Eyeshield 21 © Riichiro Inagaki, Yuusuke Murata

Kumpulan ficlet yang dibuat oleh beragam author, jadi hasilnya bakal beda dari yang lain..silakan ikut menyumbang jika ingin..


:pojokgilayangpertama:

By Yoh-chan

"Tu-tunggu Shin-san!" perintah Sena sambil berteriak.

"Untuk apa menunggu?" tanya Shin datar.

"Aku belum siap! Jangan kau sentuh itu!" teriak Sena.

"Belum siap?" Shin hanya keheranan, dia memandang Sena yang wajahnya ketakutan itu.

"Sekarang... Aku sudah siap untuk...

.

.
KABUR!" Sena berteriak lagi sambil kabur.

"Ada apa dengannya? Memegang benda seperti ini saja sampai segitunya?"

Esoknya. Sena terbangun di pagi hari yang cerah. Setelah ia mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, ia lalu menyempatkan diri untuk sarapan. Saat itu, ayahnya sedang menonton Morning News.

"Pusat elektronik terbakar kemarin...penyebabnya masih belum diketahui!"

"Lho? Bukannya kemarin kau ke sana untuk membeli headphone 'kan?" tanya Ayah Sena kepada anaknya.

'Dan di situlah, entah mengapa Shin nyasar ke tempat itu...' ujar batin Sena.


:pojokgilasayayangkedua:

By zerO

Sena berlari. Berlari secepat ia bisa. Berusaha menjauh dari tempat itu. Hanya satu yang ia pikirkan. Pergi.

Buliran keringat menetes dari pelipisnya. Sukmanya melayang kemana-mana. Matanya menyiratkan ketakutan yang amat sangat. Ia belum mau mati. Ia belum mau mati.

Ia tahu, kesalahannya pada Hiruma tak termaafkan. Mengkhianati janji kasih mereka berdua. Tapi apa mau dikata saat cinta yang lain menjerat, membuatnya tak sanggup berpaling. Maka dari itu, ia ingin menebusnya. Ia ingin membayar semua luka yang ia torehkan pada Hiruma. Belum ia dapat mewujudkan niatnya, maka ia belum mau mati. Bukan, tapi ia belum boleh mati.

Namun, nasib sial baginya. Dan kini, nyawanya ada di ujung nirwana. Itu semua akibat dari perbuatannya. Sekarang, Sena menyesal setengah mati.

"Andai saja tadi aku tak melewati kompleks penuh anjing buas-"

"Graaaorrr.."

"GYAAA~!" :pojokgilasayayangketiga: By zerO Mata biru itu memicing ke arah pemuda mungil yang kini duduk tertunduk. Rambut cokelat kemerahan sebahunya ia sampirkan di belakang telinga. Sinar matanya berkilat marah dan kesal. Mengetahui rahasia 'kecil' antara pemuda mungil berambut cokelat gelap itu dengan sang kapten. Ia tak mengerti, kenapa pemuda itu, yang polos dan sudah ia anggap adik kecilnya, mau berhubungan dengan kapten mereka yang bersifat licik. Dan hubungan itu melukainya. Menyakitinya. Ia tak tahu mengapa Sena, pemuda mungil itu, bisa membuatnya kecewa sedemikian dalam.

"Sena, kenapa kau mau saja diperintah Hiruma untuk mengambil jatah kue sus milikku dari Kurita-san? Aku tidak bisa hidup tanpa kue sus!"


:pojokgilasayayangkeempat:

By zerO

Running back itu gemetar. Kakinya yang berpijak di field tak mau berhenti bergemeretak. Mata karamelnya menatap ke depan, ke arah barisan formasi lawannya, Oujo White Knight. Rival beratnya, Shin, memasang wajah serius, siap memulai play. Berbeda dengan dirinya, yang kini panik dan terus gemetar.

"Gawat.. Saat half time tadi aku tak sempat ke toilet! Kebelet, nih.."


:pojokgilasayayangkelima:

By zerO

Saat itu awan mendung tengah menggantung di langit malam. Angin membelai rambit pirangnya yang mulai kusam. Mata hijaunya tak lepas memandang lautan luas dari pelabuhan, tempat ia berada sekarang ini. Tanpa jaket atau baju hangat, ia berdiri menghadap samudra.

"Hiruma-san."

Dia beralih ke belakang, menuju ke sumber suara. Matanya menangkap sesosok pemuda mungil berambut cokelat yang berdiri sambil menatap matanya lurus. Sosok yang begitu ia cintai. Sosok yang berumur sepuluh tahun lebih tua darinya.

"Hiruma-san, aku sudah memutuskan untuk keluar dari Devil Bats dan bergabung dengan Seibu, bersama Riku."Mata hijau itu terbelalak kaget. Ia pikir, dengan otaknya yang jenius dan penuh perhitungan, sosok itu takkan pergi darinya. Setidaknya, tak secepat ini. Ia belum siap untuk kehilangan. Kehilangan sosok yang sepuluh tahun ini selalu ada untuknya, selalu bersama dengan dirinya.

"...kenapa?"

"Maaf. Aku terlalu mencintai dia,Hiruma-san."

"..."

"Kalau begitu... Goodbye, Papa."Sosok itu perlahan berbalik, membuang wajah pada Hiruma. Kemudian sosok itu berjalan pergi tanpa menoleh lagi ke belakang, tanpa menoleh pada Hiruma.

Angin pantai berhembus kencang, mengantar sosok itu pergi. Hiruma merasa sakit, karena salah satu bagian telah hilang dari dirinya, terbawa pergi oleh sosok itu. Hatinya pergi, dan remuk redam.

Mata hijau Hiruma memicing, melihat sosok lain jauh di depannya, menatap sosok tercintanya.

Walau Hiruma tak dapat melihatnya, ia tahu pasti, dia...

"...Kaitani Riku."Sosok itu sedikit berlari, berusaha lebih cepat sampai ke hadapan orang itu. Riku. Sena, sosok itu, ingin bertemu dengan Riku. Ingin bersama dengan Riku. Ingin bahagia dengan Riku. Bukan Hiruma.

Dari kejauhan, Hiruma dapat melihat senyum bahagia yang terukir diwajah tercintanya. Sosok itu menggenggam tangan orang yang sangat ia cintai, bukan tangannya. Terenyum pada orang yang ia kasihi, bukan padanya. Memancarkan sinar bahagia dari matanya untuk orang yang ia sayangi, bukan untuknya.

Semua itu memaksa Hiruma, untuk pertama kali dalam sejarah hidupnya, menyerah dan kalah.

FIN *?*


:pojokgilasayayangkeenam:

By zerO

Rui Habashira, kini tengah duduk berhadapan dengan pemuda berambut biru itu. Pemuda yang sudah pernah menjadi ace tim sekolah di Amerika. Memiliki tinggi badan yang melebihi rata-rata, dan skill yang mumpuni. Sangat cocok untuk menjadi anggota tim Zokugaku yang sangat ia butuhkan. Ia baru menyadari, bahwa timnya yang sekarang terlalu lemah dan gampang putus asa. Dengan adanya pemuda itu, ia yakin dapat menambah kekuatan timnya. Sekalipun ia harus memaksa Kyoshin agar mau melepas ace mereka ini, Rui harus dapat merekrut pemuda ini. Harus. Disamping itu, pemuda di hadapannya memiliki sesuatu yang lain, yaitu..

"..kuberi tahu kau, Kakei, matamu yang spiral bagai bunglon itu pasti akan membuatmu sukses di Chamelions.."


:pojokgilasayayangketujuh:

By Akari

Jantung Sena berdebar tak karuan, keringat mulai mengalir di pelipisnya. Matanya memandang pria berambut kuning spike itu. Tubuhnya gemetaran. Ia bingung mendengar kata-kata Hiruma tadi, berusaha mencerna kata-kata itu satu-persatu dalam kepalanya. Saking bingungnya, ia ingin sekali ia pergi dari tempat itu tapi sepertinya kakinya tak mengijinkannya. Sena berada di persimpangan antara pilihan hati nuraninya dan pilihan orang-orang disekitarnya, yang selalu mendukungnya dengan sepenuh hati dan semangat. Tanpa disadarinya, Sena terdiam, bingung, membuat Hiruma menunggu. Karena sudah sekian menit Sena tidak berkata apa-apa, Hiruma berkata,

"Dengarkan baik-baik, kuso-chibi. Supaya aku tidak mengatakannya berkali-kali. Pilih yang mana? Kotak merah sialan itu atau tirai nomor satu sialan itu?"

Super Deal 2 Milyar!


:pojokgilasayayangkedelapan:

By zerO

Pemuda berwajah manis itu tergeletak tak berdaya. Nafasnya tersenggal-senggal. Pertarungannya dengan Shin sangatlah menguras tenaga. Namun, akhirnya ia dapat memenangkannya juga. Terbukti dengan sesosok tubuh kekar yang kini terlentang di lantai. Sena mengambil pedangnya yang sempat terjatuh. Menyimpannya di saku, lalu berjalan mendekati sosok itu. Ia memegang kepala korbannya, lalu memutarnya 360 derajat hingga tulang-tulang leher korban patah. Kemudian, ia mempersiapkan pedangnya, dana menggunakannya untuk menebas kepala yang hancur itu.

"ZerO, ini kepala Shin yang kau minta."

"Ah, makasih Sena! Sekarang ayo kita main bola pake kepala ini~!"


:pojokgilasayayangkesembilan:

By Yoh-chan

Bercak cairan kental berwarna merah itu menodai rumput-rumput yang diinjak pemuda itu.

"Ga-gawat!" Riku panik, amat panik, "bagaimana ini? Jika ketahuan, matilah aku!"

Riku terus berpikir, dia tak ingin perbuatan yang telah ia lakukan diketahui orang-orang begitu saja.

TAP

TAP

Merasa seseorang mendekati tempat ia berdiri, Riku langsung kabur. Tak kuasa ia menahan ketakutan yang sedang menyelimuti batin dan fisiknya.

TAP

"Astaga! Siapa yang mencat tembok ini dengan warna merah hingga berhamburan ke sana kemari?"

Jawabannya adalah, Riku! Sensei... :pojokgilasayayangkesepuluh: By zerO Mata Sena mengerjap pelan, berusaha beradaptasi dengan cahaya mentari yang menerobos melalui jendela. Tangannya menghalau cahaya itu, ingin kembali terlelap. Namun, ia tak bisa. Akhirnya, ia putuskan untuk bangun.

Mengerjap lagi, dan Sena sudah mulai terbiasa dengan sinar terang yang terpantuk ke retinanya. Kemudian ia sadar. Seingatnya, tadi malam ia mabuk, dan diantarkan Suzuna ke rumah. Lalu gelap. Semua gelap. Ia tak dapat mengingat apa yang terjadi setelahnya.

Sena merasa kepalanya sedikit pening. Ia memijit pelan pelipisnya. Saat itulah ia sadar bahwa bukan dirinya saja yang berada di atas futon. Ada yang lain. Yang menemani tidurnya semalaman. Sena menoleh ke samping. Dan ia mendapati sesuatu yang sangat mengejutkan dirinya.

"Pitt, kenapa kau bisa-"

"Miaw!"


:pojokgilasayayangkesebelas:

By Kou

Di ruangan itu, berdiri seorang pemuda bermabut coklat. Matanya menatap pemandangan di depan matanya dengan pandangan tidak percaya. Air mata mulai menggenang di ujung mata karamelnya.

'K-kenapa...? Kau tega sekali, Hiruma-san...' ucapnya hampir menangis. Hiruma, pemuda berambut pirang di depan Sena, membuang muka. Pisau di tangannya kembali di simpannya di sakunya.

'Aku sudah tidak memerlukannya lagi,' ucapnya dingin. Tubuh Sena bergetar menahan tangis.

'K-kau... Kukira kau tidak akan menjaganya dengan baik! Ternyata aku salah menilaimu!' teriak Sena marah.

'Kenapa kau segitu marahnya sih? Itu kan cuma bola karet!'

Jeng jeng~


:pojokgilasayayangkeduabelas:

By zerO

Jarum jam berdetak. Dua pemuda itu duduk terpekur disana, saling menatap dengan pandangan penuh arti. Pemilik mata merah dan biru itu, Akaba dan Kakei, mengalami dilema. Peliknya masalah membuat mereka terjebak dalam dua pilihan. Cinta, atau ego.

"Aku ingin menyakini bukan kau yang melakukannya, Shun, tapi.."

"Memang bukan aku, Hayato! Kau tak percaya padaku setelah dua tahun kau mengenalku utuh?"

"Aku berusaha! Aku berusaha untuk yakin dan percaya!"

"Namun, akhirnya kau tak percaya padaku. Kau tak mencintaiku, bukan?"

"Shun!"

"Kau benci padaku.."

"Hentikan Shun Kakei. Aku mencintaimu. Aku percaya padamu. Aku yakin akanmu."

"Tapi faktanya kau lebih mencintai gitarmu! Saat gitar tuamu rusak karena ulahmu sendiri kau malah menuduhku! Jadi, kau lebih mencintai gitarmu.."


Semoga ficlet yang ditampilkan disini bisa menghibur.. silakan ikut menyumbang dengan mengirimkan post ke wall grup Eyeshield 21 FanFiction Author Forum, atau PM saya! ^^ Lalu jika ada kesalahan disclaimer bagi Kou, Akari, Yoh-chan, etc bilang aja nanti saya edit.. Mind to Review?