya, "dan aku… akan menikah," senyumnya sambil melihat guguran kelopak-kelopak bunga sakura yang menghujani mereka berdua.

"Menikah ya?? Sepertinya menyenangkan…" gumam Yukimura tertunduk.

"Begitu kah??" Sanada meminta persetujuan dari sang Buchou.

Yukimura mengangguk sambil mengatupkan matanya sekali, "iya…"

Sanada mengulas senyum sedikit, "kalau begitu… Seiichi, maukah kau menikah denganku??"

"He??" Itulah reaksi Yukimura saat Sanada melamarnya.

"Iya, menikah dan hiduplah bersamaku…"

Yukimura langsung terdiam. Ia bahagia. Sangat bahagia. Namun, disaat bersamaan Ia merasa bimbang, apakah Ia harus menerima atau menolaknya. Andai saja penyakit itu tidak kambuh lagi, Yukimura pasti sudah mengatakan ya, dan mereka akan saling berpeluk cium saat ini.

Beberapa minggu yang lalu, Yukimura mendapati dirinya terjatuh seperti kejadian 8 tahun yang lalu. Tergeletak lemah tak berdaya.

"Guillain Barre, menyerang anda lagi," jelas dokter saat ia memeriksakan dirinya beberapa hari lalu, "mungkin ini lebih parah dari yang kau alami beberapa tahun lalu,"

Apa aku masih pantas untuk Sanada??

Tawa Sanada membuyarkan lamunannya, "kalau kau bingung, tidak apa-apa, tidak usah dijawab sekarang," rangkulnya.

Yukimura membalas rangkulan itu dengan genggaman hangat dari kedua tangannya, "maafkan aku, jawabnya… lain kali saja ya??"

"Tapi, bagaimana jika sementara waktu ini, kita tinggal bersama??"

"Eh??"


Jadilah mereka tinggal di rumah Sanada yang terbilang tidak terlalu besar – sederhana.

"Akhirnya, akan ada juga orang yang membalas salamku saat aku pulang nanti…" gumam Sanada sambil membantu Yukimura membereskan segunung kardus bekas pindahan Yukimura.

"Maksud mu??" Yukimura memiringkan alisnya sedikit.

"Coba kau rasakan, betapa bahagianya kita kalau ada yang membalas salam saat kita melewati pintu itu??" Sanada menunjuk pintu depan rumahnya.

"Contohnya??" Yukimura tersenyum sambil memberesi barang-barangnya.

"Tadaima…" senyum Sanada sambil melirik Yukimura.

"Okaeri…" tanpa sadar Yukimura menjawab. Wajahnya tersipu merah. Matanya membulat menatap Sanada yang ada di hadapannya.

"Ah, sebentar lagi kau akan terbiasa dengan hal sepele ini…"

Ini bukan hal sepele, Genichirou… Aku merasa sangat bahagia…

---Pluk!

Jatuh sebuah benda kecil dari kardus yang diangkut oleh Yukimura menuju gudang.

"Apa ini??" Sanada ngesot - mengambil benda serupa buku tersebut.

"Sanada, itu apa??" Tanya Yukimura yang sejenak meletakkan kardus yang sedang dibawanya.

"Ah, ini album foto ya??" Sanada membolak-balik lembaran demi lembaran.

Yukimura mengambil posisi duduk di samping laki-laki tersebut.

"Ah, ini kan…"

"…waktu kita masih SMP. Aku hampir lupa kalau aku pernah menyimpannya,"

Tampaklah potret-potret mereka yang sedang mengenakan seragam tenis Rikkai. Baik saat latihan maupun seusai pertandingan, Yukimura abadikan dalam sebuah album kecil – hasil jepretan Yagyuu yang dimintanya (dipaksanya) untuk selalu membawa kamera digital kemana-mana semenjak Yukimura keluar dari rumah sakit.

"Wah, mereka kira-kira bagaimana keadaannya sekarang ya??" tanya Yukimura saat melihat foto para anggotanya.

"Kudengar, Yagyuu sudah menjadi manager di sebuah perusahaan," ujar Sanada.

"Oya? Dimana??"

"Tokyo,"

"Wah, hebat! Lalu, bagaimana dengan yang lainnya?? Oia, Niou sedang ada di Perancis kan??"

"Sedang apa dia di sana??"

"Entahlah, yang jelas sebulan lalu, Ia mengirimkanku kartu pos dari Paris,"

"Curang! Aku tidak,"

Yukimura hanya tertawa kecil melihat pipi Sanada menggelembung kayak ikan buntal.

"Dan yang lainnya, pasti sudah mempunyai jalannya masing-masing…" gumam Yukimura dengan pandangannya yang menjadi sayu.

"Iya…"

Suasana menjadi hening sejenak sampai…

"Genichirou! Lihat!"

Sanada langsung tersentak menjadi panik, "ada apa??"

Yukimura tersenyum lebar, "ini kan foto kita berdua," Yukimura menujuk satu lembar foto yang tergambar dirinya dengan Sanada. Hanya berdua. Tampaklah sosok mereka yang saling menghadap satu sama lain dengan ekspresi yang alami. Sepertinya foto ini tanpa mereka sadari telah terpotret oleh Yagyuu.

"Lihatlah sang fukubuchou…" Yukimura menirukan mimik wajah Sanada yang kaku kayak es batu.

Sanada tertawa kecil, "aku bahkan tidak sadar kalau aku pernah menjadi wakilmu," gumam Sanada saat Yukimura yang bersandar di dadanya membuka-buka halaman berikutnya.

"Aku pun tidak sadar kalau sudah 11 tahun kita lewati bersama…" gumam Yukimura sambil menyusun kembali ingatannya saat pertama kali bertemu Sanada.

"Tapi aku selalu sadar kalau…" kedua tangannya yang besar menutup album tersebut yang menyebabkan Yukimura menoleh padanya, "… aku sudah mencintaimu dari awal kita bertemu…"

"Genichirou…" Yukimura menyadari nafas mereka yang saling bertemu.

"Selamanya, Seiichi…"

Yukimura membiarkan fukubuchou itu melumat bibirnya. Begitu dalam dan membuatnya ingin tenggelam dalam rangkulan Sanada yang sanggup melingkupi seluruh tubuhnya. Yukimura pun perlahan menutup matanya, dan mengalungkan kedua tangannya ditengkuk laki-laki itu. Sanada makin mendorong Yukimura dan kini tubuh Yukimura pun tepat berada dibawahnya.

Sejenak Sanada melepas ciumannya setelah melihat Yukimura dengan nafas memburu. Yukimura pun membuka matanya, dan mendapati Sanada dengan tatapan 'aku ingin memilikimu, Seiichi,'

Nafas mereka berdua mulai terasa memburu. Ruangan menjadi serasa panas. Titik-titik peluh Sanada membasahi lantai. Yukimura menjadi bimbang saat Sanada mulai menciumi lehernya dan tangannya menyusup dibalik kemeja orange-nya. Nafasnya begitu terasa di permukaan kulit telinganya.

"Genichirou…" Yukimura bangkit dan terduduk. Gesturenya menyatakan kalau Ia menolak untuk melakukannya bersama Sanada.

"Kenapa??" tersirat wajah kecewa di raut muka Sanada.

Yukimura tersenyum – senjata terampuhnya, "ini.. hampir waktunya makan malam. Aku… siapkan makan malam dulu ya?"

Tanpa bisa menolak, Sanada mengangguk pelan.

"Nah, kita bereskan kardus-kardus ini dulu," senyumnya sambil membawa kembali kardus yang barusan diletakkannya ke gudang.

Jika aku melakukannya lebih jauh, aku pasti takkan bisa melepaskan Genichirou…



"Terima kasih atas makanannya..." Sanada mengatupkan kedua telapak tangannya dihadapan wajahnya.

Yukimura memandang manis wajah Sanada yang dihadapannya, sambil membereskan meja makan.

"Aku, mau mandi dulu..." gumam Sanada sambil beranjak dari tempat duduknya.

Yukimura masih mengingat kejadian tadi.

"Genichirou..." tanpa sadar Yukimura memanggil Sanada.
"Ya?" Sanada pun menoleh.
"Ah... Tidak. Tidak jadi..." Yukimura langsung memunggungi Sanada.

"Aku hanya tidak bisa minta maaf padamu, Sanada,"

Yukimura hanya bisa terduduk di ruang TV. Acara TV pun tak sedikit pun ditolehnya karena pikirannya terlalu sibuk dengan perasaannya.

"Kau tidak mandi??" tiba-tiba Sanada duduk disisinya.
"Ah, sudah. Tadi," jawabnya sembari mengalihkan pandangannya dari laki-laki itu.

Lalu, mereka berdua pun duduk terdiam. Sunyi. Hanya suara TV yang mewarnai ruangan bercat putih ini.

"Sanada, maafkan aku," lirih Yukimura.
"Atas?"
"Kejadian tadi..."

Sanada tersenyum, "kau masih mengingatnya?"

Yukimura mengangguk pelan.

"Sudah, maafkan aku. Aku tidak memaksamu. Semua butuh waktu," Sanada merangkul Yukimura, "bersandarlah disini lebih lama lagi..." Sanada menarik kepala laki-laki itu ke atas bahunya.

When all you know seems so far away

And everything is temporary, rest your head

"Jika ku didekat mu, semua terasa tenang, Sanada..."

I'm permanent...



Yukimura tersadar dipagi yang cerah dan diatas kasur hangat, dan mendapati dirinya di sisi Sanada.

"Eh??" Yukimura tersadar, "seharusnya, semalam aku tertidur di ruang TV...!?" Yukimura bangkit dari tidurnya. Sejenak menatap lekat Sanada yang masih tertidur pulas disisinya.

"Apa... Jangan-jangan ia yang menggendongku kesini?" tanya Yukimura dalam hatinya. Tiba-tiba saja, Yukimura teringat akan sesuatu.

"Yak ampun! Jam 8!" Yukimura jadi panik sendiri.

Sanada terbangun dengan ogah-ogahan, "kenapa?" tanyanya sambil mengacak-acak rambutnya.

"Aku... Telat kuliah..."

Sanada menguap -- melepas kantuknya, "he!? Telat??!" Sanada langsung beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi, "cepat bersiap! Aku akan mengantarmu!"

"Ah, tidak usah! Hari ini, kau ada pekerjaan kan?"
"Jangan bodoh! Aku akan mengantarmu!" bentak Sanada.

Yukimura hanya bisa mengikuti keinginan Sanada.

"Jika perlu dijemput, telpon aku..."
"Ah, bagaimana dengan pekerjaanmu??"
"Hari ini aku pulang cepat,"
"Maaf merepotkanmu. Gara-gara aku bangun telat, kau jadi terlambat ke kantor," Yukimura tetap tidak bergeming walau mobil Sanada sudah memasuki lingkungan kampus.

"Kita..." ucap Sanada, "kita yang terlambat..."

Lalu Sanada mengecup kening Yukimura yang sebagian tertutup rambut biru ikal nya.

"Maafkan aku yang selalu merepotkanmu…"

"Kau seperti baru kenalan denganku. Kita sudah selalu bersama-sama sejak dulu. Tidak ada kata 'merepotkan' lagi diantara kita,"

Yukimura mengangguk – tanda mengerti.

"Nah, aku pergi kerja dulu…" senyumnya sambil kembali bersiap membawa mobil tersebut.

"Genichirou, tunggu…"

Sebelum Sanada menutup kaca pintunya, Yukimura sudah melaluinya untuk memberikan ciuman selamat jalan di pipinya, "hati-hati ya… aku… akan menyiapkan makan malam yang enak nanti…"

Nampak jelas wajah Sanada yang bersemburat merah – tersipu.

"Hati-hati dijalan ya,"


Tugas mencuci piring sudah kerjaan Yukimura setiap mereka selesai makan. Sambil memikirkan banyak hal, Yukimura selalu bersenandung kecil sambil membilasi piring-piring bulat tersebut dengan kucuran air dari keran.

"Seiichi," tiba-tiba kedua lengan Sanada melingkupi pinggangnya yang kecil saat dirinya tengah asik dalam urusan nge-DJ.

"He?! Kenapa, Genichirou??"

"Aku… begitu merindukanmu malam ini…"

"Genichirou…"

Sanada diam. Hanya menyesap wewangian parfum yang dipakai Yukimura sehabis mandi tadi melalui tengkuk nya yang semulus porselen.

"Genichirou, tolong lepaskan…" Yukimura mulai tidak nyaman dengan hal ini.

Namun Sanada malam mencium leher Yukimura lebih ganas lagi.

"Genichirou, aku tidak bisa menahannya lagi jika kau lakukan lebih jauh… "desahnya dalam hati.

"Seiichi, kuminta hanya malam ini saja…"

---Plakk!!

Tanpa sadar Yukimura menampar pipi Sanada. Sanada pun membelalak. Tak percaya apa yang dilakukan Yukimura terhadap dirinya.

"Apa aku sebegitu menjijikannya untukmu, Seiichi??"

Tanpa sempat menjawab, Sanada pun pergi dari hadapan Yukimura.

Aku yang menjijikan, Sanada…

Sanada pergi. Entah kemana. Yukimura menunggunya sendirian di ruang tamu, namun laki-laki itu tak kunjung pulang sampai dirinya jatuh tertidur.

Will you think that you're all alone

When no one's there to hold your hand?



Seperti pagi sebelumnya, Yukimura terbangun diatas kasur yang hangat dan sinar matahari yang menembus celah-celah gorden perak yang menutup kedua daun jendela di kamar Sanada. Namun pagi ini, tanpa Sanada di sampingnya – dan tanpa acara telat ke tempat kuliah.

"Masih jam 6 pagi…" gumamnya sambil terduduk diatas kasur tersebut.

"Genichirou pasti masih marah denganku soal semalam," Yukimura pun berjalan kearah pintu dan membukanya. Semuanya tampak tenang. Ia pun melanjutkan berjalan dengan menuruni tangga – ke ruang TV. Ditemukannyalah Sanada masih tertidur diatas sofa putihnya.

"Ya ampun… sampai tertidur diatas sofa segala…" Yukimura pun menarik selimut yang sudah melorot sampai betis Sanada untuk menutupi seluruh tubuhnya, "ku yakin hari ini kau sedang libur. Istirahatlah Genichirou…"

Yukimura pun bergegas mandi untuk berangkat kuliah – tanpa diantarkan Sanada.

Disiapkannya kopi pagi untuk Sanada yang masih bermimpi ditempat yang sama dan koran paginya. Ditutupnya pintu rumah sederhana tersebut pelan-pelan – agar tidak mengganggu sang Emperor dari tidur nyenyaknya, "aku berangkat, Genichirou," bisiknya.

Matahari bersinar redup pagi ini. Rupanya masih berkabut dimusim semi kali ini.

"Hampir musim gugur," gumam Yukimura sambil merapatkan jaketnya. Udara dingin menyelimuti tubuhnya.

"Tidak kusangka seberat ini perjalanan ke halte bus," keluhnya dalam hati. Belum lagi Yukimura harus melewati jalanan yang bising dan penuh sesak dengan orang-orang yang berlalu lalang di Kamis pagi ini. Belum lagi, Yukimura sempat tertinggal bus pemberangkatan pertama.

"Daripada telat ke kampus, lebih baik aku menaiki taksi untuk pergi ke stasiun," pikir Yukimura sambil menyetop sebuah taksi. Dan hal ini pun menguras dompetnya secara drastis. Dan lebih sialnya lagi, sempat macet ditengah perjalanan.

"Kereta jurusan Yokohama segera berangkat dalam waktu 5 menit lagi," mendengar pemberitahuan itu, Yukimura langsung berlari menerobos ke dalam stasiun tanpa sempat mengambil uang kembalian dari pembayaran taksinya.

"Gawat! Padahal aku sudah berangkat sepagi mungkin!! Hari ini kan pelajaran soisologinya Mitsuhashi-sama!!" umpatnya menyebut dosen paling killer di tahun ke limanya di Kanagawa University.

"Kereta menuju Kanagawa-ku, akan segera berangkat. Bagi penumpang yang masih berada di luar kereta, dipersilahkan masuk,"

Yukimura terus memacu kecepatan berlarinya walau kini dadanya terasa sedikit sakit – karena terlalu dipaksakan.

Dan…

---Brakk!!

Yukimura dapat memasuki kereta tepat pada waktunya dengan mengorbankan kaki kanannya. Karena terlalu terburu-buru, tanpa sengaja kakinya tergores pembatas pintu kereta yang menyebabkan permukaan kulitnya kini menghasilkan serat-serat tetesan darah.

"Argh… sakitnya…" erangnya dalam hati. Lalu Yukimura mengadah pada langit biru melalui kereta yang kini tengah melaju.

"Aku tanpa Genichirou, bukanlah apa-apa…"

Begitu kereta berhenti, Yukimura langsung bergegas menuju kampusnya. Namun ditengah 'pelarian' Yukimura baru tersadar, "Ah! Seharusnya kubawa hasil presentasiku hari ini!!" Yukimura bisa menggambarkan wajah garang dosen tersebut dalam kepalanya.

"Ah! Lebih baik tidak bawa daripada terlambat!!" Yukimura melanjutkan 'lari pagi'nya kearah kampusnya.

"Aku… telat," ucap Yukimura saat melihat dosen tersebut tengah sibuk bercuap-cuap di depan siswanya – yang sebagian besar tengah sibuk sendiri.

"Bawa hasil presentasi kemarin??" Tanya Mitsuhashi-sensei to the point.

Yukimura menggeleng pelan.

"Keluar kamu! Jangan ikuti pelajaran saya sebelum menunjukkan hasil presentasi itu…" Mitsuhashi-sensei membalikan badannya – memunggungi muridnya itu, "dan itu… jika kau berhasil membuatku terkesima…"

Yukimura berjalan gontai menyusuri koridor kampus. Ternyata, hari ini sangat berat jika Ia jalani sendirian.

"Hari ini, Cuma ada mata kuliah'nya Mitsuhashi-sensei saja. Kalau sudah ditolak masuk begini, lebih baik pulang saja…" pikirnya, "tapi… apa aku masih pantas untuk kembali ketempat itu??" Yukimura menghentikan langkahnya.

"Ah iya, lebih baik aku pulang saja dan meminta maaf atas kejadian semalam…"



"Aku pulang…" ucapnya saat melewati pagar rumah.

"Selamat datang," ucap Sanada yang sudah siap di depan pintu – tanpa senyum.

Yukimura memandang sejenak laki-laki tersebut, lalu berjalan sembari menunduk.

"Tunggu," Sanada menghalangi jalan masuk Yukimura, lalu berlutut dihadapannya, "ini apa??" Sanada mengangkat kain yang menutupi luka di kaki Yukimura.

"Ah… Itu hanya tergores saja," ujar Yukimura miris.

"Hanya tergores!!?" Sanada mulai naik darah, "kenapa tidak membangunkanku pagi ini untuk mengantarmu kuliah?! Jadinya seperti ini kan??!!"

Yukimura terdiam – merasa bersalah.

"Aku… aku pikir, aku tidak pantas untuk merepotkanmu lagi,"

"Pemikiran macam apa itu!? Bodoh sekali!" Sanada bangkit dan menatap lekat Yukimura yang berusaha lari dari pandangannya.

"Sudah kubilang, tidak ada kata 'merepotkan' diantara kita berdua! Titik!"

Tanpa disangka Sanada membopong Yukimura ke dalam rumahnya.

"He?! Sanada! Tunggu!"

"Diamlah, kalau kau berontak, kita berdua bisa jatuh!"

"Tapi…"

"Mau bilang 'merepotkan'??"

Lalu Sanada menaruh Yukimura diatas sofa putih yang ada di depan TV.

"Kenapa ceroboh sekali sih??" Sanada ngedumel sambil membersihkan luka goresan tersebut.

"Aku… sempat terlambat karena macet…"

"Huh! Jika saja aku mengantarkanmu…"

Suasana menjadi hening.

"Seiichi, minta maaflah padanya…" kata hatinya.

"Genichirou…" Yukimura memanggil lirih Sanada yang tengah sibuk membalut lukanya dengan perban putih.

"Hm??" deham Sanada tanpa menoleh pada Yukimura – tanda Ia mendegar panggilan sang Buchou.

"Sudah saatnya aku jujur padamu," kedua tangannya mengangkat wajah Sanada yang kini lebih rendah 15 cm darinya – karena Sanada duduk lebih rendah dari Yukimura.

"Genichirou… sesungguhnya, aku sangat mencintaimu…" mengatakannya saja membuat Yukimura tersesak dalam kepedihan, "aku sangat bahagia saat kau mengajakku untuk hidup bersama dan menikah…"

Sanada terdiam – tak mengerti apa yang dimaksudkan oleh Yukimura.

"Andai saja penyakit ini tidak menghampiriku lagi, aku pasti akan bilang 'ya', dan kita berdua pasti sudah menikah saat ini…" bulir-bulir airmata menggenang diujung kelopak matanya yang sayu.

"Apa maksudmu, Seiichi??"

"Aku… mengidap Guillain Barre, lagi…"

"Apa??"

"Penyakitku ini… kambuh lagi, Genichirou. Penyakitku ini, lebih parah dari 8 tahun yang lalu. Kau tidak mau kan, menikah dengan orang yang waktu hidupnya sudah divonis sekian hari??"

Sanada membelalak tak percaya.

"Bohong,"

"Maka itu, Genichirou… aku… tidak boleh menyentuhmu… karena aku takut melukaimu," tangis Yukimura.

"Dasar egois!!"

Yukimura tersentak dengan bentakan Sanada.

"Kau pikir dengan cara seperti ini aku tidak akan terluka? Dengan cara seperti ini aku akan bahagia? Kau sudah menyakitiku, Seiichi,"

"Aku tidak bermaksud untuk menyakitimu..."

"Tapi kenyataannya iya! Kau menyakitiku dengan menyakiti dirimu sendiri!"

Yukimura tertunduk. Apa yang harus diperbuatnya jika Sanada jadi semarah ini.

"Sudahlah, kau harus istirahat," Sanada meletakkan kedua kaki Yukimura diatas sofa sehingga tubuhnya kini terbaring sepenuhnya diatas sofa putih tersebut.

"Genichiro..." Yukimura menarik lengan kekar Sanada saat ia hendak pergi, "aku memang egois... Tapi, aku... Aku sangat membutuhkanmu..."

Sanada membatalkan niatnya untuk pergi.

"Tetaplah disini, Genichirou..."

"Itulah yang ku inginkan darimu. Jadilah egois... hanya terhadap ku..." Sanada tersenyum simpul.

--- BRUKKH!

Sanada mencium bibir Yukimura yang tergetar.

"Ungh...." Yukimura hanya bisa mendesah dalam basahnya mulut Sanada.

"Aku tidak peduli seberapa singkatnya hidupmu..."

Dibukalah T-shirt yang menutupi tubuh atas mulus Yukimura.

Sejenak Sanada melepas ciumannya -- memberi nafas sesaat pada Yukimura yang kewalahan menghadapi keganasan Sanada.

Wajah Yukimura begitu manis hari ini -- nampak tak berdaya dengan semburat merahnya dan bibir mungilnya yang basah. Dengan sigap Sanada menciumi daerah sensitif sang Buchou; leher dan tengkuknya. Yukimura semakin tidak karuan menerima perlakuan ini.

Desahannya makin membuat Sanada beringas hingga menjelajahi bagian dada mulus Yukimura, sambil melepas seluruh pakaian yang tersisa di tubuh Yukimura.

"Nnnhhh... Genichirou.."

Lalu, Sanada melepas kemeja kelabunya. Tampaklah bulir-bulir keringat di permukaan tubuhnya. Keadaan semakin memanas.

(author: gue udah mimisan neh... gak kuaaatt… =.,=)

Sanada kembali mencium leher Yukimura, sehingga meninggalkan 'Kiss Mark' di leher yang jenjang nan mulus tersebut, yang sempat membuat Yukimura mengerang manja. Sanada kembali berhenti. Menikmati pemandangan di depannya; tubuh Yukimura yang sudah menjadi miliknya.

Perlahan Yukimura membuka matanya yang tadi sempat tertutup karena menahan perasaan aneh ini; sakit, tapi nikmat. Dilihatnya Sanada yang masih belum apa-apa, sementara dirinya sudah tak berdaya.

"Curang kau, Genichirou..."

Yukimura mendorong dan menindih tubuh Sanada.

"Seiichi..." giliran Sanada yang mendesah. Namun tidak lama karena Yukimura keburu menguncinya dengan ciumannya.

(author: "Niouu~!! Ambilin gue ember!! Cepet ember!! Buat nampung darah mimisan gueee!!")

Sambil 'membuat' 'kiss mark' Yukimura melucuti kain yang melekat di tubuh sang Emperor.

"Akh! Seiichi...!" erang Sanada saat Yukimura sampai ke daerah pribadinya, "Seiichi... hentikan... nnhhh..."

Yukimura tidak mendegar erangan Sanada. Ia terus menjelajahi inci demi inci tubuh tersebut.

"Seiichi hentikan…mmnnhh… Kalau tidak… Aaakkhh~!!" seketika itu juga Sanada mengeluarkan cairannya yang membasahi seisi mulut Yukimura.

"Kita impas," senyum Yukimura.

Sanada mendesis penuh kenikmatan, "belum… belum berakhir. Aku belum kalah…" Sanada mendekap Yukimura dengan kehangatan ditengah semilir angin musim gugur. Yukimura menikmatinya. Kucuran keringat yang mengalir, deru nafas Sanada yang memburu, dan sentuhan kulit mereka berdua yang terasa begitu hangat.

Ia merasakan hangatnya kecupan Sanada di tengkuknya, lembutnya sapuan jemari besar tersebut di seluruh punggungnya.

"Nnghh…!! Mnnhh….!! Ahh~~kkhh…" Yukimura menggelinjang seketika ketika Ia merasakan sebuah benda hangat yang tiba-tiba memasuki dirinya.

(author: Niouu~!! Ember keduaaa~!! Cepeett~!! .,)

"Sanada, sakitt…" desahnya. Ini pertama kalinya mereka melakukan hal seperti ini. Wajar saja bagi Yukimura jika merasa sakit.

"Jangan tegang, Seiichi…" bisik Sanada mesra sambil menghentikan 'kepunyaannnya' yang sudah ada dalam tubuh Yukimura – untuk sejenak membiasakan Yukimura dengan 'kehadiran' dirinya dalam tubuhnya.

Yukimura mencengkram erat baju Sanada yang bertebaran dekat dirinya – berusaha terbiasa dengan rasa sakit ini.

"Nnnghhh… Genichirou… tidak apa-apa… aku… tidak apa-apa…" rintihnya. Walau sakit, Ia tetap ingin merasakannya sampai akhir.

"Aku akan lebih lembut lagi…"

Perlahan Sanada bergerak didalam tubuh Yukimura. Begitu lembut sehingga perlahan-lahan Yukimura merasakan kenikmatan itu. Masih bermandikan desahan dan peluh, Sanada mengecup bibir Yukimura yang meracau tak jelas karena merasakan dirinya.

"Genichirou…. hhhnn… lagi… lebih keras…nnhhh…mmhh…" pintanya disela-sela ciuman mereka.

(Author: *mati karena mimisan*

Niou: Wooyy!! Bangoonn~!! Itu! Itu! Belon selesee~!!

Author: *masih mati*

Niou: Entar gue kasih Kanetan deehh~~

Author: *bangun lagi, lanjut!*)

Sanada makin mempercepat ritme pergerakannya yang membuat Yukimura makin merintih tidak karuan.

"Akh! Akh! Seiichi… aku… akan keluar…" desah Sanada.

"Mmnhhh… Genichirou… Hhhnnhhh!!"

Sekejap itu juga, mereka berdua mencapai klimaks.

"Hhh… Seiichi…" Sanada mengecup kening Yukimura yang sudah basah karena peluh yang menetes. Diusapnya rambut ikal biru tersebut. Pendaran amethyst dalam matanya kini memudar. Yukimura tertidur karena kelelahan. Namun jemari tangannya masih erat menggenggam tangan kiri Sanada.

"Aku mencintaimu, Seiichi…"


Aiko no Note:Konnichiwa, minna-san... (^.,^)v *ngelapin sisa-sisa darah mimisan*

Maaaafff banget, baru sampai sini, atau lebih tepatnya 'sampai sini dulu, ya?' Author bedon ini gak kuat kalo besok harus ke PMI Bogor buat minta kantong darah golongan O positif (gak ada duit bo, buat belinye~)

Sebenernya, gak cuma adegan SMUT ent YAOI aja. Aiko pengen bikin 'bagaimanakah akhirnya?? Kisah cinta Sanada dan Yukimura sampe akhir??'

Mau berakhir bahagia?? atau tragis?? mohon Review-nya... m(_"_)m Onegaishimasu!!