Konichiwa Ame
.
.
Saat kamu datang,
Aku sedih..
Saat kamu pergi,
Aku tambah sedih..
Satu hal yang kini ku sadari
Karena kamu,
Aku dan Dia ada disini
.
.
Konichiwa Ame
Gadis bermata violet itu memandang hujan yang turun membasahi Karakura. Hampir setiap hari hujan turun di kota kecilnya itu. Amethyst indahnya tak henti melirik butiran-butiran air yang jatuh dari langit. Diulurkannya tangan menyentuh butiran itu. Dingin.. Tapi indah, menyejukkan, dan ah.. begitu mirip dengan 'dia'. Senyum manis terselip di sudut bibir gadis itu, mencoba mengingat-ngingat indahnya hujan. Hujan yang membawanya dan 'dia' ke satu rasa bernama cinta.
Karakura 2009
"Ah, lagi-lagi hujan! Menyebalkan!" gadis mungil itu menggerutu di depan kelasnya.
Bagaimana ia bisa keluar dari kelas, jika hujan turus dengan deras seperti ini? Ah, tapi salahnya sendiri lagi-lagi pulang terlambat. Siapa yang menyuruhnya punya kebiasaan aneh berlama-lama menatap awan mendung? Saat awan itu menurunkan butiran hujan, barulah ia sadar ia kembali terjebak dalam suasana hujan yang menurutnya amat sangat menyebalkan. Apalagi saat ini tak ada satu siswa lagi di kelasnya selain ia seorang. Tak ada teman, tak ada payung, huh.. Hujan memang menyebalkan! Setidaknya itulah yang ada di benak gadis itu saat ini.
Tapp..Tap..Tap..
Langkah kaki menggema di lorong depan kelasnya. Gadis itu segera menolehkan kepalanya ke luar untuk melihat si empunya kaki. Dirinya sedikit bergidik, ia takut bukan pemandangan bagus yang dilihatnya, mengingat hampir seluruh siswa di sekolahnya telah pulang. Lalu langkah kaki siapa itu? Dipejamkan matanya, ah.. tapi untuk apa dia menolehkan kepalanya jika matanya dipejamkan? Diberanikan dirinya, dibukalah kedua violetnya untuk melihat siapa yang berada di lorong depan kelasnya. Dan, ia tak menyesal membuka matanya. Karena satu sosok yang ditangkap penglihatannya adalah sosok yang selama ini memenuhi hatinya, alam khayal terliarnya adalah menjadi kekasih sosok yang begitu memesona, yang kini tepat berada di luar kelasnya.
'Ichigo senpai.'
Entah karena mendengar suara hatinya atau apa, pemuda di luar kelas itu kini menolehkan kepalanya ke dalam kelas. Dua pasang mata saling menatap, violet dan hazel, hanya terpisah oleh jarak dan kaca tembus pandang yang membatasi keduanya. Sang pemilik hazel memberikan senyuman terbaiknya pada si pemilik violet. Membuat gadis pemilik violet itu tersipu. Dibalasnya senyuman itu dengan senyum malu-malunya. Pangerannya tersenyum padanya. Oh, seandainya kau yang merasakan, kau pun pasti akan merasa melayang-layang ke langit ke tujuh saat mendapati pangeran impianmu tersenyum manis padanya. Inikah rasa indahnya mencintai?
Entah mendapat keberanian darimana, saat gadis itu melangkahkan kakinya ke luar kelas dan berdiri di samping pemuda itu. Gadis itu melirik dalam diam pada pemuda di sebelahnya.
Sadar sedari tadi dilirik oleh gadis di sebelahnya, pemuda itu menolehkan kepalanya untuk menatap gadis yang meliriknya. Gadis itu salah tingkah menyadari dirinya tertangkap basah melirik diam-diam pemuda itu. Sekali lagi, hazel bertemu violet, ah.. sungguh pemandangan yang menyenangkan.
"Ma..maaf, Ichigo senpai," Rukia terbata-bata menyampaikan permohonan maafnya.
"Eh? Untuk apa?" ditarik sebelah alisnya, kerutan di dahinya pun bertambah dan entah kenapa itulah yang membuat gadis di sebelahnya begitu menyukai pemuda ini.
"Ng.. ano, aku.. Mmm.. maaf, aku melirikmu diam-diam," Rukia tak tahu harus menyembunyikan wajahnya di mana. Malu? Tentu, dia sangat malu terjebak dalam suasana seperti ini dengan pangeran impiannya.
"Hehe.. tak usah minta maaf seperti itu, Rukia chan."
Violet sang gadis membulat sempurna saat mendengar perkataan pangeran impiannya, 'Oh, kami sama, Ichigo senpai memanggilku Rukia chan?'
"Hei, kenapa? Apa aku salah bicara?" Ichigo mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Rukia yang sepertinya masih berada di alam khayal saat Ichigo memanggilnya Rukia chan.
"Eh, tidak.. Hehehe.." Rukia benar-benar menjadi salah tingkah. "Oh, ya senpai. Mmm.. Kenapa senpai belum pulang?"
"Sepertinya alasanku sama seperti alasanmu saat ini," ucap Ichigo sambil melirik tetes hujan yang masih membasahi bumi.
"Hujan ya?" Rukia ikut memandangi hujan di hadapannya.
"Hn."
"Apa senpai suka hujan?"
"Tidak juga."
"Kenapa?" Rukia kini menatap Ichigo sepenuhnya.
"Ibuku meninggal saat hujan," senyum getir sedikit menghiasi bibir Ichigo.
"Ah, maaf sanpai," Rukia merasa tak enak karena menyinggung tentang hujan.
"Hei, tak usah merasa bersalah seperti itu," hibur Ichigo. "Kau sendiri bagaimana? Suka hujan?"
"Tidak," Rukia menjawab singkat.
"Eh, kenapa?"
"Karena saat hujan, aku tidak bisa pulang. Seperti sekarang, hehee.." Rukia tersenyum lebih tepatnya nyengir setelah mengucapkan alasannya.
"Kau ini, lucu!" ucap Ichigo sambil mengacak-acak rambut hitam Rukia sambil tersenyum.
Setiap senyumannya berharga seratus mimpi indah bagi Rukia, sentuhannya berharga seribu mimpi indah bagi Rukia. Dan kini, mimpi itu terasa nyata.
"Rukia?"
"Ya?"
"Aku menyukaimu."
"Oh.." satu detik, dua detik, "Apa? Senpai menyukaiku?" Rukia seolah mendapat bintang jatuh saat menyadari apa yang baru saja diucapkan oleh Ichigo.
"Ya, aku menyukaimu. Sudah lama aku ingin mengutarakan hal ini. Tapi, aku tidak pernah mempunyai keberanian sebelumnya. Nah, bagaimana?"
Ah, manis sekali mendapat pernyataan cinta dari pria yang selama ini kita cintai. Senang, bahagia, ah, rasanya semuanya bercampur jadi satu di bawah naungan indahnya cinta.
"Ngng.. aku..aku.."
"Maaf, aku tidak akan memaksamu," Ichigo mengira Rukia akan menampiknya.
"Bukan.. Bukan begitu senpai. Mmm.. sebenarnya, aku.. aku juga menyukaimu, senpai," ucap Rukia malu-malu sambil menundukkan kepalanya.
Diangkatnya dagu mungil itu dengan kedua tangannya. Ah, lagi-lagi hazel bertemu violet.. Dua pasang mata, dua wajah, melebur menjadi satu cinta.
"Aishiteru Rukia."
"Aishiteru yo, senpai."
.
.
Gadis itu tersenyum-senyum sendiri mengingat kejadian satu tahun silam. Dimana sang hujan menjadi latar saksi pernyataan cinta pria yang dicintainya. Sebuah tangan yang melingkar di bahunya membuat gadis itu menoleh ke sampingnya. Tangan pria yang mengisi hatinya satu tahun terakhir ini. Pria itu, Kurosaki Ichigo.
"Masih mengenang kejadiaan itu?" pria itu berbisik mesra di telinga gadis di sampingnya.
Sang gadis tersipu malu, walau sudah menjalin hubungan selama satu tahun, gadis ini masih tak mampu mengendalikan perasaannya yang berdesir menyenangkan saat berada di dekat pria ini.
"Tak boleh, eh?" gadis itu balik menanyai si pria. Violet indahnya menatap musim gugur yang dimiliki pria itu. Nyaman, ah.. sungguh menyejukkan menatap mata musim gugur itu.
"Boleh, ko," pria itu menyentuh dagu sang gadis dengan ibu jarinya.
Dituntunnya wajah sang gadis untuk mengadah ke wajahnya. Dekat dan semakin dekat, membuat violet dan musim gugur itu menyatu seirama dengan rintik hujan yang berdendang-dendang menjadi latar suasana kali ini.
Cup.. Kecupan yang singkat dan hangat. Melebur bersama dendangan rintik hujan.
"Ichigo, ini di sekolah!" Rukia mencubit kecil lengan Ichigo.
"Aw.. eh, tak apa. Lagipula sudah tak ada orang, sekolah sudah sepi," Ichigo hanya mengelus-ngelus kecil tangan bekas cubitan Rukia sambil menyeringai menggoda kekasihnya yang wajahnya kini mulai memerah akibat kecupan singkat yang manis.
"Hmphh.. Mesum!"
"Hei, kau melupakan satu hal, Rukia!"
"Eh?"
"Kau belum menyapa 'dia' hari ini," Ichigo mengendikkan kepalanya ke arah hujan yang masih menurunkan butiran air ke bumi.
"Astaga! Kenapa aku bisa lupa?" Rukia menepuk jidatnya sebelum ditolehkan kepalanya menghadap sang hujan dan meneruskan ucapannya, "Konichiwa ame."
Gadis itu tersenyum. Kini, menunggu di saat hujan bukan lagi hal yang tak disukainya. Hal itu kini telah bertransformasi menjadi hal yang paling disukainya. Karena di saat hujan turun, segalanya seperti mimpi, kamu, aku, dia, menyatu dalam indahnya kamu.
"Aku selalu bahagia, saat hujan turun..
Aku bisa tersenyum sepanjang hari..
Karena hujan pernah menahanmu di sini..
Untukku.."
Cup.. Satu kecupan singkat kembali didaratkan Ichigo di pipi Rukia.
"Ichigo..!"
OWARI
Hiyaa..*nutupin muka* ay malu..
Haduh..*ngelirik fic di atas*
Gombal banget ga ya? Gaje ga? Heehehe.. Ga tau kenapa ay bisa buat fic gini. Hihihi..
4 bait yang di Bold penggalan dari Lagu Hujan –nya Utopia.. Ah, ay suka lagu ..
Oh ya, Ay mau ngucapin ultah buat Icchan…
Icchan… Epy builtday ya.. Ah, maaf ay ngucapinnya telat..
Semoga panjang umur, sehat selalu, tambah bae, tambah rajin, pokoknya plus-plus deh. Hehehe..:D
Oke, Bleach masih punya Om Tite.. Ay masih gagal menggaetnya untuk mengalihkan kepemilikan Bleach. Hohoho..:D
Fic ini? Ah, jadi malu.. ini punya ay. Hehehe..:D*ditimpuk duit*
Boleh minta ripiunya kan? Hheee… :D
Makasih..
Jaa..
Aya^^08062010