Okay.. Okay.. Telat kan? Maaf..

Kan Ruru udah bilang pertama kali, Ruru ada olimpiade Matematika yang bikin otak Ruru mau meletus. Gomen banget ya?

Semuanya, tolong do'ain aku ya? Aku nih lagi benar-benar khawatir, gimana nanti tentang nilai olimpiadenya? Huhuhuhuhu~

Oh ya, yang mau request pairing bisa kok. Baca dulu ya Fanfic-ku yang judulnya "Tak Ada Logika". Takutnya kalian kecewa dengan karya amatirku membuat One Shoot. Setelah baca, beri review ya? Nanti kalau waktuku senggang n cukup banyak dengan izin tuhan pasti ku kabulin. Tapi hanya One Shoot pairing ya?

Arigatou~

Ada yang minta HitsuRuki ya??? Niy ku kasih deh di chapter ini. Mungkin awal-awalnya kalian bakalan bosen ngebaca karena alurnya sedikit ngawur, tapi aku suka bagian belakan chapter ini. Tapi sad ending. Ku buat seseorang meninggal atau di bunuh chapter ini, siapa? Siapa? Siapa?

Lalu buat seseorang yang amat sangat ku sayang, kak Zhy. Maaf lupa bikin pairing Aizen X Ichigo ya? Nggak pengalaman bikin pair "Boy Love". Hwehehe~

kapan-kapan æ ya kak? Sorry banget.

Oh ya, terlalu membuat readers menunggu juga nggak baik, maaf ya? Jadi, selamat membaca. ^_^

*~o0o~*

PEMUJAMU

Disclaimer : Bleach © Tite Kubo

Pemujamu © Hiru Kuchiki Rukia / Ruru

Genre : Romance / Drama

Rated : T for Teen :p

Pairing this chapter : IchiRuki, IchiRen, and HitsuRuki.

WARNING : AU, OOC, GAJE, ABAL2 and ALUR NGAWUR!!!

So, DON'T LIKE DON'T READ!!! Tapi, kalo suka... Ruru sangat senang.

RnR please!!!

*~o0o~*

FLASH BACK

"Kisu.." panggil Rukia lemah kepada sahabatnya.

"Ya, Rukia. Aku disini," balasnya. Kisu menggenggam tangan Rukia cemas. "Ada apa?" tanyanya.

Rukia tersenyum lemas."Kisu, aku.. menyukaimu." ucap Rukia dengan wajah yang amat pucat. Kisu alias Ichigo itu terkejut. Ia amat tak percaya Rukia mengatakan hal itu padanya yang berwujud wanita itu.

*~o0o~*

PEMUJAMU

By : Ada Band

kali ini ku tlah jatuh ke dalam

dosa begitu besar

terlalu mencintai begitu dalam

mata itu berhasil hipnotisku

menjerat nafsu jiwa

mengurungku ke dalam keindahan

rasanya ingin malam ini

menciummu hingga lemas

rasanya ingin malam ini

memelukmu hingga terlelap

kau bagaikan simbol semesta alam

dan aku pemujamu

setiap saat bersimpuh di hadapmu

kau memegang semua kehidupanku

keluar dari cerita

menuju kedamaian yang ilahi

tuhan tolong segera sadarkan

aku dari semua

pengaruh sihir cinta mati

aku kepadanya

ku ingin ini bukanlah sekedar mimpi belaka

ku ingin, ingin mencari dosa terindah dalam diriku

*~o0o~*

Chapter 5 : Jika Ada Dirimu

*~o0o~*

"Rukia, jangan bercanda pada saat seperti ini," jelas Ichigo yang tengah mengambil kursi lalu duduk disamping orang yang di sayanginya itu. "Aku sedang tidak ingin bercanda, Rukia." lanjutnya. Rukia hanya tersenyum tipis, ia mempererat genggaman tangan yang telah diberikan Kisu padanya.

"Ya, mungkin kau akan mengganggapku aneh karena menyukaimu. Tapi aku tak peduli," jelas Rukia. Ia mulai menampakkan mata violetnya yang tampak memudar karena kelemahan daya fisiknya. "yang jelas aku sangat menyukaimu, Kisu. Entah sejak kapan, tapi ku rasa sejak pertama kita bertemu. Kau membuatku sangat nyaman bersamamu. Tidak normal memang," ia menoleh "tapi aku mencintaimu, Kisu." ucapan itu sontak membuat pemilik asli rambut orange itu kaget. Ia tak tau harus berbuat apa. Jika ia tolak, kemungkinan besar hubungannya dengan pemilik mata violet itu akan renggang. Lalu, bagaimana cara ia melindungi orang yang dicintainya itu? Bila ia menerimanya, akan aneh di mata orang yang melihatnya. Bagaimana tidak? Walaupun ia laki-laki, namun sekarang ini ia adalah perempuan. Dimana jika ia menjadi pacar Rukia, maka ia akan dianggap "Girl Love". Ia hanya bisa menggigit bibir bawahnya yang menggunakan lip glose itu. Menarik nafas panjang dan mulai tersenyum.

"Rukia, jujur saja. Sejak pertama kali aku bertemu denganmu, ada rasa ingin melindungimu. Ada rasa ingin selalu ada didekatmu. Ada rasa ingin membuatmu selalu tersenyum," pemilik rambut orange itu mengelus pipi sang pemilik mata violet. "Aku juga menyukaimu, Rukia." lanjutnya. Rukia tak percaya, orang yang disukainya juga menyukainya. Tidak peduli apa perkataan orang lain, yang jelas ia bahagia bersama orang yang disayanginya. Walau jelas ia sama sekali tidak mengerti, siapa Kisu itu.

*~o0o~*

"Berbahagialah. aku bahagia jika kau bahagia, Rukia." ucapan itu keluar dari seseorang yang berada di luar ruang dimana Rukia berada. Orang itu lantas pergi begitu saja dari tempat yang sedari tadi ia gunakan untuk sesekali mencuri pandang ke arah dua sejoli yang tengah berbahagia itu dengan menampakkan senyumnya.

*~o0o~*

Kisu keluar dari ruangan tersebut dan Renji langsung menyerbunya.

"Bagaimana? Bagaimana keadaan Rukia?" tanyanya penuh harap. Kisu hanya tersenyum hangat, membuat Renji menjadi salah tingkah.

"Tenanglah Renji, Rukia tidak apa-apa kok. Kau tidak perlu khawatir." jawab Kisu sambil memegang pundak pemilik rambut merah itu. Renji hanya tersenyum (baca : nyengir).

"Entah apa yang telah adikku katakan padamu, tapi ku harap itu bukan sesuatu yang bodoh." ucap Byakuya kepada Kisu lalu ia mulai melangkahkan kakinya menuju pintu keluar rumah sakit Karakura ini. Kisu hanya berdekik kesal, "Apa-apaan dia?" batin Ichigo sambil memalingkan wajahnya.

"Bagus Kisu. Kau berhasil membuatnya jatuh di tanganmu," ucap Toushiro sambil berjalan melewati Kisu dan ia berhenti sejenak dihadapan pemilik rambut orange itu. "tapi bunga yang telah kau ambil akan segera berpindah tangan." lanjutnya dan ia kembali melangkahkan kakinya sambil tersenyum penuh ambisi. Namun sejujurnya, hati kecil nan dingin itu tersayat pisau yang tumpul sehingga sangat sakit dan sangat lama terluka. Ichigo membalas senyum Toushiro dengan senyum menantang.

"Ehm, Kisu. Maukah kau ikut denganku sebentar?" tanya sang nanas merah. Dengan satu anggukan saja sudah bisa menandakan Kisu akan mengikutinya. Entah apa yang Renji inginkan.

*~o0o~*

"Hn, Kisu," ucap Renji sambil membalikkan tubuhnya.

"Ya?" jawab Kisu singkat. Renji hanya menunduk memainkan jari-jari panjangnya. Sampai akhirnya ia menampakkan wajahnya ke arah Kisu dengan blushing cutenya.

"Kisu aku," ucapan Renji terhenti. "Hn" hanya kata itu yang dilontarkan Kisu ketika melihat Renji. Ia merasa bosan.

"Kisu," panggilnya lagi. Kisu benar-benar merasa bosan. Ia membalik arahnya menuju tempat Rukia namun Renji mencegahnya. "Kisu, aku menyukaimu." ucap Renji dengan sedikit pelan. Sekali lagi, Kisu benar-benar terkejut. Hanya dalam waktu satu hari saja, seorang wanita dengan seorang laki-laki menyatakan perasaan mereka padanya yang tidak jelas apa jenis kelaminnya. (digampar Ichigo)

ICHIGO POV

Sekali lagi, ada laki-laki yang menyatakan perasaannya padaku. Aku pusing. Tapi, nanti dulu. Ku rasa ia hanya menginginkanku sebagai pelarian saja. Karena sudah jelas terpancar dari matanya, ia sangat menyukai Rukia. Jadi ini yang selama ini ia lakukan untuk menghindari cintanya pada Rukia? Dasar cowok playboy.

"Tapi Renji, ku fikir kau menyukai Rukia?" tanyaku sambil mengerutkan dahiku. Renji itu bodoh, tapi untunglah dia bodoh karena tak menyadari aku adalah seorang laki-laki.

"Iya, memang benar. Tapi entah kenapa aku merasa kau melebihinya, Kisu." jelasnya. Dasar penggombal. Jadi seperti ini ya sifatmu? Setelah ku fikir-fikir lebih jauh, sepertinya ini cara yang baik. Ya, walau nanti di sangka yaoi setidaknya Renji akan sedikit banyak menjauhi Rukia. Ini sangat membantuku.

"Renji," ucapku seraya menyentuh lembut pipinya. "kau tau, kau ini tampan. Aku juga menyukaimu. Hanya saja bila aku menjadi pacarmu aku akan menyakiti hati Rukia," tambahku. Ia ingin berbicara namun aku menahannya dengan jari telunjukku. "karena ia menyukaiku." ku lihat ulasan kaget tertera jelas diwajahnya. Aku tau ia pasti akan terkejut. Bagaimana tidak? Bayangkan saja bila orang yang kau sukai adalah orang yang menyukai sesama jenis, bagaimana perasaanmu?

"Jadi, apa kau masih akan menerimaku?" tanyaku sinis. Sepertinya ia tak akan mau denganku. Namun ia hanya tersenyum kecil.

"Aku tetap akan menyukaimu, Kisu. Jadi, bagaimana?" tanyanya. Aku tertawa dalam hati, dasar bodoh.

"Baiklah, aku mau. Asal kau berjanji tidak akan menceritakan hal ini pada Rukia." ucapku. Ia menggangguk pelan. Wah wah wah, susah ya jadi cewek?

END OF ICHIGO POV

*~o0o~*

1 Minggu Kemudian

"Kisu, kau duluan saja ya? Aku masih mau membeli sesuatu." ucap seorang perempuan berambut hitam itu kepada seorang perempuan yang bernama Kisu itu.

"Tapi," ucapan Kisu terhenti. "Sudahlah, kau duluan saja ya? Da~" sela Rukia sambil meninggalkan perempuan yang di sukainya sambil tersenyum. Kisu membalas senyum sang kekasih sebelum ia menuju rumahnya.

*~o0o~*

RUKIA POV

Aku berlari menuju sebuah pantai, namun di tengah perjalanan aku bertemu dengan seorang laki-laki berambut putih tengah memandang langit yang mulai kemerahan dipinggir laut. Aku berhenti dan menatapnya sejenak. Ku putuskan untuk menemuinya.

"Hey, Toushiro." sapaku seraya memegang pundaknya. Ia menoleh namun tak membalas sapaanku, hanya termenung dan kembali menatap langit. Sebal juga, namun aku tau sifatnya.

"Sedang apa?" tanyaku singkat. "Duduk." jawabnya ketus. Laki laki ini, benar-benar deh.

"Maksudku, ngapain gitu loh. Bukannya duduk. Lagi ngelamun kan? Ngelamunin siapa sih?" tanyaku lagi. "Bukan urusanmu." lagi-lagi jawaban yang menyebalkan yang tak ingin ku dengar. Aku hanya terdiam mengikutinya.

"Hey, Rukia. Kau punya kenangan yang buruk?" tanyanya mengawali pembicaraan. Aku terkejut karena ia hanya memanggilku dengan nama kecilku. Sejak kapan?

"Hm? Ada sih. Kenapa bertanya begitu?" tanyaku berbalik padanya.

"Hanya ingin tau, apa boleh?" tanyanya. Aku tersenyum. Aku duduk disampingnya dengan posisi menaikkan lututku dan melipatnya keatas. Ku lipat tanganku dan ku letakkan diatas lututku, dan ku letakkan kepalaku diatas tanganku.

"Ketika kakakku sudah tiada," jawabku. Ia menyempitkan bola matanya. "Bukankah Byakuya masih hidup?" tanyanya menyela. Aku hanya bisa menarik nafas panjang.

"Bukan Byakuya-Nii. Bukan dia. Tapi istrinya. Byakuya-nii hanya kakak iparku," aku mulai menatap wajahnya yang mulai serius mendengarkanku. "Ketika aku berumur 12 tahun. Kakakku, Hisana tengah berjalan menuju supermarket. Ketika itu, aku tidak tau kejadian jelasnya. Yang pasti Hisana-nee tertabrak mobil yang melintas disana. Ketika mengetahui hal itu, aku sangat terpukul. Hanya Hisana-nee tempat curhatku selama ini. Byakuya-nii cuma bisa menemaniku disaat tertentu saja, Ia amat sibuk," jelasku. Ku lihat ia kembali menatap langit senja. Mata emerland nya memancarkan kesedihan. "Bagaimana denganmu, Toushiro?" tanyaku. Ia hanya mengatakan eh padaku. Aku tak tau maksudnya.

"Apa perlu ku ceritakan, hah?" tanyanya. Aku tersenyum dan menatapnya walau ia tak menatapku.

"Hihi, sebenarnya sih nggak perlu. Tapi kau kan pacarku, jadi kau harus cerita, Toushiro." ucapku sambil tertawa kecil.

"Sejak kapan kau mengganggapku pacarmu, Rukia?" tanyanya. Otakku mulai berfikir, karena aku pun tak tau sejak kapan.

"Sejak saat ini mungkin. Habis, aku ini nggak bisa kalo nggak nepatin janji. Selama kau belum berucap kata putus, maka aku masih pacarmu, Toushiro. Jadi, ayo cerita! Dalam hubungan nggak boleh ada yang disembunyikan, kan?" godaku. Ku lihat raut mukanya berubah. Entah dia kaget, atau merasa aneh, aku tidak tau tapi yang jelas wajahnya memerah, apa dia sakit ya?

"Uhm, Kuchiki. Tapi, bukankah kau menyukai Kisu?" tanyanya. Aku mulai terdiam namun tetap ku tunjukkan senyumku. Saat ia mulai menyentuh pundakku, aku mengerti ia menunggu jawabanku.

"Iya, aku memang menyukainya. Kenapa? Apa kau merasa jijik denganku yang menyukai sesama jenis ini?" tanyaku sinis. Mungkin ia tak suka aku menjadi pacar Kisu. Namun ia hanya tersenyum, menyandarkan tubuhnya yang ditopang oleh kedua tangannya dibelakang tubuhnya.

"Ya, terserah kau lah Rukia. Menurutku, cinta tak pandang itu semua. Apa kau masih tertarik mendengar ceritaku?" tanyanya. Aku tersenyum dan menggangguk cepat.

"Baiklah Rukia. Aku ini Toushiro. Laki-laki yang terlahir di Tokyo tanggal 20 Desember," ucapan tersebut ku sela, "Kalau itu aku tau. Ayolah Toushiro, beritahu aku hal yang lebih uhm.. menarik atau apalah itu."

"Kau ini tidak sabaran sekali. Baiklah, saat aku berumur 10 tahun, aku kehilangan ayahku dan kakak laki-lakiku. Aku pun terpukul sama sepertimu saat kehilangan kakakmu itu, Rukia. Aku pun mencoba tabah dan bekerja sekeras mungkin, aku ingin menjadi orang yang sangat sukses dan membahagiakan ibuku. Tapi saat ini, impianku sirna," ia menatap mata violetku dalam-dalam. Membuat tusukan tajam dalam hatiku. Entah kenapa mata emerlandnya benar-benar membuatku tak berkutik. "karena ibuku sedang sakit liver." mataku tak dapat berkutik mendengar kata liver. Penyakit yang telah membunuh orang yang ku sayangi, Hisana-nee. Butir-butir permata jatuh dari pelupuk mataku tanpa ku sadari, setetes demi setetes membasahi pipi mungilku. Pandangaku sedikit kabur ketika aku melihat wajah Toushiro. Namun, ia segera mengusap air mataku dengan tangannya. Aku tak menyangka ia akan melakukan hal itu.

"Kau jelek kalau sedang sedih, Rukia. Jangan menangis ya?" ucapnya kembali mengusap air mataku. Tanpa ku sadari, otakku reflek memberi perintah untuk memeluknya. Dan ya, aku memeluknya erat dengan semakin derasnya air mata yang jatuh dipipiku. Ia membalas pelukanku sambil mengelus rambutku. Aku merasa nyaman dalam posisi ini. Kenapa? Kenapa begini? Padahal aku punya Kisu, aku sayang padanya. Beberapa saat, lamunanku tertahan ketika sesuatu terjatuh di lengan kiriku. Hangat, apa ini? Ku lirik asal kehangatan itu dan ku lihat Toushiro tengah menitihkan air matanya. Apa? Toushiro menangis? Kali ini giliranku mengusap air matanya perlahan namun aku merasa ada yang bergejolak di hatiku ketika mata kami bertemu. Tatapan itu, tajam. Ku rasakan jarak antara kami semakin dekat dan akhirnya bibir kami bertemu. Aku mencoba menikmati ciuman itu dengan menutup kedua mataku perlahan. Ku rasakan tangannya memeluk pinggangku dan mendekatkan tubuhnya dengan tubuhku. Ini adalah kali pertama aku memasrahkan diriku, bahkan menikmati ciumanku bersama laki-laki berambut putih ini.

*~o0o~*

NORMAL POV

"Rukia, apa kau tidak mencintaiku? Sebegitu besarkah amarahmu sehingga kau tidak bisa memberiku satu kesempatan lagi?" tanya seseorang berambut hitam yang amat mirip dengan rambut Ichigo. Ia tengah melihat ciuman mesra Rukia dan Toushiro di balik sebuah bangunan penyimpanan barang. Ia mengepalkan tangan kanannya. Karena tak tahan, ia berbalik arah namun ia terkejut melihat seorang laki-laki berjas hitam dengan topi hitam dan memakai kacamata hitam tengah tersenyum kearahnya sambil membidiknya menggunakan pistol.

"Jangan pernah mengganggu Rukia, Kaien." ucap orang yang serba hitam itu seraya melepaskan tembakannya tepat di jantung si pemuda bernama Kaien dan terkaparlah Kaien diatas tanah. Terbujur kaku dengan darah bercucuran dari dadanya.

*~o0o~*

DOR!!!

Toushiro melepaskan pelukan dan ciumannya dari Rukia dan mengarahkan matanya menuju asal suara. Rukia pun terkejut dan mengikuti Toushiro mencari arah suara tembakan itu. Toushiro segera bangkit menuju arah suara itu diikuti oleh Rukia hingga akhirnya mereka menemukan Kaien terkapar diatas tanah dengan darah segar masih mengalir dari dadanya.

"KYAAAAA!!!" jerit Rukia menjadi ketika melihat senpainya terbujur kaku, namun dibekap oleh Toushiro agar tidak ada orang yang melihat mereka. Rukia mengerti isyarat dari Toushiro dan Toushiro melepas tangannya.

"Ru..ki..a" ucapan itu keluar dari mulut Kaien dengan terbata-bata. Rukia segera mendekati Kaien dengan hati-hati dan menaruh kepala Kaien di atas pahanya.

"Kaien-senpai tidak usah banyak. Ku fikir senpai sudah tidak bernyawa, kita masih bisa menyelamatkanmu." ucapku tegas namun ia menggelengkan kepalanya.

"Sudahlah, kematianku..sebentar lagi..menjemput. Seseorang..yang sangat memujamu..melakukan ini.. Jangan..salahkan..dia,," Rukia menangis kembali mendengar ucapan Kaien. "Cukup! Jangan kau teruskan, Kaien-senpai. Ku mohon." sela Rukia. Namun Kaien hanya tersenyum dan berusaha mengusap air mata Rukia dengan sisa tenaganya, meninggalkan noda darah disela pipi yang diusapnya diwajah gadis mungil itu.

"Jangan menangis..aku hanya..ingin..berucap satu kalimat.. Aku.." Kaien mulai menutup matanya, "Ku mohon, HENTIKAN!" kembali Rukia menyela. "mencintaimu.. Rukia Kuchiki." ucap sang rambut hitam itu seraya menghembuskan nafas terakhirnya.

"KAIEN!!! TIDAK!!!" jerit Rukia lebih menjadi dari sebelumnya. Rintikan air mulai bercucuran dari atas awan. Seperti duka yang Rukia rasakan, membuat awan tak rela dan ikut merasakannya. Toushiro yang melihatnya hanya terpaku sambil memalingkan pandangannya.

_TO BE CONTINUED_

Hwa~ Kaien-dono udah nggak ada lagi. Hiks, hiks~

Sebenarnya nggak tega, tapi harus ada yang jadi korban di antara Toushiro, Ichigo, Renji dan Kaien. Pengennya sih Renji, tapi kasihan banget kan, baru ku buat jadian sama Ichigo, masa' langsung dead? Nggak lucu donk?

Oh ya, di tunggu ya yang mau request. Ok ok? Hwe~ Disini binggung kan sama pair nya? Antara HitsuRuki, IchiRuki and IchiRen. Hehehe~

Gomen ya, tapi semoga menghibur.

Oh ya lupa, mungkin di chapter depan baru di certain kenapa Keaien bilang yang membunuh adalah "Pemuja Rukia" jadi jangan binggung dulu yach???

Rukia : hiks~ Kaien-dono matek! Hwe~

Ruru : Lebay banget sih lu, hiks~ biasa aja donk!

Rukia : padahal sendirinya nangis, hiks~

Ichigo : Udahlah, masih ada gue kan?

Ruru : ogah, Ichi jelek. *digetok sapu*

Rukia : iya, Ichigo ketinggian.

Ichigo : lu aja yang pendek, midget!

Toushiro : nggak kok, tubuhnya ideal. Nah, kau bilang dia pendek kan? Berarti kau tak suka dengannya kan? Biar dia denganku saja.

Ichigo : S-siapa bilang! Kalo kalian nikah, keturunannya pendek ntar! Cocokan sama gue!

Ruru : Eh, udah! Dari pada ribut, mending Rukia sama akyu aja!

Rukia : Heh?!

Renji : Eng, dapet peran dikit banget.

Rukia : derita lo!

Ruru : Udah ah, berantem terus. Buat semuanya yang udah baca...

Toushiro + Rukia + Ichigo + Renji : RnR please!!!!!!!

Kaien : Jangan ada yang kangen denganku ya? Kalo kangen silahkan mati dulu. *stres ni orang*

CLICK HERE PLEASE ↓